Agama Islam
Penyusun
Alif Wahyudianto
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................3
A. Pengertian tayamum.......................................................................3
B. Sebab-sebab diperbolehkannya tayamum..................................4
C. Srarat-syarat tayamum................................................................5
D. Rukun-rukun tayamum.................................................................6
E. Sunat-sunat tayamum..................................................................7
F. Batalnya tayamum......................................................................7
G. Beberapa masalah yang bersangkutan dengan tayamum...........8
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ketika kita tidak bisa bersuci dari hadats dengan berwudhu atau mandi
karena sebab/keadaan darurat, maka kita masih dapat untuk
menghilangkan hadats dengan cara tayamum. Tayamum ini adalah
bentuk kecintaan Allah kepada umat Islam dengan memberikan
keringanan (rukhsah) dalam beribadah menurut kemampuan masing-
masing.
Semua rukhsah itu tidak bisa dilakukan jika kita tidak mengetahui syarat,
rukun dan tata caranya. Untuk itu kami susun makalah ini yang memuat
didalamnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan thaharah dalam
keadaan darurat, dalam hal ini tayamum.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
A. Semester 1
4. Menjauhi penyakit hati seperti sifat dengki atau iri hati kepada orang lain
dengan tidak membalas kedengkian mereka kepada kita.
5. Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita,
dan tidak merusak nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar
selalu bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya, berolahraga,
mengonsumsi makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya.
1.1.6 Mujahadah an nash dalam surat an-nafs ayat 27
d. Perlu kesungguhan bagi setiap muslim untuk bersama sama memikul beban
berat perjuangan, saling menolong dan melindungi, baik melalui harta maupun
jiwa, dalam mengemban risalah llahi yang kini tantangannya semakin berat dan
kompleks.
e. Pada setiap kurun atau masa selalu ada sekelompok umat yang bersikap
mementingkan diri-sendiri, tidak mau berbagi dan peduli, apalagi berkorban
dengan harta dan jiwa mereka. Melalui ayat ini, kita diingatkan oleh Allah swt
dengan teladan dan contoh yang bagus, yakni perjuangan dua kelompok umat
Islam, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar. Sementara satu kelompok yang tidak
perlu ditiru, yaitu kaum muslim yang tidak ikut hijrah bersama Rasulullah saw.
f. Perlunya umat melakukan hijrah di saat menghadapi situasi dan kondisi yang
serba tidak menentu. Hijrah bukan hanya berpindah dalam makna fisik, namun
yang lebih penting adalah hijrah dalam makna rohani, yaitu bertekad bulat
untuk senantiasa mengubah pola hidup (life style) yang buruk menjadi baik,
lemah semangat menjadi bersemangat, miskin cita-cita menjadi tinggi cita dan
asa.
1) Memaafkan kesalahan teman dan orang lain yang berbuat “aniaya” kepada
kita.
2) Bersabar dengan tidak membalas terhadap ejekan atau cemoohan teman yang
tidak suka terhadap kamu.
3) apabila suara kita tidak didengar , atau kita kalah dalam pemilu , kita juga
harus bisa menahan diri , dan menerimanya dengan lapang dada
4) apabila kita terpilih menjadi salah satu pimpinan dalam pemerintahan , kita
juga harus bisa menahan diri , untuk tidak berlaku sewenang"
Pengertian husnuzan artinya berbaik sangka, lawan katanya adalah suuzan yang
artinya berburuk sangka. Berbaik sangka dan berburuk sangka merupakan
bisikan jiwa, yang dapat diwujudkan melalui perilaku yakni ucapan dan
perbuatan. husnuzan juga dapat diartikan sebagai sikap mental terpuji yang
mendorong pemiliknya untuk bersikap, bertutur kata dan berbuat yang baik dan
bermanfaat, sehingga dapat dikatakan bahwa husnuzan termasuk kedalam
akhlak terpuji.
2.1.2 Pengertian Suuzan
2. Husnuzan terhadap diri sendiri : Muslim dan muslimah yang husnuzan atau
berbaik sangka terhadap diri sendiri tentu akan berprilaku terpuji terhadap
dirinya sendiri, seperti :
b. gigih dalam mencapai apa yang dinginkan dengan berkeras hati, tabah dan
rajin
c. mampu berinisiatif yang positif dalam bidang yang ditekuninya dan sesuai
dengan keahliannya
Islam mendidik umatnya agar selalu bersikap hati-hati terhadap sikap zan, karena
dalam Al-Qur'an Allah swt memperingatkan kepada hambanya untuk
menjauhinya sebagaimana firman-Nya sebagai berikut :
Arinya :
"Wahai orang yang beriman!jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa" (QS.Al-hujurat ayat 12)
Dalam buku tafsir djalalaini dijelaskan bahwa "Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.
