DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Tujuan Penyusunan Renstra................................................................................ 3
C. Sistematika Penyusunan Renstra ........................................................................ 4
II POTENSI DAN PERMASALAHAN ......................................................................... 5
A. Potensi .................................................................................................................... 5
1. Lingkungan Strategis Eksternal .......................................................................... 5
2. Lingkungan Strategis Internal ............................................................................. 6
3. Revitalisasi pertanian dan revolusi peternakan ................................................... 6
4. Posisi politik ekonomi peternakan ...................................................................... 7
B. Permasalahan ........................................................................................................ 7
1. Agribisnis Perunggasan....................................................................................... 7
2. Agribisnis Persusuan ........................................................................................... 7
3. Agribisnis Sapi Potong ....................................................................................... 8
4. Dampak impor ternak dan Daging Sapi .............................................................. 8
III. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ................................................................. 10
A. Visi ........................................................................................................................ 10
B. Misi ....................................................................................................................... 11
C. Tujuan .................................................................................................................. 12
1. Tujuan Umum ................................................................................................... 12
2. Tujuan Khusus .................................................................................................. 12
D. Sasaran ................................................................................................................. 12
VI. ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI ............................................................... 14
A. Arah Pembangunan Peternakan ....................................................................... 14
1. Paradigma Pembangunan Peternakan ............................................................... 14
2. Pembangunan Pedesaan sebagai Entry Point Revitalisasi Peternakan.............. 15
3. Penguatan kelembagaan (Institusi) dalam pembangunan peternakan ............... 16
4. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT) ............ 16
B. Kebijakan............................................................................................................. 18
C. Strategi ................................................................................................................. 19
1
V. PROGRAM DAN KEGIATAN ................................................................................ 21
A. Program .................................................................................................................. 21
B. Kegiatan ................................................................................................................ 21
VI. PENUTUP ..................................................................................................................... 24
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian dan Peternakan Merupakan komponen utama pendapatan
daerah pedesaaan dan daerah tertinggal (FAO, 1999). Peran Ternak sangat
Substansian dalam memberikan kontribusi kepada pendapatan rumah tangga,
dan saat ini memberikan penghidupan sekitar 700 juta penduduk miskin di
Negara berkembang. Ternak sangat menentukan perekonomian di banyak
negar berkambang (LID, 1999; World Bank, 2001;ATSE, 2003).
3
e) Sebagai pedoman umum dalam melakukan pelayanan kepada
masyarakat.
f) Untuk memfasilitasi komunikasi, baik vertical maupun horizontal,
antar dan iintas sector serta dengan masyarakat peternakan, dan
pelaku agribisnis berbesis peternakan.
BAB I. Pendahuluan
Lampiran-Lampiran
4
II POTENSI DAN PERMASALAHAN
A. Potensi
1. Lingkungan Strategis Eksternal
a) Perdagangan
Globalisasi ditandai dengan meningkatnya
persaingan bebas, karena itu mengharuskan setiap
komponen bangsa harus meningkatkan daya saing. Oleh
karena itu, pada tahun 1988 di cetuskan kesepakatan dunia
dikenal sebagai General Agreement on Tariff and Trade
(GAAT). Antara lain memuat Agreement on Agriculture,
termasuk di dalamnya memuat perjanjian Sanitary and
Phytosanitary (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT),
kemudian Indonesia mengimplementasikan melalui undang-
undang no.7 tahun 1944.
b) Perhatian Terhadap kelestarian Lingkungan
Perhatian internasional yang harus diprhatikan dan
diatasi melalui langkah- langkah antara lain:
5
2. Lingkungan Strategis Internal
6
4. Posisi politik ekonomi peternakan
Pada masa awal kemerdekaan, pembangunan peternakan dipenuhi
semangat nasionalisme dan keinginan mencakupi seluruh rakyat akan
bahan makanan pokok daging yang berasal dari dalam negeri.
Pada era orde baru “politik swasembada” menjadi bendera utama
pengelolaan pembangunan pertanian dengan mengembangkan dan
menerapkan program yang sebenarnya sudah dicanangkan
sebelumnya,yaitu intensifikasi dengan penerapan teknologi,
ekstensifikasi,rehabilitasi,dan berbagai program lain.
