DR Iqbal
DR Iqbal
Identitas Pasien
Nama : Ibu W
Umur : 62 tahun
II. ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan lemas dan pusing. Keluhan dirasakan sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit. Lemas dan pusing tidak berkurang ketika pasien
beristirahat ataupun mencoba makan dan minum. Pasien merupakan rujukan dari
puskesmas. Selain itu pasien juga mengaku mual ketika makan, tetapi tidak muntah.
Beberapa hari sebelumnya pasien mengaku terdapat sariawan di pipi bagian dalam
tetapi sudah membaik. Keluhan BAB dan BAK disangkal riwayat hemoroid disangkal,
dan keluhan lain disangkal.
- Riwayat HT (+)
- Riwayat DM (+) sejak lebih dari 10 tahun lalu
- Riwayat anemia (+)
- Riwayat stroke (-)
- Riwayat asma (-)
- Riwayat jantung (-)
- Riwayat opname dengan keluhan sama sebanyak 3 kali dalam 1,5 tahun terakhir
- Riwayat keganasan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Status Generalis :
KIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Glukosa Sewaktu 228,38 70-140
SGOT 12 0-35
SGPT 6 0-35
Ureum 59,3 15-45
Kreatinin 2,52 0-1,3
Bilirubin Total 0.60 <1
Total Protein 9,3 6-8
Asam Urat 6,86 2,4-5,7
Cholesterol 136,8 <200
Trigliserid 381,98 <150
Albumin 5,46 3,8-4,4
Globulin 3,84 2,0-4,0
HASIL PEMERIKSAAN MORFOLOGI DARAH TEPI
V. DIAGNOSIS
- Anemia ec CKD
- DM
- Infeksi Bakterial
VII. PENATALAKSANAAN
- Tranfusi PRC 3 kantong
- Furosemid 1 ampul pre tranfusi
- Ceftriaxone 1gr per 12 jan intravena
- Humalog 3x15 unit
- Cairan RL 20 tpm
VIII. MASALAH YANG DIKAJI
1. Apa yang dimaksud dengan anemia?
2. Apa saja klasifikasi dari anemia?
3. Bagaimana terjadinya anemia pada pasien?
4. Bagaimana terapi yang diberikan kepada pasien?
PEMBAHASAN
ANEMIA
A. DEFINISI
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity) (Setiati &
Alwi, 2014). Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar yang mendasari. Sehingga penentuan penyakit dasar juga
penting dalam pengelolaan kasus anemia, karena tanpa mengetahui penyebab yang
mendasari anemia tidak dapat diberikan terapi yang tuntas pada kasus anemia tersebut.
C. PATOFISIOLOGI
Eritropoiesis berasal dari kata eritro yang berarti sel darah merah dan poiesis
yang berarti membuat, jadi eritropoesis merupakan proses pembentukan atau produksi
sel darah merah. Pada manusia, proses eritropoiesis terjadi di sumsum tulang merah.
Ketika ginjal mendeteksi rendahnya kadar oksigen di darah maka ginjal akan
melepaskan hormone yang disebut eritropoetin (EPO) yang akan menuju sumsum
tulang merah untuk menstimulasi pembentukan sel darah merah
EPO diproduksi pada bagian sel endotelial kapiler peritubular ginjal akibat
mekanisme feed back pengukuran kapasitas pembawa oksigen. Hypoxia inducible
factor (HIF) merupakan senyawa yang diproduksi di ginjal dan beberapa jaringan lain.
Degradasi spontan HIF dihambat jika terdapat penurunan oksigen yang seharusnya
terjadi anemia atau hypoksia. Adanya HIF memicu stimulasi sintesis EPO.
Penurunan konsentrasi oksigen jaringan mengakibatkan ginjal meningkatkan
produksi dan pelepasan EPO ke dalam plasma darah, yang menstimulasi stem sel untuk
berdeferensiasi ke dalam proeritroblast, selanjutnya meningkatkan kecepatan mitosis,
meningkatkan pelepasan retikulosit dari sumsum tulang belakang, dan menginduksi
pembentukan hemoglobin. Pada gagal ginjal terjadi defisiensi eritropoietin sehingga
proses pembentukan hemoglobin menjadi berkurang.
D. GEJALA KLINIS
1). Gejala
Gejala anemia diantaranya lemah, mudah lelah, nafas pendek, kehilangan
semangat untuk aktivitas. Gejala ini muncul jika kadar Hb ≤10 g/dL. Penurunan
kemampuan berolahraga, letih, pusing, mudah tersinggung, jantung berdebar-debar,
vertigo, nafas pendek, nyeri dada, muncul gejala neurologi pada defisiensi vitamin
B12.
2). Tanda
Takikardi, pucat, penurunan ketajaman mental, lemah otot, pingsan.
E. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan derajat anemia
Kadar HB (gr/dL)
Ringan Sekali 10-13
Ringan 8-9,9
Sedang 6-7,9
Berat <6
Pada pasien didapatkan nilai Hb saat datang adalah 7,4gr/dL sehingga dapat
dikategorikan sebagai anemia derajat sedang.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. TERAPI
1. Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitive yang telah
ditegakkan terlebih dahulu.
Pada pasien dengan CKD, kontrol glukosa darah dan tekanan darah tinggi
memperlambat perkembangan dari penyakit ginjal kronik. Pada pasien diberikan
injeksi insulin untuk meningkatkan kontrol gula darah. Pemberian Humalog (rapid
insulin) dapat dilakukan dalam 15 menit sebelum atau setelah makan. Dosis pemberian
disesuaikan dengan hasil pemantauan glukosa darah sewaktu.
2. Pengobatan anemia dapat berupa
- Terapi untuk keadaan darurat seperti pada perdarahan akut disertai gangguan
hemodinamik
Tranfusi diberikan pada anemia dengan tanda tanda gangguan
hemodinamik. Diberikan tranfusi PRC, bukan whole blood untuk menghindari
volume cairan berlebih. Dan dapat diberikan deuretik kerja cepat seperti furosemide
sebelum tranfusi.
- Terapi suportif
Pemberian cairan infus RL atau NaCl untuk menjaga integritas fisiologis
atau fungsional.
Pemberian antibiotic ceftriaxone untuk mengobati atau mencegah infeksi
bakteri.
- Terapi yang khas untuk setiap jenis anemia
Setiati, S. & Alwi, I. eds., 2014. Pendekatan Terhadap Pasien Anemia. In: BUKU AJAR
ILMU PENYAKIT DALAM EDISI V1. jakarta: Interna Publishing, p. 2575.
Davey, Patrick. At aGlance Medicine. 2005. Penerbit :Erlangga. Hal :258, Gagal
Ginjal Kronis dan pasien dialysis.
Tanagho EA, McAninch JW . Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York :
Lange Medical Book.2004.