Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2014) 1-6 1

Dynamic Economic Dispatch Dengan Batas


Cadangan Berputar Menggunakan Quadratic
Programming
Heyu Permana, Rony Seto Wibowo, Ontoseno Penangsang
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail : heyupermana@gmail.com, ronyseto@ee.its.ac.id, zenno_379@yahoo.com

Abstrak - Dynamic economic dispatch (DED) merupakan dapat memenuhi kebutuhan pada biaya minimum.
pengembangan dari economic dispatch konvensional karena Sedangkan dc dynamic optimal power flow merupakan
menyertakan batasan ramp rate dari pembangkit. Selain itu, pengembangan dari optimal power flow dan economic
paper ini juga menyertakan spinning reserve constraint. Pada dispatch yang digunakan untuk melakukan pembagian
paper ini, quadratic programming digunakan untuk pembebanan pembangkit secara optimal ekonomi dalam
menyelesaikan masalah dynamic economic dispatch dengan rentang waktu tertentu dengan memperhatikan studi aliran
dan tanpa menyertakan spinning reserve constraint serta daya aktif. Beberapa batasan tersebut dapat berasal dari
paper ini juga membandingkan antara dynamic economic karakteristik non-linear generator maupun batasan-batasan
dispatch dan dc dynamic optimal power flow dengan praktis yang ada pada sistem tenaga diantaranya adalah fungsi
menyertakan spinning reserve constraint. Pada simulasi non-linear biaya pembangkitan generator , batasan daya
pertama dan kedua dengan sistem Jawa-Bali 500 KV pembangkitan maksimum – minimum generator, batasan ramp
menujukkan bahwa quadratic programming yang rate generator, batasan kapasitas saluran, dan batasan spinning
digunakan dapat menyelesaikan DED dan DC DOPF reserve.
tanpa melanggar parameter ramp rate yang ditentukan. Pada tugas akhir ini akan digunakan quadratic
Adanya spinning reserve constraint menyebabkan programming untuk menyelesaikan permasalahan dynamic
perbedaan variasi pembangkitan, total biaya economic dispatch dan dc dynamic optimal power flow dengan
pembangkitan antara DED tanpa menyertakan spinning batas cadangan berputar.
reserve constraint, DED dan DC DOPF dengan
menyertakan spinning reserve constraint. Total biaya II. DYNAMIC ECONOMIC DISPATCH dan DC
pembangkitan DED dengan menyertakan spinning reserve DYNAMIC OPTIMAL POWER FLOW
constraint lebih mahal dibandingkan DED tanpa a. Dynamic Economic Dispatch (DED)
menyertakan spinning reserve constraint. Sedangkan total Economic Dispatch (ED) adalah pembagian daya yang
biaya pembangkitan DED dan DC DOPF dengan harus dibangkitkan oleh generator dalam suatu sistem tenaga
menyertakan spinning reserve constraint menghasilkan listrik sehingga dapat memenuhi kebutuhan beban dengan
biaya yang sama besar. biaya minimum. Penentuan daya output pada setiap generator
hanya boleh bervariasi pada batas-batas (constraint) tertentu.
Kata kunci : Dynamic Economic Dispatch, DC Dynamic Cost function dari i-unit generator dimodelkan dengan
Optimal Power Flow, Quadratic Programming, Spinning persamaan :
Reserve Constraint, Ramp Rate. 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶 = ∑𝑇𝑇𝑖𝑖=1 ∑𝑁𝑁 𝑖𝑖=1 𝐹𝐹𝑖𝑖 (𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 ) (1)
Dengan,
I. PENDAHULUAN 𝐹𝐹𝑖𝑖 (𝑃𝑃𝑖𝑖 ) = 𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑃𝑃𝑖𝑖2 + 𝑏𝑏𝑖𝑖 𝑃𝑃𝑖𝑖 + 𝑐𝑐𝑖𝑖 (2)
enaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang sangat T adalah jumlah level beban, N adalah jumlah generator,
T penting dalam kehidupan manusia. Permintaan daya listrik Pi adalah daya keluaran dari unit ke–i dan ai , bi dan ci adalah
yang terus bertambah menyebabkan daya listrik yang harus cost coefficient unit generator ke–i.
disuplai oleh pembangkit menjadi sangat besar. Akan tetapi Fungsi objektif tersebut diminimalkan melalui batasan :
peningkatan kebutuhan tenaga listrik tidak bisa secara 1. Real power balance
langsung diatasi melalui penambahan jumlah pembangkit ∑𝑁𝑁 𝑡𝑡 𝑡𝑡
𝑖𝑖=1 𝑃𝑃𝑖𝑖 = 𝑃𝑃𝑑𝑑𝑑𝑑 (3)
𝑡𝑡
listrik (power plant). Untuk mengatasi masalah ini, maka 𝑃𝑃𝑑𝑑𝑑𝑑 adalah beban saat waktu –t
dilakukan suatu penjadwalan pada pembangkit.
Penjadwalan tersebut disebut dynamic economic dispatch 2. Capacity constraint
dan dc dynamic optimal power flow. Perbedaan kedua 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ≤ 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑡𝑡 ≤ 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (4)
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
penjadwalan ini terdapat pada batasan-batasan yang ada. 𝑃𝑃𝑖𝑖 dan 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 merupakan kapasitas pembangkitan
Tugas akhir ini merupakan kelanjutan dari tugas akhir minimum dan maksimum dari generator unit ke–i.
sebelumnya yaitu menambahkan batasan spinning reserve.
Dynamic economic dispatch merupakan pengembangan 3. Ramp constraint
dari economic dispatch berfungsi untuk menjadwalkan −𝛿𝛿𝑖𝑖 ≤ 𝑃𝑃𝑖𝑖(𝑡𝑡+1) − 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 ≤ 𝛿𝛿𝑖𝑖 (5)
pembangkitan dari setiap pembangkit yang beroperasi untuk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 2

