Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Dengue merupakan infeksi virus yang diperantarai nyamuk yang


disebabkan satu dari empat serotipe virus dengue dan paling banyak terjadi di
dunia. Penyakit ini mempunyai karakteristik demam dan gejala konstitusional
yang ringan hingga manifestasi perdarahan dan syok, atau demam berdarah
dengue (DBD) atau sindrom syok dengue (SSD).1,2 Pada DBD dan SSD terjadi
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang dapat menyebabkan kebocoran
plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi
dan penurunan tekanan darah. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi
perdarahan yang serius seperti epistaksis, perdarahan gusi, petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, dan perdarahan vagina. Kebocoran plasma dapat
menyebabkan efusi pleura dan asites.3 Kewaspadaan terhadap tanda awal syok
pada pasien DBD sangat penting karena angka kematian SSD sepuluh kali lebih
tinggi dibandingkan DBD tanpa syok.2,3
Menurut WHO terdapat kira-kira 50 – 100 juta kasus infeksi virus dengue
setiap tahunnya, dengan 250.000–500.000 demam berdarah dengue (DBD) dan
24.000 di antaranya meninggal dunia yang merupakan akibat kasus berat yaitu
demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue. Di Palembang, Sumatera
Selatan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Palembang didapatkan pada tahun
2012 penderita positif DBD sebanyak 700 kasus dan tahun 2013 sebanyak 438
kasus. Sampai saat ini penyebab utama kematian pada penderita DBD adalah SSD
dan 30% kasus DBD berkembang menjadi SSD.4
Dalam penatalaksanaan DBD, terapi yang dapat diberikan bersifat suportif
dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan
akibat kebocoran plasma. Penyakit DBD merupakan penyakit yang banyak terjadi
di Indonesia dengan demikian perlu adanya penanganan dari segala aspek baik
secara biomedik maupun biopsikososial. Dan untuk itu kasus ini diangkat sebagai
salah satu bentuk tanggung jawab sebagai praktisi medis agar dapat mengenal
penyakit ini lebih rinci sebelum benar-benar mengaplikasikan teori pengobatan
yang rasional.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI
Nama : Nn. SA
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 17 tahun
Alamat : Muara Enim
Pekerjaan : Pelajar SMA
Status : Belum menikah
Agama : Islam
MRS : 30 Desember 2014

II. ANAMNESIS (autoanamnesis dan aloanamnesis dengan kakak os


pada 2 Januari 2015)
Keluhan Utama :
Demam tinggi yang naik turun sejak + 4 hari SMRS

Keluhan tambahan:
Mual dan muntah

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Sejak ± 4 hari SMRS, os mengeluh demam tinggi, demam terus
menerus, demam kadang disertai menggigil, badan terasa lemah, badan
terasa pegal-pegal ada, ngilu-ngilu pada sendi tidak ada, sakit kepala ada,
nyeri belakang bola mata tidak ada, mimisan tidak ada, gusi berdarah tidak
ada, bintik-bintik merah di badan tidak ada, batuk tidak ada, sakit menelan
tidak ada, mual ada, muntah ada, berisi makanan yang dimakan, frekuensi
3 x, banyaknya ± ½ gelas belimbing, nafsu makan berkurang, BAB dan
BAK biasa. Kemudian penderita dibawa berobat ke mantri desa dan diberi

2
obat penurun panas. Os minum obat tersebut selama tiga hari, demam naik
turun, turun jika minum obat penurun panas. Os mengeluh masih lemas.
Sejak ± 1 hari SMRS, os mengeluh badan masih terasa lemah, demam
tidak ada, menggigil tidak ada. Badan terasa pegal-pegal ada, sakit kepala
ada, nyeri belakang bola mata tidak ada, mimisan tidak ada, gusi berdarah
tidak ada, bintik-bintik merah di badan tidak ada, mual ada, muntah tidak
ada, nafsu makan masih kurang, nyeri ulu hati ada, BAB dan BAK biasa.
Os lalu berobat ke RSUD HM Rabain untuk berobat dan dirawat.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien tinggal di daerah endemis malaria yaitu Muara Enim
- Riwayat transfusi sebelumnya disangkal
- Riwayat sakit malaria sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga
disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi


