Anda di halaman 1dari 15

Tugas Makalah Teknologi Oleokimia

Proses Produksi CPO dan Proses Pemurnian CPO


kepada dosen mata kuliah
Dr. Ir. Renita Manurung., M.T
Disusun oleh :
1. Suwanty Rumapea / 16-054
2. Astri S.I.F.Banjarnahor/ 16-078

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
I. Latar belakang
Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong
dalam famili Palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun
demikian, dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk
Indonesia. Hingga kini tanaman ini telah diusahakan dalam
bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Kelapa
sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup
tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting
karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat
dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini,
Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit
dunia selain Malaysia dan Nigeria. Menurut Sastrosayono
(2003), kelapa sawit merupakan tanaman komoditas
perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan memiliki
prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa
sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya,
menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas
terbesar bagi negara setelah karet dan kopi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Agronomis Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) saat ini telah berkembang
pesat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia,
dan justru bukan di Afrika atau Amerika yang dianggap sebagai
daerah asalnya (Rizka,1993). Kelapa sawit pertama kali
diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah colonial Belanda
pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya Bogor (s’Lands
Plantentuin Buitenzorg). Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi : Embryophta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Areacacea (dahulu disebut Palmae)
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq. (Pahan,2006).
II. Industri Agribisnis Kelapa Sawit
Produk dari perkebunan kelapa sawit pada tingkat
perkebunan yaitu buah yang berbentu tandan buah segar (TBS).
TBS diolah menjadi bahan setengah jadi
yang berbentuk minyak kelapa sawit ( MKS = Crude Palm
Oil,CPO) dan inti kelapa sawit ( IKS = Palm Kernel, PK).
MKS dan IKS dapat diolah menjadi bermacam-macam produk
lanjutan dengan bermacam-macam kegunaan. Industri hilir
produk kelapa sawit terdiri dari industri hasil setengah jadi dan
industri jadi. Industri hasil setengah jadi digolongkan menjadi
2, yaitu oleopangan dan oleo-kimia. Oleo pangan adalah
penggunaan minyak sawit untuk produk pangan, contohnya
minyak goreng dan lemak makan (margarine, vanaspati, dan
shortening). Oleo-kimia adalah penggunaan minyak sawit
untuk produk kimia (nonpangan), contohnya fatty acid, fatty
alcohol, fatty amine, Methyl ester (biodiesel), Glyserol,
Ethoxylate, epoxylate, dan garam metalik.
Beberapa jenis makanan olahan kelapa sawit menjadi
industri barang jadi antara lain: indutri makanan seperti kue,
roti, biscuit, coklat, kembang gula, es krim, tepung susu nabati
dan mie siap saji; industri kosmetik seperti sabun, cream lotion
dan shampoo; industri farmasi seperti vitamin A dan E; industri
pabrik logam seperti sabun metalik, pelumat dan pelindung
karat baja, dan bahan pengapung; industri karoseri; industri
tinta cetak, lilin, dan crayon.

III. PROSES PENGOLAHAN CPO

Berikut langkah – langkah prosedur proses


produksi CPO adalah sebagai berikut :

I. Tandan buah segar yang sudah dipanen.


II. Penimbangan tandan buah segar.
III. Penyortiran
Kualitas buah / TBS yang diterima pabrik harus diperiksa
tingkat kematangan nya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada
umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen
merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah
pada stasiun penerimaan TBS (Loading Ramp / penampungan
TBS).
Kematangan TBS mempengaruhi terhadap rendemen minyak
dan ALB (Asam Lemak Bebas / FFA = Free Fatty Acid) yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah, Rendamen minyak (%), Kadar
ALB (%)
TBS Mentah, Rendemen berkisar antara 11% –
14%, Kadar ALB = 1,3% – 2,0%
TBS Setengah matang / Mengkal, Rendemen 14% –
18%. ALB = 1,7% – 2,4%
TBS Matang, Rendemen 18% – 23%. ALB = 2,2% – 3%
TBS lewat matang 23% – 26%. ALB = 3,0% – 3,6%
IV. Perebusan
Setelah disortir, TBS yang layak olah lalu dimasukkan ke
dalam lori rebusan yang terbuat dari plat besi / baja berlubang-
lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke
dalam Sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan
uap air yang bertekanan antara 2.6 sampai 3.0 Kg/cm2.
Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-
enzim yang dapat menurunkan kualitas minyak CPO.
Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah sawit mudah lepas
dari tandannya (berondolan) dan memudahkan pemisahan
daging buah sawit dari cangkang dan inti.

