TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Oleh:
Sukiati
NIM: S.4307101
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
dan pemerintah daerah telah memiliki suatu pedoman dalam penyusunan dan
Tahun 2005.
dapat diketahui seberapa besar alokasi belanja yang tidak seharusnya dialokasikan
untuk unit kerja tertentu. Good governance dan value for money merupakan
Menurut Mardiasmo (2004: 75), new public manajemen adalah: “anggaran yang
berorientasi pada kinerja dan bukan berorientasi pada kebijakan yang bertujuan
Permendagri No. 29 Tahun 2000, dan salah satu upaya kongkrit untuk
tepat waktu dan disusun dengan standar akuntansi pemerintahan yang telah
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan
Anggaran 2006 dan 2007 mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
Keuangan Daerah.
6
multi dimensi yang disebabkan oleh tata cara penyelenggaraan pemerintah yang
jumlah penduduk miskin bertambah, tingkat kesehatan menurun dan bahkan telah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
berbagai pihak:
sistem pencatatan dalam pencapaian good governance dan value for money,
keuangan,
pelayanan publik yang lebih transparan dan lebih akuntabel, guna mencapai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
selama ini dikenal dengan akuntansi pemerintahan. Istilah akuntansi sektor publik
baru diperhatikan setelah adanya semangat reformasi untuk otonomi daerah dan
dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi antara lain berikut ini.
Daerah.
c. PP No. 104 Tahun 2000 yang diubah dengan PP No. 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan.
d. PP No. 105 Tahun 2000 yang diubah dengan PP No. 58 Tahun 2005 tentang
8
10
f. PP No. 107 Tahun 2000, yang diubah dengan PP No. 54 Tahun 2005 tentang
Pinjaman Daerah.
Daerah.
h. PP No. 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan
Rakyat Daerah.
Pemerintah Daerah.
9
11
Pelayanan Minimal.
Daerah.
khususnya dalam pengelolaan keuangan adalah PP.No. 105 Tahun 2000, PP. No.
24 Tahun 2005 dan PP. No. 58 Tahun 2005 serta Permendagri No. 13 Tahun
2006. Perubahan mendasar tersebut adalah adanya tuntutan akan akuntabilitas dan
transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran dan keuangan negara.
pengelolaan keuangan.
daerah lebih ditujukan pada pemerintah yang lebih tinggi. Dengan adanya
atau DPRD.
sekedar pada input (masukan) tetapi lebih pada output dan outcome.
dan kinerja.
pusat biaya (expense center), dan BUMD diperlakukan sebagai pusat laba
(profit center).
menggunakan pencatatan sistem ganda (double entry system) dengan dasar kas
karena itu, kedudukan APBN dan APBD dalam akuntansi keuangan pemerintahan
sangat penting.
umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian
rencana kerja dan anggaran tahun berikutnya. Rencana kerja dan anggaran
disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai dan disertai dengan
terinci sampai dengan organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
(SKPD).
15
bersangkutan dilaksanakan.
keuangan daerah harus dibuat laporan keuangan yang terdiri atas laporan
realisasi APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
16
RKPD Evaluasi
JARINGASMAR Kinerja Masa
MUSRENBANGDA Lalu DPRD
RKSKPD
SKPD PE-KD, Pedoman
Penyusunan, RK-SKP Klarifikasi
RAPBD
TAPD
Sosialisasi
kpd Masy
Pengajuan
RAPBD Raperda APBD
Persetujuan
Evaluasi Raperda Raperda
PERDA APBD APBD APBD
dalam akuntansi sektor publik. Istilah sektor publik tertuju pada sektor
dalam Halim, 2007: 251). Sedangkan Abdullah (dalam Halim, 2007: 251)
bahwa istilah sektor publik dapat dipahami lebih jelas bila dihubungkan
dengan istilah akuntan publik. Di Amerika Serikat, istilah ini adalah untuk
demikian, istilah sektor publik yang umum dipahami adalah akuntansi untuk
organisasi pemerintahan.
masyarakat menurut Bastian (2006: 15) adalah mekanisme teknik dan analisis
hidup orang banyak yang termasuk dalam salah satu sektor publik, khususnya
b. Definisi akuntansi
menurut Accounting Principles Board 1970 (dalam Halim, 2007: 32), adalah
yang rasional.
pemerintahan.
“Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala
sesuatu, baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan
daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara atau daerah yang
lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan atau peraturan
perundangan” Mamesah, 1995 (dalam Halim, 2007: 23).
1) yang dimaksud dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber-
perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan atau hak untuk menerima
kekayaan daerah.
dengan keuangan daerah dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau
baik internal maupun eksternal, baik langsung maupun tidak langsung disebut
berikut ini.
21
maupun lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri, yang menyediakan
konsultan, LSM, dan lain-lain, yang menaruh perhatian atas aktivitas yang
5) Rakyat
6) Pemerintah pusat
melakukan pinjaman.
8) Stakeholder
Adalah para pihak intern dan ekstern yang mampu memberikan persepsi
1984 (dalam Soeprapto 2002: 64) adalah: ”seperangkat asumsi kerja”. Conte
dan Spencer 1903 (dalam Soeprapto 2002: 65) memberikan pengertian bahwa
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu
metode-metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang
keuangan. Sehingga dapat diartikan bahwa siklus akuntansi sebagai suatu proses
dalam suatu periode, mulai dari pencatatan transaksi pertama sampai dengan
siap untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya. Alur proses siklus akuntansi
menurut Bastian (2006: 213) dapat dikelompokan dalam tiga tahap, berikut ini.
yang sama yang sering terjadi dicatat dalam buku jurnal khusus.
