Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN TUGAS BESAR

MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI


PROSES

Perancangan dan Simulasi Reaktor CSTR Non Adiabatis


untuk Reaksi Dehidrogenasi Isopropanol menjadi Aseton
Menggunakan Program Scilab 5.5.2.

Disusun oleh :
1. Asif Widodo Zardani NIM. 21030115130125
2. Sie Cinthia Melinda NIM. 21030115120091

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
LAPORAN TUGAS BESAR
MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI
PROSES

Perancangan dan Simulasi Reaktor CSTR Non Adiabatis


untuk Reaksi Dehidrogenasi Isopropanol menjadi Aseton
Menggunakan Program Scilab 5.5.2.

Disusun oleh :
1. Asif Widodo Zardani NIM. 21030115130125
2. Sie Cinthia Melinda NIM. 21030115120091

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

i
REAKTOR CSTR

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR MATA KULIAH MODEL DAN
KOMPUTASI PROSES

Judul : Perancangan dan Simulasi Reaktor CSTR Non Adiabatis untuk


Reaksi Dehidrogenasi Isopropanol menjadi Aseton Menggunakan
Program Scilab 5.5.2.
Nama/NIM : Asif Widodo Zardani / 21030115130125
Nama/NIM : Sie Cinthia Melinda / 21030115120091

Semarang, November 2017


Telah Menyetujui,
Asisten Pengampu

Lutfi Af’idatul Kamilah


NIM. 21030114120045

Model dan Komputasi Proses ii


REAKTOR CSTR

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Mata
Kuliah Model dan Komputasi Proses dengan judul “Perancangan dan Simulasi
Reaktor CSTR Non Adiabatis untuk Reaksi Dehidrogenasi Isopropanol menjadi
Aseton Menggunakan Program Scilab 5.5.2.”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak,
maka laporan ini tidak akanterselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Setia Budi Sasongko, DEA dan Luqman Buchori, S.T.,
M.T. selaku dosen mata kuliah Model dan Komputasi Proses.
2. Teguh Riyanto selaku koordinator asisten Laboratorium Komputasi
Proses.
3. Lutfi Af’idatul Kamilah selaku asisten pembimbing.
4. Segenap teman-teman yang telah memberikan dukungan baik materil
maupun spiritual.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan untuk menuju kesempurnaan laporan ini.

Semarang, November 2017

Penulis

Model dan Komputasi Proses iii


REAKTOR CSTR

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
INTISARI ........................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori .................................................................................................. 4
2.2 Studi Kasus ................................................................................................. 9
BAB III METODE PENYELESAIAN
3.1 Permodelan ............................................................................................... 17
3.2 Algoritma Penyelesaian ............................................................................ 18
3.3 Logika Pemrograman ................................................................................ 22
3.4 Bahasa Pemrograman ................................................................................ 23
BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Simulasi ........................................................................................... 30
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 32
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 35
5.2 Saran ......................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN

Model dan Komputasi Proses iv


REAKTOR CSTR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Batch Reactor .................................................................................... 5


Gambar 2.2 Plug Flow Reactor ............................................................................. 6
Gambar 2.3 Continous Stirred Tank Reactor ........................................................ 7
Gambar 3.1 Permodelan reactor CSTR dengan jaket pendingin ......................... 17
Gambar 3.2 Logika pemrograman ....................................................................... 22
Gambar 4.1 Deklarasi console scilab 5.5.2 tabel hubungan konversi terhadap
suhu .................................................................................................. 30
Gambar 4.2 Deklarasi console scilab 5.5.2 grafik hubungan konversi terhadap
suhu .................................................................................................. 31
Gambar 4.3 Deklarasi console scilab 5.5.2 tabel hubungan konversi terhadap
volume.............................................................................................. 31
Gambar 4.4 Deklarasi console scilab 5.5.2 tabel hubungan konversi terhadap
volume.............................................................................................. 32

Model dan Komputasi Proses v


REAKTOR CSTR

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Persamaan stoikiometri ........................................................................ 19