B. Permasalahan
1. Agribisnis Perunggasan
7
persusuan. Dilihat dari sisi konsumsi susu, konsumsi Indonesia terhadap
produk susu masih tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan
Negara berkembang lainnya. Konsumsi susu per kapita masyarakat
Indonesia tahun 2007 sekitar 3,1 kg/kapita./tahun.
Untuk mendorong revitalisasi persusuan nasional diperlukan
kebijakan pemerintah yang pro peternakan, penciptaan pasar yang
kondusif sehingga mampu merangsang peningkatan susu segar dalam
negeri.
8
pedaging ke Indonesia telah menimbulkan silang pendapat yang
diutarakan beberapa kalangan antara lain sebagai berikut:
Pertama, Di beberapa Negara pengekspor daging telah berkembang
berbagai penyakit misalnya penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan sapi
gila. Indonesia telah dinyatakan bebas beberapa penyakit hewan menular
utamanya dalam daftar penyakit “A” Organisasi kesehatan hewan dunia.
Dinyatakan bebas PKM sejak 1985 setelah berupaya lebih dari 100 tahun.
Kedua, Kecenderungan peningkatan impor daging dan sapi bakalan
maupun sapi potong tidak hanya semata-mata karena kesenjangan
permintaan dan penawara. Tetapi disebabkan adanya kemudahan dalam
pengadaan produk impor (Volume, kredit, transportasi) serta harga produk
yang murah.
Ketiga, Apabila Impor daging ke Indonesia menghancurkan
peternakan nasional, maka dalam jangka panjang yang terjadi adalah
timbulnya pengangguran, dan tingkat kemiskinan baru, serta berkurangnya
penerimaan pemerintah dari pajak yang seyogyanya dapat dibayarkan oleh
usaha dan industry peternakan. Hal tersebut harus dihindari karena
pengangguran dan kemiskinan yang masih menjadi penghambat utama
dalam membangun bangsa yang tangguh dan berdaya saing, serta
kehilangan potensi penerimaan pajak lebih memberatkan pelaksanaan
program-program pembangunan peternakan.
9
III. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
A. Visi
Visi merupakan suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan. Visi adalah suatu harapan
sekaligus tujuan yang ketercapaianya memerlukan waktu yang panjang, karena
visi tersebut akan selalu berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan
Strategis pembangunan pertanian dan arah pembangunan nasional. Visi
Direktorat Jenderal Peternakan 2010 – 2014 dirumuskan sebagai berikut :
10
Peternakan yang berkelanjutan. Mengandung arti bahwa peternakan
mampu eksis dan dinamis dalam menghadapi eperubahan lingkungan Strategis
dengan menggunakan sumberdaya terbarukan.
Sumber daya Lokal. Diartikan sumber daya yang berasal dari berbagai
daerah Yng meliputi sumber daya genetic ( bibit, pakan, master seed/biang
vaksin), teknologi peternakan yang sesuai dengan kondisi agroekosistem serta
sosial ekonomi di Indonesia.
B. Misi
11
C. Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam periode
tertentu. Sinergi dengan Visi misi yang telah di tetapkan, maka dirumuskan
tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dalam periode tahun 2010- 2014 yang
mencangkup tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus Direktorat Jenderal Peternakan adalah
sebagai Berikut :
a) Meningkatkan Jaminan ketersediaan benih dan bibit
ternak yang berkualitas.
b) Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak
ruminansia
c) Meningkatkan populasi dan produktivitas Non
ruminansia
d) Meningkatkan populasi dan mempertahankan status
kesehatan hewan
e) Meningkatkan jaminan keamanan produk hewan
f) Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat
D. Sasaran
Sasaran Adalah hasil yang akan di capai secara nyata dalam rumusan
yang lebih spesifik dan terukur. Indikator pencapaian sasaran dalam kurun
waktu 2010 – 2014 diuraikan pada bagian program dan kegiatan. Sasaran
Utama Direktorat Jenderal Peternakan adalah meningkatkan ketersediaan
12
produk daging, telur, dan susu serta meningkatnya kontribusi produk ternak
dalam negeri yang mencakup :
a) Meningkatnya ketersediaan benih dan bibit ternak yang
berkualitas dengan memanfaatkan sumber daya lokal
b) Meningkatnya populasi dan produktivitas ternak
ruminansia dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
c) Meningkatnya populasi dan produktivitas ternak non
ruminansia dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
d) Meningkatnya derajat kesehatan ternak dan wilayah
bebas penyakit
e) Menurunnya derajat kontaminan dan residu prodak
hewan
f) Meningkatnya kualitas pelayanan kepada masyarakat.
