Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN MATERI KULIAH

ANALISIS KREDIT DAN RISIKO(ANALISIS SOLVABILITAS)

Analisis solvabilitas (solvency analysis) merupakan suatu analisis terhadap


kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban
jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Analisis ini mencakup dua analisis
yaitu analisis struktur modal (capital structure) dan cakupan laba (earnings
coverage). Kedua analisis ini menggambarkan tingkat risiko finansial dan
kemampuan perusahaan memenuhi pembayaran finansialnya atas pendanaan yang
telah dilakukan.

Analisis solvabilitas digunakan untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dalam


jangka panjang. Aspek solvabilitas termasuk masalah yang kritis bagi suatu
perusahaan karena dapat mengakibatkan mengalami kesulitan keuangan yang
menyebabkan kebangkrutan. Dalam hal ini mencakup analisis terhadap keseluruhan
aktiva dan keseluruhan kewajiban, dan ekuitas. Oleh karena itu, analisis solvabilitas
berkaitan erat dengan penilaian terhadap keputusan pendanaan secara keseluruhan
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

1. Alat-alat Analisis Struktur Modal


Dalam melakukan analisis terhadap struktur modal, terdapat beberapa alat
analisis, seperti rasio leverage keuangan, rasio total hutang terhadap total modal, rasio
total hutang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas, rasio
hutang jangka pendek terhadap total hutang, serta analisis common-size.

1. Rasio leverage keuangan


Rasio leverage keuangan (financial leverage ratio) menunjukkan seberapa besar
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dibiayai dari ekuitas. Rasio ini juga disebut
sebagai penggandaan ekuitas (equity multiplier). Nilai rasio leverage keuangan
berbanding terbalik dengan solvabilitas. Ini berarti bahwa semakin besar nilai
rasio leverage keuangan maka semakin rendah solvabilitas perusahaan. Demikian
pula sebaliknya, semakin kecil nilai rasio leverage keuangan maka semakin tinggi
solvabilitas perusahaan.

Rasio leverage keuangan (RLK) dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 5.1.

Total Aktiva
RLK=
Ekuitas Saham Biasa ……… (5.1)

2. Rasio Total Utang terhadap Total Modal


Rasio total hutang terhadap total modal (total debt to total capital ratio) atau
biasa disebut rasio total utang (total debt ratio) menunjukkan komposisi antara
pendanaan hutang dengan seluruh pendanaan. Total hutang meliputi kewajiban
lancar dan kewajiban tidak lancar, sedangkan total modal meliputi modal
pinjaman, ekuitas, dan pendanaan lainnya. Rasio total hutang terhadap total modal
(RTHTM) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5.2.

Total Hu tan g
RTHTM=
Total Modal …………………………. (5.2)

3. Rasio Total Hutang terhadap Ekuitas


Rasio total hutang terhadap ekuitas (total debt to equity capital ratio)
menunjukkan komposisi antara pendaaan hutang dengan pendanaan ekuitas.
Perbedaan antara rasio total hutang terhadap ekuitas (RTHE) dengan rasio total
hutang dengan total modal (RTHTM) adalah pada RTHE hanya diperhitungkan
pendanaan ekuitas, sementara pada RTHTM yang diperhitungkan adalah seluruh
pendanaan termasuk pendanaan non ekuitas, seperti hak minoritas. Rasio total
hutang terhadap ekuitas (RTHE) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
5.3.
Total Hu tan g
RTHE=
Total Ekuitas …… (5.3)

4. Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas


Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (long-term debt to equity capital
ratio) menunjukkan komposisi antara pendanaan hutang jangka panjang dengan
pendanaan ekuitas. Kedua pendanaan ini merupakan pendanaan jangka panjang.

Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (RHJPE) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 5.4.

Hu tan g Jangka Panjang


RHJPE=
Total Ekuitas ............ (5.4)

5. Rasio Hutang Jangka Pendek terhadap Total Hutang


Rasio hutang jangka pendek terhadap total hutang (short-term debt to total debt
ratio) menunjukkan komposisi pendaaan utang. Rasio hutang jangka pendek
terhadap total hutang (RHJPTH) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
5.5.

Hu tan g Jangka Pendek


RHJPTH=
Total Hu tan g ........... (5.5)

6. Analisis Common-Size
Analisis struktur modal dapat pula menggunakan pendekatan common-size
(ukuran yang sama). Analisis ini menunjukkan komposisi sumber-sumber
pendanaan yang digunakan oleh perusahaan pada periode tertentu. Pada analisis
ini, seluruh komponen pendanaan dibagi dengan total pendanaan.

2. Pendekatan Analisis Solvabilitas: Modal Kerja


Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 1 bahwa ada empat pendekatan yang
dapat digunakan dalam melakukan analisis laporan keuangan perusahaan yaitu
pendekatan horizontal, pendekatan vertikal, pendekatan cross-section, serta
pendekatan diskusi dan analisis manajemen. Pada bagian ini akan dikemukakan
beberapa ilustrasi tentang pendekatan analisis solvabilitas perusahaan.

