A. LATAR BELAKANG
Masyarakat saat ini sangat kritis terhadap pelayanan kesehatan, karena
pengetahuan masyarakat tentang dunia kesehatan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena arus informasi media cetak, elektronik dan internet
menimbulkan tingginya harapan pasien akan kepuasan pelayanan Rumah Sakit.
Selain dari itu dengan banyaknya pertumbuhan Rumah Sakit, pasien memiliki
banyak pilihan dalam menentukan Rumah Sakit.
Rumah Sakit harus mampu bersaing agar pasien dan keluarganya merasa aman,
nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Salah satu strategi yang
paling tepat untuk mengimbangi hal tersebut adalah melalui pendekatan mutu
pelayanan yang harus dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan dan menyeluruh
sehingga stake holder maupun masyarakat yang membutuhkan mendapatkan
kepuasan dan memenuhi harapannya.
Di lingkungan Rumah Sakit anggota Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara upaya
peningkatan mutu pelayanan telah dilaksanakan sejak tahun 2004 dengan
berbagai cara, baik mengikuti akreditasi Rumah Sakit dari Depkes RI maupun
Program Pengendalian Mutu Pelayanan yang lalu dikembangkan menjadi Program
Standar Mutu Pelayanan yang mengikuti Standar Kemenkes maupun WHO serta
standar lainnya.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman peningkatan mutu pelayanan yang disusun meliputi
pengertian dasar mutu pelayanan, definisi dan terminologi, pengorganisasian di
Rumah Sakit, kebijakan, program dan SPO, pelaksanaan upaya peningkatan mutu
pelayanan, pencatatan dan pelaporan, selain daripada itu ditambah dengan tata
cara melaksanakan survey.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tercapainya kepuasan, harapan dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan
Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya upaya peningkatan mutu yang menunjang keselamatan
pasien.
b. Terselenggaranya pelayanan sesuai dengan standar profesi.
c. Tercapaianya profesionalisme dalam mutu pelayanan.
d. Tercapainya indikator mutu.
e. Terselenggaranya survey yang berkaitan dengan mutu.
D. DASAR HUKUM
1. Permenkes 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
2. Permenkes 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
3. Permenkes 129/Menkes/SK II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
4. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Depkes, 1994
5. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP), KKP-RS, 2007
6. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), Depkes
2006
7. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit, WHO-Depkes,
2001
8. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Depkes, 2005
9. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes, 1999
10. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Tahun 2008
E. PENGERTIAN
1. Peningkatan mutu & keselamatan pasien adalah upaya peningkatkan mutu
secara keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien
dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik.
2. Upaya peningkatan mutu adalah pendekatan terhadap proses pembelajaran
dan proses perbaikan yang terus menerus dari proses penyediaan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya.
3. Keselamatan Pasien adalah adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
4. Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara detail tahap-tahap
penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan.
5. Indikator klinik adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari kegiatan klinik
yang terdiri dari :
1) Asesmen terhadap area klinik.
2) Pelayanan laboratorium.
3) Pelayanan radiologi dan diagnostic imaging.
4) Prosedur bedah.
5) Penggunaan antibiotika dan obat lainnya.
6) Kesalahan medis (medication error) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC).
7) Anestesi dan penggunaan sedasi.
8) Penggunaan darah dan produk darah.
9) Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan medik.
10) Pencegahan dan kontrol infeksi, surveilans dan pelaporan.
11) Riset klinik.
6. Indikator manajemen adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari kegiatan
manajemen yang terdiri dari :
1) Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
2) Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
3) Manajemen resiko.
4) Manajemen penggunaan sumber daya.
5) Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga.
6) Harapan dan kepuasan staf.
7) Demografi pasien dan diagnosis klinis.
8) Manajemen keuangan.
9) Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
masalah bagi keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf.
7. Indikator sasaran keselamatan pasien adalah suatu cara untuk menilai
penampilan dari kegiatan sasaran keselamatan pasien yang terdiri dari :
1) Ketepatan identifikasi pasien.
2) Peningkatan komunikasi yang efektif.