13
VI. ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
14
key parties yaitu Academician, Bussinesman , and Government (ABG) dapat
bersinergi dalam visi yang sama.
15
3. Penguatan kelembagaan (Institusi) dalam pembangunan peternakan
Peran institusi bagi revitalisasi peternakan dapat dilihat pada dua aras
yaitu : (1) aras makro yang memfokuskan pada dominan aturan main (rules of
the games). (2) aras mikro yang lebih memfokuskan pada institusional
arrangement sebagai upaya mengatur antar unit sosial ekonomi mengenai cara-
cara bekerjasama dan berkompetisi diantara anggotanya dalam mencapai
tujuan.
16
a) Strengths ( Kekuatan – kekuatan )
b) Weaknesses ( Kelemahan-kelemahan)
c) Opportunities ( Peluang-Peluang)
17
dengan peternakan ; berkembangnya pertanian organic dan biofuel; adanya
minat investasi di bidang peterakan; adanya bantuan luar negeri ; adanya
pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dan pemda ;
meningkatnya tuntutan One World One Health (OWOH) untuk kesehatan
manusia , hewan dan lingkungan ; serta adanya pengaturan perwilayahan
peternakan.
d) Threats (Ancaman)
B. Kebijakan
Kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan peternakan tidak
sepenuhnya berada dalam kewenangan Ditjennak, melainkan sebagiam
kebijakan strategis tersebut berada dalam wewenang di luar Ditjennak.
Beberapa kebijakan Ditjennak untuk mencapai tujuan dalam periode 2010-
2014 adalah sebagai berikut:
a) Kebijakan peningkatan ketersediaan dan mutu benih dan bibit
18
b) Kebijakan, peningkatan , populasi dan optimalisasi produksi ternak
ruminansia
c) Kebijakan, peningkatan , populasi dan optimalisasi produksi ternak non
ruminansia
d) Kebijakan, peningkatan dan pemertahanan status kesehatan hewan.
e) Kebijakan peningkatan jaminan keamanan produk hewan
f) Kebijakan peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat.
C. Strategi
Strategi merupakan cara dan teknik mencapai tujuan yang akan
digunakan sebagai acuan dalam menetapkan kebijakan, program dan
kegiatan. Strategi disusun berdasarkan analisis Strengths-Opportunities
(SO), Strengths-Threats (ST), Weaknesses- Opportunities (WO) dan
Weaknesses-Threats (WT), sebagai Berikut :
a) Peningkatan ketersediaan dan perbaikan mutu benih dan bibit ternak
dengan pengoptimalisaasi kelembagaan pembibitan dan sertifikasi,
penjaringan, pemurnian dan persilangan ternak bibit dan benih lokal
melalui penerapan perbibitan yang baik , serta penggunaan teknologi
inseminasi buatan dan embrio transfer.
b) Peningkatan populasi dan optimasi produksi ternak ruminansia melalui
penerapan good farming practiced (GFP) , pengaturan perwilayahan,
intregasi ternak dan tanaman, pendayagunaan bahan pakan lokal serta
pemberdayaan peternak.
c) Peningkatan populasi dan optimalisasi produksi ternak non-ruminansia
melalui restrukturisasi perunggasan, percepatan peningkatan populasi
unggas lokal, dan optimalisasi produksi ternak unggas, penataan usaha
babi ramah lingkungan, pengembangan ternak puyuh, kelinci, dan rusa,
pemberdayaan peternak, peningkatan ketahanan dan keamanan pakan
unggas dan pengembangan alat dan mesin.
