Anda di halaman 1dari 9

Kelainan Talipes Equinus Akibat Gangguan Nervus Peroneus

Kevin Wongkar (102016123)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telepon: (021) 5694-2061,
fax: (021) 563-1731
kevin.2016fk123@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita memerlukan otot. Otot menggerakkan rangka
tubuh kita supaya kita dapat bergerak sesuai keinginan kita. Kita dapat bergerak dengan tepat
karena otot mendapat perintah yang tepat dari sistem saraf. Apabila sistem saraf salah
memberi perintah atau perintah tersebut tidak sampai pada otot, maka gerakan yang
dihasilkan tidak akan sesuai dengan keinginan kita. Salah satu contohnya adalah kelainan
talipes equinus. Kaki penderita kelaianan ini berada dalam kondisi plantar fleksi permanen
sehingga penderita sulit berjalan. Penderita harus jalan berjingkat-jingkat karena tumit
penderita tidak dapat menyentuh tanah. Kelainan ini karena ganggunan nervus peroneus yang
mempersarafi otot-otot yang mengatur gerakan plantar fleksi.

Kata kunci: Otot, sistem saraf, talipes equinus, nervus peroneus

Abstract

We all need muscles for our daily activities. The muscle move our skeleton so that we can
move as we want. We can move because of our muscle get the proper orders from our
nervous system. If our nervous system give the wrong orders or the orders been blocked, we
can not move as we want. One of it is talipes equinus disorder. The patient foot in a
permanent plantar flexion make him/her difficult to walk. The patient must walk ‘tiptoed’
because of his/her heel can not reach the ground. This disorder caused by damage on
nervous peroneus which control the plantar flexion’ muscles.

Keywords: muscles, nervous system, talipes equinus, nervus peroneus

Pendahuluan

Otot-otot dalam tubuh kita berfungsi untuk memfasilitasi gerakan kita sehari-hari.
Otot-otot dalam tubuh kita memiliki fungsinya masing-masing. Misalkan beberapa otot
berfungsi untuk melakukan gerakan fleksi plantar sedangkan lainnya melakukan gerakan
inversi, gerakan eversi, gerakan adduksi, gerakan abduksi dan lain sebagainya. Gerakan otot-
otot ini seluruhnya dikontrol oleh sistem saraf. Sistem saraf akan memerintahkan otot-otot
yang dipersarafinya untuk melakukan gerakan-gerakan yang diinginkan. Tanpa sistem saraf,

1
otot-otot tubuh tidak mampu melakukan gerakan yang tepat karena tidak mendapat perintah
yang sesuai.
Oleh karena itu, sistem saraf memainkan peran yang sangat penting, namun tidak
mengesampingkan peran dan fungsi otot-otot itu sendiri. Meskipun sitem saraf dalam kondisi
yang baik namun apabila otot-otot mengalami gangguan maka tetap saja tidak akan dapat
menghasilkan gerakan yang baik. Salah satu gangguan yang terjadi akibat kerusakan saraf
adalah talipes equinus yang terjadi di bagian tungkai bawah dan kaki. Sebab itu, perlu
diperhatikan terlebih dahulu otot-otot dan saraf yang mempersarafi bagian tungkai bawah dan
kaki untuk memahami kelainan talipes equinus.

Otot-otot Tungkai Bawah dan Kaki

Tubuh kita bergerak karena digerakkan oleh otot. Otot terbagi menjadi 3 jenis.
Pertama adalah otot polos, yang berbentuk fusiformis, memiliki inti ditengah, bersifat
involunter dan tidak mudah lelah. Otot ini banyak sistem pencernaan, pernapasan, dan
saluran kencing. Berikutnya adalah otot jantung, memiliki garis gelap terang, inti satu di
tengah, bersifat involunter dan tidak mudah lelah. Yang terakhir adalah otot skelet, memiliki
garis terang gelap, memiliki inti banyak dipinggir, bergerak sesuai kemauan kita, dan mudah
lelah. Otot skelet adalah otot yang akan dibahas dalam makalah ini.
Pada tungkai bawah (regio cruris) terdapat berbagai otot dengan fungsinya masing-
masing. Pada bagian ventral tungkai bawah, terdapat otot-otot yang berfungsi sebagai
ekstensor pada gerakan ekstensi Articulatio talocruralis dan Articulatio
talocalcaneonavicularis, dan sendi kaki lainnya. Otot yang pertama adalah M. tibialis
anterior, merupakan otot ekstensor yang paling penting. Otot ini berperan pada dorsofleksi
dan inversi kaki. Kemudian terdapat juga M. extensor digitorum longus yang berfungsi untuk
dorsofleksi dan inversi kaki serta ekstensi jari-jari kaki. Berikutnya, terdapat M. extensor
hallucis longus yang berfungsi untuk eversi kaki dan ekstensi ibu jari kaki. 1,2
Pada bagian lateral tungkai bawah terdapat dua buah otot yaitu M. peroneus longus
dan M. peroneus brevis (Mm. fibularis longus et brevis). Kedua otot tersebut berfungsi pada
fleksi plantar di Articulatio talocruralis karena tendonya terletak di belakang sumbu fleksi-
ekstensi. Selain berfungsi pada fleksi plantar, otot-otot tersebut juga berfungsi pada eversi
kaki.
Selanjutnya pada bagian dorsal dari tungkai bawah, terdapat otot-otot fleksor. Otot
yang pertama adalah M. gastrocnemius yang berfungsi untuk fleksi tungkai bawah dan fleksi
plantar. Berikutnya terdapat M. soleus yang berfungsi pada gerakan fleksi plantar. Lalu