Tabel 4.1 Hubungan konversi dengan suhu reaktor ............................................. 32
Tabel 4.2 Hubungan konversi dengan volume reactor ......................................... 34

Model dan Komputasi Proses vi


REAKTOR CSTR

DAFTAR LAMPIRAN

Referensi ............................................................................................................. A-1


Lembar Asistensi ................................................................................................ B-1

Model dan Komputasi Proses vii


REAKTOR CSTR

INTISARI

Dalam teknik kimia, reaktor kimia adalah suatu bejana tempat


berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak
variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia. Sarjana teknik kimia diharapkan
memiliki kualitas dalam konsepsi dan perancangan proses kimia untuk tujuan
produksi, transformasi dan penanganan material, memiliki wawasan ilmu yang
luas sehingga mampu mengembangkan sumberdaya alam baik fosil (minyak bumi,
gas bumi, batubara) maupun non-fosil, menjadi komoditi yang bernilai tambah
tinggi.
Dalam perancangan reaktor harus menentukan ukuran reaktor, tipe
reaktor dan metode operasi paling tepat untuk menghasilkan kinerja reaktor
terbaik.Selain itu juga dibutuhkan bentuk matematis yang dapat
mendiskripsikan reaksi yang terjadi didalam reaktor.Salah satunya adalah
persamaan laju reaksi, dari integral persamaan tersebut dapat diketahui waktu
tinggal didalam reaktor. Berdasarkan uraian diatas, akan dilakukan perancangan
dan simulasi reaktor tangki alir berpengaduk atau juga sering disebut CSTR pada
kondisi non adiabatis untuk reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton yang
reaksinya bersifat endotermis dan irreversible. Perancangan dan simulasi disebut
dilakukan menggunakan program Scilab 5.5.2.
Dalam perancangan reaktor menggunakan program Scilab 5.5.2
dibutuhkan permodelan pada sistem sehingga dapat dibuat algoritma
penyelesaiannya lalu disusun menjadi logika pemrograman dan diubah menjadi
bahasa pemrograman pada Scilab 5.5.2.
Volume Reaktor pada konversi 0,95adalah 120,09 Liter. Hubungan
konversi terhadap volume reaktor adalah, semakin besar konversi maka semakin
besar pula volume reaktor. Suhu reaktor pada konversi 0,9 adalah 622,89 K.
Hubungan konversi terhadap suhu reaktor adalah, semakin besar konversi, maka
suhu reaktor semakin naik karena sifat reaksinya ialah endotermis.
Perlu dilakukan perancangan dan simulasi reaktor dengan jenis reaktor
lain pada kondisi operasi sama agar dapat mengetahui jenis reaktor yang paling
tepat dan efisien pada reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton.

Model dan Komputasi Proses viii


REAKTOR CSTR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam teknik kimia, reaktor kimia adalah suatu bejana tempat
berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak
variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia
harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk
dibandingkan masukan (input) yang besar dengan biaya yang minimum, baik
itu biaya modal maupun operasi (Anggieta, 2014). Perubahan energi dalam
suatu reaktor kimia bisa karena adanya suatu pemanasan
atau pendinginan, penambahan atau pengurangan tekanan dan gaya gesekan.
Teknik Kimia adalah suatu cabang ilmu teknik/rekayasa yang
mempelajari pemrosesan barang mentah menjadi barang yang berguna secara
ekonomis, dengan langkah-langkah yang melibatkan peristiwa kimia, biologis
dan /atau fisis sehingga mengalami perubahan tingkat wujud, kandungan
energi, atau komposisi (HMTK AKPRIND, 2015). Sarjana teknik kimia
diharapkan memiliki kualitas dalam konsepsi dan perancangan proses kimia
untuk tujuan produksi, transformasi dan penanganan material, memiliki
wawasan ilmu yang luas sehingga mampu mengembangkan sumberdaya alam
baik fosil (minyak bumi, gas bumi, batubara) maupun non-fosil, menjadi
komoditi yang bernilai tambah tinggi (Teknik Kimia UI, 2011). Saat ini
kebutuhan dunia akan Industri terus meningkat sehingga peran sarjana Teknik
Kimia dalam perancangan pabrik sangat dibutuhkan untuk pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Pabrik yang dirancang dapat berupa
pabrik kimia, bioproses, makanan, dan masih banyak lainnya namun lebih fokus
ke arah proses, baik meningkatkan kapasitas produksi maupun memperbaiki
proses yang ada (FTI ITB, 2015). Salah satu perancangan yang dilakukan
ialah perancangan reaktor.
Dalam perancangan reaktor harus menentukan ukuran reaktor, tipe
reaktor dan metode operasi paling tepat untuk menghasilkan kinerja reaktor