𝛿𝛿 adalah ramp limit dari unit generator ke–i. permasalahan berupa sudut tegangan pada bus (𝜃𝜃𝑖𝑖 ) dan daya
aktif generator (𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 ):
4. Spinning reserve constraint 𝜃𝜃
𝑥𝑥 = � 𝑖𝑖 � (16)
∑𝑁𝑁 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑖𝑖=1(𝑃𝑃𝑖𝑖 − 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑡𝑡 ) ≥ 𝑆𝑆𝑆𝑆 (6) 𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺
SR merupakan spinning reserve Fungsi pembangkitan dinyatakan sebagai fungsi objektif:
1
𝐹𝐹𝑖𝑖 (𝑃𝑃𝑖𝑖 ) = 𝑥𝑥 𝑇𝑇 𝐻𝐻𝐻𝐻 + 𝐶𝐶 𝑇𝑇 𝑥𝑥 (17)
2
b. Dynamic Optimal Power Flow (DOPF) Arus Searah Sesuai dengan constraint sistem linier
Optimal Power Flow (OPF) adalah pembagian daya 𝑙𝑙𝑙𝑙 ≤ 𝐴𝐴𝐴𝐴 ≤ 𝑢𝑢𝑢𝑢 (18)
yang harus dibangkitkan oleh generator dalam suatu sistem 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ≤ 𝑥𝑥 ≤ 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 (19)
tenaga listrik terinterkoneksi berdasarkan hasil perhitungan C, H, dan A merupakan matrik, f adalah konstan skalar,
aliran daya di saluran, sehingga dapat memenuhi kebutuhan sedangkan lb, ub, 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 , 𝑥𝑥𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 , dan x adalah vektor.
beban dengan biaya minimum. DOPF Arus searah
meminimalkan fungsi objektif berupa total biaya b. Pembentukan Matrik H Simetris yang Menyatakan
pembangkitan generator yang dinyatakan dalam persamaan : Bentuk Kuadrat dari Persamaan.
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝐶𝐶 = ∑𝑇𝑇𝑖𝑖=1 ∑𝑁𝑁 𝑖𝑖=1 𝐹𝐹𝑖𝑖 (𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖 ) (7) Pengambilan data cost function generator pada koefisien
dengan, 𝑎𝑎𝑖𝑖 dari semua generator pembangkit yang ada.
𝐹𝐹𝑖𝑖 (𝑃𝑃𝑖𝑖 ) = 𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑃𝑃𝑖𝑖2 + 𝑏𝑏𝑖𝑖 𝑃𝑃𝑖𝑖 + 𝑐𝑐𝑖𝑖 (8) [𝑎𝑎1 … 𝑎𝑎𝑛𝑛 𝑔𝑔 ] (20)
T adalah jumlah level beban, N adalah jumlah generator, Kemudian menyisipkan matrik nol ke matrik a dengan ukuran
Pi adalah daya keluaran dari unit ke–i dan ai , bi dan ci adalah [nb:1] seperti pada persamaan (21), nb=jumlah bus
cost coefficient unit generator ke–i. 𝒂𝒂 = [01 … 0𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑎𝑎1 … 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑛𝑛 ] (21)
Fungsi objektif tersebut diminimalkan melalui batasan : Selanjutnya matrik dimanipulasi menjadi matrik [1 : (n) x t ]
1. Active power balance constraint , dengan n=ng+nb,sedangkan t adalah level beban dalam satuan
𝑃𝑃𝐿𝐿𝑡𝑡 𝑘𝑘 − 𝑃𝑃𝐺𝐺𝑡𝑡 𝑘𝑘 + 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼
𝑡𝑡
𝑘𝑘 = 0 (9) waktu.
dengan, 𝒂𝒂𝒂𝒂 = �01 … 0𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑎𝑎1 … 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑛𝑛 1 01 … 0𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑎𝑎1 … 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑡𝑡 � (22)
𝑡𝑡 𝑡𝑡 1
𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼 𝑘𝑘 = ∑ 𝐹𝐹𝑘𝑘𝑘𝑘 = ∑ 𝑥𝑥 𝑘𝑘𝑘𝑘
[𝛿𝛿𝑘𝑘 − 𝛿𝛿𝑚𝑚 ] (10) Selanjutnya matrik aa diubah menjadi matrik diagonal seperti
persamaan Misal untuk ng=2, nb=3, dan t=2 maka matrik