2
terdapat pula M. plantaris dengan fungsi serupa dengan M. gastrocnemius yaitu untuk fleksi
tungkai bawah dan fleksi plantar. Selanjutnya terdapat M. popliteus yang berfungsi pada
gerakan fleksi tungkai bawah dan rotasi ke arah medial. Setelah itu, terdapat M. flexor
digitorum longus yang berfungsi pada fleksi plantar, inversi kaki, dan fleksi jari jari, serta M
flexor hallucis longus yang perfungsi pada fleksi plantar, inversi kaki, dan fleksi ibu jari kaki.
Yang terakhir, terdapat M. tibialis posterior yang berfungsi pada gerakan fleksi, adduksi, dan
inversi kaki, serta mempertahankan lengkung kaki.1,2 Lihat gambar 1.

Gambar 1. Otot-otot Tungkai Bawah.1

Bagian berikutnya adalah kaki (regio pedis). Otot-otot kaki dibedakan atas otot-otot bagian
dorsal dan otot-otot bagian plantar. Otot bagian dorsal yang pertama adalah M. extensor
hallucis brevis untuk ekstensi ibu jari kaki dan M. extensor digitorum brevis untuk ekstensi
jari-jari kaki. Selanjutnya ada Mm. interossei dorsales yang berfungsi untuk abduksi jari kaki
kedua hingga jari kaki keempat, fleksi jari kaki pertama, serta ekstensi jari kaki kedua dan
ketiga. Sedangkan otot bagian plantar yang pertama adalah M. abductor hallucis, yang
berfungsi pada gerakan abduksi dan fleksi ibu jari kaki. Selanjutnya adalah M. flexor
digitorum brevis yang berfungsi pada gerakan fleksi jari kaki kedua hingga jari kaki kelima.

3
Berikutnya adalah M. abductor digiti minimi yang berfungsi pada gerakan abduksi dan fleksi
jari kaki kelima. Lalu terdapat juga M. quadratus plantae yang berfungsi untuk membantu
fleksi jari kaki kedua hingga jari kaki kelima. Setelah itu, terdapat Mm. lumbricales untuk
fleksi jari kaki pertama dan ekstensi jari kaki kedua hingga jari kaki kelima. Kemudian
terdapat M. adductor hallucis untuk gerakan adduksi dan fleksi phalanx proximal dari ibu jari
kaki. Terdapat juga M. flexor digiti minimi brevis untuk fleksi phalanx proximal dari jari kaki
kelima. Yang terakhir adalah Mm. interossei plantares yang berfungsi pada gerakan adduksi
phalanx proximal dan ekstensi phalanx distal dari jari kaki ketiga hingga jari kaki kelima.1-3
Lihat gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Otot Dorsal Kaki.1

4
Gambar 3. Otot Plantar Kaki.1

Persarafan Otot-otot Tungkai Bawah dan Kaki

Ekstremitas bawah dipersarafi oleh Plexus Lumbosacralis yang terdiri atas plexus
lumbalis (T12 – L4) dan plexus sacralis (L4 – S5, Co1). Plexus lumbalis terdiri atas N.
femoralis (L2-L4), N. obturatorius (L2-L4), N. cutaneus femoris lateralis (L2, L3), N.
ilioinguinalis (T12-L1), N. genitofemoralis (L1, L2), dan Truncus lumbosacralis (L4-L5).

5
Sedangkan plexus sacralis terdiri atas N. gluteus superior (L4-S1), N. gluteus inferior (L5-
S2), N. cutaneus femoris posterior (S1-S3), N. ischiadicus (L4-S3), N. anococcygeus (S5-
Co1) dan N. pudendus (S2-S4).1
N. ischiadicus merupakan saraf terkuat di dalam tubuh manusia. N. ischiadicus
berjalan turun menuju kompartmen posterior regio femoralis dan regio glutealis. N.
ischiadicus berfungsi mempersarafi (motorik) semua otot tungkai bawah dan kaki. Saraf ini
terdiri dari dua bagian yang tergabung menjadi satu saraf gabungan (N. tibialis dan N.
fibularis communis). Di proximal dari genus dan kadang di dalam pelvis, N. ischiadicus akan
terbagi menjadi dua bagian tersebut. 1,4