- Penderita belum menikah. Penderita adalah pelajar SMA dan masih
dibiayai oleh keluarga. Kesan : status sosial ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK (02 Januari 2015)


Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit
Keadaan sakit : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi : baik
Dehidrasi : tidak ada
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 83 kali per menit, reguler
Pernafasan : 21 kali per menit, abdominothorakal, reguler

3
Suhu : 36,7o C
Berat Badan : 40 kg
Tinggi Badan : 146 cm
IMT : 18,3 (Kesan : Normoweight)

Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, petechiae (-), efloresensi (-), pigmentasi normal,
ikterus (-), sianosis (-),telapak tangan dan kaki pucat (-)

KGB
Kelenjar getah bening di submandibula, leher, axila, inguinal tidak teraba.

Kepala
Normocephali, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-),
deformitas (-).

Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor, reflek cahaya (+), pergerakan mata ke segala arah baik, mata
cekung (-).

Hidung
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam
perabaan baik, selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-).

Telinga
Pendengaran baik.

Mulut
Pembesaran tonsil (-), gusi berdarah (-), lidah kering (-), tepi lidah
hiperemis (-), lidah tremor (-), atrofi papil (-), stomatitis (-), rhagaden(-).

4
Leher
Pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP (5-2) cmH2O

Dada
Bentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi
(-).

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas atas ICS II, batas kanan linea sternalis dextra, batas
kiri linea midklavikularis sinistra ICS V
Auskultasi : HR 83 x/menit, reguler. Murmur (-), Gallop (-).

Paru
Inspeksi : statis simetris kanan dan kiri, dinamis kanan = kiri, tidak
ada yang tertinggal
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru. Batas paru hepar ICS VI.
Peranjakan paru hepar 1 jari.
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan daerah epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba. Murphy sign (-), Ludwig sign (-)
Perkusi : thympani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

Genital (Tidak diperiksa)


Ekstremitas

5
Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), telapak tangan pucat (-),
turgor < 2 detik, sianosis (-), akral dingin (-).
Ekstremitas bawah : gerakan bebas, telapak kaki pucat (-), turgor
kembali lambat (-), edema pretibia dan pergelangan
kaki (-), akral dingin (-).

Pemeriksaan Uji Tournikuet


Kesan : uji tournikuet positif

IV. Dagnosis Banding


1. Demam Dengue
2. Demam Malaria
3. Demam Typhoid

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 30 Desember 2014
Hematologi
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hemoglobin 12,3 g/dl 13.2-17.3 g/dl
2 Hematokrit 35 vol% 43-49 vol%
3 Leukosit 1900/mm3 4.500-11.000/mm3
4 Trombosit 75.000/mm3 150.000-
4000.0000/mm3

Parasitologi dan imunologi


No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Malaria (DDR) Negatif Negatif
2 Widal Tes
Antigen H 1/80 1/20-1/80
Antigen AH 1/40 1/20-1/80
Antigen O 1/80 1/20-1/80
Antigen BO 1/40 1/20-1/80
Antigen BH 1/40 1/20-1/80
Antigen CH 1/80 1/20-1/80
Antigen BO 1/40 1/20-1/80
Antigen CO 1/80 1/20-1/80

6
Kesan: Adanya penurunan jumlah trombosit

Tanggal 01 Januari 2015


Hematologi
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Hemoglobin 12,4 g/dl 13.2-17.3 g/dl
3 Hematokrit 35 vol% 43-49 vol%
4 Leukosit 1500/mm3 4.500-11.000/mm3
5 Trombosit 49.000/mm3 150.000-
4000.0000/mm3

