Anda di halaman 1dari 3

Mengenali Etika Akibat

Nama: Wira Candika

NIM: 102016211

Kelas: A

Etika akibat adalah salah satu dari tiga jalan etika yang dikemukakan oleh Malcolm Brownlee.
Etika akibat didasari oleh tujuan, disebut juga sebagai etika teleologis, berasal dari kata “telos”
yang berarti tujuan dan “logos” yang berarti ilmu atau teori. Prinsip etika ini adalah
bagaimana menjalankan maksud dari rencana Allah dalam kehidupan manusia. Suatu
keputusan dan perbuatan dianggap benar, apabila menghasilkan sesuatu yang baik dan
membawa manfaat yang lebih besar bagi banyak orang.

Menurut etika akibat, perbuatan seseorang dikatakan baik atau buruk bergantung dari hasil
akhir dari perbuatan tersebut. Cara yang digunakan mungkin bisa mergagukan, tetapi selama
hasil akhir dari perbuatan tersebut memberi manfaat bagi orang lain, maka perbuatan tersebut
dianggap benar. Etika akibat mementingkan niat baik seseorang untuk memberikan manfaat
bagi orang lain, walaupun cara yang digunakan mungkin terkadang meragukan. Sebagai
contoh, seorang laki-laki melakukan pencurian untuk mengobati ibunya yang sakit keras.
Dinilai dari segi etika akibat, tindakan laki-laki ini dianggap karena bertujuan baik untuk
mengobati ibunya walaupun tindakan yang dilakukannya salah menurut hukum. Sebaliknya,
misalnya laki-laki tersebut mencuri agar dapat membeli narkotika, maka secara etika akibat
akan dinilai salah karena tujuan akhir dari tindakannya bukanlah tujuan yang baik.

Etika akibat tentunya memiliki kelemahan karena menilai baik atau buruknya suatu tindakan
berdasarkan dari hasil akhir yang ditimbulkan. Manusia tidak selalu dapat memperkirakan
hasil akhir yang akan terjadi akibat dari perbuatan mereka. Misalnya seperti contoh di atas,
seorang laki-laki yang terpaksa mencuri demi mendapatkan biaya pengobatan untuk ibunya.
Laki-laki itu bertujuan baik, walaupun tindakannya secara hukum salah. Tetapi apakah hasil
akhirnya seorang laki-laki tersebut berhasil mengumpulkan uang dan si ibu akan merasa
senang karena akhirnya bisa berobat? Bisa saja si ibu malah merasa sedih karena anaknya
melakukan tindakan mencuri yang tidak terpuji kemudian dipenjara, ini adalah hasil akhir
yang buruk maka menurut penilaian etika akibat. Sisi negatif seperti itu akan membuat
kehidupan seseorang menjadi buruk, karena terbiasa melakukan sesuatu yang dianggap salah
dengan dalih untuk menghasilkan akibat yang baik bagi orang lain. Padahal, suatu tindakan
buruk misalnya mencuri seperti contoh diatas adalah larangan tuhan untuk manusia. Oleh
karena itu sebaik apapun tujuan seseorang tetapi jika caranya salah maka orang tersebut tetap
akan menanggung dosanya.

Sebaiknya, perbuatan yang didasari oleh etika akibat harus dipikirkan secara matang. Tidak
hanya memikirkan tujuan dan niat baik dari suatu perbuatan, tetapi juga harus memikirkan
cara yang benar untuk mencapai tujuan tersebut. Sebenarnya, sebaik apapun tujuan seseorang
tetapi menggunakan cara yang salah untuk mencapainya, hasil akhir dari perbuatan tersebut
pastilah akan selalu tidak baik. Jika mengambil contoh orang yang mencuri di atas, di satu
sisi orang tersebut bertujuan baik demi menyembuhkan ibunya, kita asumsikan ibunya senang
karena akhirnya bisa berobat. Apakah hal tersebut sudah akhir dari akibat perbuatan mencuri
orang tersebut? Jawabannya tentu saja bukan, karena di sisi lain, orang yang barangnya dicuri
oleh laki-laki tersebut merasa dirugikan. Inilah hasil akhir yang sebenarnya, karena hasil
akhir tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan yang baik
harus dicapai dengan cara yang baik pula.

Seorang manusia sudah seharusnya untuk bertindak sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada untuk mendapatkan hasil akhir yang baik dari perbuatannya. Sebelum mengambil
keputusan untuk melakukan suatu tindakan, ada baiknya jika memikirkan beberapa hal
seperti berikut, tujuan yang baik untuk siapa? Untuk pribadi sendiri sebagai pengambil
keputusan dan yang melaksanakan keputusan atau bagi banyak orang? Apakah tindakan
tertentu dinilai baik atau buruknya berdasarkan akibat yang ditimbulkan bagi diri sendiri atau
karena berakibat baik bagi banyak orang?

Dalam menjalankan etika akibat, yang terpenting adalah kematangan dalam merencanakan
suatu tindakan untuk memperbesar kemungkinan akibat yang ditimbulkan benar-benar
sesuatu yang baik bagi diri sendiri atau bagi banyak orang. Perencanaan tersebut sangat
penting karena manusia tidak bisa mengetahui secara pasti hasil akhir yang akan ditimbulkan
oleh perbuatan mereka.
Referensi

1. Brownlee, Malcolm. Pengambilan Keputusan Etis Dan Faktor-Faktor Di Dalamnya,


Terj. Staff Redaksi BPK Gunung Mulia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
2. Keraf, Sonny. 2012. Etika Bisnis Tuntuan Dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius
3. Nuban Timo, Eben. 2006. Penebusku Ada Di Bethelem Kumpulan Khotbah dari
Kitab Rut. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai