Anda di halaman 1dari 18

HISR

“Beauty Without Getting Naked”

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Study Kelayakan Bisnis


Dosen Pengampu :

Oleh :
Bening Fathima Rabbaniya Amatillah
1153070023

VI/A
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan kemudahan bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas observasi dan wawancara mata kuliah “STUDY
KELAYAKAN BISNIS” tentang HISR.
Proposal ini dirancang sedemikian rupa sehingga para wanita muslimah
dapat mengerti dan memilih fashion yang trend di masa kini. Harapan penulis
agar masyarakat dapat menerima produk dari penulis dan tertarik untuk
membelinya.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar proposal ini dapat lebih baik lagi.

Bandung, 30 Juni 2018

Bening Fathima Rabbaniya Amatillah


BAB I

A. Latar Belakang Usaha

Trend busana muslim dikalangan perempuan Indonesia beberapa tahun

berakhir ini merupakan fenomena yang menggembirakan. Tentu hal ini sangat

berbeda dengan kondisi sebelumnya. Semangat perempuan Indonesia untuk

mengenakan jilbab hampir dapat dijumpai di semua area publik, baik di

lingkungan pemerintah maupun di lingkungan swasta.

Fenomena ini merupakan dampak positif media yang memberikan

informasi tentang publik figure lainnya yang menyadari pentingnya

melaksanakan salah satu ajaran islam mengenai menutup aurat. Selain itu, di

dukung berbagai kemajuan dan perkembangan peradaban yang serba canggih

dan cepat menghasilakn produk-produk yang berneka ragam yang digunakan

untuk kebutuhan manusia.

Salah satu aspek yang berkembang dan dapat mempengaruhi kehidupan

manusia adalah industri pakaian, pakaian pada dasarnya adalah kebutuhan

primer yang sangat dibutuhkan oleh manusia di dunia, hal ini terbukti dengan

munculnya berbagai model dan bahan yang sangat bervariasi di seleruh dunia.

Hal itu akibat adanya pengaruh dari globalisasi yang berimplikasi pada gaya
berpakaian. Pakian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, dimana

pakaian merupakan hal yang sangat penting sekali bagi manusia. Disisi

lain pakaian juga berkaitan dengan rasa keindahan, juga membuat dampak

psikologis bagi pemakainya. Serta pakaian juga berkaitan dengan budaya dan

perkembangan masyarakat.

Saat ini masyarakat di Indonesia mulai berkiblat pada gaya-gaya


berpakaian orang-orang Barat. Bukan hanya pada model busana moderen, tetapi
busana muslimpun mengalami perkembangan. Keanekaragaman mode tersebut
membat busana muslim kini tidak lagi dipandang kuno oleh masyarakat
khususnya wanita muslim. Merekapun tidak lagi ragu untuk mengenakan busana
muslim karena mereka tetap bisa bergaya dan tidak ketinggalan zaman.
Meskipun tidak lahir dari diri sendiri, namun hal ini merupakan dampak positif
dari perkembangan busana muslim. Islam telah memperkenalkan pula pakaian-
pakaian yang seharusnya dipakai oleh kaum muslim. Terutama bagi wanita
yang berjilbab. Pemakaian busana muslim dalam arti pakaian yang menutup
seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan yang pernah menjadi kurang
perhatian masyarakat Islam sejak abad ke 19.

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan


istri-istri orang mukmin, “hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali
sehingga mereka tdak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”( Q.s Al-Ahzab: 59).

Tidak hanya sekedar menutup, tetapi juga harus memenuhi syarat

berbusana muslim yang benar. Pertama, jilbab menutup seluruh badan, selain

yang di kecualikan (wajah dan telapak tangan). Kedua, busana muslim tidak
sebagai perhiasan. Ketiga, busana muslim harus terbuat dari bahan yang tebal.

Keempat, busana muslim yang dipakai harus longgar dan tidak ketat. Kelima,

busana muslim tidak diberi parfum atau wangi- wangian. Keenam, busana

muslim yang dipakai tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tidak menyerupai