19
d) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular dan
gangguan reproduksi serta mempertahankan dan mempeluas status
wilayah Indonesia bebas penyakit hewan menular strategis.
e) Pencegahan dan pengamanan bahaya pencemaran produk hewan,
zoonosism dan produk rekayasa genetic, serta peningkatan penerapan
kesejahteraan hewan.
f) Pendayagunaan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM peternakan
untuk kebijakan dan pengambilan keputusan.
20
V. PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Program
B. Kegiatan
21
b) Kegiatan 1: Peningkatan kualitas dan kuantitas benih dan bibit dengan mengo
ptimalkan sumber daya lokal. Output kegiatan ini adalah peningkatan kualitas
dan kuantitas benih dan bibit ternak ( sapi potong, sapi perah, domba, kambin
g, ayam buras, itik) yang bersertifikat melalui : penguatan kelembagaan Perb
ibitan yang menerapkan Good Breeding Practices, Peningkatan penerapan st
andar mutu benih dan bibit ternak; peningkatan penerapan teknologi Perbibita
n, dan pengembangan usaha dan investasi. indikator kegiatan ini adalah peni
ngkatan kuantitas semen, peningkatan produksi embrio, peningkatan kualitas d
an kuantitas bibit sapi potong, sapi perah, ayam buras, itik, domba, dan peni
ngkatan kualitas dan kuantitas kambing.
c) Kegiatan 2: Peningkatan produksi ternak Ruminansia dengan Pendayagunaan
sumber daya lokal. Output kegiatan ini adalah meningkatnya produksi dan po
pulasi ternak Ruminansia ( Sapi potong, sapi perah, domba dan kambing), ser
ta proporsi produksi susu sapi domestik terhadap total permintaan susu nasion
al.
d) Kegiatan 3: Peningkatan Produksi ternak non Ruminansia dengan pendayagun
aan sumber daya lokal.
Output kegiatan ini adalah meningkatnya produksi dan populasi serta meningk
atnya pendayagunaan sumber daya lokal ternak non Ruminansia. indikator ke
giatan ini adalah pertumbuhan populasi dan produksi ayam buras dan itik, pro
porsi produksi telur ayam buras terhadap total produksi telur nasional, propor
si produksi daging unggas lokal terhadap total produksi daging unggas nasion
al serta proporsi pemanfaatan bahan pakan lokal dalam pakan unggas.
e) Kegiatan 4 : Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strat
egis dan penyakit Zoonosis. Output kegiatan ini adalah penguatan kelembagaa
n kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan PHMS dan Zoonosis,
Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik, serta terjaminnya mutu obat h
ewan. Indikator kegiatan ini adalah kemampuan mempertahankan status " dae
rah bebas" PKM dan BSE, dan peningkatan status wilayah, penguatan otorita
s veteriner melalui pertumbuhan jumlah puskeswan yang terfasilitasi, penguat
an otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah laboratorium veteriner kelas
22
C yang terfasilitasi , surveilans nasional PHMSZE (prevalensi dN atau insiden
si), dan ketersediaan alsin dan obat hewan bermutu.
f) Kegiatan 5 : Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta pemen
uhan persyaratan produk hewan non pangan . Output kegiatan ini adalah peng
uatan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner, peningkatan jaminan produ
k hewan ASUH dan daya saing produk hewan, tersosialisasikannya risiko res
idu dan cemaran pada produk hewan serta zoonosis kepada masyarakat dan te
rsedianya profil keamanan produk hewan nasional serta peta zoonosis, serta p
eningkatan penerapan kesrawan di RPH/RPU. indikator kegiatan ini adalah pe
ningkatan penerapan fungsi otoritas veteriner, UPT pelayanan dan lab kesma
vet melalui puskeswan, pertumbuhan terpenuhinya persyaratan dan standar ke
amanan dan mutu produk hewan pangan dan non pangan, persentase penurun
an produk asal hewan yang diatas BMCM dan BMR, penurunan prevalensi da
n insidensi zoonosis, peningkatan persentase jumlah RPH yang menerapkan k
esrawan, peningkatan persentase jumlah RPU yang menerapkan kesrawan.
g) Kegiatan 6: peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen di bidang peter
nakan. Output kegiatan ini adalah meningkatnya pelayanan prima kepada mas
yarakat indikator dari kegiatan ini adalah indeks kepuasan pelanggan.
23
VI. PENUTUP
24