Model dan Komputasi Proses 1


REAKTOR CSTR

terbaik. Pada percobaan yang dilakukan mneggunakan CSTR dimana terjadi


pengadukan yang memungkinkan adanya distribusi fisis dan kimiawi secara
merata dari zat yang bereaksi di setiap tempat dan reactor (Rosadi, 2000).
Selain itu juga dibutuhkan bentuk matematis yang dapat mendiskripsikan
reaksi yang terjadi didalam reaktor. Salah satunya adalah persamaan laju
reaksi, dari integral persamaan tersebut dapat diketahui waktu tinggal
didalam reaktor. Namun, hal ini tidak dapat memprediksi secara
keseluruhan kinerja reaktor. Temperatur dan komposisi fluida yang bereaksi
perubahannya sangat bervariasi dari titik ke titik dalam reaktor, tergantung
pada sifat reaksi yaitu endotermis atau eksotermis, ada tidaknya
penambahan atau penghilangan panas pada sistem, dan pola aliran fluida
dalam bejana. Beberapa uraian diatas, menunjukan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi kinerja reaktor. Perlakuan paling tepat pada faktor-
faktor tersebut merupakan masalah utama dalam perancangan reaktor
(Levenspiel, 1999). Pada beberapa perancangan reaktor yang telah ada,
perhitungan berbagai macam data dilakukan dengan metode numerik secara
manual. Perhitungan tersebut merupakan masalah numerik yang kompleks.
Sebagai perbaikan metode yang telah ada, akan dilakukan perancangan dan
simulasi reaktor secara numerik menggunakan perangkat lunak yang
disebut Scilab. Perangkat lunak ini hampir menyerupai Matlab, sebagai
sebuah program interaktif untuk komputasi numerik dan visualisasi data
(Sasongko, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, akan dilakukan perancangan dan simulasi
reaktor tangki alir berpengaduk atau juga sering disebut CSTR pada kondisi non
adiabatis untuk reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton yang
reaksinya bersifat endotermis dan irreversible. Perancangan dan simulasi
disebut dilakukan menggunakan program Scilab 5.5.2.

Model dan Komputasi Proses 2


REAKTOR CSTR

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui volume optimum reaktor CSTR non adiabatis untuk
reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton menggunakan program
scilab 5.5.2.
2. Dapat mensimulasikan dan menentukan profil hubungan suhu terhadap
konversi
3. Dapat mensimulasikan dan menentukan profil hubungan konversi terhadap
volume
4. Dapat mengetahui kebutuhan laju pendingin dalam reactor CSTR non
adiabatis untuk reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton
menggunakan program scilab 5.5.2.

1.4 Manfaat
1. Mampu mengetahui volume optimum reaktor CSTR non adiabatis untuk
reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton menggunakan program
scilab 5.5.2.
2. Mampu mensimulasikan dan menentukan profil hubungan suhu terhadap
konversi
3. Mampu mensimulasikan dan menentukan profil hubungan konversi
terhadap volume
4. Mampu mengetahui kebutuhan laju pendingin dalam reactor CSTR non
adiabatis untuk reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton
menggunakan program scilab 5.5.2.