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi.
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6) Pengurangan resiko pasien jatuh.
8. ILM (International Library Measure) adalah suatu katalog yang berisikan 36
langkah-langkah dalam membantu perawatan kesehatan secara spesifik
berdasarkan kebutuhan populasi mereka.
9. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan
yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit
dasarnya. Selain itu RSUD Sukamara menetapkan hal-hal berikut sebagai
suatu KTD, antara lain :
1) Semua reaksi transfusi yang terjadi di Rumah Sakit.
2) Semua kejadian kesalahan obat.
3) Semua kejadian kesalahan medis, meliputi ketidakcocokan diagnosis pra
dan pasca operasi.
4) Semua kejadian yang tidak sesuai dengan keadaan sedasi atau selama
dilakukan anestesi.
5) Kejadian lain, seperti ledakan infeksi mendadak (infection outbreak).
10. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
11. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi.
12. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi di Rumah Sakit yang
berpotensi menimbulkan cedera pada pasien, karyawan, atau lingkungan.
13. Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius. Selain itu Rumah Sakit menetapkan definisi operasional dari kejadian
sentinel yang meliputi :
1) Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh : bunuh
diri);
2) Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait
dengan perjalanan alamaiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya;
3) Salah lokasi-salah prosedur, salah pasien operasi dan;
4) Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan
orangtuanya.
14. RCA (Root Cause Analysis) adalah suatu proses investigasi yang sistematik
dimana faktor-faktor yang berkontribusi dalam suatu insiden diidentifikasi
dengan merekontruksi kronologis kejadian hingga menemukan akar
penyebabnya dan penjelasannya yang dilakukan secara mendetail.
15. Risk Manajemen adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta
membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia di
Rumah Sakit. Strategi yang dapat digunakan antara lain dengan mentransfer
risiko pada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko
dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tersebut.
16. FMEA (Failure Mode Effects and Analysis) adalah suatu pendekatan sistematis
yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan mencegah permasalahan
sebelum terjadi.
F. KEGIATAN PMKP
1. Clinical Pathway
Clinical Pathway adalah konsep perencanaan pelayanan terpadu yang
merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil
yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu di Rumah Sakit. Rumah Sakit
Umum Daerah Sukamara membuat Clinical Pathway minimal satu tahun sekali
dengan proses penentuannya adalah berdasarkan kasus terbanyak. Tujuan
Clinical Pathway adalah :
a) Untuk standarisasi proses perawatan klinis.
b) Mengurangi risiko yang muncul dalam proses perawatan khususnya
berhubungan dengan langkah-langkah keputusan kritis.
c) Menyediakan perawatan klinis secara tepat waktu dan efektif dengan
sumber daya yang ada secara efisien.
d) Secara konsisten menyediakan perawatan bernutu tinggi dengan
menggunakan praktek-praktek yang sudah terbukti.
5. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu proses atau cara untuk melakukan pemberian
nilai atau angka terhadap sesuatu. Penilaian kinerja ini dapat dibagi menjadi
dua, penilaian kinerja karyawan, dan penilaian kinerja unit/bagian.
Tujuan penilaian kinerja adalah memberikan panduan kepada para pejabat dan
karyawan agar mengetahui kinerja masing-masing bagian maupun karyawan,
sehingga dapat dilakukan perbaikan terus menerus. Penilaian kinerja karyawan
dilakukan untuk menilai tingkat keterampilan, pengetahuan dan perilaku
karyawan yang dapat diamati dan diterapkan. Penilaian kinerja karyawan ini
menggunakan standar kompetensi Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara.
7. Diklat PMKP
Program pelatihan tentang mutu diberikan dalam 2 kelompok yaitu, kelompok
staf dan kelompok tim mutu. Pelatihan untuk seluruh staf bertujuan untuk
memperkenalkan konsep–konsep mutu yang umum kepada seluruh staf.
Pelatihan untuk tim mutu disesuaikan dengan kebutuhan tim mutu. Pelatihan
diberikan oleh tim mutu kepada seluruh staf dan oleh tenaga profesional dan
luar RS untuk tim mutu.