Kesan: Adanya penurunan jumlah trombosit

VI. Diagnosis Akhir:


Demam Dengue

VII. Penatalaksanaan :
Non Farmakologis :
- Istirahat
- Diet Nasi Lunak
- Edukasi
1. menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit
yang diderita
2. menjelaskan tentang rencana pemeriksaan dan pengobatan
3. menjelaskan kepada pasien untuk memperbanyak minum +2
liter/hari
Farmakologis :
- IVFD RL gtt xxx/menit
- Paracetamol tab 500 mg 3x1 jika T>38,5oC
- Ondasentron 2x4 mg iv

VIII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam

7
IX. Rencana Pemeriksaan
Hb, Ht, Trombosit serial/24 jam

X. Follow Up
1 Januari 2015
S : mual
O:
TD: 110/70 mmHg T: 37,8 C
RR: 20x/mnt N: 90x/menit
Kepala : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH20, Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Cor : BJ I/II (+) Normal, Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+) Normal, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
timpani, bising usus normal
Ekstremitas : edema pretibia (-), akral hangat
A : Observasi Febris DD/ Demam Dengue, DBD
P:
IVFD RL gtt XXX/menit
PCT tab 3x1 (k/p)
Ondasentron 2x1 amp

2 Januari 2015
S : keluhan tidak ada
O:
TD: 110/70 mmHg T: 37,8 C
RR: 20x/mnt N: 90x/menit
Kepala : konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP (5-2) cmH20, Pembesaran KGB (-)
Thoraks

8
Cor : BJ I/II (+) Normal, Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+) Normal, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
timpani, bising usus normal
Ekstremitas : edema pretibia (-), akral hangat
A : Observasi Febris DD/ Demam Dengue, DBD
P:
IVFD RL gtt XX/menit
PCT tab 3x1 (k/p)
Ondasentron 2x1 amp

9
BAB III
ANALISIS KASUS

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi virus dengue dengan


gejala seperti demam dengue, disertai manifestasi perdarahan yang lebih nyata
(tes tourniquet positif; petekiae, ekimosis atau purpura; perdarahan mukosa,
epistaksis, atau perdarahan gusi), trombositopenia (<100.000/mm3), kebocoran
plasma disebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler (ditandai oleh
meningkatnya PCV >20%; efusi pleura dan atau asites).
Pada anamnesis didapatkan keluhan utama demam sejak empat hari
SMRS. Hal ini dapat ditemukan pada keadaan infeksi. Untuk itu dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium secara cepat untuk
mengetahui etiologi demam yang diderita. Didapatkan onset demam yang cukup
lama yaitu empat hari yang lalu dan berlangsung terus menerus tinggi. Ditambah
terdapat gejala lain rasa pegal-pegal di tubuh, mual, dan muntah. Selain itu,
terdapat riwayat teman pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dipikirkan diagnosis demam
berdarah dengue karena ciri-ciri dari demam berdarah dengue adalah demam yang
berlangsung 3-8 hari dengan beberapa fase penyakit yaitu fase demam, fase kritis
yang ditandai penurunan panas dan perlu dipikirkan kondisi syok pada fase ini.
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Untuk memastikan diagnosis, dilakukan
pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah termasuk hematokrit dan
trombosit. pemeriksaan serologi bila memungkinkan juga dapat dilakukan untuk
mendeteksi virus dengue. Dapat juga dilakukan analisa gas darah untuk
menyingkirkan kelainan metabolik.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium didapatkan abnormalitas
trombosit (menurun).

