Total Aktiva
RLK=
Ekuitas Saham Biasa ……… (5.1)
Total Hu tan g
RTHTM=
Total Modal …………………………. (5.2)
Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas (RHJPE) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 5.4.
6. Analisis Common-Size
Analisis struktur modal dapat pula menggunakan pendekatan common-size
(ukuran yang sama). Analisis ini menunjukkan komposisi sumber-sumber
pendanaan yang digunakan oleh perusahaan pada periode tertentu. Pada analisis
ini, seluruh komponen pendanaan dibagi dengan total pendanaan.
1. Pendekatan horizontal
Pendekatan horizontal dalam analisis solvabilitas merupakan suatu analisis
perbandingan secara internal dimana penilaian atas solvabilitas perusahaan
didasarkan pada kecenderungan (tren) solvabilitas perusahaan yang diukur
berdasarkan rasio-rasio keuangan di atas selama beberapa periode.
2. Pendekatan Vertikal
Pendekatan vertikal merupakan analisis perbandingan secara internal.
Pendekatan vertikal pada analisis solvabilitas perusahaan yang didasarkan pada
rasio-rasio struktur modal adalah menganalisis posisi keuangan pada satu periode
tertentu, misalnya tahun 2009. Pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai
patokan atau standar penilaian adalah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
manajemen perusahaan.
3. Pendekatan cross-section
Pendekatan cross-section merupakan suatu analisis perbandingan secara
eksternal. Pada pendekatan ini dilakukan perbandingan antara posisi keuangan
suatu perusahaan tertentu yang dianalisis dengan posisi keuangan perusahaan lain
dalam industri yang sama (pesaing utama) atau posisi keuangan rata-rata industri.
Oleh karena itu, pada pendekatan ini yang dijadikan sebagai patokan atau standar
adalah posisi keuangan perusahaan lain atau rata-rata industri.
Keterbatasan penggunaan struktur modal sebagai alat analisis adalah tidak dapat
menggambarkan ketersediaan arus kas untuk melayani hutang perusahaan, baik untuk
membayar bunga maupun pembayaran angsuran pokok pinjaman. Oleh karena itu,
keberadaan analisis cakupan laba (earnings coverage) dapat menutupi kelemahan
tersebut.
Apabila perusahaan dalam keadaan tidak solvabel atau sangat solvabel pada akhir
periode maka pihak manajemen dapat mengubah kondisi perusahaan menjadi optimal
yang biasa disebut manajemen rasio. Upaya seperti ini dikenal dengan istilah
window-dressing. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 4 bahwa secara umum,
window-dressing merupakan rekayasa atau re-engineering laporan keuangan. Dan
Penulis telah berpendapat bahwa praktek window-dressing bukan merupakan
tindakan tidak etis sepanjang dilakukan secara benar. Artinya bahwa perubahan yang
dilakukan tidak hanya di atas kertas tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata.
Misalnya, untuk meningkatkan solvabilitas diperlukan peningkatan pendanaan
ekuitas dan sebaliknya penurunan pendanaan hutang. Tindakan ini harus benar-benar
diwujudkan berupa penjualan saham baru yang akan digunakan untuk membayar
hutang, terutama hutang jangka panjang.
1) Investor yang memiliki tipe sebagai pengambil risiko (risk taker) cenderung
merespon negatif sedangkan investor yang memiliki tipe sebagai penghindar
risiko (risk averter) cenderung merespon positif.
2) Kreditor cenderung merespon positif terutama kreditor jangka panjang.
3) Suplier cenderung merespon positif
4) Karyawan cenderung merespon positif
Beberapa hasil penelitian yang dilaksanakan di Indonesia yang menjelaskan
adanya hubungan atau pengaruh solvabilitas perusahaan terhadap respon para
stakeholder terutama investor dikemukakan sebagai berikut:
1. Bahri (2003) menyimpulkan bahwa debt to equity ratio (rasio hutang terhadap
ekuitas) secara signifikan berpengaruh terhadap indeks harga saham sektoral.
2. Hodijah (2005) menyimpulkan bahwa hasil analisis rasio solvabilitas
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio dari ketiga bank syariah berada
diatas standar minimum dari Bank Indonesia. Ini menunjukkan permodalan dari
ketiga bank dapat dikatakan baik. Sedangkan secara umum hasil analisis
menggunakan Primary Ratio lebih banyak mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan pengelolaan dan pemilikan modal dari ketiga bank masih belum
baik.
3. Dwi Martani, Mulyono, dan Rahfiani khairurizka (2009) menyimpulkan bahwa:
(1) rasio-rasio keuangan secara bersama-sama mempengaruhi return pasar dan
return tidak normal, dan (2) pandangan investor tentang rasio-rasio keuangan
adalah berguna dalam mengambil keputusan atas investasi.