DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
MATARAM
2018
KATA PENGHANTAR
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini dari awal sampai akhir. Kami
menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kata sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna
penyempurnaan Asuhan Keperawatan ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
amin.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Bradikardi
2. Hipotensi
3. Kardiomegali
4. Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
5. Hipotermi
6. Tonus otot yang menurun
1. Stadium 1
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara
2. Stadium 2
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan
gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai
ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
3. Stadium 3
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan
paru terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat,
bronchogram udara lebih luas.
4. Stadium 4
Seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat
dilihat.
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang,
pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan
kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat,
shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat,
hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui
bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi
udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru
memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara
histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal
menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan
barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan
kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah.
Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam
setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada
36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada
bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
2.1.5 PATHWAY
Hospitalisasi Familly
centered problem
2.1.8 PENCEGAHAN
1. Perhatian langsung diberikan untuk mengantisipasi dan mengurangi
komplikasi dan juga diupayakan untuk pencegahan persalinan kurang
bulan
2. Pemberian terapi streroid antenatal diberikan ibu yang terancam
persalinan kurang bulan.
3. Melakukan resusitasi dengan baik dan benar
4. Pemberian surfaktan bila perlu.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
1. Anamnesa :
a. Data Demografi
1) Nama
2) Usia : bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu.
3) Jenis Kelamin
4) Suku / Bangsa
5) Alamat
b. Keluhan Utama :
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak,
mengorok ekspiratori, pernapasan cuping hidung, lemah, lesu,
apneu, tidak responsive, penurunan bunyi napas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
mudah letih, dispnea, sianosis, bradikardi, hipotensi, hipotermi,
tonus otot menurun, edema terutama di daerah dorsal tangan atau
kaki, retraksi supersternal/ epigastrik/ intercosta, grunting expirasi.
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas
dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu),
gangguan surfactan, lahir premature dengan operasi Caesar serta
penurunan suplay oksigen saat janin saat kelahiran pada bayi matur
atau premature, atelektasis, diabetes mellitus, hipoksia, asidosis.
e. Riwayat Maternal
Meliputi riwayat menderita penyakit seperti diabetes mellitus,
kondisi seperti perdarahan placenta, placenta previa, tipe dan lama
persalinan, stress fetal atau intrapartus, dan makrosomnia (bayi
dengan ukuran besar akibat ibu yang memiliki riwayat sebagai
perokok, dan pengkonsumsi minuman keras serta tidak
memperhatikan gizi yang baik bagi janin).
f. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang terkena
penyakit -penyakit yang disinyalir sebagai penyebab kelahiran
premature / Caesar sehinnga menimbulakan membrane hyialin
disease.
g. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan keluarga pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku keluarga
pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap bayinya.
h. Status Infant saat Lahir
1. Prematur, umur kehamilan.
2. Apgar score, apakah terjadi aspiksia.
3. Bayi premature yang lahir melalui operasi Caesar
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60
kali/menit), pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal,
pernafasan cuping hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu,
gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu. Pada
awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya
pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan
dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi
kardiovaskuler. Penilaian fungsi respirasi meliputi:
a. Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada
bayi. Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan
merupakan usaha kompensasi terhadap terjadinya asidosis
metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi, ketoasidosis,
diabetikum, keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik.
Frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada
hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang merupakan tanda
memburuknya keadaan klinik.
b. Mekanika usaha pernafasan
Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping
hidung, retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi
jalan nafas dan penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas,
merintih, stridor dan ekspansi memanjang menandakan terjadi
gangguan mekanik usaha pernafasan.
c. Warna kulit/membran mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh
terlihat berbercak (mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat
dan teraba dingin.
d. kardiovaskuler
1) Frekuensi jantung dan tekanan darah, Adanya sinus tachikardi
merupakan respon umum adanya stress, ansietas, nyeri, demam,
hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.
2) Kualitas nadi, Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk
mengetahui volume dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak
adekwat dan tidak teraba pada satu sisi menandakan
berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah pada
daerah tersebut. Perfusi kulit kulit yang memburuk dapat dilihat
dengan adanya bercak, pucat dan sianosis.
e. Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan cara:
1. Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
2. Blancing Skin Test, caranya yaitu dengan meninggikan sedikit
ekstremitas dibandingkan jantung kemudian tekan telapak
tangan atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanya tampak
kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan
menghilang 2-3 detik.