8. Program PMKP
Program PMKP dijalankan sesuai dengan buku program PMKP oleh masing-
masing unit kerja sesuai dengan pembagian yang telah dilakukan.
9. Pencatatan dan Pelaporan
Disesuaikan dengan Standar Prosedur Oprasional (SPO) Tata cara
pengumpulan dan pengolahan data. Untuk unit pencatatan dilakukan oleh staf
mutu/staf PPI/Penanggung jawab unit. Verifikasi dilakukan oleh kepala instalasi
dan/atau kepala ruangan unit. Laporan dibuat oleh kepala instalasi setiap bulan
untuk diberikan kepada manajer sesuai unit. Lalu laporan tersebut diberikan ke
staf mutu dan risiko untuk dilakukan validasi jika memenuhi syarat validasi dan
dianalisis. Manajer mutu dan risiko membuat laporan disertai usul dan saran ke
Wadir Medis dan diserahkan ke Direktur RS untuk disetujui dan diajukan ke
pemilik RS.
Laporan yang telah disetujui oleh Direktur Rumah Sakit diajukan ke Pemilik
rumah sakit. Setiap akhir tahun Direktur bersama Bidang/Bagian akan
mengevaluasi apakah program dimasing-masing unit kerja masih harus
dilakukan pemantauan, peningkatan mutu atau dijadikan kegiatan rutin,
sehingga mutu pelayanan di RSUD Sukamara terus berkembang sesuai
dengan pengembangan pelayanan di Rumah Sakit.
BAB II
PRINSIP DASAR MUTU PELAYANAN
A. KONSEP TEORI
Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas
kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang dilakukan
oleh setiap orang dari setiap bagian di Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses
perbaikan kualitas (Quality Improvement) secara rerus menerus tanpa berhenti
tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian
organisasi. Ada 6 langkah dalam PDCA
Peningkatan
A P
C D
Pemecahan masalah
A P dan peningkatan
C D
Standar
Gambar 2.1 Siklus dan Proses Peningkatan PDCA
Dalam gambar 2.1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan
pencarian sebab-sebabnya serta penetuan tindakan koreksinya, harus selalu
didasarkan pada fakta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur
subyektivitas dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang
bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan
dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya RS harus menetapkan standar
pelayanan.
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
Gambar 2.2 Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A Cycle
Menyelenggarakan
(5)
Pendidikan dan
Memeriksa akibat latihan
pelaksanaan (3)
(4)
Check
Melaksanakan Do
pekerjaan
Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 2.3 di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Langkah 1 : Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit.
Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua
karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh
penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
B. DEFINISI MUTU
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di rumah sakit. Rumah Sakit Budimuliasecara wajar, efisien dan efektif
serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum
dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan rumah
sakit dan masyarakat konsumen.
C. DEFINISI INDIKATOR
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan kerja suatu kegiatan dengan
menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk
memulai suatu perubahan.
3. Indikator ILM
Paling sedikit 5 (lima) penilaian dipilih dari 10 ILM yang ditetapkan.
a. Acute Myocardial Infarction (AMI)
b. Heart Failure (HF)
c. Stroke (STK)
d. Children’s Asthma Care (CAC)
e. Hospital-Based Inpatient Psychiatric Service (HBIPS)
f. Nursing-Sensitive Care (NSC)
g. Perinatal Care (PC)
h. Pneumonia (PN)
i. Surgical Care Improvement Project (SCIP)
j. Venous Thromboembolism (VTE)
I. METODOLOGI PENELITIAN
Metoda penelitian yang digunakan pada survey ini adalah Metoda Deskriptif
Analitik, penelitian Deskriptif Analitik ini dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran tentang mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara.
Proses pengambilan data yang digunakan melalui observasi dan kuesioner, untuk
kuesioner pertanyaan tertulis diajukan kepada responden. Jawaban diisi oleh
responden sesuai dengan daftar isian yang diterima.