Model dan Komputasi Proses 3


REAKTOR CSTR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Jenis Reaktor
Ada berbagai jenis reaktor, hal yang paling mendasar dalam
penggolongan reaktor adalah kondisi operasi dari reaksi yang
diinginkan untuk dioperasikan. Reaktor yang sering digunakan bisa
dibagi menjadi 3 jenis reaktor utama, diantaranya Batch Reactor (BR),
Plug Flow Reactor (PFR), dan Continuous Stirred Tank Reactor
(CSTR).
 Batch Reactor (BR)
Dalam BR, bahan baku atau reaktan dimasukkan semua pada
awal proses dalam container, kemudian dicampur dengan merata,
dan dibiarkan bereaksi pada jangka waktu tertentu. Setelah reaksi
selesai, produk dikeluarkan. Proses yang terjadi merupakan proses
unsteady state atau tidak tetap dimana komposisi berubah
bergantung waktu, akan tetapi komposisi saat berada dalam reactor
tetap konstan.
Kecepatan Aliran Kecepatan Perubahan A Kecepatan Aliran Akumulasi A
[ ]+[ ]−[ ]= [ ]
A Masuk Sistem karena Reaksi Sistem A Keluar Sistem dalam Sistem
X
dX
t = NA0 ∫
−rA V
0

(Levenspiel, 1999)

Model dan Komputasi Proses 4


REAKTOR CSTR

Gambar 2.1 Batch reaktor

 Plug Flow Reactor (PFR)


Salah satu contoh jenis reactor alir steady ideal biasanya
sering disebut plug flow, slug flow, piston flow, ideal tubular, dan
unmixed flow reaktor. Secara umum, jenis reactor inidisebut PFR.
Reaktor jenis ini ditandai dengan adanya aliran fluida di dalam
reactor tanpa adanya pencampuran dengan pengadukan atau difusi
dari satu senyawa dengan senyawa lain. Kondisi yang perlu
diperhatikan dalam PFR adalah waktu tinggal senyawa didalamnya
Kecepatan Aliran Kecepatan Perubahan A Kecepatan Aliran Akumulasi A
[ ]+[ ]− [ ]= [ ]
A Masuk Sistem karena Reaksi Sistem A Keluar Sistem dalam Sistem
FAIV – FAIV+ΔV + rA ΔV = 0
X
dX A
V = FA0 ∫
−rA
0
X
V dXA
=∫
FA0 −rA
0

(Levenspiel, 1999)

Model dan Komputasi Proses 5


REAKTOR CSTR

Gambar 2.2 Plug flow reaktor

 Continous Stirred Tank Reactor (CSTR)


Mixed reaktor, backmixed reactor atau CSTR sesuai dengan
namanya, dalam reactor ini terdapat pengadukan yang mencampur
dan membuat campurannya homogen. Oleh karena itu produk yang
keluar dari reactor ini memiliki komposisi yang sama dengan fluida
yang berada dalam reaktor.
Kecepatan Aliran Kecepatan Perubahan A Kecepatan Aliran Akumulasi A
[ ]+[ ]− [ ]= [ ]
A Masuk Sistem karena Reaksi Sistem A Keluar Sistem dalam Sistem
FA0 + rA V – FA = 0
FA0 – FA = - rA V
FA = FA0 (1- XA)
𝐹𝐴0 𝑋𝐴
𝑉=
(−𝑟𝐴 )𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑉 𝑋𝐴
=
𝐹𝐴0 (−𝑟𝐴 )𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
(Levenspiel, 1999).