pakaian wanita-wanita kafir serta bukan merupakan pakaian untuk mencari

popularitas. Akan tetapi kini busana muslim dikenakan bukan lagi sekedar atas

tuntutan agama yaitu untuk menutup aurat, akan tetapi sebagai alat pemenuhan

gaya hidup yang merambah kemana-mana. Rasulullah memang tidak melarang

umatnya untuk mengikuti perkembangan zaman, termasuk dalam hal pakaian,

akan tetapi rambu-rambu syari’at memanglah harus tetap dipegang teguh dan

ditaati. Begitupun dengan penampilan para wanita muslimah, semakin

berkembangnya busana muslim seperti sekarang ini, telah terjadi pergeseran

makna busana muslim. Banyak wanita muslimah mengenakan busana muslim

bukan berdasarkan atas perintah agama, maka dari itu busana muslim yang

digunakan belum memenuhi kriteria busana muslim yang baik. Mereka

mengenakan busana muslim hanya mengarah kepada tujuan mode. Padahal

busana muslim merupakan salah satu simbol religious bentuk ketaatan dalam

melaksanakan perintah Tuhannya. Seperti yang dikemukakan Davis dalam buku

Fashion Sebagai Komunikasi karya Malcolm Barnard pakaian yang kita kenakan

memiliki atau dapat memberikan makna pada tingkah laku seseorang.

Namun demikian, jika perilaku berbusana muslimah hanya disebabkan

trend dan bukan karena kesadaran keagamaan yang memerintahkan kaum hawa

dalam menutup aurat, dikhawatirkan akan dapat mencidrai ajaran Islam itu
sendiri. Betapa tidak, banyak dijumpai para perempuan yang secara zahir sudah

berbusana secara islami, tetapi akhlak dan perilakunya belum mencerminkan

makna hakiki dari ajaran Islam untuk menutup aurat. Misalnya, masih banyak

perempuan berjilbab yang berpacaran, berboncengan motor dengan orang yang

bukan muhramnya dengan begitu mesra, dan lain sebagainya. Tentu hal tersebut

sangat tidak sesuai dengan maksud menutup aurat. Idealnya. Para perempuan

muslim yang telah berbusana sesuai dengan perintah agama, mampu

mengaplikasikan pribadi yang dapat menjadikan contoh bagi orang yang

belum melaksanakannya.

Dalam tata cara berpakaian, agama Islam tidak semata-mata

mensyaratkan busana sebagai penutup tubuh, tetapi busana menjadi sarana yang

lengkap dan menyeluruh baik kesehatan, kesopanan, serta keselamatan

lingkungan. Lebih jauh lagi, Islampun menganggap cara berbusana sebagai

tindakan ibadah serta kepatuhan seorang umat yang berakibat janji pahala

bagi yang menjalankannya. Demikianpun Islam telah menetapkan syarat-

syarat bagi busana musimah dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukkan

oleh nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah. Diantara syaratnya yaitu untuk

berbusanana muslimah tidak boleh menggunakan bahan-bahan tekstil yang

transparan atau mencetak lekuk tubuh perempuan. Dengan demikian, walaupun

menutup aurat tetapi kalau ketat dan transparan, tetap belum dianggap berbusana

muslimah yang sempurna.

Pada kenyataannya fenomena-fenomena sekarang ini tidak sesuai


dengan apa yang diharapkan, ada sebagian wanita muslim yang hanya memakai
jilbab atau busana muslim pada situasi-situasi tertentu, tetapi tidak memakai
jilbab atau busana musana muslimah pada situasi-situasi lainnya. Misalnya saja
fenomena-fenomena yang terdapat di kampus- kampus, pondok pesantren,
sekolah-sekolah yang bernuansa Islam, seperti Madrasah Tsanawiyah di
lingkungan masjid dan sebagainya. Mereka biasanya memakai hanya pada
lingkungan tersebut dan selebihnya di luar sana di lepaskan atau sebuah topeng
saja.

B. Visi dan Misi Usaha

1. Visi usaha :
- Mampu membuka lahan bisnis dibidang busana muslim.
- Menyediakan berbagai model busana muslim.
- Memberikan harga jual yang terjangkau.
- Memberi peluang dan prospek kedepan yang baik.
- Mampu menciptakan lapangan kerja baru.

2. Misi usaha:
- Mengembangkan usaha busana muslim yang mampu menumbuhkan
keinginan muslimah untuk menutup aurat.
- Memberikan pelayanan yang terbaik.
- Menjual produk dengan kualitas terbaik, beda dan dengan harga yang
terjangkau.

C. Tujuan Usaha:
- Mendapat keuntungan
- Menyediakan kebutuhan busana muslim
- Menambah keterampilan.
- Membuat kebiasaan berbusana muslim dikalangan muslimah.
- Membuat produk yang dapat menjadi gaya berpenampilan modis.

D. Peluang Usaha
Dalam membangun usaha busana muslim, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:

1. Niat dan Fokus Mengembangkan Usaha


Seringkali pemula tidak fokus mengembangkan usaha, saat usahanya
tersendat, padahal saat ada masalah yang muncul justru disitulah peluang naik
kelas menjadi lebih besar.