24
ini.
bukti pencatatan.
jurnal, setiap bulan atau periode tertentu diringkas dan dibukukan dalam
berikut ini.
besar.
4) Neraca.
siklus akuntansi tersebut di atas. Namun pada tahap penyajian laporan keuangan,
Pencatatan &
Buku Kertas
Pembantu Kerja
• Laporan Realisasi
• Bukti • Jurnal • Kumpulan Anggaran
Penerimaan Kas Penerimaan Kas Rekening
(Ringkasan • Neraca
dan Rincian)
• Bukti •
Jurnal • Laporan Arus Kas
Pengeluaran Kas Pengeluaran Kas
•Catatan Atas Laporan
Keuangan
Kebijakan Akuntansi
kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan
digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan
basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Secara
154) adalah mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil dan obyektif. Bastian
(2006: 110) mengatakan bahwa sistem akuntansi kas basis hanya mengakui
arus kas masuk dan arus kas keluar, rekening keuangan akhir akan dirangkum
dalam buku kas maka laporan keuangan tidak bisa dihasilkan karena ketiadaan
data tentang aktiva dan kewajiban, penjualan hanya dicatat saat kas diterima,
sehingga tidak ada pos piutang, sebaliknya pembelian dicatat saat kas
1) Pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum negara
atau daerah atau oleh entitas pelaporan, dan belanja diakui pada saat kas
dikeluarkan dari rekening kas umum negara atau daerah atau oleh entitas
pelaporan.
27
2) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui
pemegang kas pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.
3) Dana cadangan diakui pada saat pembentukan yaitu pada saat dilakukan
penyisihan uang untuk tujuan pencadangan dimaksud. Dana cadangan
berkurang pada saat terjadi pencairan dana cadangan.
4) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.
5) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah.
tersebut, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.
lebih baik, karena diyakini dapat menghasilkan lporan keuangan yang lebih
digunakan untuk laporan neraca berarti aktiva, kewajiban, dan ekuitas dana
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
Pencatatan akuntansi pada basis modifikasi kas ini pada dasarnya sama
dengan akuntansi basis kas, namun dalam basis ini pembukuan untuk periode
tahun berjalan masih ditambah dengan waktu atau periode tertentu (specific
period) misalnya satu atau dua bulan setelah periode berjalan (leaves the book
open). Penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama periode tertentu
29
tambahan atas item-item tertentu yang biasanya diakui dalam basis akrual.
periode 2007 menggunakan basis kas untuk laporan realisasi anggaran yaitu
diterapkan dalam neraca sesuai SAP No. 24 Tahun 2005, Permendagri No.13
Tahun 2006 untuk rekening aktiva lancar (kas dan bank, piutang, persediaan),
investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva lain-lain, hutang jangka pendek,
Pada dasarnya output atau keluaran dari proses akuntansi adalah terbitnya
suatu hasil akhir dari keseluruhan siklus akuntansi yaitu laporan keuangan yang
oleh suatu entitas sektor publik atau suatu laporan yang menggambarkan posisi
30
keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik
evaluasi kinerja pemerintah dan unit kerja pemerintah daerah sedangkan dari sisi
1) dapat dipahami,
hukum,
2) relevan,
keputusan ekonomi pemakai dalam menilai peristiwa masa lalu dan masa
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini,
c) tepat waktu,
d) lengkap,
pengambilan keputusan.
3) andal,
a) penyajian jujur,
informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan,
b) dapat diverifikasi,
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh,
c) netralitas,
informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
4) dapat diperbandingkan,
35
terjadinya perubahan.
mencakup:
1) aktiva
36
yaitu sumber yang dikendalikan oleh suatu entitas sebagai hasil dari
peristiwa masa lampau. Manfaat ekonomis masa depan atau jasa potensial
yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk
2) kewajiban
yaitu hutang masa kini dari suatu entitas yang timbul dari peristiwa masa
dimiliki suatu entitas dengan manfaat masa depan atau jasa potensial,
3) ekuitas
kewajiban.
1) pendapatan
yaitu arus kas masuk selama periode pelaporan dengan tujuan peningkatan
aktiva,
2) biaya
aktivitas entitas yang biasa atau pengurangan manfaat ekonomis masa depan
selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau konsumsi
aktiva.
37
7. Good Governance
Dalam rangka melaksanakan ketentuan bab VII (tujuh) pasal 32 ayat (2)
dari; laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, neraca dan catatan atas laporan
keuangan, jenis laporan keuangan sebagaimana diatur dalam pasal 30 dan pasal
akuntabilitas menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Ada
yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi dan
daerah untuk selalu transparansi dan akuntabilitas. Hal ini sesuai dengan
pandang bulu.
yang jelas.
serta hasil yang telah dicapai melalui sebuah kebijakan publik. Semua
6) Demokrasi (democracy).
9) Desentralisasi (decentralization).
41
10) Kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat (private sector
inequality).
environmental protection).
Jika tata kelola pemerintahan yang baik sudah tercipta, maka segala
tindakan pemerintah akan selalu memperhatikan value for money yang dikenal
a. Ekonomi
moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat
pemborosan.
b. Efisiensi
Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
c. Efektivitas
(Mardiasmo,2002: 4).
