LARUTAN
Disusun Oleh :
1. Laily Dwi Junianti (14030654050)
2. Sri Wahyuni (14030654054)
3. Alief Noer Ubay (14030654058)
4. Evadiyah Fatmawati (14030654084)
2016
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis larutan
terhadap titik didih dan mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmotiknya.
Metode yang kami gunakan yaitu dengan merancang alat dan bahan untuk menegtahui titik
didih masing-masing larutan dan tekanan osmotic yang menggunakan botol sebagai media.
Hasil dari percobaan kami diperoleh nilai titik didih air murni yaitu 98oC, nilai titik didih
larutan garam dengan konsentrasi 0.2 M, 0.4 M dan 0.6 berturut-turut yaitu 95oC, 94oC dan
96 oC, sehingga mengalami kenaikan titik didih secara berturut-turut yaitu -3, -4 dan -2 oC.
Nilai titik didih larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.2 M, 0.4 M dan 0.6 berturut-turut yaitu
94oC, 93oC dan 94oC, sehingga mengalami kenaikan titik didih secara berturut-turut yaitu -4,
-5 dan -4 oC.. Pada percobaan kedua diperoleh nilai tekanan osmotic pada konsentrasi 0%,
5% dan 40% secara berturt-turut yaitu 0 atm, 42,04 atm dan 336,42 atm. Diharapkan pada
percobaan selanjutnya praktikan dapat lebih teliti saat mengamati proses pelarutannya dan
lebih terampil dalam penggunaan alat dan melakuakn perhitungan.
A. Latar Belakang
Didalam kehidupan kita dapat menemukan campuran dari berbagai zat, baik campuran yang
sifatnya homogen maupun heterogen. Zat-zat yang bercampur tadi dapat menghasilkan senyawa
maupun larutan. Larutan merupakan sistem homogen yang terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut.
Larutan yang terbentuk antara zat terlarut yang tidak mudah menguap dengan pelarut akan
memmpunyai sifat yang berbeda dengan pelarut murninya. Salah satu sifat larutan dapat dilihat
dari kemampuannya dalam menghantarkan listrik. Larutan yang dapat mengahantarkan listrik
disebut larutan elektrolit yang berupa ion-ion sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan
listrik disebut sebagai larutatan non elektrolit dan berupa molekul.
Selain itu terdapat pula sifat suatu larutan yang bergantung pada konsentrasi zat terlarut. Sifat
tersebut dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan sendiri terdiri dari
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan peristiwa osmosis.
Sifat koligatif merupakan sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut,
namun bagaimana jika terdapat suatu larutan dengan konsentrasi sama namun jenis zat
terlarutnya atau sifat larutannya yang berbeda. Misalnya larutan gula dan garam ataupun larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Untuk mengetahuinya maka dilakukan kegiatan praktikum
ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh jenis zat terhadap sifat koligatif larutan
utamanya terhadap titik didih dan tekanan osmosinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jenis larutan terhadap titik didihnya?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmosis?
C. Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh jenis larutan terhadap titik didihnya
2. Untuk megetahui pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmosis
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah kami berhipotesis bahwa :
1. Jika jenis larutan berbeda maka titik didih larutan berbeda
2. Jika konsentrasi larutan semakin tinggi maka tekanan osmosis semakin besar
BAB II
KAJIAN TEORI
Molalitas
Penjumlahan penurunan titik beku atau kenaikan titik didih menggunakan konsentrasi
satuan molal. Molalitas dilambangakan m, pada sebuah larutan nilai pada partikel larutan
per kilogram pada pelarut. Persamaan ini untuk molaritas, tetapi satuan untuk molaritas
mengacu pada massa pelarutnya bukan volume larutan.
mol larutan
Molaritas (m)=
Kg pelarut
Jadi, i harus bernilai 1 untuk semua nonelektrolit, untuk elektrolit kuat seperti NaCl
dan KNO3 bernilai 2. Pada kenyatannya sifat koligatif larutan elektrolit biasanya lebih
kecil daripada yang diperhitungkan karena pada konsentrasi yang lebih tinggi, gaya
elektrostatik berpengaruh. Sehingga kation dan anion saling tarik-menarik. Satu kation
dan satu anion yang terikat oleh gaya elektrostatik dinamakan pasangan ion (ion pair).
Pembentukan satu pasangan ion menurunkan jumlah partikel dalam lautan sebanyak satu,
mengakibatkan berkurangnya sifat koligatif.
1. Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunana titik beku suatu larutan
encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa.
2. Larutan encer semua zat terlarut tidak mengion, dalam pelarut yang sama dengan
konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didih atau titik beku sama, pada
tekanan yang sama.
Tabel 2.1. Konstanta kenaikan titk didih (Kb) dan penurunan titk beku (Kf)
Jika sel darah merah ditempatkan pada larutan yang bukan isotonik, perbedaan
tekanan osmotik di dalam dan di luar sel sangat drastis mengubah volume sel tersebut.
Ketika sel darah merah ditempatkan pada larutan hipotonik, yang memiliki
konsentrasi zat terlarut yang rendah (hipo artinya “lebih rendah”), air mengalir ke sel
dengan osmosis. Pertambahan cairan itu menyebabkan sel semakin menggembung
dan kemungkinan akan pecah, proses itu disebut hemolisis. Proses yang sama akan
terjadi ketika kamu meletakkan makanan kering seperti kismis atau buah kering di
dalam air. Air akan masuk kedalam sel, dan makanan akan berbentuk bulat dan
mengembang.
Kegiatan 2
Menimbang mentimun
sebesar 4,76 g sebanyak
tiga
Dimasukkan ke dalam
Ditutup dengan
larutan NaCl 5% dan
plastik selama 35
40%, serta aquades
menit
Menimbang massa
sesudah perendaman
NaCl
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan NaCl
Definisi Operasional : Pada percobaan ini kami menggunakan
konsentrasi larutan NaCl 5%, 40%, dan 0%
(aquades murni).
2. Variabel kontrol : Massa, volume, waktu, dan suhu
Definisi Operasional : Pada percobaan ini kami menggunakan massa
mentimun 4,76 gr, volume larutan masing-masing
sebanyak 50 mL, waktu perendaman selama ± 35 menit,
dan suhu ruangan sebesar ±26°.
3. Variabel respon : Perubahan massa mentimun, tekanan osmotik
Definisi Operasional : Hasil dari percobaan ini adalah perubahan massa
mentimun, dan dari perubahan massa mentimun tersebut
kita dapat mengetahui pengaruh terhadap tekanan
osmotiknya.
2. Kegiatan 2 :
a. Menyiapakan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Menimbang 3 potong mentimun di atas neraca digital masing-masing dengan
massa 4,76 gr.
c. Memasukkan ke dalam tiga gelas yang berisi masing-masing aquades, larutan
NaCl 5%, dan larutan NaCl 40%.
d. Menutup menggunakan plastic dan karet gelang selama 35 menit.
e. Menimbang massa mentimun setelah direndam.
f. Mencatat perubahan massa mentimun pada tabel hasil percobaan.
Alur Percobaan
Kegiatan 1
Air
- Dipanaskan
hingga mendidih,
suhu konstan
Titik Didih
Sukrosa NaCl
Rendaman potongan
mentimun
Perubahan massa
potongan mentimun
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami mendapatkan data sebagai berikut :
1. Kegiatan 1
Tabel 4.1. Pengaruh Jenis Zat terhadap Titik Didih
Konsentrasi
No. Jenis Zat (T1 ± 1) 0C (T2 ± 1) (0C)
(M)
1. Air murni 0 26 98
2. Garam (NaCl) 0.2 26 95
0.4 26 94
0.6 26 96
3. Sukrosa 0.2 26 94
0.4 26 93
0.6 26 94
Keterangan :
T2 = Titik didih (Tb)
Zat pelarut 50 mL
2. Kegiatan 2
Tabel 4.2. Pengaruh Konsentrasi NaCl terhadap Tekanan Osmotik
No. Konsentarsi (%) (M1 ± 0,01) g (M2± 0,01) g
1. 0 4.76 5.35
2. 5 4.76 4.12
3. 40 4.76 4.09
B. Analisis
Kegiatan 1
Praktikum pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis zat terhadap
titik didih. Pada praktikum ini digunakan air murni, larutan sukrosa dan larutan
garam dengan konsentrasi yang berbeda. Dengan volume zat pelarut setiap larutan
sama yaitu 50 mL. Air murni yang memiliki konsentrasi 0 M, dan untuk larutan
sukrosa dan garam digunakan konsentrasi masing-masing 0.2 M, 0.4 M, dan 0.6 M.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, larutan garam (NaCl) dengan
konsentrasi 0.2 M memiliki titik didih 95oC, konsentrasi 0.4 M memiliki titik didih
94 oC, dan konsentrasi 0.6 M memiliki titk didih 96 oC. Untuk larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0.2 M memiliki titik didih 94oC, konsentrasi 0.4 M memiliki titik
didih 93oC, dan konsentrasi 0.6 M memiliki titk didih 94 oC.