Model dan Komputasi Proses 6


REAKTOR CSTR

Gambar 2.3 Continous stirred tank reaktor

2.1.2 Kondisi Operasi Reaktor


Reaksi kimia adalah perubahan unsur-unsur atau senyawa kimia
sehingga terbentuk senyawa kimia yang lain. Reaksi kimia melibatkan
perubahan dalam struktur molekul. Reaksi ini bisa menghasilkan
penggabungan molekul membentuk molekul yang lebih besar,
pembelahan molekul menjadi dua atau lebih molekul yang lebih kecil,
atau penataulangan atom-atom dalam molekul. Reaksi kimia selalu
melibatkan terbentuk atau terputusnya ikatan kimia (Wicaksono, 2013).
Reaksi kimia yang terjadi di dalam reaktor selalu menyesuaikan dengan
kondisi operasi reaktor, diantaranya;
 Reaksi adiabatis (Q = 0)
Merupakan reaksi dengan kondisi tidak adanya perpindahan
kalor dan adanya perbedaan suhu.
Pada reaktor batch tidak ada aliran yang masuk dan keluar
reaktor selama berlangsungnya proses. Energi yang masuk dalam
reaktor merupakan panas dari sekeliling yang masuk dalam sistem,
sedangkan akumulasi energi dalam reaktor berasal dari panas reaksi
serta dari enthalpi produk hasil reaksi. Dalam reaktor batch

Model dan Komputasi Proses 7


REAKTOR CSTR

adiabatic nilai dari Q dan W = 0. Sehingga, secara umum persamaan


neraca panas untuk reaktor batch adiabatic adalah sebagai berikut :
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑔
[ ]−[ ]+[ ]
𝑘𝑒 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑑𝑙𝑚 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑔 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
−[ ]+[ ]= [ ]
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑙𝑚 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑑𝑙𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
NR
dT
Q̇ = 0 → ρm Cp VR = VR ∑[(−∆γ Hk )γVr k ]
dt
k=1

(Fogler, 2004)
Dengan,
ni = mol reaktan dan produk hasil reaksi
Cpi = kapasitas panas reaktan dan produk hasil reaksi
Pada reaktor CSTR terdapat pengadukan yang mencampur
dan membuat campurannya homogen. Oleh karena itu produk yang
keluar dari reactor ini memiliki komposisi yang sama dengan fluida
yang berada dalam reaktor. Energi yang masuk dalam reaktor
merupakan panas dari sekeliling yang masuk dalam sistem,
sedangkan akumulasi energi dalam reaktor berasal dari panas reaksi
serta dari enthalpi produk hasil reaksi. Dalam reaktor CSTR
adiabatic nilai dari Q dan W = 0. Sehingga, secara umum persamaan
neraca panas untuk reaktor CSTR adiabatic adalah sebagai berikut :

0
(−∆r H 0 )y 0 j Xj
T= T + 0 0
|Vj | ∑N
i=1 yi cpi + ∆Cp yj X j

Pada Reaktor PFR, reaktor jenis ini ditandai dengan adanya


aliran fluida di dalam reactor tanpa adanya pencampuran dengan
pengadukan atau difusi dari satu senyawa dengan senyawa lain.
Dalam PFR adiabatic nilai dari Q dan W = 0. Sehingga, secara
umum persamaan neraca panas untuk reaktor PFR adiabatic adalah
sebagai berikut :
𝑑𝑇 𝜋𝑑𝑅2 𝐹𝑗0 (−∆𝐻𝑟 ) 𝑑𝑋𝑗
= [(−∆𝐻 )𝑟 ]
𝑟 𝑉 =
𝑑𝑧 4𝐹 0 ̅̅̅̅̅
0
𝑐𝑝𝑀 |𝑣𝑗 |𝐹 0 ̅̅̅̅̅
0
𝑐𝑝𝑀 𝑑𝑧

Model dan Komputasi Proses 8


REAKTOR CSTR

 Reaksi non adiabatis (Q ≠ 0)


Merupakan reaksi dimana kondisi operasi suhunya tidak
dijaga konstan sehingga adanya perubahan suhu dan adanya
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau dari lingkungan ke
sistem. Untuk mengendalikan kondisi operasi tersebut, pada desain
reactor dilengkapi dengan jaket pendingin atau pemanas.
Pada Reaktor Batch
NR
dT
ρm cP VR = 0 → VR ∑(−∆r Hk )rV,k = Q̇
dt
k=1