Ketiga elemen pokok value for money di atas belum cukup dan masih perlu
ditambah lagi dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau
kesetaraan (equality).
inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi
karena kurang memperhatikan value for money. Artinya dalam mencari dana
maupun menggunakan dana dituntut selalu untuk menerapkan prinsip 3E, juga
bersih desa, pemilihan putra-putri sebagai duta wisata juga proyek mercusuar
Rp 1,6 milyar, yang dianggarkan selama 3 tahun anggaran mulai tahun anggaran
2006, 2007 dan 2008. Jika saja anggaran sebesar itu dipakai untuk membantu
proyek padat karya mengeruk waduk Gajah Mungkur sudah pasti bisa mengurangi
pengangguran.
Hal inilah yang menjadi alasan penting keterkaitan antara PP. No. 24
Tahun 2005 dengan value for money adalah penerapan format laporan realisasi
seberapa besar alokasi belanja yang tidak seharusnya dialokasikan untuk unit
kegiatan/aktivitas.
Dengan pola seperti itu patut diduga bahwa alokasi belanja barang dan jasa
yang akan teliti, belum belanja yang lain seperti biaya perjalanan dinas, biaya
pemeliharaan maupun belanja modal, sehingga dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan konversi laporan keuangan tahun 2007 ke format yang baru sesuai PP
9. Akuntabilitas publik
kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan
kepada DPR.
masyarakat luas.
terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood 1993 (dalam Mardiasmo, 2004: 21)
keuangan yang bisa diakses oleh semua pihak dan pemerintah daerah juga siap
46
10. Transparansi
bukan hanya untuk dibuat tetapi juga untuk terbuka dan dapat diakses oleh
amanah rakyat.
ini merupakan salah satu hasil penelitian yang berkaitan dengan topik yang sama.
Tahun 2006 dan PP. No. 24 Tahun 2005 yang menggunakan struktur
Tahun 2005 tersebut dipengaruhi oleh faktor extern dan faktor intern.
48
Tahun 2005 menurut beberapa pendapat stakeholder bukan karena sumber daya
manusia atau fasilitas yang kurang memadai tetapi karena faktor birokrasi.
C. Kerangka Pemikiran
2000 dan dari PP. tersebut dikeluarkan pula Kepmendagri No. 29 Tahun 2002.
Undang-Undang dan PP ini pula sebagai dasar hukum pencatatan dan penyusunan
dikeluarkanlah PP. No. 58 Tahun 2005 dan berdasar pada PP. tersebut
Undang-Undang No.17 Tahun 2003 dikeluarkan PP. No. 24 Tahun 2005 tentang
Keuangan Daerah untuk periode 2006 dan seterusnya hingga terjadi perubahan
PP. No. 105 Tahun 2000 dan Permendagri No. 29 Tahun 2002 sedangkan
pencatatan dan penyusunan laporan keuangan daerah untuk periode 2007 dan
Undang No. 33 Tahun 2005, PP. No.24 Tahun 2005 dan PP. No. 58 Tahun 2005,
menimbulkan perbedaan yang tentunya ke arah yang jauh lebih baik dari
Wonogiri.
berikut ini.
50
Stakeholder
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Bentuk penelitian
merupakan studi kasus. Menurut Strauss dan Corbin (2007: 4), penelitian
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya, sedangkan menurut Sutopo (2002:
rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi
di lapangan studinya.
dengan kata lain penelitian yang mengharuskan peneliti terlibat langsung dalam
mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang
49
52
studi kasus dapat diperoleh dari enam sumber bukti yang berlainan: seperti
sangat penting.
(lokasi penelitian).
2. Strategi penelitian
adanya studi kasus tunggal dan studi kasus ganda. Suatu penelitian disebut
sebagai studi kasus tunggal bila penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik
baik yang dilakukan pada satu objek maupun lebih. Sedangkan studi kasus ganda
bila penelitian tersebut mengharuskan adanya sasaran lebih dari satu dan memiliki
53
peneliti sudah memilih dan menentukan variable yang menjadi fokus utamanya
penelitian ini terfokus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah untuk implementasi PP. No. 24 Tahun 2005 terhadap Laporan Keuangan
3. Sumber data
Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, diperoleh dengan
cara sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (library research) dilakukan dengan cara mempelajari
Wonogiri yang sudah diaudit BPK untuk meyakinkan peneliti jika data
dan staf DPPKAD yang berkaitan langsung dengan implementasi PP. No. 24
juga berupa rekaman, gambar atau benda yang berkaitan dengan suatu
aktivitas atau peristiwa tertentu. Data tertulis antara lain, deskripsi hasil
khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang
55
mengarah pada seleksi”. Proses pemilihan atau pemusatan adalah memilih orang
yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian yaitu Staf Kantor DPPKAD.
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik bola salju (snowball sampling).
mengetahui permasalahan ini lebih luas, sehingga diperoleh data yang benar-benar
sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu staf
memiliki informasi dan mampu memberikan jawaban atas penelitian ini, akhirnya
menemukan jawabannya.