J. MATERI PENELITIAN
1. Populasi, populasi penelitian adalah seluruh pasien yang datang berkunjung
ke Poliklinik dan atau yang dirawat inap di RSUD Sukamara dalam kurun waktu
yang ditentukan.
2. Sample, pengambilan sample dilakukan secara acak pada pasien-pasien yang
sedang atau telah mendapatkan pelayanan di RSUD Sukamara, pasien yang
telah atau sedang dirawat di RSD Sukamara dan hal ini dilakukan sampai
dengan jumlah sample mencukupi untuk penelitian, jumlah sample diambil dari
jumlah proporsi pasien dengan rumus :
N
n = ---------------
1 + N (d) ²
Contoh:
Diketahui jumlah pasien rawat inap ada 109 orang dengan tingkat presisi
ditetapkan sebesar 10% , maka jumlah sampel yang akan diteliti adalah =
52,15311
Maka jumlah sampel yang diteliti adalah 53 orang.
Menurut Surakhmad apabila populasi hanya mencapai 100 orang maka
sedikitnya diperlukan 50% dari populasi yang dijadikan sampel.
BAB III
UPAYA PENINGKATAN MUTU
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan upaya dan
kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara, memecahkan masalah-masalah yang ada dan
mencari jalan keluarnya, sehingga mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Sukamara akan menjadi lebih baik.
Di Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara upaya peningkatan mutu pelayanan adalah
kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada
pasien. Upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara
akan sangat berarti dan efektif bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan
sehari-hari dari setiap unsur di Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara termasuk
pimpinan, pelaksana pelayanan langsung dan staf penunjang.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun
disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu
memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya peningkatan
mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara.
D. STRATEGI
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Sukamara maka disusunlah strategi sebagai berikut :
1. Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara sehingga dapat
menerapkan langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit
kerjanya.
2. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di
Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara, serta upaya meningkatkan
kesejahteraan karyawan.
3. Menciptakan budaya mutu di. Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara,
termasuk di dalamnya menyusun program mutu Rumah Sakit Umum Daerah
Sukamara dengan pendekatan PDCA cycle.
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan
perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan
tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. Dari
penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan
masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan
berulang mulai tahap pertama.
BAB IV
PENGORGANISASIAN DAN MEKANISME KERJA
A. PENGORGANISASIAN
Di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara, direktur Rumah Sakit
sebagai penanggung jawab mutu pelayanan merencanakan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien. Unit kerja mutu pelayanan berada langsung dibawah
pengawasan direktur Rumah Sakit.
B. MEKANISME KERJA
1. Penanggung Jawab
Penanggung jawab mutu Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara dalah
Direktur.
2. Indikator Mutu
a. Direktur bersama tim mutu menentukan prioritas masalah yang akan
dilakukan perbaikan, diambil dari indikator mutu klinis, manajerial dan
keselamatan pasien.
b. Prioritas dipilih dengan mempertimbangkan dampak dan keseringan
peristiwa, proses yang berisiko tinggi, serta proses yang cenderung
bermasalah.
c. Setiap tahun prioritas akan dievaluasi, bila belum mencapai standar akan
diteruskan, dan bila telah mencapai standar dapat digantikan dengan
indikator yang lain.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh masing-masing unit atau bagian atau dapat
juga diambil langsung oleh staf mutu sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan
frekuensi pengumpulan data tergantung kepada kegiatan atau bidang yang
diukur dengan mempertimbangkan jumlah data.
4. Validasi Data
Data yang divalidasi adalah data dari indikator mutu klinik. Elemen penting dari
validasi data yang terpercaya mencakup sebagai berikut :
a. Validasi data dilakukan orang kedua yang tidak terlibat dengan
pengumpulan data sebelumya dengan cara menelusuri kelapangan untuk
melihat bagaimana data dikumpulkan dan dicatat apabila diperlukan.
b. Menggunakan sample statistik sahih dari catatan, kasus dan data lain,
sample 100% hanya dibutuhkan jika jumlah pencatatan, kasus atau data
lainnya sangat kecil jumlahnya.
c. Membandingkan data asli dengan data yang dikumpulkan kembali.
d. Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang ditemukan
dengan total jumlah data elemen dikalikan dengan 100. Untuk Benchmark
yang baik akurasi levelnya 90%.
e. Jika data yang ditemukan ternyata tidak sama, tidak diketahui sebabnya
(seperti data tidak jelas definisinya) dan tidak dilakukan koreksi.
f. Koleksi sample baru setelah semua tindakan koreksi dilakukan untuk
memastikan tindakan menghasilkan tingkat yang diharapkan.
g. Validasi dilakukan bila :
1) Evaluasi baru yang dilakukan.