𝑃𝑃𝐿𝐿𝑡𝑡 𝑘𝑘 , 𝑃𝑃𝐺𝐺𝑡𝑡 𝑘𝑘 , 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼
𝑡𝑡
𝑘𝑘 berturut turutadalah daya beban, daya
menjadi
injeksi generator dan daya injeksi saluran pada bus k
𝒂𝒂𝒂𝒂 = [0 0 0 𝑎𝑎11 𝑎𝑎21 0 0 0 𝑎𝑎1𝑡𝑡 𝑎𝑎2𝑡𝑡 ] (23)
saat waktu–t. Fkm adalah aliran daya saluran yang
𝐻𝐻 = 2 ∗ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑(𝒂𝒂𝒂𝒂)
terhubung ke bus k. 𝑥𝑥𝑘𝑘𝑘𝑘 adalah reaktansi saluran km, 𝛿𝛿𝑘𝑘 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
sudut tegangan untuk bus k. ⎡0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎤
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥
2. Active power flow constraint ⎢0 0 0 𝑎𝑎1 1 0 0 0 0 0 0 ⎥
𝑡𝑡 | 𝑈𝑈 0 0 0 0 𝑎𝑎2 1 0 0 0 0 0 ⎥
|𝐹𝐹𝑘𝑘𝑘𝑘 ≤ 𝐹𝐹𝑘𝑘𝑘𝑘 (11) = 2 ∗ ⎢0 (24)
0 0 0 0 0 0 0 0 0
𝑈𝑈
𝐹𝐹𝑘𝑘𝑘𝑘 merupakan kapasitas saluran km (MVA) ⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥
⎢0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ⎥
3. Capacity constraint dan voltage angle constraint ⎢0 0 0 0 0 0 0 0 𝑎𝑎1 2 0 ⎥
𝐿𝐿
𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 𝑈𝑈
≤ 𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 ≤ 𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 (12) ⎣0 0 0 0 0 0 0 0 0 𝑎𝑎2 2 ⎦
Catatan : nilai [𝑎𝑎1 … 𝑎𝑎𝑛𝑛𝑛𝑛 ] = 0 dan nilai
𝜃𝜃𝑖𝑖𝐿𝐿 𝜃𝜃𝑖𝑖𝑈𝑈
≤ 𝜃𝜃𝑖𝑖 ≤ (13) [𝑎𝑎𝑛𝑛𝑛𝑛 +1 … 𝑎𝑎𝑛𝑛 ] = koefisien kuadrat 𝑎𝑎𝑖𝑖 pada cost function
𝐿𝐿
𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 𝑈𝑈
, 𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 merupakan kapasitas pembangkitan minimum generator i
dan maksimum dari generator unit ke–i. 𝜃𝜃𝑖𝑖𝐿𝐿 , 𝜃𝜃𝑖𝑖𝑈𝑈 adalah
c. Pembentukan Vektor C Linier yang Menyatakan Bentuk
batas sudut tegangan di bus i
Linear dari Cost Function
Pengambilan data koefisien linier 𝑏𝑏𝑖𝑖 pada cost function
4. Ramp constraint
generator kemudian disisipkan matrik nol dengan ukuran [1:
−𝛿𝛿𝑖𝑖 ≤ 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑡𝑡+1 − 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑡𝑡 ≤ 𝛿𝛿𝑖𝑖 (14)
nb], setelah itu dimodif menjadi matrik ukuran [1:n*t].
𝛿𝛿 adalah ramp limit dari generator–i. 𝑪𝑪 = �01 … 0𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑏𝑏1 … 𝑏𝑏𝑛𝑛𝑛𝑛 1 01 … 0𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑏𝑏1 … 𝑏𝑏𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑡𝑡 � (25)
Misal untuk ng=2, nb=3, dan t=2 maka matrik menjadi,
5. Spinning reserve constraint
𝑪𝑪 = [0 0 0 𝑏𝑏11 𝑏𝑏21 0 0 0 𝑏𝑏1𝑡𝑡 𝑏𝑏2𝑡𝑡 ] (26)
∑𝑁𝑁 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑖𝑖=1(𝑃𝑃𝑖𝑖 − 𝑃𝑃𝑖𝑖𝑡𝑡 ) ≥ 𝑆𝑆𝑆𝑆 (15)
Catatan : nilai [𝑏𝑏1 … 𝑏𝑏𝑛𝑛𝑛𝑛 ] = 0 dan nilai
SR merupakan spinning reserve [𝑏𝑏𝑛𝑛𝑛𝑛 +1 … 𝑏𝑏𝑛𝑛 ] = koefisien linier 𝑏𝑏𝑖𝑖 pada cost function
generator i.
III. PENERAPAN QUADRATIC PROGRAMMING PADA
DED DAN DC DOPF d. Pembentukan matrik A pada constraint 𝑙𝑙𝑙𝑙 ≤ 𝐴𝐴 ∗ 𝑥𝑥 ≤
a. Inisialisasi permasalahan 𝑢𝑢𝑢𝑢
Quadratic programming digunakan untuk mengoptimasi Matrik A terdiri dari equality constraint Aeq dan
permasalahan dynamic optimal power flow. Dengan variabel inequality constraint Aineq .
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 3