56
(2006: 155), interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau
dengan masalah dan tujuan dalam penelitian ini, kepada staf DPPKAD
b. metode observasi
Wawancara saja tidak cukup masih perlu metode yang lain yaitu observasi
c. metode dokumentasi
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
buku berjudul “Buku Pintar Wonogiri” serta majalah khusus berjudul “Gema
6. Validitas data
merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil
penelitian. Suatu penelitian yang dilakukan harus menghasilkan data yang benar.
subyek lain yang dianggap mengetahui permasalahan yang lebih luas, sehingga
7. Alat Analisis
a. Analisis proporsi
Pajak Daerah
Pi.(2) x100%
Pendapatan
(3) Proporsi retribusi Asli Daerah
daerah
Retribusi Daerah
Pi.(3) x100%
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbanga n
Pii. (1) x100%
(2) Proporsi bagiTotal
hasilPendapatan
pajak / bagi hasil bukan pajak
60
(2) Proporsi dana bagi hasil pajak, retribusi, dan bagi hasil lainnya dari
lainnya
61
2) Belanja Daerah
Belanja Pegawai
Pa.(2) x100%
Belanja Tidak Langsung
b) Belanja Langsung
Belanja Langsung
Pb. (1) x100%
Total Belanja Daerah
62
Belanja Pegawai
Pb.(2) x100%
Belanja Langsung
Belanja Modal
Pb.(4) x100%
Belanja Langsung
1) Rasio Likuiditas
Aktiva Lancar
R1.(a)
Kewajiban Lancar
(1995: 27)
2) Rasio Solvabilitas
a) Debt to Equity Ratio (Rasio utang terhadap ekuitas)
Total Kewajiban
R2.(a)
Total Ekuitas
Total Kewajiban
R2.(c)
Total Pendapatan
3) Rasio Aktivitas
Total Pendapatan
R3
Kewajiban Lancar
4) Return on Investment
Total Pendapatan
R4.(a)
Rata rata Aktiva
Total Pendapatan
R4.(b)
Rata rata Ekuitas
Total Pendapatan
R5
Jumlah Penduduk
lainnya.
persediaan dari aset lancar, dan hasilnya dibagi dengan hutang jangka
pendek. Biasanya aset lancar terdiri dari kas di kas daerah, kas di
didapat rasio hutang terhadap total aset yang terbaik bagi pemerintah
daerah.
membiayai pembangunan.
Belanja Modal
Rasio Belanja Modal
=
Terhadap Total
Belanja Total Belanja
belanja. Belanja Modal terdiri dari Belanja Modal Aset Tetap dan
pembangunan fisik.
PAD
Rasio PAD terhadap
=
Total Pendapatan
Belanja Total Pendapatan
akhir ini dapat menjadi standart bahwa DSR yang ada di Indonesia
diartikan baik, dan makin besar angka rasio maka makin jelek kondisi
keuangan Pemda atau makin berat beban APBD. Angka DSR sebesar
pembayaran pinjaman.
Pendapatan
antara penjumlahan PAD, bagian daerah dari PBB, Bea Perolehan Hak
Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.
dana pembangunan.
8. Prosedur Penelitian
Keseluruhan kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini, di
perijinan,
b) pengumpulan data,
c) analisis data,
d) penarikan kesimpulan,
Penarikan
Pembuatan proposal kesimpulan
penelitian dan
perijinan
Pembuatan dan
penggandaan
berikut ini.
75
ke lokasi penelitian,
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mendatangi kantor DPPKAD
penelitian dan peneliti sudah terlibat langsung dalam penelitian mulai dari
abstraksi data mentah. Reduksi data dilakukan dengan cara mengolah lebih
laporan,
mendukung maksud dan tujuan penelitian. Pada tahap ini merupakan usaha
Tahap ini dilakukan setelah analisis data selesai diolah. Dari analisis data
Luas wilayahnya 46.666 Ha atau sekitar 1,43% dari luas wilayah Propinsi Jawa
Tengah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Wonogiri
hingga tahun 2006 adalah 829.054 jiwa dan hingga tahun 2007 adalah 869.126
jiwa. Adapun visi dan misi Kabupaten Wonogiri adalah berikut ini.
Berdaya Saing.
ketenagakerjaan.
77
78
kecil Menengah).
norma agama.
pertanian.
11) Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya alam yang
Selatan dan Garis Bujur 1100 41’ – 1110 18’ Bujur Timur. Posisinya sangat
strategis karena terletak pada Ujung Selatan Jawa Tengah dan diapit oleh Propinsi
Jawa Timur dan Propinsi DIY dengan luas daerahnya 182.236,02 ha.
musim. Suhu udaranya rata-rata 24-320 Celsius. Asal kata Wonogiri berasal dari
79
bahasa jawa wana dan giri. Wana berarti alas/hutan/sawah. Giri berarti
karena pada tanggal tersebut Raden Mas Said awalnya membentuk sebuah
Bendungan Serba Guna waduk Gajah Mungkur yang merupakan waduk terbesar
banjir (flood Control) Sungai Bengawan Solo dan dilaksanakan oleh konsultan
erosi yang menjadikan umur ekonomis diperkirakan 10-15 tahun lagi dari
pertanian dan perkebunan seluas 98.082 ha atau 53,82% dari luas wilayah
f. Pengelolaan perbendaharaan
lihat dari sumber daya manusianya berdasarkan disiplin ilmu yang berkaitan
akuntansi, 8 orang sarjana hukum dan sarjana sosial, 16 orang IPS SMA dan
SMEA tata buku serta 1 orang sopir tamatan SMP, sebenarnya sudah cukup
B. Deskripsi Permasalahan
2007 agar sesuai dengan PP 24 Tahun 2005 dan PP No 58 Tahun 2005 serta
Keuangan Daerah Tahun 2006 dan 2007 adalah seperti tabel berikut ini:
Tabel 1.