2) Terjadi perubahan sistem.
3) Terjadi perubahan sumber data.
4) Data yang berasal dari evaluasi yang ada berubah tanpa ada
penjelasan.
5) Data yang akan dipublikasikan.
5. Analisa Data
a. Analisa data dapat dilakukan 1 bulan, 3 ulang, 6 bulan atau 1 tahun
tergantung kepada kegiatan atau bidang yang diukur.
b. Proses analisa data dilakukan dengan perbandingan internal satu periode
ke periode selanjutnya, perbandingan antara RS anggota Rumah Sakit
Budimulia, atau dengan standar-standar ilmiah yang ada.
c. Tujuan analisis data adalah untuk membantu Rumah Sakit
Budimuliamemenuhi perubahan dan penyebabnya yang tidak diinginkan
dan membantu memfokuskan upaya perbaikan.
6. Laporan
a. Disusun oleh staf mutu dan risiko klinis dan manajerial disampaikan ke
manajer mutu dan risiko untuk dikoreksi serta dibuatkan analisa dan saran
untuk perbaikan.
b. Manajer mutu dan risiko menyampaikan laporan yang telah dikoreksi
tersebut ke kepada direktur Rumah Sakit.
c. Laporan tersebut disusun dalam format laporan Standar Mutu yang telah
ditentukan.
d. Direktur Rumah Sakit beserta manajer/staf memimpin rapat mutu setiap
bulan dan membahas hasil evaluasi dan penilaian indikator mutu serta
menentukan prioritas indikator mutu yang akan diperbaiki.
e. Hasil tersebut di atas akan disampaikan kembali ke masing-masing bagian
untuk ditindak lanjuti melalui PDCA, usul saran perbaikan.
f. Sistem pelaporan Standar Mutu dilaksanakan setiap triwulan kepada
Direktur RSUD Sukamara.
C. TEKNOLOGI PROGRAM PERBAIKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Dalam mengelola program mutu dan keselamatan pasien, Rumah Sakit Umum
Daerah Sukamara menggunakan teknologi sederhana dengan menyediakan
komputer untuk bagian mutu.
E. KOORDINASI KERJA
1. Hubungan antara Mutu dengan Tim Keselamatan Pasien
a. Ketua tim mutu dan ketua tim keselamatan pasien adalah orang yang
berbeda.
b. Ketua tim keselamatan pasien merupakan bagian dari tim mutu.
c. Laporan keselamatan pasien dibahas bersama-sama dengan tim mutu RS,
dalam suatu rapat integrasi antara tim Mutu dan tim Keselamatan Pasien.
Evaluasi laporan Penilaian indikator dan pencapaian Standar Mutu Pelayanan masing-
masing Bagian/Bidang dibahas dalam rapat mutu yang dilaksanakan setiap tiga bulan
dan dipimpin oleh direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara. Dalam rapat ini
akan dibahas tentang pelaksanaan kegiatan, hambatan serta saran perbaikan.
Pada akhir tahun Direktur bersama staf Rumah Sakit akan mengevaluasi keseluruhan
program peningkatan mutu, apakah standar dan indikator akan tetap dimonitor atau
dijadikan kegiatan rutin dan ditetapkan indikator mutu lainnya sesuai kebutuhan.
Dengan demikian mutu pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Sukamara dapat
terus berkembang sesuai dengan peningkatan pelayanan di Rumah Sakit.
BAB VI
PENUTUP
Ditetapkan : di S u k a m a r a
Pada tanggal : 07 Maret 2017