Tujuan perebusan :

a) Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.


b) Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
c) Menurunkan kadar air.
d) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas
dari biji. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter
pintu 2,1 m (hal ini tergantung dari design yang dipakai oleh
pabrik). Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm
yang berfungsi untuk menahan uap / steam yang berasal
dari Boiler. Dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya
untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam
sterilizer tetap seimbang. Proses perebusan ini biasanya
berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air
yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Proses
ini dapat menghasilkan condensat (cairan) yang mengandung
sekitar 0.5% minyak. Condensat ini kemudian dimasukkan ke
dalam Fat Pit, nanti nya dapat digunakan dalam membantu
proses Pressan daging sawit.
Tandan buah yang sudah selesai direbus dimasukan ke
dalam Threser, yang berfungsi untuk memisahkan antara
berondolan sawit dengan janjangan / tandan nya, dengan
menggunakan Hoisting Crane atau Fruit Elevator (hal ini
tergantung pada design yang digunakan oleh Pabrik).

V. Perontokan Buah dari Tandan / Threser


Pada tahapan mesin Threser, buah yang masih melekat
pada tandannya akan dipisahkan dengan menggunakan prinsip
bantingan, sehingga buah tersebut terlepas (kemudian
ditampung dan dibawa oleh Fruit Conveyor ke Digester).
Tujuan mesin Threser adalah untuk memisahkan brondolan dari
tangkai tandan. Alat yang digunakan pada mesin ini adalah
drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping
(perontokan) tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan
yang melekat pada tangkai tandan, ini yang disebut
dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini,
maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sistem 'Double
Thresing' bekerja dengan cara janjang kosong / EFB (Empty
Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak
langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua, supaya sisa
berondolan yang masih tertinggal dari proses thresing pertama
dapat terambil. Selanjutnya Empty Fruit Bunch dibawa
ketempat pembakaran (incinerator) dan dapat dimanfaatkan
sebagai produk sampingan, sebagai pupuk misal nya.

VI. Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Digester
A. Digester
Buah yang sudah terlepas (berondolan) yang dibawa oleh Fruit
Conveyor dimasukkan ke dalam Digester atau peralatan pengaduk.
Tujuan dari penggunaan Digester adalah untuk memisahkan daging
buah sawit terlepas dari biji (nut) nya. Dalam proses pengadukan
Digester ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga
agar stabil antara 80° – 90°C.
Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.
2. Memisahkan daging buah dengan biji.
3. Mempersiapkan Feeding Press.
4. Mempermudah proses di press.
5. Membantu menaikkan Temperatur pada Screw Press.
Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah
terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau
pengaduk yang terpasang pada bagian poros, sedangkan pisau
bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari
digester ke screw press.
Daging buah dari Digester yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalamfeed
screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin
pengempa (twin screw press) kemudian dimasukkan ke dalam alat
pengepresan (Screw Press) untuk memisahkan minyak keluar dari
biji dan Serat (fibre).
B. Screw Press.
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang
telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak
kasar. Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa
tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage
minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak
menuju stasiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke
stasiun kernel.Untuk memudahkan proses pengepresan ini perlu
tambahan air panas (+ air Condensat dari hasil perebusan) sekitar
10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan
tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas / serat fiber serta
biji. Minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank,
untuk dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand
Trap yang kemudian dilakukan penyaringan
menggunakan Vibrating Screen. Sedangkan ampas dan biji yang
masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan
ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan
minyak kasar perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan
penyaringan minyak. Minyak kasar (Crude Oil) kemudian
dipompakan ke dalam mesin Decanter guna
memisahkan Solid (kotoran padat) dan Effluent (kotoran cair).
Pada Effluent masih terkandung unsur minyak, air dan masa jenis
ringan lain nya, kemudian ditampung pada Continious Settling
Tank. Minyak dialirkan ke Oil Tank dan pada fase berat
(sludge) yang terdiri dari air dan padatan yang terlarut ditampung
ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge
Separator untuk memisahkan (mengutip) minyak yang masih
terkandung didalam nya. Minyak dari oil tank kemudian dialirkan
ke dalam Oil Purifier untuk memisahkan kotoran / solid yang
mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier
untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian
melalui Sarvo Balance, minyak sawit dipompakan ke tangki
timbun (Oil Storage Tank).

Proses Pemurnian Minyak Kelapa Sawit


Berikut gambar proses pemurnian CPO yaitu :

Berikut adalah prosedur proses pemurnian pada CPO sebagai


berikut :
I. Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak,
lumpur masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank
adalah untuk menampung pasir. Temperatur pada sand trap
mencapai 95 derajat Celcius.
Vibrating Screen separator