Pada Reaktor CSTR


𝑁𝑅 𝑁
𝑑𝑇 ̅̅̅̅
𝜌𝑚 𝑐𝑝 𝑉𝑅 = 𝑉𝑅 ∑(−∆𝑟 𝐻𝑘 )𝛾𝑉,𝑘 + ∑ 𝐹𝑖0 (𝐻 0 ̅̅̅
𝑖 − 𝐻𝑖 ) + 𝑄
̇
𝑑𝑡
𝑘=1 𝑖=1

Pada Reaktor PFR


𝑑𝑇 4𝑘 4𝜔
= 0 = [(−∆𝐻𝑟 )𝑟𝑉 + (𝑇𝑒 − 𝑇)] → (−∆𝐻𝑟 )𝑟𝑉 = − (𝑇 − 𝑇)
𝑑𝑧 𝑑𝑅 𝑑𝑅 𝑒
(Bernaum, 2016).

2.1.3 Panas Reaksi


Berdasarkan entalpi atau panas yang dihasilkan atau diserap
dalam sebuah reaksi, dibagi menjadi dua yaitu :
 Reaksi eksotermis
Merupakan reaksi dimana akan terjadinya perpindahan kalor
dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi tersebut menghasilkan
panas, sehingga nilai delta entalpinya (∆H) negatif. Contohnya :
CaO(s) + CO2 (g) → CaCO3(s) ∆H = - 178.5 kJ/mol
 Reaksi endotermis
Merupakan reaksi dimana akan terjadi perpindahan kalor
dari lingkungan ke system atau pada reaksi yang terjadi
membutuhkan panas, sehingga nilai delta entalpinya (∆H) positif.
Contohnya :

Model dan Komputasi Proses 9


REAKTOR CSTR

(CH3)2CHOH(g) → CH3COCH3(g)+ H2(g) ∆H = + 54,89 kJ/mol


Dalam reaksi yang disimulasikan merupakan reaksi
endotermis dimana proses reaksi utama membutuhkan panas atau
dapat menyerap panas dari lingkungan dengan nilai ∆H = 54,89
kJ/mol di reaksi utama dan ΔH = 50,51 kJ/mol di reaksi samping,
dengan perhitungan seperti berikut :
Reaksi utama
∆H reaksi = ∆H produk- ∆H reaktan
= (∆Hof298CH3COCH3(g)- (∆Hof298(CH3)2CHOH(g))
= ( -217.71+272.6) kJ/mol
= 54,89 kJ/mol
Reaksi samping
ΔHf = ΔHf H2 + ΔHf CH3COCH3- ΔHf (CH3)2CHOH
= (-241.8+19.71+272.6) kJ/mole
= 50,51 kJ/mol

2.1.4 Jenis Reaksi


Dalam sebuah reaksi hampir tidak mungkin ditemukan bahwa
reaksi akan bergerak ke arah 1 produk saja namun akan terdapat reaksi
samping atau produk samping dari sebuah reaksi. Produk samping yang
terbentuk dapat terjadi melalui reaksi parallel atau reaksi seri. Reaksi
parallel adalah reaksi di mana reaktan akan bergerak ke 2 arah reaksi
yang berbeda seperti
AB
AC
Reaksi seri adalah reaksi dimana produk yang dihasilkan akan
mengalami reaksi lebih lanjut dan berubah menjadi produk lain (Fogler,
2004). Reaksi seri digambarkan sebagai berikut
ABC
Dalam simulasi kali ini digunakan jenis reaksi parallel di mana
reaktan isopropanol bergerak ke dua reaksi yang berbeda yaitu

Model dan Komputasi Proses 10


REAKTOR CSTR

(CH3)2CHOH(g)CH3COCH3(g)+ H2(g)
(CH3)2CHOH(g)CH3CH=CH2(g) + H2O(g)