Kegiatan 2
Praktikum kedua dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl
terhadap tekanan osmotik. Praktikum ini menggunakan mentimun sebanyak tiga
potong dengan massa yaitu 4.76 gram, yang selanjutnya dimasukkan ke dalam
larutan NaCl 5% dan 40% serta aquades 0%. Kemudian didiamkan selama 30 menit.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan diketahui bahwa mentimun
yang dimasukkan dalam air murni 0% massanya bertambah menjadi 5.35 gram.
Sedangkan pada larutan NaCl 5% massa mentimun berkurang menjadi 4.12 gram
dan pada larutan NaCl 40% massa mentimun berkurang menjadi 4.09 gram.
C. Pembahasan
Kegiatan 1
Berdasarkan data yang kami peroleh dari praktikum dapat membuktikan
bahwa jenis larutan berpengaruh terhadap titik didihnya. Larutan garam mempunyai
titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan sukrosa untuk setiap
konsentrasinya. Titik didih larutan garam lebih tinggi dari pada larutan sukrosa
karena larutan garam merupakan jenis larutan elektrolit dan larutan sukrosa
merupakan larutan non elektrolit. Dimana larutan elektrolit memiliki nilai sifat
koligatif larutan yang lebih besar daripada larutan non elektrolit. Karena banyaknya
partikel zat terlarut hasil ionisasi larutan elektrolit yang dirumuskan dengan factor
Van Hoff. Namun pada konsentrasi 0.4 M larutan garam maupun larutan sukrosa
titik didihnya lebih rendah dibandingkan dengan titik didih larutan garam maupun
larutan sukrosa dengan konsentrasi 0.2 M. Hal tersebut dikarenakan kurang teliti dan
terampilnya pengamat dalam membaca termometer.
Tabel 4.1 Nilai kenaikan titik didih secara praktikum dan matematis
No. Jenis Konsentrasi ∆Tb (oC) ∆Tb (oC)
larutan (M) (Tb lar - Tb pel) (Kb . m . i)
Berdasarkan data percobaan yang telah kami lakukan, diketahui bahwa titik
didih larutan garam maupun larutan sukrosa untuk setiap konsentrasi lebih rendah
jika dibandingkan dengan titik didih pelarut. Titik didih suatu larutan dapat lebih
tinggi ataupun lebih rendah dari titik didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat
terlarut tersebut menguap. Selain itu, pada saat praktikum suhu dalam ruangan dan
tekanan yang tidak dapat di control, penggunaan thermometer secara bergantian dan
keadaan thermometer yang tidak dapat dalam keadaan statis.
Data tersebut menunjukkan bahwa pada larutan garam dengan konsentrasi 0.2
M, 0.4 M dan 0.6 mengalami kenaikan titik didih secara berturut-turut yaitu -3, -4
dan -2 oC. Hal tersebut berbeda dengan kenaikan titik didih yang kami peroleh
dengan perhitungan secara matematis kami memperoleh kenaikan titik didih secara
berturut-turut yaitu 0.2052 oC, 0.4104 oC, dan 0.6156 oC. Dan nilai titik didihnya
secara berturut-turut yaitu 98.2052 oC, 98.4014 oC, dan 98.6156 oC.
Pada larutan sukrosa kenaikan titik didih yang kami peroleh dari konsentrasi
larutan 0.2 M, 0.4 M dan 0.6 M, secara berturut-turut yaitu -4, -5 dan -4 (oC). Hal
tersebut juga berbeda dengan kenaikan titik didih yang kami peroleh dengan
perhitungan secara matematis, kenaikan titik didih yang kami peroleh secara
berturut-turut yaitu 0.1206 oC , 0.2052 oC dan 0.3078 oC. Dan nilai titik didihnya
secara berturut-turut yaitu 98.1026 oC, 98.2052 oC, dan 98.3078 oC.
