A. TUJUAN
Dapat mengetahui sifat-sifat minyak atsiri dan dapat melakukan cara-cara
B. LANDASAN TEORI
Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh
yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan
obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama jamu, umumnya
campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman
yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga
minuman. Minyak atsiri juga dapat digunakan sebagai aroma terapi Menurut
untuk pengambilan minyak atsiri. Industri kecil umumnya masih belum bisa
yang relative baik. Harga solven biasanya relatif mahal, sehingga kehilangan
solven akan sangat merugikan. Kelemahan lain adalah adanya sedikit solven
makanan, adanya sedikit solven tersisa tersebut perlu dihindari. Isolasi minyak
(2005), pada metode ini tanaman yang akan disuling dimasukkan dalam ketel
dan kontak langsung dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air
atau terendam secara sempurna, tergantung pada berat dan jumlah bahan yang
akan disuling. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan
Minyak atsiri adalah minyak ini mudah larut dalam etanol absolut, eter,
eter minyak tanah, dan kloroform dalam minyak lemak. Sebaliknya sangat
sedikit larut dalam air. Dalam etanol encer, kelarutan komponen yang
mengandung oksigen (asam karboksilat, alkohol, keton, aldehida) lebih besar
polimerisasi (Voight,1995).
fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang
datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik.
Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Botol semprot
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini:
- Etanol
- Koroform
- Kertas saring
D. PROSEDUR KERJA
Hasil Pengamatan . . . . . ?
Hasil Pengamatan . . . . ?
3) Uji minyak atsiri dalam NaCl
- Diambil 1 ml
- Dikocok dengan 1 ml NaCl
- Dibiarkan memisah kembali
- Diamati
Hasil Pengamatan . . . ?
- Diambil 1 ml
- Dimasukkan masing-masing daam
3 tabung reaksi
- Ditambah etanol pada tabung I
- Ditambah kloroform pada tabung II
- Dihitung jumlah tetes yang
digunakan hingga minyak larut
- Hasil pengamatan . . . . ?
- Diambil 2 ml
- Ditambah 3 ml etanol
- Ditambah larutan FeCl3
- Diamati warna yang terjadi
- putih
Minyak kayu
- Dipipet 2 ml
- Ditambahkan Natrium Hidroksida
- Dikocok pelan-pelan
- Diamati volumenya
Hasil Pengamatan …?
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pengamatan minyak dalam air
No. Bahan Hasil pengamatan
menggumpal
menggumpal
kloroform
Minyak atsiri 2 ml
Larut
2. + etanol 3 ml +
FeCl3
Minyak atsiri merupakan suatu senyawa yang kandungannya sebagian besar bersifat volatile
atau mudah menguap dan juga bersifat peka terhadap cahaya, suhu panas, udara, dan
dalam air, pengamatan minyak pada kertas saring, pengamatan minyak atsiri dalam NaCl
jenuh, uji kelarutan minyak atsiri, deteksi senyawa fenolik, dan deteksi reduksi volume.
Pada pengamatan atau perlakuan pertama, yaitu pengamatan minyak dalam air, tiga
jenis minyak yang digunakan yaitu minyak kayu putih (minyak atsiri), minyak jagung, dan
minyak kelapa (minyak lemak) diberi perlakuan yang sama, yaitu dicampurkan atau
dimasukkan dalam air. Pengamatan menunjukkan bahwa minyak kayu putih atau minyak
atsiri lebih cepat menyebar dalam air dengan tidak menunjukkan perubahan warna (warna
tetap bening). Hal berbeda ditunjukkan oleh minyak jagung dan minyak kelapa lebih lambat
menyebar, dan menunjukkan warna bening dan juga menunjukkan pembentukan gumpalan
cairan. Minyak kayu putih atau minyak atsiri tidak larut dalam air, akan tetapi menyebar
karena adanya sifat minyak atsiri yang mudah menguap (volatile). Minyak jagung lambat
menyebar dan membentuk gumpalan. Minyak lemak manunjukkan penyebaran pada air yang
lebih lambat lagi dan juga adanya gumpalan. Ha tersebut dipengaruhi oleh adanya perbedaan
kepolaran antara minyak dan air. Secara umum, minyak lemak bersifat tidak larut dalam
pelarut polar, contohnya air. Akan tetapi, minyak lemak bersifat dapat larut dalam pelarut
organik lain.