Aeq rate generator dan spinning reserve. Untuk sistem 3 bus


A=� � (27)
Aineq sederhana maka lb dan ub ditulis sebagai,
𝑃𝑃𝐿𝐿1 1 𝑃𝑃𝐿𝐿1 1
Aeq berukuran [ nb : n ] dan Aineq berukuran [ 2*nbr : n ]. ⎡ 𝑃𝑃 ⎤ ⎡ 𝑃𝑃 ⎤
Sehingga matrik A memiliki ukuran :[ nb+2*nbr : n ]. Sistem ⎢ 𝑃𝑃𝐿𝐿2 1 ⎥ ⎢ 𝑃𝑃𝐿𝐿2 1 ⎥ Beban Jam 1
𝐿𝐿3 1
⎢ 𝐿𝐿3 1 ⎥ ⎢ 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ⎥
sederhana 3 bus seperti gambar 1 digunakan untuk ⎢−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎥ ⎢𝐹𝐹13
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

menjelaskan tahapan pembentukan matrik A secara lebih ⎢−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎥ ⎢𝐹𝐹23 ⎥ Kapasitas Saluran
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
mudah. bus 1 bus 3 ⎢−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎥ ⎢𝐹𝐹31 ⎥
bus 2 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ⎥
⎢−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎥ ⎢𝐹𝐹23
y13 y23 ⎢ −𝛿𝛿1 ⎥ ⎢ 𝛿𝛿1 ⎥
Ramp rate
P1 P2 𝑙𝑙𝑙𝑙 = ⎢ −𝛿𝛿2 ⎥ 𝑢𝑢𝑢𝑢 = ⎢ 𝛿𝛿2 ⎥ (35)
⎢ −𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 ⎥ ⎢ 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 ⎥ Spinning Reserve
reff bus brch 1 ⎢ 𝑃𝑃𝐿𝐿1 2 ⎥ ⎢ 𝑃𝑃𝐿𝐿1 2 ⎥
𝜃𝜃 3 brch 2 θ2
θ1=0 L3 ⎢ 𝑃𝑃 ⎥ ⎢ 𝑃𝑃 ⎥ Beban Jam 2
𝐿𝐿2 2
beban ⎢ 𝑃𝑃𝐿𝐿2 2 ⎥ ⎢ 𝑃𝑃 ⎥
𝐿𝐿3 2
Gambar 1. Sistem 3 bus sederhana ⎢ 𝐿𝐿3 2 ⎥ ⎢ 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ⎥
⎢−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎥ ⎢𝐹𝐹13
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

⎢−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎥ 𝐹𝐹
⎢ 23 ⎥ Kapasitas Saluran
Penambahan matrik CCR untuk merepresentasikan 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
⎢−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ⎥ ⎢𝐹𝐹31 ⎥
⎣−𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖⎦ 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
pengali ramp rate, sebagai berikut: ⎣𝐹𝐹23 ⎦
−D ≤ CCR ∗ x ≤ D (28)
dimana, P adalah daya aktif pembangkit , D adalah ramp rate. f. Pembentukan Xmin dan Xmax sebagai pembatas
Misal untuk sistem sederhana 3 bus untuk 2 level beban , variabel
maka persamaan ramp rate menjadi: Ukuran Xmin dan Xmax adalah [n × t: 1] . Misal untuk
−δ1 ≤ P1 2 − P1 1 ≤ δ1 (29) ng=2 , nb=3 , maka Xmin dan Xmax ditulis sebagai,
−δ2 ≤ P2 2 − P2 1 ≤ δ2 (30) θmin
⎡ 1min ⎤ θmax
𝑑𝑑𝑑𝑑 θ ⎡ 1max ⎤
⎢ 2 ⎥ θ
Sehingga kita mendapat matrik CCR dari turunan x : , ⎢θmin ⎢ 2max ⎥
𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 3 ⎥ θ3 ⎥ Jam 1

0 0 0 −1 0 0 0 0 1 0 ⎢P1min ⎥ P1max ⎥
CCR = � � (31) ⎢ min ⎥ ⎢
0 0 0 0 −1 0 0 0 0 1 P ⎢P max ⎥
Xmin = ⎢ 2min ⎥ Xmax = ⎢ 2max ⎥ (25)
⎢θ1 ⎥ θ1
[𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]1 [𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]2 ⎢θmax ⎥
⎢θmin
2 ⎥ ⎢ 2max ⎥
Penambahan matrik CCB untuk merepresentasikan ⎢θmin ⎥ ⎢ θ3 ⎥ Jam 2
spinning reserve, sehingga kita mendapat matrik CCB sebagai ⎢ 3min ⎥ max
⎢P1 ⎥
P
⎢ 1 ⎥
berikut: min ⎣P2max ⎦
⎣P2 ⎦
CCB = [ 0 0 0 − 1 − 1 0 0 0 0 0] (32)
IV. HASIL DAN ANALISIS
[𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]1 [𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]2 Pada tugas akhir ini akan diimplementasikan pada
sistem 25 bus Jawa-Bali 500 KV yang terdiri dari 35
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 generator. Profil beban yang digunakan adalah beban selama
𝑑𝑑𝜃𝜃1 𝑑𝑑𝜃𝜃2 𝑑𝑑𝜃𝜃3 𝑑𝑑𝑃𝑃1 𝑑𝑑𝑃𝑃2 24 jam. Pada tugas akhir ini akan dilakukan dengan dua
kondisi, yaitu
y11 −y11 −y13 −1 0 bus 1 1. Perhitungan dynamic economic dispatch dengan
⎡−y21 y22 −y23 0 −1 ⎤ bus 2 menyertakan spinning reserve constraint
⎢−y31 −y32 y33 0 0 ⎥⎥ bus 3
⎢ 2. Perhitungan dc dynamic optimal power flow dengan
[A] = ⎢ y13 0 −y13 0 0 ⎥ From bus flow brch 1 menyertakan spinning reserve constraint
y23 −y23
⎢ 0 0 0 ⎥ From bus flow brch 2 Data yang digunakan untuk simulasi dapat dilihat pada tabel 1,
⎢−y13 0 y13 0 0 ⎥ To bus flow brch 1 tabel 2 dan gambar 1.
⎣ 0 −y23 y23 0 0 ⎦ To bus flow brch 2
Pada tahap awal merupakan hasil validasi perhitungan
(33) dynamic economic dispatch tanpa menyertakan spinning
Kemudian matrik A dimodifikasi menjadi , reserve constraint, artinya spinning reserve constraint bernilai
Jam 1 Jam 2
nol. Karena batasan dari spinning reserve constraint bernilai
nol, terlihat bahwa
[𝐴𝐴]1 [𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧] Jam 1

[𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]1 [𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]2 ⎥

Pengali ramprate 1-2 • daya pembangkitan tidak ada yang melanggar batasan

𝐴𝐴𝐴𝐴2 = ⎢ [𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]1 [𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐]2 ⎥ Spinning reserve (34) dari kapasitas maksimum dan minimum generator.
⎢ [𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧] [𝐴𝐴]2 ⎥ Jam 2 • laju perubahan daya juga tidak ada yang melanggar
⎣ ⎦ batasan dari ramp rate.
Ukuran matrik A sekarang adalah [ (nb+2*nbr)*t : (n)*t ], • spinning reserve setiap jam tidak ada melanggar
dimana nbr adalah jumlah saluran
batasan dari persamaan spinning reserve. Tetapi tidak
e. Pembentukan vektor lb dan ub sebagai batas dari ada daya yang dicadangkan oleh generator jika
constraints 𝑙𝑙𝑙𝑙 ≤ 𝐴𝐴 ∗ 𝑥𝑥 ≤ 𝑢𝑢𝑢𝑢 generator keluar dari operasi.
Ukuran lb dan ub is [ nb+2*nbr+ng : 1] , yang masing- Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa
masing terdiri dari nilai daya beban, kapasitas saluran, ramp semuanya telah memenuhi batasan/constraint dari dynamic
economic dispatch.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 4

Pada perhitungan dynamic economic dispatch dengan Tabel 2. Profil Beban (MW) Untuk Simulasi Jawa-Bali 500
menyertakan spinning reserve constraint, artinya spinning KV
reserve constraint sebesar 2 kali unit terbesar. Karena batasan
dari spinning reserve constraint sebesar 2 kali unit terbesar,
maka ada daya yang dicadangkan oleh generator jika
generator keluar dari operasi. Nilai pelanggaran spinning
reserve constraint tampak pada tabel 3.
Tabel 3 terlihat bahwa pada jam ke-14, 15, 17, 18, 19, 20
pada saat terjadinya gangguan pada pembangkit, maka
cadangan berputar ini akan menurun. Jika cadangan berputar
ini dibiarkan terus turun maka akibatnya sistem dapat
mengalami gangguan total (semua pembangkit akhirnya trip).
Untuk mencegah terjadinya gangguan total, maka perlu
dilakukan pelepasan beban. Akibat dari adanya pelepasan
beban tersebut, maka daya pembangkitan jam ke-14, 15, 17,
18, 19, 20 pada dynamic economic dispatch mengalami
penurunan. Untuk DED dengan atau tanpa menyertakan Gambar 1. Profil Beban Untuk Simulasi Jawa-Bali 500 KV
spinning reserve constraint terdapat perbedaan daya
pembangkitan masing-masing pembangkit maupun biaya total Tabel 3. Pelanggaran yang terjadi terhadap spinning reserve
pembangkitan. constraint
Pada perhitungan dynamic optimal power flow dengan
menyertakan spinning reserve constraint, aliran daya pada
saluran tidak melanggar kapasitas saluran. Untuk DED dan
DC DOPF dengan menyertakan spinning reserve constraint
tidak ada perbedaan pada daya pembangkitan masing-masing
pembangkit maupun pada biaya total pembangkitan.
Hasil daya pembangkitan DED dan DC DOPF untuk
dapat dilihat pada gambar 2, tabel 4, tabel 5. Hasil
perbandingan DED dan DC DOPF terhadap constraint ramp
rate dan constraint branch limit dapat dilihat pada tabel 6.
Hasil perbandingan biaya pembangkitan dapat dilihat pada
gambar 3.

Tabel 1. Data Pembangkit Pada Sistem Sistem Jawa-Bali 500


KV

Total Daya Pembangkitan Untuk Simulasi Jawa-Bali


500 KV
14000
12000
10000
Daya (MW)

8000
6000
4000
2000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324

Jam

DED tanpa menyertakan Spinning Reserve Constraint


DED dengan menyertakan Spinning Reserve Constraint
DC DOPF dengan menyertakan Spinning Reserve Constraint

Gambar 2. Perbandingan Total Daya Pembangkitan Untuk


Simulasi Jawa-Bali 500 KV
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 5

Tabel 4. Daya Pembangkitan DED Tanpa Menyertakan Spinning Reserve Constraint


Daya (MW) pembangkitan pada jam ke-
Unit Pembangkit Pmin Pmax Ramp Rate
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Suralaya Unit 1 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
2 Suralaya Unit 2 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
3 Suralaya Unit 3 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
4 Suralaya Unit 4 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
5 Suralaya Unit 5 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 493.019 528.179 563.339 585 585 585 549.84 585 585 585 585 585 585 585 549.998 514.838 479.678 444.518 292 585 35.16
6 Suralaya Unit 6 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 493.019 528.179 563.339 585 585 585 549.84 585 585 585 585 585 585 585 549.998 514.838 479.678 444.518 292 585 35.16
7 Suralaya Unit 7 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 493.019 528.179 563.339 585 585 585 549.84 585 585 585 585 585 585 585 549.998 514.838 479.678 444.518 292 585 35.16
8 Suralaya Unit 8 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 475.739 528.179 580.619 604.031 625 597.475 572.56 625 625 613.909 625 625 625 625 572.56 520.12 467.68 417.49 188 625 52.44
9 Muara Tawar PLTGU Blok 1 518.542 512.13 507.029 495.545 522.82 536.412 468.574 589.161 615 615 615 615 590.618 615 615 615 615 615 615 615 615 490.575 504.63 465.115 300 615 315
10 Cirata PLTA Unit 1 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
11 Cirata PLTA Unit 2 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
12 Cirata PLTA Unit 3 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
13 Cirata PLTA Unit 4 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
14 Cirata PLTA Unit 5 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
15 Cirata PLTA Unit 6 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
16 Cirata PLTA Unit 7 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
17 Saguling PLTA Unit 1 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
18 Saguling PLTA Unit 2 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
19 Saguling PLTA Unit 3 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
20 Saguling PLTA Unit 4 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
21 Tanjung Jati PLTU 370.711 366.789 364.97 356.416 373.336 381.668 362.409 402.969 443.529 446.134 458.167 443.324 424.565 465.125 477.216 457.833 498.393 538.953 528.367 487.807 447.247 406.687 366.127 330 330 668 40.56
22 Gresik PLTGU Blok 1 323.837 320.517 319.539 311.642 326.063 333.121 303.352 363.189 386.962 387.699 397.268 385.431 359.498 412.412 411.847 389.428 394.427 480 475.064 427.724 410.36 297.969 319.957 295.516 115 480 365
23 Gresik PLTGU Blok 2 323.837 320.517 319.539 311.642 326.063 333.121 303.352 363.189 386.962 387.699 397.268 385.431 359.498 412.412 411.847 389.428 394.427 480 475.064 427.724 410.36 297.969 319.957 295.516 115 480 365
24 Gresik PLTGU Blok 3 323.837 320.517 319.539 311.642 326.063 333.121 303.352 363.189 386.962 387.699 397.268 385.431 359.498 412.412 411.847 389.428 394.427 480 475.064 427.724 410.36 297.969 319.957 295.516 115 480 365
25 Gresik PLTU Gas Unit 1 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 35 80 45
26 Gresik PLTU Gas Unit 2 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 35 80 45
27 Gresik PLTU Unit 3 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 87 180 93
28 Gresik PLTU Unit 4 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 87 180 93
29 Paiton PLTU Unit 1 322.081 318.801 317.934 310.017 324.28 331.254 324.4 347.2 370 370 370 370 357.211 370 370 370 370 370 370 370 363.159 340.359 317.559 294.759 180 370 22.8
30 Paiton PLTU Unit 2 322.081 318.801 317.934 310.017 324.28 331.254 324.4 347.2 370 370 370 370 357.211 370 370 370 370 370 370 370 363.159 340.359 317.559 294.759 180 370 22.8
31 Paiton PLTU Unit 5 Jawa Power 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.815 349.095 384.375 385.277 394.786 383.024 365.937 401.217 409.266 390.852 426.132 461.412 453.213 417.933 382.653 347.373 318.259 311 311 605 35.28
32 Paiton PLTU Unit 6 Jawa Power 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.815 349.095 384.375 385.277 394.786 383.024 365.937 401.217 409.266 390.852 426.132 461.412 453.213 417.933 382.653 347.373 318.259 311 311 605 35.28
33 Paiton PLTU Unit 7 PEC 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.141 349.621 384.522 385.277 394.786 383.024 365.337 401.817 409.266 389.652 426.132 462.612 455.013 418.533 382.053 345.573 318.259 311 311 615 36.48
34 Paiton PLTU Unit 8 PEC 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.141 349.621 384.522 385.277 394.786 383.024 365.337 401.817 409.266 389.652 426.132 462.612 455.013 418.533 382.053 345.573 318.259 311 311 615 36.48
35 Grati PLTGU Blok 1 319.839 316.582 315.718 307.861 322.023 328.947 311.857 346.657 381.457 382.532 391.888 380.312 363.373 398.173 406.083 384.167 415.2 450 449.287 414.487 379.687 344.887 316.104 291.877 160 450 34.8
Total 9493 9424 9357 9245 9539 9687 9392 10115 10631 10729 10838 10701 10338 10924 10973 10777 11018 11494 11436 11075 10633 9749 9444 9040 4775 12215

Tabel 5. Daya Pembangkitan DED & DC DOPF Dengan Menyertakan Spinning Reserve Constraint
Daya (MW) pembangkitan pada jam ke-
Unit Pembangkit Pmin Pmax Ramp Rate
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Suralaya Unit 1 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
2 Suralaya Unit 2 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
3 Suralaya Unit 3 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
4 Suralaya Unit 4 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 373 182 373 22.92
5 Suralaya Unit 5 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 493.019 528.179 563.339 585 585 585 549.84 585 585 585 585 585 585 585 550.584 515.424 480.264 445.104 292 585 35.16
6 Suralaya Unit 6 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 493.019 528.179 563.339 585 585 585 549.84 585 585 585 585 585 585 585 550.584 515.424 480.264 445.104 292 585 35.16
7 Suralaya Unit 7 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 493.019 528.179 563.339 585 585 585 549.84 585 585 585 585 585 585 585 550.584 515.424 480.264 445.104 292 585 35.16
8 Suralaya Unit 8 474.478 467.936 462.249 451.104 478.838 492.697 475.739 528.179 580.619 604.031 625 597.475 572.56 625 625 615.638 625 625 625 625 576.504 524.064 471.624 419.184 188 625 52.44
9 Muara Tawar PLTGU Blok 1 518.542 512.13 507.029 495.545 522.82 536.412 468.574 589.161 615 615 615 615 593.132 615 615 615 615 615 615 615 615 494.495 502.257 462.68 300 615 315
10 Cirata PLTA Unit 1 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
11 Cirata PLTA Unit 2 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
12 Cirata PLTA Unit 3 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
13 Cirata PLTA Unit 4 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
14 Cirata PLTA Unit 5 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
15 Cirata PLTA Unit 6 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
16 Cirata PLTA Unit 7 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 0 110 110
17 Saguling PLTA Unit 1 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
18 Saguling PLTA Unit 2 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
19 Saguling PLTA Unit 3 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
20 Saguling PLTA Unit 4 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 0 175 175
21 Tanjung Jati PLTU 370.711 366.789 364.97 356.416 373.336 381.668 362.409 402.969 443.529 446.134 458.167 443.324 420.973 461.533 464.276 451.09 464.435 466.068 465.87 464.63 436.662 396.102 364.174 330 330 668 40.56
22 Gresik PLTGU Blok 1 323.837 320.517 319.539 311.642 326.063 333.121 303.352 363.189 386.962 387.699 397.268 385.431 362.576 403.54 401.66 391.688 401.641 401.444 401.468 401.617 418.447 304.748 319.025 293.728 115 480 365
23 Gresik PLTGU Blok 2 323.837 320.517 319.539 311.642 326.063 333.121 303.352 363.189 386.962 387.699 397.268 385.431 362.576 403.54 401.66 391.688 401.641 401.444 401.468 401.617 418.447 304.748 319.025 293.728 115 480 365
24 Gresik PLTGU Blok 3 323.837 320.517 319.539 311.642 326.063 333.121 303.352 363.189 386.962 387.699 397.268 385.431 362.576 403.54 401.66 391.688 401.641 401.444 401.468 401.617 418.447 304.748 319.025 293.728 115 480 365
25 Gresik PLTU Gas Unit 1 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 35 80 45
26 Gresik PLTU Gas Unit 2 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 35 80 45
27 Gresik PLTU Unit 3 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 87 180 93
28 Gresik PLTU Unit 4 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 87 180 93
29 Paiton PLTU Unit 1 322.081 318.801 317.934 310.017 324.28 331.254 324.4 347.2 370 370 370 370 360.33 370 370 370 370 370 370 370 366.232 343.432 320.632 297.832 180 370 22.8
30 Paiton PLTU Unit 2 322.081 318.801 317.934 310.017 324.28 331.254 324.4 347.2 370 370 370 370 360.33 370 370 370 370 370 370 370 366.232 343.432 320.632 297.832 180 370 22.8
31 Paiton PLTU Unit 5 Jawa Power 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.815 349.095 384.375 385.277 394.786 383.024 363.049 398.329 399.151 389.242 399.133 398.951 398.973 399.111 377.043 341.763 317.309 311 311 605 35.28
32 Paiton PLTU Unit 6 Jawa Power 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.815 349.095 384.375 385.277 394.786 383.024 363.049 398.329 399.151 389.242 399.133 398.951 398.973 399.111 377.043 341.763 317.309 311 311 605 35.28
33 Paiton PLTU Unit 7 PEC 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.141 349.621 384.522 385.277 394.786 383.024 362.449 398.929 399.151 389.242 399.133 398.951 398.973 399.111 377.643 341.163 317.309 311 311 615 36.48
34 Paiton PLTU Unit 8 PEC 322.081 318.801 311 311 324.28 331.254 313.141 349.621 384.522 385.277 394.786 383.024 362.449 398.929 399.151 389.242 399.133 398.951 398.973 399.111 377.643 341.163 317.309 311 311 615 36.48
35 Grati PLTGU Blok 1 319.839 316.582 315.718 307.861 322.023 328.947 311.857 346.657 381.457 382.532 391.888 380.312 360.533 395.333 396.141 386.438 396.111 395.798 395.836 396.073 374.207 339.407 315.178 290.077 160 450 34.8
Total 9493 9424 9357 9245 9539 9687 9392 10115 10631 10729 10838 10701 10338 10879 10879 10777 10879 10879 10879 10879 10633 9749 9444 9040 4775 12215

Tabel 6. Perbandingan DED dan DC DOPF Terhadap Constraint Ramp Rate dan Constraint Branch Limit
Memenuhi constraint
Penjadwalan Kesimpulan
Branch Limit Ramp rate
DED dengan menyertakan spinning reserve constraint ~ √ Tidak melanggar
DC DOPF dengan menyertakan spinning reserve constraint √ √ Tidak melanggar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 6

Biaya Total Pembangkitan Pada Sistem Jawa-Bali 500 KV

8E+10
7,9E+10
7,8E+10
7,7E+10
76018200000 76018200000

Biaya (Rp)
7,6E+10
75102200000
7,5E+10
7,4E+10
7,3E+10
7,2E+10
7,1E+10
7E+10

DED tanpa menyertakan Spinning Reserve Constraint


DED dengan menyertakan Spinning Reserve Constraint
DC DOPF dengan menyertakan Spinning Reserve Constraint

Gambar 3. Perbandingan Biaya Total Pembangkitan Pada Sistem Jawa-Bali 500 KV

V. KESIMPULAN [5] Ran Quan, Jinbao Jian, Haiyan Zheng, Linfeng Yang. “A
Dari hasil simulasi dan analisis diperoleh kesimpulan Two Stage Method with Mixed Integer Quadratic
quadratic programming yang digunakan dapat melakukan Programming for Unit Commitment with Ramp
perhitungan dynamic economic dispatch dengan akurat. Hasil Constraints”. Guangxi University, Nanning, P.R. China.
penjadwalan pembangkit dengan adanya spinning reserve [6] Benhamida, Farid. “Dysnamic Economic Dispatch
constraint maka ada daya yang dicadangkan oleh pembangkit Solution with Pratical Constraint Using a Rucurrent
jika terjadi gangguan pada unit pembangkit sehingga sistem Neural Network”. IRECOM Laboratory, University
tidak mengalami gangguan total. Serta adanya batasan dari Djillali Liabes, Algeria. 2011.
spinning reserve menyebabkan biaya pembangkitan tidak [7] Srenivasan, G. “Solution of Dynamic Economic Dispatch
hanya dihitung berdasarkan biaya dari daya pembangkitan (DELD) Problem with Valve Point Loading Effects and
saja, tetapi juga dihitung berdasarkan biaya dari pelepasan Ramp Rate Limits Using PSO”. International Journal of
beban pada jam-jam yang melanggar batas spinning reserve. Electrical and Computer Engineering (IJECE). September
Program dynamic economic dispatch dengan quadratic 2011.
programming dapat melakukan perhitungan penjadwalan [8] Han, X S. Gooi, H.B. Kirschen S. Daniel. “Dynamic
pembangkitan dalam rentang waktu tertentu tanpa melanggar Economic Dispatch : Feasible and Optimal Solution”. IEE
batasan kapasitas maksimum dan minimum dari generator Transactions Power System. February. 2001.
serta parameter ramp rate dari masing-masing pembangkit. [9] N. Nabona. “Optimum Allocation of Spinning Reserve by
Pada simulasi Sistem Jawa Bali, hasil perhitungan dynamic Quadratic Programming”. IEE Vol. 122, No. 11,
economic dispatch dan dc dynamic optimal power flow dengan November 1975.
menyertakan spinning reserve constraint menghasilkan biaya [10] IEEE. “All in a Day’s Work Building Up Solar Energy”.
total pembangkitan lebih mahal jika dibandingkan dengan IEEE Power & Energy Magazine for electric power
hasil perhitungan dynamic economic dispatch tanpa professionals, Vol.11, No. 3, March 2013 .
menyertakan spinning reserve constraint.

DAFTAR PUSTAKA
[1]Wood Allen J. ”Power Generation Operation and
Control”. John Wiley & Sons, Inc. 1984.
[2] Abidin, Zainal. “Dynamic Economic Dispatch
Menggunakan Quadratic Programming”. Seminar Tugas
Akhir Teknik Elektro FTI-ITS. Juni. 2009.
[3] Nursidi, Wibowo, R.S. “Dynamic DC Optimal Power
Flow Using Quadratic Programming”. IEEE, 7-8 Oktober
2013.
[4] Belhachem, R. “Dynamic Economic Load Dispatch Using
Quadratic Programming and GAMS”. Mediamira Science
Publisher. 2013.

Anda mungkin juga menyukai