Anda di halaman 1dari 15

DEPRESI POSTPARTUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai
permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua
itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya.Bagi seseoarang yang
tidak mampu menghadapi nya akan mengalami ganguan mental yang disebut
dengan depresi. Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak
berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya
dan tidak dapat membuat keputusan.setiap individu dapat mengalami gangguan
psikologi begitu juga dengan wanita yang baru melahirkan yang dikenal dengan
depresi postpartum.wanita yang mengalami depresi postpartum akan
mengalami gangguan emosional yang bervariasi, hal ini terjadi pada 10 hari
pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6
bulan atau bahkan sampai satu tahun.. tingkat keparahan depresi postpartum
bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami
“kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal
postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas yaitu :
1. Apa itu depresi postpartum ?
2. Tanda dan gejala depresi postpartum ?
3. Penyebab depresi postpartum ?
4. Gambaran klinik,pencegahan,dan penatalaksanaan depresi postpartum ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui apa itu depresi post partum.
2. Mengetahui apa saja tanda dan gejala depresi post partum
3. Mengetahui penyebab depresi post partum.
4. Mengetahui gambaran klinis depresi post partum, mengetahui pencegahan
depresi post partum, dan mengetahui bagaimana penanganan depresi post
partum.
BAB II
PEMBAHASAN

Biografi Cheryl Tatano


Beck Cheryl adalah seorang profesor di University of Connecticut, School of
Nursing. Gelar Sarjana Science dalam Keperawatan adalah dari Western
Connecticut State University. Dia menerima gelar Master-nya dalam merawat ibu-
bayi yang baru lahir dari Yale University. Cheryl adalah bersertifikat perawat-
bidan. Dia menerima sertifikat nya di perawat-bidan juga dari Yale University.
Dokter nya of Science Keperawatan adalah dari Boston University. Cheryl adalah
rekan dalam American Academy of Nursing. Dia telah menerima berbagai
penghargaan seperti Keperawatan Timur Research Society Distinguished
Penghargaan Peneliti, Distinguished Award dari Alumna Yale University dan
Perawat Connecticut ‘Association Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya
terhadap penelitian keperawatan. Saat ini ia menjabat sebagai dewan redaksi
Kemajuan Ilmu Keperawatan, Journal of Pendidikan Keperawatan, dan Jurnal
Pengukuran Keperawatan. Ia telah menjadi anggota Dewan Pembina Depresi
Setelah Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce Internasional Society.
Dia telah ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan
Internasional.
Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan upaya penelitiannya pada
pengembangan program penelitian pada suasana hati dan kecemasan gangguan
postpartum. Dia telah banyak diteliti gangguan ini menghancurkan yang
mengganggu ibu baru menggunakan kedua metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Berdasarkan temuan dari seri-nya studi kualitatif, Cheryl telah
mengembangkan Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan
oleh Layanan Psikologi Barat. Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada :
(1) dampak trauma kelahiran pada ASI,
(2) pengaruh DHA pada depresi postpartum, dan
(3) menilai psikometri dari Screening administrasi
Skala-telepon Postpartum Depression.
DEPRESI POST PARTUM
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai
permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu
membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat
gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah
satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja,
kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita
depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian
pada mereka sendiri. Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan
bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak
ada harapan lagi Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya tidak
berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu memusatkan pikirannya dan
tidak dapat membuat keputusan.
Individu yang mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri,
merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka
mempersepsikan diri sendiri dan seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan
suram. Pandangan suram ini menciptakan perasaan tanpa harapan dan
ketidakberdayaan yang berkelanjutan.

A. Pengertian
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan
sampai 1 tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt
pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,
gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami
depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan yaitu wanita tersebut secara social
dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian
hidupnya.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post
partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi
pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus
sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.. tingkat keparahan depresi
postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu
mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa
awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues.
Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau
melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif
mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi
postpartum.

Beberapa pengertian depresi postpartum menurut para ahli:

Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus
asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu,
pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih
lanjut Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan ,
kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri
atau kecenderungan bunuh diri.
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu
atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh.
Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu
yakin tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa
pun yang dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul.
Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-
IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
1. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari
saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan
khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung
dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan
mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
2. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang
membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua
minggu sampai setahun setelah melahirkan.
3. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung
secara keseluruhan.