1. Pendekatan horizontal
Pendekatan horizontal dalam analisis solvabilitas merupakan suatu analisis
perbandingan secara internal dimana penilaian atas solvabilitas perusahaan
didasarkan pada kecenderungan (tren) solvabilitas perusahaan yang diukur
berdasarkan rasio-rasio keuangan di atas selama beberapa periode.

2. Pendekatan Vertikal
Pendekatan vertikal merupakan analisis perbandingan secara internal.
Pendekatan vertikal pada analisis solvabilitas perusahaan yang didasarkan pada
rasio-rasio struktur modal adalah menganalisis posisi keuangan pada satu periode
tertentu, misalnya tahun 2009. Pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai
patokan atau standar penilaian adalah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
manajemen perusahaan.

3. Pendekatan cross-section
Pendekatan cross-section merupakan suatu analisis perbandingan secara
eksternal. Pada pendekatan ini dilakukan perbandingan antara posisi keuangan
suatu perusahaan tertentu yang dianalisis dengan posisi keuangan perusahaan lain
dalam industri yang sama (pesaing utama) atau posisi keuangan rata-rata industri.
Oleh karena itu, pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai patokan atau standar
adalah posisi keuangan perusahaan lain atau rata-rata industri.

4. Pendekatan diskusi dan analisis manajemen


Pendekatan diskusi dan analisis manajemen merupakan suatu analisis yang tidak
didasarkan pada data keuangan perusahaan melainkan faktor-faktor lain yang
dianggap dapat berpengaruh terhadap solvabilitas perusahaan. Faktor-faktor yang
dimaksud dapat berupa faktor-faktor internal, seperti kebijakan-kebijakan
manajemen sehubungan dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Selain itu, dapat
juga berupa faktor-faktor eksternal, seperti kecenderungan kegiatan
perekonomian suatu Negara.

Menganalisis Solvabilitas: Cakupan Laba Perusahaan

Keterbatasan penggunaan struktur modal sebagai alat analisis adalah tidak dapat
menggambarkan ketersediaan arus kas untuk melayani hutang perusahaan, baik untuk
membayar bunga maupun pembayaran angsuran pokok pinjaman. Oleh karena itu,
keberadaan analisis cakupan laba (earnings coverage) dapat menutupi kelemahan
tersebut.

Analisis ini dapat memberikan gambaran sejauhmana kemampuan perusahaan


untuk menutupi kewajiban finansial kepada pemilik modal, seperti investor, kreditor,
suplier, dll. Di samping itu, juga hasil analisis ini dapat berguna untuk menentukan
keputusan tingkat penggunaan hutang. Pada analisis ini dapat digunakan beberapa
alat atau metode seperti rasio laba terhadap beban tetap (earnings to fixed charges
ratio), rasio kelipatan bunga (times interest earned ratio), dan rasio arus kas terhadap
beban tetap (cash flow to fixed charges ratio).

1. Rasio laba terhadap beban tetap


Rasio laba terhadap beban tetap (earnings to fixed charges ratio) menunjukkan
seberapa besar laba yang dihasilkan tersedia untuk menutupi beban-beban tetap
perusahaan. Laba yang tersedia merupakan laba sebelum bunga dan pajak atau
biasa juga disebut laba operasi. Sedangkan beban tetap merupakan pengeluaran
modal, pembayaran hutang, dan pembayaran dividen. Untuk menghitung rasio
laba terhadap beban tetap (RLBT) dapat digunakan Persamaan 5.6.

Laba yang Tersedia


RLBT=
Beban Tetap ……… (5.6)

2. Rasio kelipatan bunga


Rasio kelipatan bunga (times interest earned ratio) atau biasa juga disebut rasio
cakupan bunga (interest coverage ratio) menunjukkan seberapa besar laba yang
tersedia untuk menutupi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar beban bunga atas pendanaan hutang yang
digunakan. Laba yang tersedia merupakan laba sebelum bunga dan pajak yang
dihasilkan oleh perusahaan. Beban bunga merupakan beban bunga atas pinjaman.
Untuk menghitung rasio kelipatan bunga (RKB) ini digunakan Persamaan 5.7.

Laba sebelum Bunga dan Pajak


RKB=
Beban Bunga ………. (5.7)

3. Rasio kas terhadap cakupan bunga


Rasio kas terhadap cakupan bunga (cash interest coverage ratio) merupakan suatu
indikator yang menunjukkan kemampuan perusahaan menyediakan kas untuk
menutupi beban bunga. Secara spesifik, rasio ini mengukur berapa kali beban
bunga dapat ditutupi oleh arus kas dari operasi sebelum bunga dan pajak. Untuk
menghitung besarnya rasio kas terhadap cakupan bunga (RKCB) dapat digunakan
rumus yang ditunjukkan pada Persamaan 5.8.