Perbedaan Dasar Hukum Penyusunan Laporan Keuangan Daerah
Kabupaten Wonogiri Tahun 2006 dan 2007
pencatatan antara peraturan lama dan peraturan baru, terletak pada struktur belanja
dalam Laporan Realisasi Anggaran, sedangkan Neraca dan Laporan Arus Kas
84
pada prinsipnya sama. Dimana pada peraturan lama, struktur belanja terdiri dari
dan dari masing-masing kelompok belanja tersebut terdiri dari jenis belanja
Dalam peraturan baru, struktur belanja terdiri dari kelompok belanja langsung dan
kelompok belanja tidak langsung. Agar tidak terjadi salah presepsi dan penafsiran,
maka dalam peraturan baru juga berusaha menjelaskan hal-hal yang dapat
diketahui oleh semua lapisan masyarakat melalui Catatan Atas Laporan Keuangan
agar sedapat mungkin mudah dimengerti oleh semua stakeholder (bukan untuk
tahun anggaran 2006 adalah PP No. 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri No 29
Realisasi Anggaran tahun anggaran 2007 adalah PP No.24 Tahun 2005 dan PP
No. 58 Tahun 2005 serta Permendagri No 13 Tahun 2006. Dari hasil laporan
realisasi anggaran tersebut kemudian dapat disusun laporan arus kas dan neraca.
85
Perbedaan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dapat dilihat dari segi dasar
Tabel 2.
Perbedaan Struktur APBD Berdasarkan Kepmendagri No. 29 Tahun 2000
dan Permendagri No. 13 Tahun 2006
2006 nampak pada laporan Realisasi Anggaran Tahun 2006 dan 2007 seperti pada
Tabel 3.
Perbedaan Struktur Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Pada
Pendapatan Daerah Tahun 2006 dengan 2007
III. Lain-lain Pendapatan Daerah yang III. Lain-lain Pendapatan Daerah yang
Sah Sah
Bantuan Dana Kontijensi/ Hibah
Penyeimbang dari Pemerintah dan Dana Darurat
Dana darurat Dana Bagi Hasil Pajak, Retribusi
dan Bagi Hasil Lainnya dari
Propinsi dan pemerintah Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Propinsi
atau pemerintah daerah lainnya
Sumber: DPPKAD Wonogiri, 2008
87
Tabel 4.
Perbedaan Struktur Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Pada Belanja
Daerah Tahun 2006 dengan 2007
Tabel 5.
Perbedaan Struktur Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Pada
Pembiayaan Daerah Tahun 2006 dengan 2007
Pemerintahan (PP No. 24 Tahun 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah langkah
Tabel 6.
Perbedaan Struktur Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan
Daerah Permendagri 13 Tahun 2006 dengan PP 24 tahun 2005
Permendagri No. 13 Tahun 2006 PP. No. 24 Tahun 2005 tentang SAP
PENDAPATAN PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah A. Pendapatan Asli Daerah
1. Pajak Daerah 1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah 2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan Daerah yang Dipisahkan
B. Dana Perimbangan B. Pendapatan Transfer
1. Dana Bagi-Hasil : Transfer Pemerintah Pusat – Dana
Perimbangan
- Dana Bagi-Hasil Pajak 1. Dana Bagi-Hasil Pajak
- Dana Bagi-Hasil Bukan Pajak/ 2. Dana Bagi-Hasil Sumber Daya
Sumber Daya Alam Alam
3. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Umum
4. Dana Alokasi Khusus 4. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Sah
1. Pendapatan Hibah 1. Dana Otonomi Khusus
2. Dana Darurat 2. Dana Penyesuaian
3. Dana Bagi-Hasil Pajak dari Transfer Pemerintah Provinsi
Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya
4. Dana Penyesuaian dan Otonomi 1. Pendapatan Bagi-Hasil Pajak
Khusus
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi 2. Pendapatan Bagi-Hasil Lainnya
atau Pemerintah Daerah Lainnya
C. Lain-lain Pendapatan yang Sah
1. Pendapatan Hibah
2. Pendapatan Dana Darurat
3. Pendapatan Lainnya
Sumber: SE; 900/743/BAKD Departemen Dalam Negeri, 2007
untuk mencatat dan melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat dalam bagan di atas, harus
dilakukan konversi.
90
(i) Dari komponen Dana Perimbangan, yakni: Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi-Hasil
Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
(ii) Dari komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yakni: Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Tabel 7.
Perbedaan Struktur Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Pada Belanja
Daerah Permendagri 13 Tahun 2006 dengan PP 24 tahun 2005
Daerah untuk mencatat dan melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat, dalam
91
tidak dikenal dalam struktur pada format SAP, sehingga perlu dikonversi ke
berikut:
(ii) dari komponen belanja langsung, yaitu akun Belanja Barang dan Jasa ke
(iii) dari komponen belanja langsung, yaitu akun Belanja Modal ke komponen
belanja modal,
Hasil, Belanja Bantuan Keuangan, dan Belanja Tak Terduga masuk dalam
(i) dari komponen belanja tidak langsung, yaitu belanja tidak terduga ke
(ii) dari komponen belanja tidak langsung, yaitu belanja bagi hasil dan belanja
Dalam konversi agar sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP,
Tabel 8.
Perbedaan Struktur Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Pada
Pembiayaan Daerah Permendagri 13 Tahun 2006 dengan PP 24 tahun 2005
(i) Dari akun penerimaan pinjaman daerah ke pinjaman dalam negeri, dan
Keuangan Daerah untuk mencatat dan melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat,
dalam bagan di atas, tidak perlu dilakukan konversi karena tidak terdapat
a. pendapatan
Pada akun pendapatan perubahan terjadi dengan adanya pergantian nama
akun pada sub bagian Pendapatan Asli Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah
semula berada pada Dana Perimbangan yaitu Bagi Hasil dan Bantuan dari
Propinsi dan Bagi Hasil dan Sumbangan Pihak Ketiga dari Propinsi bergeser
ke sub bagian Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dengan nama akun
Dana Bagi Hasil Pajak, Retribusi, dan Bagi Hasil lainnya dan Bantuan
b. belanja
Pada akun belanja sesuai PP 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri No.29
dan BOP dibagi lagi sub-sub bagian yang terdiri dari Belanja Pegawai,
Belanja Barang dan Jasa, Belanja Perjalanan Dinas dan Belanja Pemeliharaan.