2. Mulai usaha busana muslim dari tingkat kecil


Untuk memulai bisnis itu perlu kesabaran, seringkali bernafsu untuk
cepat besar malah seringkali membuat kita terjatuh.

3. Membuat design yang beda dari yang lain


Dalam membangun usaha busana muslim tahap pertama yang dilakukan
adalah mencari tahu bagaimana trend busana muslim sekarang ini, model dan
bahan yang lagi populer. Kita dapat menggunakan media online bagai referensi.
Setelah mendapat kan referensi dari berbagai sumber, kita mulai dengan
membuat gambar design busana muslim.

4. Perbanyak Model busana muslim


Pelanggan bisa memilah milah model dan design sesuai karakter dan
keinginan mereka.

5. Promosikan Produk
Promosi merupakan bagian dari proses pemasaran. Promosi sangat
mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan suatu usaha. Promosi dapat
dilakukan dengan sejumlah media baik elektronik, cetak, maupun promosi
langsung dari mulut ke mulut.
Kita dapat memulai promosi dari yang terdekat, seperti kepada teman-
teman, saudara-saudara atau tetangga. Jika mereka tertarik dengan produk kita
maka secara otomatis akan terjadi pembelian secara berulang dan bisa menjadi
promosi tidak langsung atau promosi dari mulut ke mulut. Selain promosi dari
mulut ke mulut kita juga dapat memanfaatkan media online sebagai sarana
promosi untuk memulai usaha seperti Facebook, Twitter, BBM atau yang lain-
lain.

E. Profil Usaha
Nama Usaha : “HISR ”
Pemilik : Bening Fathima Rabbaniya Amatillah
Alamat : Ujung Berung Indah 12-4 Bandung
No. HP : 085778439860
Instagram : @hisrstore
Email : talk@hisr.store

BAB II
A. Produk yang Dijual
Jenis Barang
Jenis barang yang dijual adalah salah satu jenis kebutuhan masyarakat
yaitu jilbab. Jilbab yang dijual dalam usaha ini adalah jilbab dengan berbagai
merk, model, bahan, ukuran, dan warna.
Jenis-jenis jilbab yang akan dijual dalam usaha ini antara lain:
Ø Jilbab paris polos : 2 lusin
Ø Jilbab paris bermotif : 2 lusin
Ø Jilbab pashmina
· Pashmina LV : 2 lusin
· Pashmina Burberry : 2 lusin
· Pashmina Selma Mandira : 2 lusin
· Pashmina Ima Katun : 2 lusin
· Pashmina Spandek : 2 lusin
· Pashmina Line Polkadot : 2 lusin
· Pashmina Kaila Lenisya : 2 lusin
Ø Jilbab Bergo/instan
· Jilbab Ghilda Danef : 2 lusin
· Jilbab Hoodie Zaskia : 2 lusin
· Jilbab Arabian Hoodie : 2 lusin
· Jilbab Angelin : 2 lusin