II. Vibro Seperator / Vibrating Screen


Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude
Oil dari serabut dan atau kotoran lain nya yang dapat
mengganggu proses pemisahan / pemurnian minyak. Sistem
kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran –
getaran berkelanjutan pada Vibro kontrol melalui penyetelan
pada bantalan yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang
kurang stabil dapat mengakibatkan pemisahan tidak efektif.
III. Vertical Clarifier Tank
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan
kotoran (NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat
jenis yang lebih ringan dari 1 akan berada pada lapisan atas dan
air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah
sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan
berada pada lapisan bawah. Fungsi Skimmer dalam VCT adalah
untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara
mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan
minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (sekitar 90 - 95
derajat Celcius) akan memudahkan proses pemisahan ini.
Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip
keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana
berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja di VCT.
IV. Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat penampungan
sementara Crude Oil sebelum diolah oleh Purifier. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk
mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95 derajat
Celcius. Kapasitas yang dapat diolah Oil Tank sekitar 10 Ton /
Jam.
V. Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air
dalam minyak dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini
dilakukan proses diperlukan temperatur suhu 95 derajat
Celcius.
VI. Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar
air dalam minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah
minyak disimpan kedalam bejana melalui Nozel. Suatu jalur
resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam
bejana. Vacuum dryer lalu melakukan proses sedemikian rupa
sehinggan kadar air yang masih terkandung didalam minyak
dapat diserap dan dibuang melalui pipa pembuangan.
VII. Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge
(bagian dari minyak kasar yang terdiri dari kotoran padatan dan
zat cair yang masih mengandung minyak) sebelum diolah oleh
sludge seperator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan
sistem injeksi untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan
yaitu 90 - 95 derajat Celcius.
VIII. Sand Cyclone / Pre- cleaner
Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir
yang terkandung dalam sludge dan untuk memudahkan proses
selanjutnya.
IX. Brush Strainer ( Saringan Berputar )
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut
yang terdapat pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja
Sludge Seperator. Alat ini terdiri dari saringan dan sikat yang
berputar.
X. Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil
minyak yang masih terkandung dalam sludge dengan cara
sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak yang berat
jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.
XI. Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan
sementara minyak produksi yang dihasilkan sebelum dikirim
atau dijual. Didalam Storage tank terdapat pipa-pipa yang
dialiri oleh uap steam, untuk menjaga supaya suhu minyak CPO
dalam tanki penyimpanan tetap terjaga stabil antara 45-50
derajat Celcius. Storage Tank harus dibersihkan secara
terjadwal dan pemeriksaan kondisi pipa Steam harus dilakukan
secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa uap
Steam dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.
Proses Pengolahan Biji Sawit dan Fiber.

I. Cake Breaker Conveyor (CBC)


Fungsi dari Cake Breaker Conveyor adalah untuk
membawa dan membantu memisahkan gumpalan yang terdiri
dari biji sawit / nut dan Fiber (serabut) yang berasal dari stasiun
Press ke depericarper.
II. Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber
dengan nut dan membawa fiber untuk menjadi bahan bakar
boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung pada berat massa,
yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap oleh fan tan.
Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing
Drum.

Nut Polishing Drum

Fungsi dari Nut Polishing Drum adalah :


1. Membersihkan biji dari serabut – serabut yang masih
melekat.
2. Membawa nut dari Depericarper ke Nut Transport.
3. Memisahkan nut dari sampah.
4. Memisahkan gradasi nut.
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan
sementara nut sebelum diolah pada proses berikutnya. Bila
proses pemecahan nut dengan menggunakan nut Craker
maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan
(Heater).
III. Riplle Mill
Fungsi dari riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada
Riplle Mill terdapat rotor bagian yang berputar pada Riplle
Plate bagian yang diam. Nut masuk diantara rotor dan Riplle
Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan cangkang
dari nut.
IV. Claybath
Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang
dan inti sawit pecah yang besar dan beratnya hampir sama
dengan menggunakan cairan Calsium Carbonat. Proses
pemisahan dilakukan berdasarkan kepada perbedaan berat jenis.
Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam suatu
cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti
maka untuk berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis
larutan akan terapung diatas dan yang berat jenisnya lebih besar
akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih ringan dari
pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berar
jenisnya lebih besar.
V. Hydro Cyclone
Fungsi dari Hydro Cyclone adalah :
1. Mengutip kembali inti sawit yang ikut terbawa ke cangkang.
2. Mengurangi losis (inti cangkang) dan kadar kotoran.
VI. Kernel Dryer
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar
air yang terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air
tinggi pada inti akan menyebabkan tumbuh / muncul nya jamur
pada inti dan juga dapat mempengaruhi nilai penjualan, karena
jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo
ada 3 tingkatan yaitu : Atas 70 derajat celcius, Tengah 60
derajat, Bawah 50 derajat celcius.
Pada sebagian PKS ada yang menggunakan sebaliknya yaitu
atas 50 derajat, tengah 60 derajat, dan bawah 70 derajat celcius.
VII. Kernel Storage
Fungsi dari Kernel ini adalah untuk tempat penyimpanan
inti produksi sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel
Storage pada umumnya berupa bulk silo yang seharusnya
dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam
inti dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam Storage
lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur.

Anda mungkin juga menyukai