3. Perfusi pada otak dan respirasi, Gangguan fungsi serebral
awalnya adalah gaduh gelisah diselingi agitasi dan letargi. Pada
iskemia otak mendadak selain terjadi penurunan kesadaran juga
terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil.
3. ADL (Activity daily life)Nutrisi :
a. Bayi dapat kekeurangan cairan sebagai akibat bayi belum minum
atau menghisap
b. Istirahat tidur, Kebutuhan istirahat terganggu karena adanya sesak
nafas ataupun kebutulan nyaman tergangu akibat tindakan medis
c. Eliminasi, Penurunan pengeluaran urine
4. Pemeriksaan penunjang
a. Foto rontgen thorak
1) Pola retikulo granular difus bersama bromkogram udara yang
saling tumpang tindih.
2) Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, inflasi paru
buruk.
3) Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga
terkepa (bayi dari ; ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung
kongestif).
4) Bayangan timus yang besar .
5) Bergranul merata pada bronkogram udara, yang menandakan
penyakit berat jika terdapat pada beberapa jam pertama.
b. Pemeriksa darah
1) Asidosis metabolic :
a) PH menurun (N : PH 7,35- 7,45)
b) Penurunan Bicarbonat (N : 22-26 meg/L)
c) PaCO2 Normal (N : 35-45 mmHg)
d) Peningkatan serum K
2) Asidosis respiratorik
3) PH menurun (N : PH 7,35-7,45)
4) Peningkatan PaCO2 (N : 35-45 mmHg)
5) Penurunan PaO2 (N : 80-100 mmHg)
6) Imatur lecithin / sphingomylin (L/S)
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan
dinding dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
2. Tidak efektifnya pola nafas yang berhubungan dengan ketidaksamaan
nafas bayi dan ventilator, tidak berfungsinya ventilator
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya
cairan yang tanpa disadari
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, motilitas gerak menurun dan penyarapan.
5. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan lapisan lemak
belum terbentuk.
2.2.3 INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan imatur paru dan
dinding dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas efektif.
Kriteria hasil:
a. Jalan nafas bersih
b. Frekuensi jantung 100-140 x/menit
c. Pernapasan 40-60 x/menit
d. Takipneu atau apneu tidak ada
e. Sianosis tidak
Intervensi:
a. Posisikan untuk pertukaran udara yang optimal; tempatkan pada
posisi telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung
menghadap keatap dalam posisi ’mengendus’.
Rasional: untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas.
b. Hindari hiperekstensi leher
Rasional: karena akan mengurangi diameter trakea.
c. Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang diinginkan,
kenali tanda-tanda distres misalnya: mengorok, pernafasan cuping
hidung, apnea.
Rasional: memastikan posisi sesuai dengan yang diinginkan dan
mencegah terjadinya distres pernafasan.
d. Lakukan penghisapan mucus
Rasional: menghilangkan mukus yang terakumulasi dari
nasofaring, trakea, dan selang endotrakeal.
e. Penghisapan selang endotrakeal sebelum pemberian surfaktan
Rasional: memastikan bahwa jalan napas bersih.
f. Hindari penghisapan sedikitnya 1 jam setelah pemberian
surfaktan
Rasional: meningkatkan absorpsi ke dalam alvelolar.
g. Observasi peningkatan pengembangan dada setelah pemberian
surfaktan
Rasional: menilai fungsi pemberian surfaktan.
h. Turunkan pengaturan, ventilator, khususnya tekanan inspirasi
puncak dan oksigen.
Rasional: mencegah hipoksemia dan distensi paru yang
berlebihan.
2. Tidak efektifnya pola nafas yang berhubungan dengan ketidaksamaan
nafas bayi dan ventilator, tidak berfungsinya ventilator dan posisi
bantuan ventilator yang kurang tepat.
Tujuan: Pola nafas efektif
Kriteria Hasil: Mempertahankan pola pematasan efektif.
a. Irama nafas, kedalaman nafas normal.
b. Oksigenasi adekuat.
Intervensi:
a. Analisa Monitor serial gas darah sesuai program.