Hasil percobaan kami belum sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa titik
didih larutan akan lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
Grafik Perbandingan Titik Didih Larutan
97
96
Titik didih (oC)
95
94
Larutan Garam
93
Larutan Gula
92
91
0.2 0.4 0.6
Konsentrasi (M)
Grafik tersebut menunjukkan bahwa larutan garam memiliki nilai titik didih
lebih tinggi daripada larutan sukrosa.
Kegiatan 2
Berdasarkan analisis data yang telah kami lakukan, hasil yang kami dapatkan
yaitu untuk massa mentimun yang direndam dalam aquades dengan konsentrasi 0 %
terjadi penambahan massa yaitu sebesar 0.59 gram. Hal tersebut dapat terjadi karena
ketika mentimun dan air murni didiamkan dalam waktu 30 menit air dari luar akan
masuk kedalam, perbedaan konsentrasi antara mentimun dan aquades yang
mempengaruhi peristiwa tersebut. Ketika konsentrasi dalam mentimun lebih tinggi,
potensial air dalam mentimun lebih rendah maka air akan bergerak/berdifusi
menembus membrane semipermeable masuk kedalam mentimun sehingga massa
mentimun bertambah untuk menyeimbangkan tekanan diantara keduanya. Nilai
tekanan osmotik yang kami peroleh melalui perhitungan secara matematis yaitu 0
atm.
Untuk mentimun yang dimasukkan dalam lautan NaCl dengan konsentrasi 5%
dan 40% mengakibatkan massa mentimun berkurang berturut-turut menjadi 0.64
gram dan 0.67 gram. Ketika mentimun dimasukkan dalam larutan yang hipertonis
maka akan terjadi proses osmosis diantara keduanya untuk menyeimbangkan
tekanan. Konsentrasi larutan lebih tinggi daripada konsentrasi pada mentimun, maka
akan terjadi pergerakan air dari dalam mentimun yang memiliki nilai potensial air
lebih tinggi menuju lingkungan. Tekanan osmotik bergantung pada konsentrasi dari
partikel zat pelarut di larutan itu sendiri. Semakin besar jumlah partikel terlarut,
maka semakin tinggi tekanan osmotik. Nilai tekanan osmotik yang kami peroleh
untuk mentimun yang kami rendam dalam 5% larutan NaCl yaitu 42,04 atm dan
yang direndam pada 40% larutan NaCl yaitu 336,42 atm. Nilai tekanan osmotic
lebih besar pada mentimun yang direndam dengan 40% larutan NaCl, hal tersebut
dapat terjadi karena secara matematis nilai tekanan osmoti berbanding lurus dengan
nilai konsentrasi (molaritas). Sehingga semakin tinggi konsentrasi maka semakin
besar nilai tekanan osmotiknya.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat dismipulkan bahwa jenis zat
antara garam dan sukrosa berpengaruh dalam kenaikan titik didihnya, selain itu
dipengaruhi oleh tingkat keelektrolitan suatu larutan. Pada percobaan kedua diperoleh
kesimpulan bahwa konsentrasi larutan berpengaruh pada tekana osmotik, semakin besar
konsentrasi maka semakin tinggi nilai tekanan osmotiknya.