N. tibialis berjalan di bawah arcus tendineus yang terbentuk di antara caput tibiale M.
soleus dan berjalan ke arah verticalis melalui daerah profundus kompartemen posterior regio
cruralis, di permukaan M. tibialis posterior bersama vasa tibialis posterior. N. tibialis
meninggalkan kompartemen posterior regio cruralis pada regio talocruralis dengan berjalan
melalui canalis tarsi di belakang malleolus medialis. N. tibialis memasuki pedis untuk
menyumplai sebagian besar musculus intrinsik dan kulit. N. tibialis mempersarafi M. tibialis
posterior, M. flexor digitorum longus, M. flexor hallucis longus, M. popliteus, dan Mm.
abductor hallucis dan flexor digitorum brevis.3,4

Berikutnya adalah N. fibularis communis yang juga dikenal dengan nama N. peroneus
communis. N. peroneus communis kemudian bercabang menjadi N. peroneus superficialis
dan N. peroneus profundus. N. peroneus superficialis berjalan turun dari kompartemen
lateralis di sebelah dalam dari Mm. fibularis (peroneus) longus et brevis. Kemudian, N.
peroneus superficialis menembus fascia profundus pada regio cruralis bagian bawah dan
memasuki pedis setelah ia terbagi menjadi cabang-cabang medial dan lateral, menyuplai
beberapa area dorsal pedis dan digiti pedis. N. peroneus superficialis mempersarafi (motorik)
Mm. fibulares (peroneus) longus et brevis. Sedangkan N. peroneus profundus, berjalan ke
arah anteromedial, melalui septum intermusculare cruris menuju kompartemen anterior regio
cruralis, tempat yang akan dipersarafiya. N. peroneus profundus ini mempersarafi (motorik)
M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M. extensor hallucis longus, M. extensor
digitorum brevis dan M. extensor hallucis brevis.3,4 Lihat gambar 4.

6
Gambar 4. Plexus Lumbosacralis.1

Talipes Equinus

Talipes equinus atau dikenal juga dengan nama pes equinus merupakan suatu
kelainan berupa kaki yang selalu berada dalam keadaan fleksi plantar sehingga tumitnya tidak
dapat menyentuh permukaan pijak. Penderita talipes equinus akan berjalan dengan cara
berjingkat-jingkat.5,6 Lihat gambar 5.

7
Gambar 5. Talipes Equinus.5
Otot-otot yang berfungsi dalam gerakan plantar fleksi adalah Mm. fibularis longus et
brevis, M. flexor digitorum longus, M. flexor hallucis longus, M. triceps surae (M.
gastrocnemius, M. selous, dan M. plantaris), dan M. tibialis posterior. Otot- otot ini
dipersarafi oleh cabang N. ischiadicus yaitu N. tibialis dan N. fibularis (peroneus) communis.
Kelainan seperti talipes equinus mungkin terjadi akibat gangguan saraf-saraf yang
mempersarafi satu atau lebih otot-otot yang berperan dalam gerakan fleksi plantar. Gangguan
saraf ini misalnya dapat mengenai N. peroneus sehingga otot-otot – khususnya otot-otot
fleksi plantar – yang dipersarafi N. peroneus menjadi terganggu juga sehingga dapat
menyebabkan kelainan talipes equinus.

Penutup

Otot-otot tungkai bawah dan kaki manusia memiliki fungsi dan tugasnya masing-
masing. Dalam melakukan fungsinya tersebut, otot-otot menerima perintah dari saraf yang
mempersarafinya. Jika terjadi gangguan pada saraf yang mempersarafi otot-otot tersebut
maka akan menyebabkan gangguan pada fungsi otot-otot tersebut. Salah satu gangguan pada
saraf yeng menyebabkan gangguan pada otot yang dipersarafinya adalah kelainan talipes
equinus. Talipes equinus dapat terjadi akibat gangguan pada nervus/saraf yang mempersarafi
otot-otot yang berperan dalam gerakan fleksi plantar (misalnya N. peroneus) sehingga kaki
penderita terus-menerus dalam kondisi fleksi plantar. Keadaan ini menyebabkan penderita
sulit berjalan dan harus berjalan dengan cara berjingkat-jingkat karena tumitnya tidak dapat
menyentuh tanah.

8
Daftar Pustaka

1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: atlas anatomi manusia. Edisi ke-23. EGC: Jakarta;
2010. h. 311-37
2. Hansen JT. Netter’s anatomy. 3rd ed. Elsevier: New York; 2011. p.740-50
3. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: atlas anatomi manusia. Buku Tabel. Edisi ke-23.
EGC: Jakarta; 2010. h. 62-7
4. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray: dasar-dasar anatomi. Elsevier:
Singapore; 2014. h. 314-20
5. Levine D, Richards J, Whittle MW. Whittle's gait analysis. 5th ed. Elsevier: United
Kingdom; 2012. p.75-6
6. Canale ST, Beaty JH. Campbell's operative orthopaedics. 12th ed. Elsevier:
Philadelphia; 2013. p. 1248

Anda mungkin juga menyukai