B. Aspek Hukum
Perkembangan dunia digital, khususnya internet saat ini sudah begitu
mengglobal. Internet bukan lagi suatu hal yang baru dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini telah
membawa banyak perubahan bagi pola kehidupan sebagian masyarakat Indonesia.
Pola kehidupan tersebut terjadi hampir di semua bidang, baik sosial,
budaya, perdagangan dan bidang lainnya. Dalam bidang perdagangan, internet
mulai banyak dimanfaatkan sebagai media aktivitas bisnis terutama karena
kontribusinya terhadap efisiensi. Aktivitas perdagangan melalui media internet ini
populer disebut dengan electronic commerce (e-commerce). E-commerce
tersebut terbagi atas dua segmen yaitu business to business e-commerce
(perdagangan antar pelaku usaha) dan business to consumer e-commerce
(perdagangan antar pelaku usaha dengan konsumen).
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat menimbulkan
adanya suatu gaya baru dalam sistem perdagangan. Beberapa tahun terakhir
perdagangan online semakin marak terjadi di Indonesia. Sebut saja Kaskus,
berniaga.com, bahkan online shop yang menggunakan facebook atau handphone
sebagai alat pemasarannya. Orang-orang berlomba untuk meraup keuntungan dan
pendapatan yang lebih dengan memanfaatkan teknologi informasi ini. Tidak dapat
dipungkiri lagi, Online Shop menjadi salah satu alternatif yang paling menarik
bagi konsumen untuk berbelanja selain berbelanja secara fisik.
Bagi pelaku usaha, online shop dianggap menarik karena tidak
memerlukan modal yang besar, pasar yang besar karena internet dapat diakses
oleh para konsumen dari seluruh dunia, dan lainnya. Sedangkan bagi para
konsumen, berbelanja di online shop dianggap lebih menarik karena harga yang
ditawarkan biasanya lebih murah daripada berbelanja secara fisik. Namun dibalik
semua kemudahan tersebut, online shop masih menyisakan beberapa persoalan
tertutama dalam perlindungan konsumen seperti permasalahan mengenai
penipuan, atau barang yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan.
Salah seorang pakar internet Indonesia, Budi Raharjo menilai bahwa,
Indonesia memiliki potensi dan prospek yang cukup menjanjikan untuk
pengembangan e-commerce. Berbagai kendala yang dihadapi dalam
pengembangan e-commerce ini seperti keterbatasan infrastruktur, jaminan
keamanan transaksi dan terutama sumber daya manusia bisa diupayakan sekaligus
dengan upaya pengembangan pranata e-commerce itu .
Bagaimanapun, kompetensi teknologi dan manfaat yang diperoleh
memang seringkali harus melalui proses yang cukup panjang. Namun
mengabaikan pengembangan kemampuan teknologi akan menimbulkan ekses
negatif di masa depan. Keterbukaan dan sifat proaktif serta antisipatif merupakan
alternatif yang dapat dipilih dalam menghadapi dinamika perkembangan
teknologi.
Learning by doing adalah alternative terbaik untuk menghadapi
fenomena e-commerce karena mau tak mau Indonesia sudah menjadi bagian dari
pasar e-commerce global. Meski belum sempurna , segala sarana dan pra-sarana
yang tersedia dapat dimanfaatkan sambil terus direvisi selaras dengan
perkembangan mutakhir.
E-commerce telah banyak digunakan seiring dengan meningkatnya
pengguna internet di Indonesia. Menurut data Departemen Telekomunikasi,
jumlah pengguna internet pada bulan februari 2008 mencapai 25 juta pengguna
dan diprediksi akan mencapai 40 juta pengguna pada akhir tahun 2008. Sebelum
keluarnya Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE), kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan e-commerce
diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang
nomor 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-undang nomor 14 tahun 2001
tentang Paten, Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang Merek,
Undangundang Telekomunikasi nomor 36 tahun 1999, Undang-undang nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan lain-lain.

C. Aspek Keuangan
Aspek keuangan dalam studi kelayakan bisnis menyangkut pada besaran modal
dan sumber dana yang akan digunakan dalam membangun sebuah usaha serta
kapan dan bagaimana modal tersebut dapat dikembalikan.

1. Biaya Peralatan dan Perlengkapan:


Peralatan dan Banyak Satuan Harga Jumlah Harga
Perlengkapan
Etalase 1 buah 350.000 350.000
Kepala Manekin 3 buah 45.000 135.000
Hanger Jilbab 3 lusin 10.000 30.000
Lampu 1 buah 17.000 17.000
Meja 1 buah 35.000 35.000
Total Harga : 567.000

2. Beban Variabel/ bulan:


Biaya transportasi 100.000
Biaya internet 200.000
Biaya listrik 75.000
Total 375.000

3. Biaya Pembelian Produk per bulan:


Produk Satuan Harga Jumlah Harga

Jilbab Segiempat Polos 12.000 x 2 lusin 24.000


Jilbab Segiempat Bermotif 15.000 x 2 lusin 30.000
Jilbab Pashmina LV 30.000 x 2 lusin 60.000
Jilbab Pashmina Burberry 30.000 x 2 lusin 60.000
Jilbab Pashmina Selma Mandira 100.000 x 2 lusin 200.000
Jilbab Pashmina Ima Katun 35.000 x 2 lusin 70.000
Jilbab Pasmina Spandek 30.000 x 2 lusin 60.000
Jilbab Pashmina Line Polkadot 30.000 x 2 lusin 60.000
Jilbab Pashmina Kaila Lenisya 70.000 x 2 lusin 140.000
Jilbab Ghilda Danef 60.000 x 2 lusin 120.000
Jilbab Hodie Zaskia 50.000 x 2 lusin 100.000
Jilbab Arabian Hodie 30.000 x 2 lusin 60.000
Jilbab Angelin 50.000 x 2 lusin 100.000
Total Harga 1.084.000
4. Produk yang terjual per bulan:
Produk Banyak Satuan Harga Jumlah Harga
Jilbab Segiempat Polos 5 buah 17.000 85.000
Jilbab Segiempat Bermotif 3 buah 30.000 90.000
Jilbab Pashmina LV 2 buah 40.000 80.000
Jilbab Pashmina Burberry 1 buah 45.000 45.000
Jilbab Pashmina Selma Mandira 2 buah 110.000 220.000
Jilbab Pashmina Ima Katun 3 buah 45.000 135.000
Jilbab Pasmina Spandek 2 buah 40.000 80.000
Jilbab Pashmina Line Polkadot 1 buah 45.000 45.000
Jilbab Pashmina Kaila Lenisya 2 buah 80.000 160.000
Jilbab Ghilda Danef 2 buah 70.000 140.000
Jilbab Hodie Zaskia 2 buah 60.000 120.000
Jilbab Arabian Hodie 1 buah 45.000 45.000
Jilbab Angelin 3 buah 60.000 180.000
Total Harga 1.225.000