Artinya menjerumuskan kepada dosa, dan jenis prasangka itu banyak sekali
diantaranya sangka buruk.
kepada orang mukmin yang selalu berbuat baik. Orang-orang mukmin yang
selalu berbuat baik cukup banyak. Berbeda keadaannya dengan orang-orang fasik
dari kalangan kaum muslimin maka tiada dosa bila kita berbutuk sangka
kepadanya menyangkut masalah keburukan yang tampak dari mereka. Dan
janganlah mencari-cari kesalah orang lain.
Dari penjelasan tersebut diatas secara tegas mewajibkan kita secara hati-hati
dalam hal zan (prasangka). Dan adapun prasangka yang tergolong dosa ialah
prasangka buruk (suuzan). Berprasangka yang buruk berarti mencurigai orang
lain telah berbuat yang tidak baik, padahal hal itu belum tentu benar. Dengan
demikian hubungan persaudaraan dia dengan orang yang dicurigai pasti semakin
menjadi jauh.
Menurut Ibnu Munzir dan Ibnu Juraij, ayat ini turun berkaitan dengan kebiasaan
salman Al-Farisi yang makan lalu tidur dengan mendengkur. Sebagian orang
membicarakan, maka turunlah ayat ini yang melarang umat Islam untuk
menggunjing dan mengumpat.
1. Semakin dekat hubungan batin antara pelaku dengan pihak lain yang
diduga berbuat kebaikaan
2. memperoleh kepercayaan diri orang yang menduga dirinya telah berbuat
baik
3. memperkuat hubungan persaudaraan antara keduanya (yang menduga dan
yang diduga)
1. tidak mudah menerima suatu berita yang tidak jelas sumber dan
kebenarannya
2. berusaha untuk sering bertemu dengan sesama teman atau anggota
masyarakat
3. dengan sering bertemu, maka dapat mengantisipasi munculnya gosip yang
sering merusak hubungan persaudaraan.
Dalam agama Suuzan sangat dilarang karena hukumnya haram, karena dapat
meretakkan hubungan keharmonisan, baik kepada kerabat, temana, sahabat atau
dalam lingkungan masyarakat. Buruk sangka adalah sifat yang dapat membuat
seseorang menjadi curiga terhadap seseorang yang pada akhirnya dirinya menjadi
tidak nyaman pada seseorang.
Orang yang mempunyai sifat tersebut selalu merasa dirinya terancam oleh
sebuah bahaya, yang sebenarnya tidak akan terjadi. Dengan dihantuinya fikiran
seperti itu maka selalu dipenuhi oleh hal-hal yang mencurigakan terhadap
seseorang akhirnya perasaannya tidak akan pernah merasa tenang.
2.1.11 Hadits tentang Husnuzan
اَل يا ُموتان
ُ أ ا احدُ ُك ْم ِإَل او ُه او يُ ْحس
ِن الظن ِباَّللِ اعز او اجل
Artinya :
"Janganlah salah satu diantara kalian mati, kecuali berprasangka baik
terhadap Allah." ( HR : Muslim )
ُ اع ْن أ ا ِبى
س ْف ايانا
ٍ قا ْب ال اوفااتِ ِه بِثاالا-صلى هللا عليه وسلم- س ِم ْعتُ النبِى
ث اع ْن اجابِ ٍر قاا ال ا
ِن بِاَّللِ الظنا ُ ياقُو ُل « َلا يا ُموتان أ ا احدُ ُك ْم ِإَل او ُه او يُ ْحس
Artinya : “
Janganlah seorang diantara kalian meninggal kecuali dia telah berbaik sangka
kepada Allah “ ( H.R. Muslim )
احدثاناا ِب ْش ُر
ع ْبد ُ َّللاِ أ ا ْخ اب ارناا ام ْع ام ٌر اع ْن هام ِام ب ِْن
ب ُْن ُم احم ٍد أ ا ْخ اب ارناا ا
سل امصلى َّللاُ اعلا ْي ِه او ا ُمنابِ ٍه اع ْن أابِي ُه اري اْرة ا اع ْن النبِي ِ ا
سوا ُ ث او اَل ت ا احس ِ ب ْال احدِي ُ قاا ال ِإيا ُك ْم اوالظن فاإِن الظن أ ا ْكذا
ضوا او ُكونُوا ُ سدُوا او اَل تاداا اب ُروا او اَل ت ا ابا اغ سوا او اَل ت ا احا ا ُ او اَل ت ا اجس
ِع ابادا َّللاِ ِإ ْخ اوانًا
Artinya : “Telah
menceritakan kepada kami [Bisyr bin Muhammad] telah mengabarkan kepada
kami
[Abdullah] telah mengabarkan kepada kami [Ma'mar] dari [Hammam bin
Munabbih]
dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang
paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari
isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi,
jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." ( H.R : Bukhari No 5604)
1. Ukhuwah Islamiyah
Yaitu persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau persaudaraan
yang diikat oleh aqidah/keimanan, tanpa membedakan golongan selama
aqidahnya sama maka itu adalah saudara kita dan harus kita jalin dengan sebaik-
baiknya. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Alqur’an surat Al Hujarat :
10, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara,
oleh karena itu peralatlah simpul persaudaraan diantara kamu, dan bertaqwalah
kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmatnya “.
2. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah
Yaitu persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa
membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek kekhususan lainnya.
Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya kita sebagai
manusia harus dapat memposisikan atau memandang orang lain dengan penuh
rasa kasih sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya.
3. Ukhuwah Wathoniyah
Yaitu persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme tanpa membedakan
agama, suku, warna kulit, adat istiadat dan budaya dan aspek-aspek yang lainnya.
Semua itu perlu untuk dijalin karena kita sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia.
Mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rosulullah bersabda
“Hubbui wathon minal iman”, artinya: Cinta sesama saudara setanah air termasuk
sebagian dari iman.
Artinya : “Dan berpegang tegulah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah dan
janganlah kamu sekalian terpecah belah dan ingatlah atas nikmat Allah kepada
dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu lalu menjadilah kamu atas nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.
Dan kamu telah berada ditepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepadamu, agar
kamu mendapatkan petunjuk.”
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama allah.dan janganlah
kamu bercerai berai.dan ingatlah nikmat allah kpadamu ktika kmu dahulu (masa
jahiliyah)bermusuhan.lalu allah mempersatukan hatimu.sehingga dngan
karunianya kamu menjadi bersaudara.sedangkan (ketika itu) kamu berada di
tepi jurang neraka.lalu allah menyelamatkanmu dari sana.
3.1.7 Sikap yang mencerminkan Ukhuwwad
1. Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang sakit
atau terkena musibah.
2. Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan
kembali bersatu.
3. Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa,
budaya, dan agama yang dianutnya.
4. Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang
dapat merugikan orang lain.
5. Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya teman/orang
lain.
4. Dari Hudzaifah Bin Yaman ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Siapa
yang tidak ihtimam (peduli) terhadap urusan umat Islam, maka bukan
termasuk golongan mereka.” (HR. At Tabrani)
6. Dari Anas ra. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah saw,
lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah
saw tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu
Rasulullah saw bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang
itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Beritahukan
kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata,
“Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang
dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau
mencintaiku karena-Nya.” (HR. Abu Dawud)
8. “Tidak ada dua orang muslim yang berjumpa lalu berjabat tangan melainkan
keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Dawud)
9. Nabi Muhammad saw bersabda, “Allah swt. berfirman, ‘Pasti akan mendapat
cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, keduanya saling
berkunjung karena Aku, dan saling memberi karena Aku’.” (HR. Imam
Malik dalam Al-Muwaththa’)
11.Dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah
itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran
hati.” (Thabrani)
13.“Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan
diakhirat? Memberi maaf orang yang mendzalimimu, memberi orang yang
menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang
memutuskanmu” (HR. Baihaqi)
15.“Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada
salat dan saum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian
menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan
persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang
terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan
ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar
pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan
rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-
Muslim)
17.“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
menyambung keluarga (silaturahmi).” (HR. Bukhari)
18.“Tidak masuk surga orang yang memutus keluarga.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Pergaulan bebas : yang dimaksud pada bagian ini adalah pergaulan yang tidak di
batasi oleh aturan agama maupun susila.Salah satu dampak negatif dari
pergaulan bebas adalah perilaku yang sangat dilarang oleh agam islam ,yaitu
ziana.
Zina : Secara bahasa,zina berasal dari kata zana-yazni yang artinya hubungan
persetubuhan antara perempuan dengan laki-laki yang sudah mukallaf (Balig)
tanpa akad nikah yang sah. Jadi,zina adalah melakukan hubungan biologis
layaknya suami istri di luar tali pernikahan yang sah menurut syariat islam.
Pergaulan bebas sendiri bisa jadi, menjadi hal yang menyenangkan dan
membahagiakan bagi sebagian orang atau masyarakat. Ia tidak dipenuhi dan
direpotkan oleh berbagai aturan yang mengekang dan juga harus diterapkan
oleh dirinya. Padahal, bagaimanapun juga pergaulan bebas adalah sistem yang
rusak. Bisa jadi malah membantu dan membuat seseorang itu lebih baik dan
tidak terkena oleh berbagai kesesatan.
1. Munculnya Perzinahan
Perzinahan adalah salah satu perbuatan keji yang dibenci oleh Allah. Dengan
adanya pergaulan bebas, perzinahan bisa sanagt memungkinkan muncul bahkan
perzinahan yang dilakukan terang-terangan serta dilegalisasi oleh pemerintah
bisa saja terjadi.
Dari perilaku perzinahan juga akan muncul berbagai macam hal yang bisa
merusak keluarga, hilangnya akar keluarga dari anak, penyakit berbahaya dan
lain sebagainya. Untuk itu, jangan sampai pergaulan bebas ada karena efeknya
bisa terjadi pada perzinahan.
2. Rusaknya Moralitas
Dari pergaulan bebas juga bisa berpotensi muncul hilangnya fitrah manusia. Hal
ini bisa kita lihat di zaman sekarang bahwa potensi LGBT atau homoseksual
dan berbagai kelainan manusia lainnya muncul akibat salah dari pergaulan dan
mengenal fitrah manusia. Pergaulan bebas yang tidak mengenal batas tersebut
akan membuat manusia menjadi hilang kendali dan tidak dilingkupi oleh nilai-
nilai islam yang membawa pada fitrah.
1. Menjaga Aurat
2. Menjaga Pandangan
Antara muhrim dan non muhrim atau lawan jenis, hendaknya kita pun menjaga
pergaulan. Dengan lawan jenis hendanya tidak terlalu mengumbar perasaan,
apalagi sampai menimbulkan hal yang berpotensi fitnah. Selain itu dalam
pergaulan hendaknya ada batasan hijab bukan berarti harus hijab secara fisik
namun hijab secara jarak dan pembicaraan. Hendaklah pembicaraan tidak
membicarakan hal-hal yang berbau seksual atau sensual, agar kejernihan pikirna
tetap terjaga.
4. Menjaga Nilai-Nilai Islam dalam Pergaulan
Yang lebih penting dari itu semua adalah menjaga nilai-nilai islam dalam
pergaulan. Jangan sampai pergaulan kita rusak karena tidak ada nilai-nilai islam
didalamnya. Untuk itu hal-hal dalam rukun iman, rukun islam, Iman dalam
Islam,Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak
dengan Iman harus tetap dipegang teguh dalam setiap pergaulan dan kehidupan
sosial kita.
4.1.6 Hukum Zina
Semua ulama sepakat bahwa zina hukmnya haram, bahkan zina dianggap sebagai
puncak keharaman. Menurut pandangan hukum Islam, perbuatan zina merupakan
dosa besar yang di kategorikan sebagai perbuatan yang keji, hina, dan buruk.
4.1.7 Kategori Zina
Kategori zina di bedakan menjadi 2, yaitu :
a. Zina Muhsan, yaitu pezina sudah balig, berakal, merdeka, sudah pernah
menikah. Hukuman terhadap zina muhsan adalah di rajam (di lempari dengan
batu sederhana sampai meninggal).
b. Zina Gairu Muhsan, yaitu pezina yang masih lajang, belum pernah menikah.
Hukumannya adalah didera seratus kali dan di asingkan selama satu tahun.
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk“.
4.1.11 Kandungan isi surah Al-Isra ayat 32
1) larangan untuk mendekati zina
2) zina termasuk perbuatan keji dan mungkar
3) zina merupakan jalan yang buruk
4) mendekati saja sudah dilarang, apalagi melakukan
3. Al-Wakil
Al-Wakil artinya Yang Maha Mewakili atau Yang Maha Pemelihara. Al-
Wakil dimaknai Allah swt. yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan
makhluk-Nya, baik itu urusan dunia maupun urusan akhirat.
4. Al-Matin
Makna “al-Matîin” adalah Yang Maha sangat kuat. Dia Maha Mampu
memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa
ada satupun yang mampu menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun
yang dikehendaki-Nya dan mampu menjadikan hina siapapun yang
dikehendaki-Nya.
5. Al-Jami
6. Al-‘Adl
Al-Adl berarti Maha Adil. Keadilan Allah SWT bersifat mutlak, tidak
dipengaruhi apapun dan siapapun. Allah Mahaadil karena Allah selalu
menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya, sesuai dengan keadilan-
Nya yang Maha Sempurna.
7. Al-Akhir
Al Akhir artinya yang maha akhir yang tidak ada sesuatupun setelah Allah
SWT. Dia Maha Kekal tatkala semua makhluk hancur, maha kekal dengan
kekekalan-Nya.