Arus Kas Operasi+Beban bunga+Beban pajak


RKCB=
Beban bunga ……….(5.8)

4. Rasio arus kas terhadap beban tetap


Rasio arus kas terhadap beban tetap (cash flow to fixed charges ratio) atau biasa
disebut juga rasio kecukupan arus kas (cash flow adequacy ratio) menunjukkan
seberapa besar arus kas dari operasi yang tersedia untuk menutupi beban tetap.
Arus kas dari operasi yang tersedia adalah arus kas operasi bersih sedangkan
beban tetap adalah berupa pengeluaran modal, pembayaran kembali hutang, dan
pembayaran dividen. Untuk menghitung rasio arus kas terhadap beban tetap
(RAKBT) digunakan Persamaan 5.9.
Arus Kas Operasi
RAKBT=
Beban Tetap ………. (5.9)

Window-Dressing untuk Mengoptimalkan Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam keadaan tidak solvabel atau sangat solvabel pada akhir
periode maka pihak manajemen dapat mengubah kondisi perusahaan menjadi optimal
yang biasa disebut manajemen rasio. Upaya seperti ini dikenal dengan istilah
window-dressing. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 4 bahwa secara umum,
window-dressing merupakan rekayasa atau re-engineering laporan keuangan. Dan
Penulis telah berpendapat bahwa praktek window-dressing bukan merupakan
tindakan tidak etis sepanjang dilakukan secara benar. Artinya bahwa perubahan yang
dilakukan tidak hanya di atas kertas tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata.
Misalnya, untuk meningkatkan solvabilitas diperlukan peningkatan pendanaan
ekuitas dan sebaliknya penurunan pendanaan hutang. Tindakan ini harus benar-benar
diwujudkan berupa penjualan saham baru yang akan digunakan untuk membayar
hutang, terutama hutang jangka panjang.

Sehubungan dengan tindakan window-dressing untuk mengoptimalkan posisi


solvabilitas perusahaan melalui indikator rasio total hutang terhadap ekuitas (total
debt to equity ratio) maka pihak manajemen memiliki tiga pilihan kebijakan yaitu:

(1) mengubah ekuitas tetapi total kewajiban tidak berubah

(2) mengubah kewajiban tetapi ekuitas tidak berubah

(3) mengubah keduanya secara bersamaan.

Analisis Solvabilitas dan Respon Stakeholder Perusahaan

Pada dasarnya respon stakeholder terhadap posisi keuangan jangka panjang


(solvabilitas) perusahaan adalah sama dengan respon terhadap posisi keuangan jangka
panjang (likuiditas). Hal ini beralasan apabila dipandang dari aspek risiko. Rasio
solvabilitas yang tinggi mengindikasikan tingkat keamanan yang tinggi atau tingkat
risiko yang rendah namun di lain pihak mengindikasikan profitabilitas yang rendah.
Ini didasarkan pada alasan bahwa ketika manajemen menetapkan rasio solvabilitas
yang tinggi berarti dana yang tersedia disiapkan untuk berjaga-jaga. Dengan
demikian, dana yang tersedia tidak digunakan untuk kegiatan yang produktif sehingga
dapat mengurangi produktivitas. Demikian pula sebaliknya, rasio solvabilitas yang
rendah mengindikasikan tingkat keamanan yang rendah atau tingkat risiko yang
tinggi namun tingkat profitabilitas yang tinggi.

Rasio solvabilitas memberikan arti bagi para pemangku kepentingan


(stakeholders) sehingga mereka akan merespon secara berbeda. Bagaimana respon
para stakeholder terhadap tingkat solvabilitas perusahaan? Apabila tingkat
solvabilitas tinggi berarti perusahaan mampu memenuhi seluruh kewajibannya.
Dengan demikian respon para stakeholders secara singkat digambarkan sebagai
berikut:

1) Investor yang memiliki tipe sebagai pengambil risiko (risk taker) cenderung
merespon negatif sedangkan investor yang memiliki tipe sebagai penghindar
risiko (risk averter) cenderung merespon positif.
2) Kreditor cenderung merespon positif terutama kreditor jangka panjang.
3) Suplier cenderung merespon positif
4) Karyawan cenderung merespon positif
Beberapa hasil penelitian yang dilaksanakan di Indonesia yang menjelaskan
adanya hubungan atau pengaruh solvabilitas perusahaan terhadap respon para
stakeholder terutama investor dikemukakan sebagai berikut:

1. Bahri (2003) menyimpulkan bahwa debt to equity ratio (rasio hutang terhadap
ekuitas) secara signifikan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektoral.
2. Hodijah (2005) menyimpulkan bahwa hasil analisis rasio solvabilitas
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio dari ketiga bank syariah berada
diatas standar minimum dari Bank Indonesia. Ini menunjukkan permodalan dari
ketiga bank dapat dikatakan baik. Sedangkan secara umum hasil analisis
menggunakan Primary Ratio lebih banyak mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan pengelolaan dan pemilikan modal dari ketiga bank masih belum
baik.
3. Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani khairurizka (2009) menyimpulkan bahwa:
(1) rasio-rasio keuangan secara bersama-sama mempengaruhi return pasar dan
return tidak normal, dan (2) pandangan investor tentang rasio-rasio keuangan
adalah berguna dalam mengambil keputusan atas investasi.

Anda mungkin juga menyukai