10
Gambar 1. Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue

Pasien ini kemudian dapat disesuaikan dengan kriteria klinis pasien DD


dan DBD yaitu :

Kriteria Diagnosis Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue


DD/DBD Derajat* Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau lebih  Leukopenia
tanda: sakit kepala, Nyeri  Trombositopenia, tidak
retro-orbital, Mialgia, ditemukan bukti kebocoran
Atralgia. plasma.
DBD I Gejala di atas ditambah uji  Trombositopenia
bendung positif. (<100.000/μl), bukti ada
kebocoran plaasma.
DBD II Gejala di atas ditambah  Trombositopenia
perdarahan spontan. (<100.000/μl), bukti ada
kebocoran plaasma.
DBD III Gejala di atas ditambah  Trombositopenia
kegagalan sirkulasi (kulit (<100.000/μl), bukti ada
dingin dan lembab serta kebocoran plaasma.
gelisah).
DBD IV Syok berat disertai dengan  Trombositopenia
tekanan darah dan nadi tidak (<100.000/μl), bukti ada
terukur. kebocoran plaasma.

11
Berdasarkan kriteria klinis di atas, penderita memiliki kriteria berikut ini
Kriteria klinis
- Demam tinggi mendadak dalam 4 hari
- Mialgia / Atralgia.
- Manifestasi perdarahan yaitu uji bending positif (+)

Kriteria laboratorium :
- Trombositopenia
 30 Desember 2014  75.000/mm3 (normal 150-450.000 microliter)
 01 Januari 2015  49.000/mm3 (normal 150-450.000 microliter)

Pada pasien ini tidak didapatkan peningkatan nilai hematocrit. Nilai


hematokrit pasien ini pada tanggal 30 Desember 2014 sebanyak 35 % dan nilai
hematokrit pada tanggal 1 Januari 2015 didapatkan juga 35%. Hal ini menandakan
bahwa tidak ditemukan hemokonsentrasi yang menandakan adanya kebocoran
plasma dari vaskuler ke intertitiel. Maka dari itu diagnosis penderita ditegakkan
yaitu demam dengue.
Penatalaksanaan pada pasien dilakukan sesuai dengan standar yang ada
yaitu menilai derajat DD/DBD. Tidak ada terapi yang spesifik untuk DD dan
DBD, prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat,
angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Asupan cairan pasien
harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak
mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.5
Pada pasien ini untuk penatalaksanaan nonfarmakologis dianjurkan
untuk istirahat, diet nasi biasa tinggi kalori dan tinggi protein, serta diberikan
edukasi yaitu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit
yang diderita, menjelaskan tentang rencana pemeriksaan dan pengobatan, dan
menjelaskan kepada pasien untuk memperbanyak minum + 2 liter/hari.
Untuk penatalaksanaan secara farmakologis, terapi pemberian IVFD
kristaloid (Ringer Laktat) dapat disesuaikan dengan protokol penanganan DBD.
Pada pasien ini didapatkan penurunan nilai trombosit >20% dan tidak ditemui

12
gejala perdarahan spontan dan masif serta syok. Pasien ini dapat ditatalaksana
sesuai dengan protokol 2 penanganan DBD pada ruang rawat. Pada perhitungan
volume cairan yang dibutuhkan oleh pasien ini didapatkan cairan 1900 cc yang
dibutuhkan selama 24 jam.

Gambar 2. Protokol 1 Penanganan DBD.5

Gambar 3. Protokol 2: Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang


rawat.5

Prognosis pada pasien ini, quo ad vitam bonam dan quo ad functionam
bonam karena fungsi organ-organ pada tubuh pasien tidak mengalami kerusakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kalayanarooj, Siripen. Choice of Colloidal Solutions in Dengue Hemorrhagic


Fever Patients. Bangkok : J Med Assoc Thai. 2008. 91 (3) : 97-103.
2. Singhi S, Kissoon N, Bansal A. Dengue and dengue hemorrhagic fever:
management issues in an intensive care unit. J Pediatr (Rio J). 2007 ; 83 (2
Suppl) : S22-35.
3. Lardo, Soroy. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue dengan Penyulit.
Jakarta: CDK-208. 2013. 40 (9 Suppl) : 656-660.
4. Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2014.
5. Khie Chen, Herdiman T. Pohan, Robert Sinto. Diagnosis dan Terapi Cairan
pada Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Medicinus. 2008. 22 (1) : 3-7.

14

Anda mungkin juga menyukai