Rasional: Mempertahankan gas darah optimal dan mengetahui
perjalanan penyakit.
b. Gunakan alat bantu nafas sesuai intruksi.
Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas.
c. Pantau ventilator setiap jam
Rasional: Mencegah turunnya konsentrasi mekanik dan
kemungkinan terjadinya komplikasi.
d. Berikan lingkungan yang kondusif
Rasional: Supaya bayi dapat tidur dan memberikan rasa nyaman.
e. Auskultasi irama jantung, suara nafas dan lapor adanya
penyimpangan.
Rasional: Mendeteksi dan mencegah adanya komplikasi.
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan hilangnya
cairan yang tanpa disadari
Tujuan: mempertahankan cairan dan elektrolit
Kriteria Hasil:
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
Intervensi:
a. Pertahankan cairan infus 60- 10 ml /kg/hari atau sesuai protokol
yang ada.
Rasional: Penggantian cairan secara adekuat untuk mencegah
ketidakseimbangan.
b. Tingkatkan cairan infus 10 ml/ kg, tergantung dari urin output,
penggunaan pemanas dan jumlah fendings.
Rasional: mempertahankan asupan cairan sesuai kebutuhan
pasien, penggunaan pemanas tubuh akan meningkatkan
kebutuhan cairan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, motilitas gerak menurun dan penyarapan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil:
a. Mencapai status nutrisi normal dengan berat hadan yang sesuai.
b. Bising usus 8 x/menit
c. Mencapai kadar gula darah normal.
d. Mencapai keseimbangan intake dan output.
e. Bebas dari adanya komplikasi Gl.
f. Lingkar perut stabil.
g. Pola eliminasi nonnal
Intervensi:
a. Timbang helat badan tiap hari.
Rasional: Mendeteksi adanya penurunan atau peningkatan
berat badan.
b. Berikan glukosa 5-10% banyaknya sesuai umur dan berat badan.
Rasional: Diperlukan keseimbangan cairan dan kehutuhan kalori
secara parsiasif.
c. Monitor adanya hipoglikemi.
Rasional: Masukkan nutrisi inadekuat menyebabkan penurunan
glukosa dalam darah.
d. Monitor adanya komplikasi GI:
1) Disstres
2) Konstipasi / diare.
3) Frekwensi muntah
Rasional: Mempertahankan nutrisi cukup energi dan
keseimbangan intake dan output.
5. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan lapisan lemak
belum terbentuk.
Tujuan : suhu kembali ke batas normal
Kriteria Hasil:
a. Temperature stabil 36,5-37,6
b. Tidak ada kejang
c. Seimbang antara produksi panas yg diterima dan kehilangan
panas selama 20 hari pertama kehidupan
Intervensi
a. Monitor suhu minimal 2 jam sekali
b. Monitor nadi dan resfirasi
c. Monitor suhu dan warna kulit
d. Monitor tanda-tanda hipo dan hipertermi
e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
f. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
2.2.4 IMPLEMENTASI
Pelaksanaan atau implementasi adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, melaksanakan anjuran
dokter dan menjalankan ketentuan-ketentuan rumah sakit dalam
memberikan asuhan keperawatan, pada tahap ini perawat di tunrut untuk
dapat menerapkan keterampilan dan pengetahuan serta kemampuan
berkomunikasi (Hidayat, 2009).
2.2.5 EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan mengacu kepada tujuan yang diharapkan :
1. Pertukaran gas menjadi efektif,
2. Menunjukkan fungsi paru yang normal dan bebas dari tanda-tanda
distres pernafasan.
3. Ventilasi/oksigenasi adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
4. Jalan nafas kembali efektif.
5. Pola nafas kembali efektif.
6. Tidak ada distress respirasi.
7. Bayi tidak menggigil.
8. Bayi tidak gelisah.
9. Bayi tidak letargi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
RDS (Respiratory Distress Syndrome) termasuk penyebab utama kematian
pada anak baru lahir, yang diperkirakan 30% pada semua kematian, neonates
disebabkan oleh penyakit ini maupun komplikasi yang mengikuti. Penyakit
tersebut terjadi pada anak yang lahir premature serta insidennya berbanding
terbalik dengan umur kehamilan dan berat badan (Fida dan Maya, 2012).
DAFTAR PUSTAKA