Pada perlakuan selanjutnya, dilakukan pengujian minyak pada kertas saring, di mana
masing-masing minyak, yaitu minyak kayu putih, minyak jagung, dan minyak kelapa
diteteskan pada kertas saring atau tissue. Hasil pengamatan menunjukkan kertas saring atau
tissue yang ditetesi minyak kayu putih lebih cepat menguap dan tidak meninggalkan bebkas
noda atau noda bening. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa minyak atsiri
bersifat volatil atau mudah menguap, utamanya pada suhu kamar. Sedangkan hasil yang
ditunjukkan oleh minyak jagung yang pada kertas saring meninggalkan bekas dengan noda
agak bening dan minyak kelapa yang meninggalkan noda berupa warna kuning. Hal tersebut
disebabkan karena minyak tersebut tidak mudah menguap pada suhu kamar.
Pada perlakuan di mana minyak atsiri yang ditambahkan dengan NaCl jenuh akan
mengakibatkan berkurangnya volume minyak atsiri, hal tersebut karena minyak atsiri
tersebut tereduksi oleh NaCl. Sama halnya ketika minyak atsiri ditambahkan dengan larutan
NaOH, akan terjadi juga pengurangan volume yang disebabkan oleh terseduksinya minyak
Pada perlakuan selanjutnya, minyak atsiri diuji kelarutannya dalam pelarut alkohol dan
pelarut kloroform. Hasil menunjukkan bahwa minyak atsiri dapat larut dalam 39 tetes
alkohol dan larut dalam 22 tetes kloroform. Hal itu menunjukkan bahwa minyak atsiri lebih
bersifat lebih mudah larut dalam kloroform daripada dalam alkohol. Dapat pula dipengaruhi
oleh kepolaran pelarut terhadap minyak atsiri, di mana minyak atsiri yang bersifat nonpolar
dapat lebih mudah larut dalam kloroform yang bersifat semipolar daripada alkohol yang
bersifat polar.
Ketika minyak atsiri ditambahkan dengan etanol maupun ditambahkan dengan etanol
dan FeCl3, menunjukkan bahwa minyak atsiri tersebut dapat larut. Seperti pada perlakuan
sebelumnya, hal tersebut karena minyak atsiri memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi
Setelah melakukan pengujian yang menunjukkan beberapa sifat yang dimiliki oleh
minyak atsiri dan perbedaannya terhadap minyak lain, seperti minyak jagung dan minyak
lemak, maka dapat dilakukan pengujian terhadap beberapa sifat minyak atsiri tersebut,
sebagaimana telah diuraikan di atas. Identifikasi minyak atsiri juga dapat dilakukan dengan
metode yang umum dilakukan, contohnya kromatografi lapis tipis atau KLT. KLT
merupakan salah satu metode indetifikasi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Secara ringkas, dalam metode KLT terdapat fasa diam dan fasa gerak. Sampel yang
ditotolkan pada lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem fase gerak sehingga
campuran terpisah berdasarkan jalur yang sejajar dengan salah satu sisi.
Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik,
parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak sebagai
bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai
bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif, sebagai contoh bahan anti radang,
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri
memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dari minyak lain, yaitu menyebar dengan
cepat di atas permukaan air, mudah menguap (volatil), dapat tereduksi dengan NaCl jenuh,
mudah larut dalam pelarut organik, dan mengadung fenol pada minyak atsiri tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Dewoto, hedi R, 2007, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka,
Majalah kedokteran Indonesia, Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Gandjar, ibnu gholib dan Abdul rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Jayanudin, 2011, Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh Dari Proses Penyulingan Uap,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 10, No. 1, Cilegon.
Sipahelut, Sophia grace, 2010, Isolasi dan Identifikasi Minyak Atsiri Dari Daging Buah Pala
(MyrisTICA Fragrans Houtt), Jurnal Agroforestri, Vol.5, No.2, Ambon.
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.