B. Penyebab Depresi Postpartum

Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13,


yaitu (Varney, et al., 2008) :
1. Depresi prenatal Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu
faktor pemicu terjadinya depresi postpartumyang paling kuat.Depresi
prenatal bisa terjadi pada beberapaatau keseluruhan dari trimester
kehamilan (Beck, 2001).
2. Stress merawat anak Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan
perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang
dialami bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai
masalah makanan dan tidur (Beck, 2001).
3. Stress dalam kehidupan Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk
terjadinya stres selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi
dalam hidup seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan
termasuk juga sebuah pengalaman seperti, perubahan status perkawinan
(contohnya, bercerai, menikah kembali), perubahan pekerjaan, dan krisis
yang terjadi (contohnya, kecelakaan, perampokan, krisis ekonomi, dan
penyakit kronis) (Beck, 2001)
4. Dukungan sosial Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat
membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya.
Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan
penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak
bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi
(Anonim).
5. Ansietas pranatal Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama
beberapa trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas
ini merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi
mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).
6. Kepuasan perkawinan Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan
perkawinan ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita
pada hal-hal tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan,
kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai
terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global lainnya
(Beck, 2001).
7. Riwayat depresi sebelumnya Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan
bahwa perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan
terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa
kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan
dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009).
8. Temperamen bayi Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai
seorang bayi yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib
(1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa temperamen
sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi postpartum.
9. Maternity blues Maternity bluesadalah sebuah fenomena yang hanya sekilas
dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama
setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih.Keadaan
tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas
konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil (Beck, 1998 dalam
Beck, 2001).
10. Harga diri Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara
umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah
kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri.Rendahnya harga diri
menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan
terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck, 2001).
11. Status sosioekonomi Segre, Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010),
mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan
kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga,
semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
12. Status perkawinan Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang
wanita dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah,
menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan
(Beck, 2001).
13. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan Kehamilan yang tidak
direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan
yang dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu
bukanlah waktu yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri
terhadap perawatan bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup
keras (The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG),
2009). Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya,
hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya depresi postpartum,
karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan perubahan secara tiba-
tiba, baik di lingkungan rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja
yang tidak diharapkan oleh orang tua (ACOG, 2009).
Menurut Kruckman menyatakan terjadinya depresi pasca salin dipengaruhi oleh
faktor :

1. Biologis

Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar


hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut
terlalu cepat atau terlalu lambat.

2. Karakteristik ibu, yang meliputi :

a. Faktor umur

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang
ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk
menjadi seorang ibu.

b. Faktor pengalaman

Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel


dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini
lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran
seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi
yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda
dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka
mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.

c. Faktor pendidikan

Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik


peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk
bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka
sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka.

d. Faktor selama proses persalinan.

Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan
selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma
psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pascasalin.

e. Faktor dukungan social

Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan


pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak
berkurang.

C. Gejala Depresi Postpartum

Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:

1. Berkurangnya energy

2. Penurunan efek

3. Hilang minat (anhedonia)

Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60%
wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:

1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi

2. Kelelahan dan perubahan mood

3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur

4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain

5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
D. Gambaran Klinik, Pencegahan dan Penatalaksanaan

Monks mengatakan depresi post partum merupakan problem psikis sesudah


melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsung berbulan-bulan.

Faktor resiko:

1. Keadaan hormonal

2. Dukungan social

3. Emotional relationship

4. Komunikasi dan kedekatan

5. Struktur keluarga

6. Antropologi

7. Perkawinan

8. Demografi

9. Stressor psikososial dan lingkungan

Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga


harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan
ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:

1. Beristirahat dengan baik

2. Berolahraga yang ringan

3. Berbagi cerita dengan orang lain

4. Bersikap fleksible
5. Bergabung dengan orang-oarang baru

6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi :

a. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu


waktu istirahat anda

b. Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah
yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi

c. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih
rileks disarankan musik-musik yang menenangkan

d. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam
mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk
tubuh

e. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah

f. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat
berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.

Perawatan depresi

Ada dua macam perawatan depresi :

a. Terapi bicara

Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah
apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.

b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat
anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman
bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.

Penatalaksanaan

a. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi


resiko potensial terjadi depresi postpartum

b. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko

c. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode
antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum

d. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi,


informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah

e. Kaji proses hubungan ibu dan anak

f. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami


bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal

g. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia
harus berkonsultasi

h. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi


berlanjut.

Bidan dapat membantu dengan cara :

a. Sensitif pada reaksi ibu

b. Terlibat dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah kelahiran


c. Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat
mengekspresikan persoalan, keraguan dan kecemasan

Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan
dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu dirawat di
rumah sakit.

BAB III

KESIMPULAN

Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi,


terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus -
menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang
terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial
dan karakteristik ibu, dengan gejala–gejalanya antara lain adalah trauma terhadap
intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan,
gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai
bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
orang (ibu yang mengalami depresi).
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
orang.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:
1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan
cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual
yagn bisa mempengaruhi status kesehatannya.
2. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini
bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna
membuat suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari
perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain.
3. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
4. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan
penting dan catatan kesehatan klien.

Anda mungkin juga menyukai