Kemudian disusul dengan Belanja Modal, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan
mana yang dikelompokkan dalam BOP. Kesulitan ini tentu saja dapat
digolongkan pada dua jenis yaitu belanja tidak langsung dan belanja
langsung. Dimana yang tergolong pada belanja tidak langsung adalah belanja
pegawai (belanja rutin pegawai yang berasal dari belanja pegawai pada
belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil
kegiatan yang berasal dari belanja pegawai kecuali belanja pegawai pada
dan Jasa (belanja yang diakibatkan adanya program kegiatan yang berasal dari
pemeliharaan), belanja modal. Jadi belanja barang dan jasa didalamnya sudah
termasuk belanja perjalanan dinas, tidak lagi dengan sistem penjatahan seperti
anggaran kinerja.
c. pembiayaan
Perbedaan pada pembiayaan terletak pada struktur perhitungan sisa lebih
daerah tahun 2006 sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan menjadi
daerah tahun 2007 sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan di hitung
tahun 2007.
a) Penerimaan Pembiayaan
1. Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
7. Pencairan deposito
b) Pengeluaran Pembiayaan
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal (investasi) Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman daerah
Pembiayaan Netto (a – b)
Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan = pembiayaan netto +
maka untuk penyusunan khususnya laporan arus kas dengan sendirinya akun-
a) Relevan.
b) Andal.
c) Dapat dibandingkan.
d) Dapat dipahami.
daerah.
untuk aset, kewajiban dan ekuitas dana mengunakan basis akrual. Basis akrual
untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan
97
dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian berpengaruh
pada keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
1). pendapatan
sekarang kas yang diterima dan atau akan diterima. Pendapatan yang
berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat terjadinya
pendapatan,
2). belanja
nilai sekarang yang dikeluarkan dari kas daerah dan atau akan
mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah bank Indonesia)
3). pembiayaan
yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang rupiah
berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada saat pengakuan
pembiayaan,
4). aset
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dapat
Kas adalah alat pembayaran yang sah yang setiap saat dapat
(b) piutang
Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan
dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi. Piutang diakui pada
akhir periode akuntansi berdasarkan jumlah kas yang akan diterima dan
(c) persediaan
Persediaan adalah barang yang dijual atau dipakai habis dalam satu
rata-rata,
dari dana yang bersumber dari sebagian atau seluruh APBD melalui
lainnya.
100
kepemilikannya berpindah.
Aktiva tetap dinilai dengan nilai historis atau harga perolehan. Jika
dalam aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan dana
Hutang jangka pendek merupakan hutang yang harus dibayar kembali atau
jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. Hutang jangka pendek diukur
101
dengan nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar kembali dan
panjang yang jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. Bagian Lancar
periode berjalan,
Hutang jangka panjang adalah hutang yang harus dibayar kembali atau
jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Hutang jangka panjang
diukur dengan nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar
102
kembali dan diukur dalam mata uang asing dikonversikan ke mata uang
rupiah berdasarkan nilai kurs (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi.
berjalan,
ketiga diluar negeri. Hutang luar negeri diakui pada akhir periode
akuntansi.
Ekuitas dana adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara
Ekuitas dana lancar dalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban
jangka pendek,
peraturan perundang-undangan.
anggaran 2007 menggunakan dasar hukum PP. No. 24 Tahun 2005 dan
dan analisis keuangan daerah maka penulis mengkonversi laporan keuangan tahun
anggaran 2006 masih menggunakan dasar hukum PP No 105 Tahun 2000 dan
masih dalam masa peralihan. Penulis harus menkonversi laporan keuangan tahun
anggaran 2007 sesuai dengan dasar hukum yang telah diperbaharui. Adapun
laporan keuangan daerah tahun anggaran 2006 yang masih menggunakan dasar
Wonogiri Tahun Anggaran 2006 dan 2007 (Hasil Konversi). Laporan keuangan
Tabel 9.