Perhitungan Keuntungan Per Bulan


Target penjualan per bulan = Rp. 1.225.000
Modal per bulan = Rp. 1.084.000
Beban variabel per bulan = Rp. 450.000
Biaya peralatan = Rp. 727.000
Kesimpulan perhitungan keuntungan per bulan
1.084.000
(576.000 + 375.000)
= Rp. 142.000

Total keuntungan = Rp. 1.225.000 – Rp. 142.000


= Rp. 1.083.000

Jadi, total pendapatan saya dari penjualan busana muslim adalah Rp.
1.083.000/bulan.

D. Aspek Manajemen
Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis menyangkut pada pembangunan
dan pengembangan operasional perusahaan. Aspek manajemen memiliki cakupan
yang sangat luas, mulai dari manajemen sumber daya manusia hingga manajemen
finansial perusahaan. Semua hal yang terkait dengan bagaimana operasional
perusahaan dapat dijalankan termasuk pada aspek manajemen dalam studi
kelayakan bisnis.

E. Aspek Ekonomi dan Sosial


Aspek ekonomi dan sosial dalam studi kelayakan bisnis menyangkut pada dampak
suatu badan usaha untuk masyarakat sekitar.

a. Dari segi ekonomi, penelitian dalam studi kelayakan bisnis akan


menjawab apakah sebuah bisnis mampu menaikkan atau justru menurunkan rata-
rata pendapatan per kapita di wilayah setempat
b. Dari segi sosial, penelitian dalam studi kelayakan bisnis akan menjawab
bagaimana dampak keberadaan sebuah bisnis terhadap adat istiadat di wilayah
setempat
F. Aspek Teknik atau Operasi
Aspek teknis dan teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan
dengan proses pembangunan proyek secara teknis, teknologi dan
pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun.
Studi kelayakan Aspek teknik dan teknologi mulai dilakukan Setelah aspek
pemasaran telah dilakukan studi kelayakan bisnis dan dinyatakan bahwa proyek
atau bisnis tersebut layak dari segi pemasaran. Selanjutnya hal yang perlu
dilakukan yaitu dengan melakukan studi kelayakan aspek teknik dan teknologi
yang meliputi strategi produksi dan perencanaan produk, proses pemilihan
teknologi untuk produksi, penentuan kapasitas produksi yang optimal, letak
pabrik dan layoutnya serta letak usaha dan layoutnya, rencana operasional jumlah
produksi, rencana pengendalian persediaan bahan baku dan barang jadi, dan
pengawasan kualitas produk baik dalam bentuk barang ataupun jasa.
Pemilihan terhadap jenis teknologi yang digunakan juga perlu dijelaskan,
baik mengenai jenis jumlah dan ukuran bila diperlukan serta alasan-alasan dalam
pemilihan, dihubungkan dengan masalah yang dihadapi disamping investasi
lainnya.
Tujuan studi kelayakan bisnis aspek teknik dan teknologi adalah untuk
memastikan apakah secara teknis dan pilihan teknologi tertentu, rencana bisnis
dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik ada saat pembangunan
proyek maupun operasional rutin.
G. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan mengubah aturan AMDAL
dan izin lingkungan. Hal ini terkait dengan peluncuran sistem online terpadu atau
online single submission (OSS).

Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian LHK Bambang Hendroyono pihaknya


akan mengubah permen dengan mengklasifikasi usaha. Adapun dengan membagi
usaha menjadi kelompok, A, B, C, dan D serta memasukkan usaha wajib dan tidak
wajib AMDAL.

"Ada permen yang akan diubah untuk wajib AMDAL dan yang tidak wajib
AMDAL dan permen yang kita ubah lagi bagaimana meng-grade-kan usaha-usaha
itu supaya tidak ada masalah setelah PP keluar," ujar Bambang di Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai