Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Beelakang
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun
pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.(Dorland,
1998:649).Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus adalah malnutrisi berat pada
bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene
kurang.Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson,
1999:212)
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan
atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.

1
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik.Diit tinggi kalori, protein, mineral dan
vitamin.Pemberian terapi cairan dan elektrolit.Penatalaksanaan segera setiap
masalah akut seperti masalah diare berat.
Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium,
timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.Penanganan KKP berat Secara
garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal
dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan
keadaan gizi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana asuhan keperawatan keluaraga anak balita dengan gizi buruk

1.3 Tujuan
1.3.1 Melakukan asuhan keperawatan keluarga pada anak balita dengan gizi
buruk
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada anak balita dengan
gizi buruk
2. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada anak balita dengan
gizi buruk
3. membuat intervensi keperawatan keluarga pada anak balita dengan
gizi buruk

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan
setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan
menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding
usus dan masuk kedalam cairan tubuh.
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada
pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein
dan kalori. (Nelson, 1999:212).
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh
untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan
menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman,
2004:157).
Dapat di simpulkan bahwa marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot.

2.2 Anatomi Fisiologi Gizi Buruk

3
Alat-alat pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelanjar pencernaan.
Saluran pencernaan memanjang mulai dari mulut hingga anus. Alat-alat yang
membentuk saluran pencernaan terdiri atas:
1. Mulut, didalamnya terdapat alat-alat berupa gigi, lidah dan kelenjar
air liur.
2. Tekak atau faring, penghubung rongga mulut dengan kerongkongan, pada
bagian ini terdapat persimpangan antara saluran pencernaan dan saluran
pernapasan.
3. Kerongkongan atau oesofagus, saluran memanjang yang menghubungkan
tekak dengan lambung/ gaster.
4. Lambung atau gaster, pembesaran saluran pencernaan yang membentuk
kantong.
5. Usus halus terdiri atas usus dua belas jari atau duodenum, usus kosong
atau yeyenum, usus penyerapan atau ileum.
6. Seikum.
7. Usus besar
8. Anus

2.3 Klasifikasi
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% standar dengan edema :marasmik
kwashiorkor(Ngastiyah, 1997)
2.4 Etilogi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital.(Nelson,1999)

4
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan
penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat
berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan
atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)

2.5 Tanda dan Gejala


KWASHIORKOR MARASMUS
 Nafsu makan buruk  Nafsu makan baik
 Diare sering  Sering diare
 Pandangan mata sayu  Perubahan kulit jarang
 Rambut tipis. Kemerahan  Perubahan rambut jarang
seperti warna jagung, mudah di  Monface jarang
cabut tanpa rasa sakit, rontok  Pembesaran hati, limfa, usus besar/
 Perubahan status mental, kolon jarang
apatis, rewel
 Kelainan kulit berupa
bercak,merah muda yang
meluas dan merubah warna
menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas
 Sering mengalami monface
 Pembesaran hati, limfa, usus
besar/kolon sering karena
proses perlemakan

2.6 Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).Dalam
keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh

5
untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah
kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).

2.7 Klasifikasi
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak
dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah
dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare),
pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak
menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah
gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar

6
2.8 Manifestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada
kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari
bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu
sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan
datar.Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan
nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan
sedikit. (Nelson,2004).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

2.9 Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang
kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan,
pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil
laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

7
Penanganan KKP berat :

Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi


pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi
keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk
memulihkan keadaan gizi. Upaya pengobatan, meliputi :

1. Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.


2. Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
3. Pengobatan infeksi
4. Pemberian makanan
5. Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan
vitamin, anemia berat dan payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105

1. Komposisi pemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100


cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
2. Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2
jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg
BB/ jam.
3. Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
4. Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian
CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
5. Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing
disebut sebagai F-75 dan F-100.

Menurut NuchsanLubis

Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam


beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan
untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan IV.

8
2. cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat
Dextrose 5%.
3. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
4. Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
5. Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2.10 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
- Mengukur TB dan BB
- Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dengan TB (dalam meter)
- Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang
(lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka
lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan
sekitar 2,5 cm pada wanita.
- Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk
memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb,
Ht, transferin.

9
2.11 PATHWAY

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya gizi buruk:
a. Riwayat persalinan sebelumnya
b. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
c. Kenaikan berat badan selama hamil
d. Aktivitas
e. Penyakit yang diderita selama hamil
f. Obat-obatan yang diminum selama hamil
g. Pemberian nutrisi pada bayi
h. Kenaikan berat badan bayi dan tinggi badan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda anatomis
1. Berat badan kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Lingkar dada kurang dari 30 cm
5. Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan
lengan, lemak jaringan sedikit (tipis)
b. Tanda fisiologis
1. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi
tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
2. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
Penyebabnya adalah :
1) Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
2) Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya
mempercepat terjadinya perubahan suhu.

11
3) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

1.2 Diagnosa yang mungkin muncul


1. Kurang pengetahuan
2. Resiko infeksi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kerusakan integritas kulit

3.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

Ketidakseimbangan
1 NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Status Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status : 1. Kaji adanya
Ketidakmampuan food and Fluid Intake alergi makanan
keluarga merawat  Nutritional Status : 2. Kolaborasi
anggota keluarga nutrient Intake dengan ahli gizi
yang mengalami  Weight control untuk
gangguan kesehatan Kriteria Hasil : menentukan

1. Adanya jumlah kalori dan

peningkatan berat nutrisi yang

badan sesuai dibutuhkan

dengan tujuan pasien.

2. Beratbadan ideal 3. Anjurkan pasien

sesuai dengan untuk

tinggi badan meningkatkan

3. Mampumengiden intake Fe

tifikasi kebutuhan 4. Anjurkan pasien

nutrisi untuk

4. Tidk ada tanda meningkatkan

tanda malnutrisi protein dan

5. Menunjukkan vitamin C

12
peningkatan 5. Berikan substansi
fungsi gula
pengecapan dari 6. Yakinkan diet
menelan yang dimakan
6. Tidak terjadi mengandung
penurunan berat tinggi serat untuk
badan yang mencegah
berarti konstipasi
7. Berikan makanan
yang terpilih (
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
9. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien
dalam batas
normal

13
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
5. Monitor
lingkungan
selama maka
6. menjadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
10. Monitor mual
dan muntah

14
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor
makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori
dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
17. Catat jika lidah
berwarna
magenta

NOC : NIC : Pressure


 Tissue Integrity : Management
 Skin and Mucous 1. Anjurkan pasien

15
Membranes untuk
Kriteria Hasil : menggunakan
1. Integritas kulit pakaian yang
yang baik bisa longgar
dipertahankan 2. Hindari kerutan
(sensasi, padaa tempat tidur
elastisitas, 3. Jaga kebersihan
temperatur, kulit agar tetap
hidrasi, bersih dan kering
pigmentasi) 4. Mobilisasi pasien
2. Tidak ada (ubah posisi pasien)
luka/lesi pada setiap dua jam
kulit sekali
3. Perfusi jaringan 5. Monitor kulit akan
baik adanya kemerahan
4. Menunjukkan 6. Oleskan lotion atau
pemahaman minyak/baby oil
dalam proses pada derah yang
perbaikan kulit tertekan
dan mencegah 7. Monitor aktivitas
terjadinya sedera dan mobilisasi
berulang pasien
8. Monitor status
nutrisi pasien
9. Memandikan pasien
dengan sabun dan
air hangat

16
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian

17
18
19
20
4.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Kurang terpapar Defisit pengetahuan
 Keluarga informasi tentang nutrisi anak
mengatakan bahwa
ia tidak tahu ketidakmampuan
penyakit yang di keluarga mengenal
derita anaknya masalah
 Ny. N mengatakan
bahwa anak R sulit deficit pengetahuan
makan tentang nutrisi anak
 Ny. N mengatakan
bahwa anak R sering
rewel
 Ny. N mengatakan
anak R sering diare
 Ny. N mengatakan
anak R sering sakit-
sakitan sejak kecil
 Ny.N mengatakan
bahwa;
- BB lahir: 3.200 gr
- BB 1 Thn : 6 kg
- BB 2 Thn : 6,5 kg
- TB lahir : 50 cm
DO:
 Rewel
 Keluarga pasien
tampak bingung
 BB saat ini : 85 kg
 TB saat ini : 70 cm
 LK : 47 cm

21
 LLA : 13 cm
 LD : 45 cm
 RR : 28x/menit

2. DS: Ketidakadekuatan Koping tidak efektif


 Keluarga system pendukung
mengatakan bahwa
belum maksimal Ketidakmampuan
merawat anggota keluarga merawat
keluarga yang sakit anggota yang salit
DO:
 Hasil KMS di garis Koping tidak efektif
merah

3. DS: Konflik keluarga Manajemen


 Keluarga kesehatan keluarga
mengatakan bahwa Ketidakmampuan tidak efektif
belum tahu masalah keluarga mengambil
yang terjadi, dan keputusan
untuk mengambil
keputusan masih Manajemen kesehatan
belum optimal keluarga tidak efektif
DO:
 Keluarga terlihat
bingung

22
4.3 Diagnosa keperawatan
1. Defisit pengetahuan tentang nutrisi b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2. Koping tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan

4.4 Prioritas diagnosa


1. Defisit pengetahuan tentang nutrisi b/d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

No. KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN


1. Sifat masalah = aktual 1 Keluarga mengatakan tidak mengetahui
Skala : tentang penyakit anaknya bila tidak segera
- Tidak atau kurang sehat. 3 ditangani akan berlanjut ke komplikasi
- Ancaman kesehatan. 2
- Keadaan sejahtera. 1
2. Kemungkinan masalah 2 Pasien tidak memeriksakannya ke
dapat dirubah. puskesmas
Skala :
- Mudah. 2
- Sebagian. 1

23
- Tidak dapat. 0

3. Potensial masalah untuk 1 Masalah tidak dapat dicegah karna keluarga


dicegah. tidak mengetahui tentang penyakitnya
Skala :
- Tinggi. 3
- Cukup. 2
- Rendah. 1
4. Menonjolnya masalah. 1 Masalah ini dirasakan betul oleh keluarga
Skala : dan keluarga ingin masalah tersebut segera
- Masalah berat harus 2 teratasi
ditangani.
- Ada masalah, tetapi 1
perlu ditangani.
- Masalah tidak dirasakan. 0
Total 4

24
2. Koping tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

No. KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN


1. Sifat masalah 1 Keluarga beranggapan bahwa sakitnya biasa
Skala : sehingga keluarga tidak menganggapnya
- Tidak atau kurang sehat. 3 serius
- Ancaman kesehatan. 2
- Keadaan sejahtera. 1
2. Kemungkinan masalah 2 Pasien akan diperiksa ke puskesmas
dapat dirubah.
Skala :
- Mudah. 2
- Sebagian. 1
- Tidak dapat. 0
3. Potensial masalah untuk 1 Masalah tidak dapat dicegah karena
dicegah. keluarga kurang merawat kelurganya
Skala :
- Tinggi. 3
- Cukup. 2

25
- Rendah. 1
4. Menonjolnya masalah. 1 Masalah ini dirasakan betul oleh keluarga
Skala : dan keluarganya akan segera diatasi
- Masalah berat harus 2
ditangani.
- Ada masalah, tetapi 1
perlu ditangani.
- Masalah tidak dirasakan. 0
Total 3

26
3. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan

No. KRITERIA SKOR BOBOT NILAI PEMBENARAN


1. Sifat masalah 1 Dalam keluarga terjadi konflik sehingga
Skala : perlu dilakukan pengambilan keputusan
- Tidak atau kurang sehat. 3
- Ancaman kesehatan. 2
- Keadaan sejahtera. 1
2. Kemungkinan masalah 2 Masalah dirubah dengan saling mengenal
dapat dirubah. dalam mengambil keputusan terkait
Skala : penyakit anaknya
- Mudah. 2
- Sebagian. 1
- Tidak dapat. 0
3. Potensial masalah untuk 1 Masalah tidak dapat dicegah Karna
dicegah. keluarga saling konflik
Skala :
- Tinggi. 3
- Cukup. 2

27
- Rendah. 1
4. Menonjolnya masalah. 1 Masalah ini dirasakan betul oleh keluarga
Skala : dan keluarganya akan segera diatasi
- Masalah berat harus 2
ditangani.
- Ada masalah, tetapi 1
perlu ditangani.
- Masalah tidak dirasakan.
0
Total 3

28
4.5 Intervensi keperawatan

No. DIAGNOSA TUJUAN EVALUASI INTERVENSI


TUM TUK KRITERIA STANDAR
1. Defisit pengetahuan Selama 3x Setelah dilakukan Respon Penatalaksanaan NIC : Pendidikan kesehatan
kunjungan kunjungan selama kognitif sakit: (281)
tentang nutrisi b/d
rumah diadakan 1x60 menit dapat 1. Konsultasi ke 1.1.1. Diskusikan dengan
ketidakmampuan edukasi atau
menunjukkan: dokter. keluarga dengan
promosi
keluarga mengenal 1. Keluarga 2. Rutin ceck up. penyakit dan solusi
kesehatan
masalah keperawatan mampu 3. Kontrol atau penatalaksanaan
mengenal kesehatan. penyakit yang
masalah atau 4. Periksa diderita.
penyakit kesehatan. 1.1.2. Tanyakan kembali
kepada keluarga
tentang
penatalaksanaan sakit.
1.1.3. Berikan pujian atau
jawaban.

29
2. Menyebutkan Respon Konsultasi 1.3.1. Dorong keluarga
komplikasi kognitif komplikasi penyakit: menyebutkan
penyakit. 1. Operasi. komplikasi penyakit.
2. Infeksi. 1.3.2. Beri reinforcement
3. Kematian positive atas usaha
yang dilakukan
keluarga.

3. Keluarga Keluarga mengatakan Dukung keluarga untuk


mampu Respon bersedia ke mengambil keputusan untuk
memberikan Afektif pelayanan kesehatan bersedia ke pelayanan
keputusan kesehatan.
untuk bersedia
ke pelayanan
kesehatan

4. Keluarga Respon Terlihat anggota Anjurkan keluarga untuk


mampu ke psikomotor keluarga saling membawa anaknya periksa
pelayanan membantu untuk ke ke pelayanan kesehatan.
kesehatan untuk pelayanan kesehatan
mendukung agar ada peningkatan
peningkatan status kesehatan
status kesehatan keluarga nya
keluarga

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Ciri-Ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal

Kesehatan Online Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk.

Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.

Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi

Vol. 5/XVII/ april 2018: Inovasi Online

Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Cetakan Ke-2.Jakarta: Rineka Cipta

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second

Edition. New Jersey: Upper Saddle Rivew

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)

Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

31

Anda mungkin juga menyukai