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Wonogiri Tahun Anggaran 2007 dan 2006
I BELANJA
2,1 BELANJA OPERASI 587.453.708.000,00 495.638.884.124,00 84,37 408.940.214.684,00
2.1.1 Belanja Pegawai 470.719.900.500,00 389.706.616.136,00 82,79 337.185.169.088,00
105
Tabel 9 (Lanjutan )
2.1.2 Belanja Barang dan Jasa 103.417.807.500,00 93.086.916.413,00 90,01 71.755.045.596,00
2.1.3 Belanja Bunga - - -
2.1.4 Belanja Subsidi - - -
2.1.5 Belanja Hibah 5.213.500.000,00 5.158.477.500,00 98,94 -
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 8.102.500.000,00 7.686.874.075,00 94,87 -
2,2 BELANJA MODAL 94.222.077.000,00 92.138.567.292,00 97,79 154.512.192.942,00
2.2.1 Belanja Tanah 891.099.905,00 843.029.005,00 94,61 453.658.750,00
2.2.2 Belanja Peralatan dan mesin 19.924.299.150,00 18.728.453.870,00 94,00 17.008.351.654,00
2.2.3 Belanja Gedung dan Bangunan 42.384.068.595,00 42.314.939.345,00 99,84 44.408.919.976,00
2.2.4 Belanja jalan, Irigasi dan jaringan 28.218.847.350,00 27.535.878.272,00 97,58 80.342.649.727,00
2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 2.803.762.000,00 2.716.266.800,00 96,88 1.659.128.560,00
2.2.6 Belanja Aset Lainnya - - 10.639.484.275,00
2,3 BELANJA TIDAK TERDUGA 3.500.000.000,00 3.307.342.960,00 94,50 3.884.707.137,00
2.3.1 Belanja Tidak Terduga 3.500.000.000,00 3.307.342.960,00 94,50 3.884.707.137,00
2,4 TRANSFER 46.417.399.000,00 44.113.738.754,00 95,04 36.873.992.517,00
2.4.1 TRANSFER BAGI HASIL
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak - - -
2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi, Askes dan DAD/K 23.378.788.000,00 23.649.140.243,00 101,16 2.815.666.448,00
2.4.1.3 Belanja Bantuan Keuangan Kepada
23.038.611.000,00 20.464.598.511,00 88,83 34.058.326.069,00
Pemt.Desa
J U M L AH 731.593.184.000,00 635.198.533.130,00 86,82 604.211.107.280,00
Surplus / (Defisit) (17.808.316.000,00) 91.203.811.895,00 52.182.736.000,00
3 PEMBIAYAAN
3,1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan
80.082.228.528,00 80.082.228.528,00 100,00 33.312.615.024,00
3.1.1 Anggaran (SILPA)
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan - - -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
- - -
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah dari Prov. 4.978.000.000,00 4.978.000.000,00 100,00 -
3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
- 4.978.000.000,00 -
Daerah
3.1.6 Penerimaan Piutang 2.109.700.000,00 2.517.823.215,00 119,35 2.522.767.756,00
J UMLAH 87.169.928.528,00 92.556.051.743,00 106,18 35.835.382.780,00
3,2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan - -
3.2.2 Penyertaan Modal 2.766.000.000,00 2.766.000.000,00 100,00 7.131.315.342,00
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 1.694.118.000,00 1.663.124.954,00 98,17 804.574.910,00
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah 4.978.000.000,00 4.978.000.000,00 100,00 -
3.2.5 Pembayaran Pinjaman kepada Prov. - 4.978.000.000,00 -
J UMLAH 9.438.118.000,00 14.385.124.954,00 152,42 7.935.890.252,00
Pembiayaan Netto 77.731.810.528,00 78.170.926.789,00 100,56 27.899.492.528,00
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
59.923.494.528,00 169.374.738.684,00 282,65 80.082.228.528,00
(SILPA)
Sumber: Ringkasan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2006/2007, DPPKAD Wonogiri, 2008
106
Tabel 10.
Laporan Arus Kas Kabupaten Wonogiri Yang Berakhir Sampai Dengan 31
Desember 2006 dan 31 Desember 2007
Tabel 10 (lanjutan)
Tabel 11.
Neraca Kabupaten Wonogiri Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember
2006 dan 31 Desember 2007
Tabel 11 (Lanjutan)
atau 102,63% lebih tinggi dari anggaran yang ditetapkan dalam APBD,
2007.
c) Realisasi lain-lain pendapatan yang sah tahun 2006 dan tahun 2007
2) Belanja daerah
3) Pembiayaan daerah
aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran
perubahan kas, dan setara kas selama tahun 2007 dan saldo kas pada tanggal
31 Desember 2007.
112
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan selisih dari arus kas masuk
Arus kas dari aktivitas investasi merupakan selisih dari arus kas masuk
dengan arus kas keluar atas aktivitas investasi. Dalam tahun 2007 dari
Arus kas ini meliputi perhitungan Fihak ketiga, yang berasal dari iuran
wajib PNS (IWP), potongan askes, potongan Taperum PNS dan pajak-
IWP Rp 25.771.974.482,00
Askes Rp 5.145.498.355,00
PPh Rp 2.347.828.446,00
Taperum Rp 1.152.544.000,00
Jumlah Rp 34.417.845.283,00
dan arus kas keluar selama satu periode pelaporan. Dalam hal ini terjadi
Nonkeuangan
c) Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Pembiayaan Rp (1.911.301.739,00)
d) Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Nonanggaran Rp 0,00
Kenaikan Bersih Kas Rp 89.292.510.156,00
114
Saldo akhir kas sebesar Rp169.374.738.684,- terdiri dari saldo akhir kasda
Rp724.053.723,- Saldo akhir kas dari laporan arus kas akan menjadi saldo
1) Aset
a) Aset Lancar
(1) Kas
(2) Piutang
(3) Persediaan
berikut ini.
b) Aset tetap
(1) Tanah
Jumlah Rp 100.985.682.847,00
Jumlah Rp 348.584.855.167,00
119
Jumlah Rp 1.311.744.501.700,00
Jumlah Rp 20.437.621.560,00
120
c) Aset Lainnya
berikut ini.
121
2) KEWAJIBAN
2008.
Jumlah Rp 84.344.220,00
123
Jumlah ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2007 yang tersedia adalah
Jumlah Rp 178.370.741.775,56
Jumlah Rp 2.167.244.111.663,30
124
PAD.
persediaan dari aset lancar, dan hasilnya dibagi dengan total hutang
jangka pendek. Biasanya aset lancar terdiri dari kas di kas daerah, kas
Secara umum angka diatas 100% menunjukkan hasil yang baik, artinya
25.543.630.235,00
2.371.158.483.673,86
1,08%
Rasio EkuitasDanaTotalEkuitasDana
TerhadapTotalAset TotalAset
2.345.614.853.438,86,00
2.371.158.483.673,86
98,92%
127
membiayai pembangunan.
495.638.884.124,00
635.198.533.130,00
78,03%
bantuan sosial.
92.138.567.292,00
635.198.533.130,00
14,51%
belanja. Belanja modal terdiri dari belanja modal aset tetap dan
50.329.495.080,00
726.402.345.025,00
16,93%
6.641.124.954,00
726.402.345.025,00
0,91%
akhir ini dapat menjadi standart bahwa DSR yang ada di Indonesia
diartikan baik, dan makin besar angka rasio maka makin jelek kondisi
keuangan Pemda atau makin berat beban APBD. Angka DSR sebesar
pembayaran pinjaman.
131
660.908.262.963,00 364.130.537.255,00
6.641.124.954,00
4.468,79%
penjumlahan PAD, bagian daerah dari PBB, bea perolehan hak atas
642.073.551.671,00
726.402.345.025,00
88,39%
antara lain: pendapatan bagian daerah dari PBB, PPh, sumber daya
alam, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Rasio ini mengukur
pos belanja pegawai yang terbesar karena memang setiap daerah itu kebanyakan
Yang patut dipertanyakan adalah pos belanja barang dan jasa lebih besar
dari pada pos belanja modal, sehingga bisa dianalisis bahwa didalam pos belanja
barang dan jasa terdapat rekening belanja perjalanan dinas dimana jenis belanja
ini sebelum ada PP. No. 24 Tahun 2005 masih istilah penjatahan, ada atau tidak
perjalanan dinas untuk setiap kepala SKPD tetap diberikan, begitu juga untuk
anggaran alat tulis menulis serta bahan habis pakai lainnya semuanya masih
keluar negeri dengan dalih promosi potensi ekonomi sementara belanja modal
yang merupakan investasi lebih sedikit dibanding dengan belanja barang dan jasa,
investasi ini juga masih banyak mendapat tantangan baik dari kalangan LSM,
perbatasan tersebut sudah ada 3 gapura yang tujuannya sama. Belum lagi
padahal sudah terlanjur banyak memakan anggaran. Itulah Wonogiri, belum tuntas
semua SKPD, analisis ini berhasil diatas kertas tetapi dimata para stakeholder
hari jadi Wonogiri, pekan syawalan, pekan budaya, dll). Hasil temuan penelitian
laporan keuangan semuanya disajikan secara jujur dan apa adanya tanpa
jika ada kesalahan yang berakibat fatal maka pegawai yang bertugas
b. Akuntabilitas proses
c. Akuntabilitas program
d. Akuntabilitas kebijakan
a. ekonomi
136
hasil analisis proporsi belanja untuk tahun 2006 terealisasi 89,96% atau
secara umum VFM masih tercapai karena masih lebih rendah realisasi
Wonogiri,
b. efisiensi
Dari hasil analisis telah diketahui bahwa belanja untuk tahun 2007
c. efektivitas
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data, maka dapat ditarik beberapa
Wonogiri baik lewat media cetak maupun melalui internet. Disamping itu,
unsur value for money diterapkan dalam penyususnan laporan keuangan. Hal
daerah pada tahun anggaran 2006 adalah 89,96% dan tahun 2007 86.82%,
ekonomi dan efisien sebesar 2,20% selama tahun 2006 dan 2007
(2,63%+1,77% =4,40%:2) dan tingkat efisiensi belanja selama tahun 2006 dan
tercapai, ini ditunjukkan oleh angka realisasi anggaran dan angka pemanfaatan
Kabupaten Wonogiri.
137
138
B. Keterbatasan Penelitian.
2. penelitian ini lebih memfokuskan data tahun 2007 karena data tahun 2006
sementara data tahun 2008 pada saat penulis mulai meneliti belum
C. Saran
dengan keahliannya yang dikenal dengan istilah ”The Right Man The Right
kebijakan Bupati,
yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, seperti gapura dan musium
karst dunia, padahal sarana dan prasarana fisik yang mempercepat akses ke
belum dilakukan,
memperhatikan good governance dan value for noney agar sesuai dengan
PP. No. 24 Tahun 2005, walaupun secara umum beberapa unsur Good
Governance dan Value For Money selama tahun 2006 dan 2007 sudah
tercapai akan tetapi masih ada pengalokasian belanja yang tidak sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi, 2003 ”Max weber sebuah Khazanah” Terjemahan Cetakan Pertama Ikon
Teralitera Yogyakarta.
Efferin, Sujoko dkk, 2008 ”Metode Penelitian Akuntansi” Edisi 1 Graha Ilmu
Yogyakarta.
Halim, Abdul, 2002, Akuntansi Keuangan Daerah, Seri Akuntansi Sektor Publik,
Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Humas Setda Kabupaten Wonogiri, 2005 ” Gema Wonogiri” edisi 2 Tahun 111
percetakan Giri tunggal Wonogiri.
Mardiasmo., 2000, Implikasi APBN dan APBD dalam Kontek Otonomi Daerah,
Kompak, April No. 23, 573-587.
Rubin, Irene, 1996, Budgeting for Accountability: Minicipal Budgeting for the
1990s, Public Budgeting & Finance / Summer, 112-131.
Yin, Robert, 2002 “Desain dan Metode Studi kasus” cetakan PT Raja Grafindo
Persada Jakarta.