B. SARAN
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikan lebih terampil dalam
penggunaan alat, terutama dalam pembacaan dan cara memegang termometer. Pada saat
praktikum sifat koligatif selanjutnya dapat digunakan statif sebagai alat yang dikontrol
untuk peletakan termometer, agar nilai yang diperoleh lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan. Bandung : PT
Citra Aditya Bakti
Chang, Raymond. 2007. Kimia Dasar Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
LAMPIRAN FOTO
Kegiatan 1
Proses pemanasan Air murni Proses pemanasan Larutan Gula Proses pemanasan Larutan
Garam
Kegiatan 2
3 potongan timun direndam dalam aquades dan larutan alkhohol dengan konsentrasi 5 %
dan 40 %
Lampiran Perhitungan
Kegiatan 1
Massa Gula (Sukrosa) :
𝑔𝑟
1. M =
𝑀𝑟.𝑉
𝑔𝑟
0,2 =
342.0,05
gr = 3,24
𝑔𝑟
2. M =
𝑀𝑟.𝑉
𝑔𝑟
0,4 =
342.0,05
gr = 6,48
𝑔𝑟
3. M =
𝑀𝑟.𝑉
𝑔𝑟
0,6 =
342.0,05
gr = 10,24
Kenaikan titik didih pada larutan gula (Sukrosa) dan garam (NaCl) :
a) Larutan Garam (NaCl)
1. ΔTb = Kb . m . i
𝑔𝑟 1000
= 0,513 . 𝑀𝑟 x 50 𝑚𝐿 .{1+ (n-1) ɑ}
0,585 1000
= 0,513 . x 50 𝑚𝐿 .{1+ (2-1) 1}
58,5
0,585 1000
= 0,513 . x 50 𝑚𝐿 .{2}
58,5
0,585
= 0,513 . . {2}
58,5
= 0,513 . 0,4
= 0,2052 ⁰C
ΔTb = Tblarutan – Tbpelarut
Tblar = ΔTb + Tbpelarut
= 0,205 ⁰C + 98 ⁰C
= 98,2052 ⁰C
2. ΔTb = Kb . m . i
𝑔𝑟 1000
= 0,513 . 𝑀𝑟 x 50 𝑚𝐿 .{1+ (n-1) ɑ}
1,17 1000
= 0,513 . 58,5 x 50 𝑚𝐿 .{1+ (2-1) 1}
1170
= 0,513 . 2925 . {2}
= 0,513 . 0,4 . 2
= 0,513 . 0,8
= 0,4104 ⁰C
3. ΔTb = Kb . m . i
𝑔𝑟 1000
= 0,513 . 𝑀𝑟 x 50 𝑚𝐿 .{1+ (n-1) ɑ}
1,755 1000
= 0,513 . x 50 𝑚𝐿 .{1+ (2-1) 1}
58,5
1175
= 0,513 . 2925 . {2}
= 0,513 . 0,6 . 2
= 0,513 . 1,2
= 0,6156 ⁰C
2. ΔTb = Kb . m
𝑔𝑟 1000
= 0,513 . 𝑀𝑟 x 50 𝑚𝐿
6,48 1000
= 0,513 . x
342 50 𝑚𝐿
6840
= 0,513 . 17100
= 0,513 . 0,4
= 0,2052 ⁰C
3. ΔTb = Kb . m
𝑔𝑟 1000
= 0,513 . 𝑀𝑟 x 50 𝑚𝐿
10,24 1000
= 0,513 . x 50 𝑚𝐿
342
10240
= 0,513 . 17100
= 0,513 . 0,6
= 0,3078 ⁰C
Kegiatan 2
Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap tekanan osmotic
𝜋 = M . R . T. i
Diketahui :
R = 0,082
T = 300 K
V = 50 mL = 0,05 L
𝑔𝑟
1. 0 % = 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 x 100
0 % 𝑥 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
gr = 100
0 𝑥 50
gr = 100
gr = 0
NaCl 0 % 𝜋 = M . R . T. 𝑖
0
= 58,5 𝑥 0,05 x 0,082 x 300 x .{1+ (n-1) ɑ}
= 0 {1+(2-1)1}
= 0 {2}
= 0 atm
𝑔𝑟
2. 5 % = 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 x 100
5 % 𝑥 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
gr = 100
5 𝑥 50
gr = 100
250
gr = 100 = 2,5
NaCl 5 % 𝜋 = M . R . T. i
2,5
= 58,5 𝑥 0,05 x 0,082 x 300 x .{1+ (n-1) ɑ}
= 21,02 {1+(2-1)1}
= 21,02 {2}
= 42,04 atm
𝑔𝑟
3. 40 % = 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 x 100
40 % 𝑥 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
gr = 100
40 𝑥 50
gr = 100
2000
gr = = 20
100
NaCl 40 % 𝜋 = M . R . T. 𝑖
20
= 58,5 𝑥 0,05 x 0,082 x 300 x .{1+ (n-1) ɑ}
= 168,21 {1+(2-1)1}
= 168,21 {2}
= 336,42 atm