2.1.5 Jenis Proses


Berdasarkan jenis reaktannya, reaksi dibagi menjadi 2 yaitu
monomolecular dan bimolecular. Monomolecular merupakan reaksi
yang melibatkan satu jenis molekul reaktan. Selain itu molekul tunggal
saling bertumbukan menjadi susunan molekul baru. Contoh: reaksi
dehidrogenisasi, dekomposisi, cracking, polimerisasi kondensasi.
Bimolekular merupakan reaksi yang melibatkan 2 jenis molekul reaktan
yang berbeda atau sama bergabung menghasilkan satu atau sejumlah
molekul produk. Contoh : reaksi reaksi asosiasi (kebalikan dari reaksi
dekomposisi). Dalam reaksi yang disimulasikan yaitu bersifat
monomolecular karena hanya ada 1 jenis reaktan yaitu isopropyl seperti
reaksi dibawah ini :
(CH3)2CHOH(g)CH3COCH3(g)+ H2(g)
(CH3)2CHOH(g)CH3CH=CH2(g) + H2O(g)

2.1.6 Arah Reaksi


Konstanta keseimbangan merupakan indicator dari arah suatu
reaksi. Ada 2 jenis arah reaksi yaitu irreversible dan reversible. Reaksi
irreversible adalah reaksi 1 arah dimana reaksi bergerak dari reaktan ke
arah produk sedangkan reaksi reversible adalah reaksi 2 arah di mana
reaksi dapat bergerak dari reaktan ke arah produk atau sebaliknya.
Dalam reaksi reversible biasanya dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan
komposisi dari senyawa yang terlibat dalam reaksi (Smith, et al., 2001).
Dalam simulasi ini digunakan reaksi irreversible yaitu
(CH3)2CHOH (CH3)2CO + H2
Reaksi tersebut dikatakan irreversible karena memiliki harga
konstanta keseimbangan yang sangat besar yaitu 11,274 di reaksi utama
dan 1,899 di reaksi samping.

Model dan Komputasi Proses 11


REAKTOR CSTR

Reaksi utama

∆Go Reaksi Utama = ∆Go produk - ∆Go reaktan

= -153,15 + 173,5
= 20,35 kJ/mol

∆Go = -RT ln K

ln K = -∆Go / RT

= -20,35 kJ/mol / (8,314 kJ/kmol K × 298 K)


K = 11,274 irreversible
Reaksi samping

∆Go Reaksi Samping = ∆Go produk - ∆Go reaktan

= 62,2 – 237,129 + 173,5


= -1,429 kJ/mol

∆Go = -RT ln K

ln K = -∆Go / RT

= 1,429 kJ/mol / (8,314 kJ/kmol K × 298 K)


K = 1,899 irreversible

2.2 Studi Kasus


2.2.1 Deskripsi Proses
Reaksi monomolekuler merupakan reaksi berlangsung dengan
molekul reaktan yang sama. Sebagai contoh adalah reaksi polimerisasi
kondensasi, dekomposisi, dan dehidrogenasi (cracking).
Reaksi paralel merupakan reaksi dimana suatu reaktan akan
menghasilkan produk yang berbeda, sehingga ada selektivitas reaktan
untuk menghasilkan produk yang satu terhadap yang lain.
Salah satu pembuatan aseton adalah dengan reaksi
dehidrogenasi isopropyl alkohol :
(CH3)2CHOH(g)CH3COCH3(g)+ H2(g)

Model dan Komputasi Proses 12


REAKTOR CSTR

Reaksi dekomposisi ini juga menimbulkan reaksi samping


sebagai berikut:
(CH3)2CHOH(g)CH3CH=CH2(g) + H2O(g)
(Yuliani, 2014)
Reaksi pembentukan Aseton ini adalah reaksi irreversible.
Reaksi irreversible adalah adalah reaksi 1 arah dimana reaksi bergerak
dari reaktan ke arah produk sedangkan reaksi.
Reaksi endotermis endotermis adalah reaksi yang menyerap
panas dari lingkungan ke dalam reaksi. Dan untuk kondisi operasinya
adalah Non – Adiabatis.
Non – Adiabatis adalah reaksi di mana tidak ada perpindahan
panas dari reaksi ke lingkungan (Smith, et al., 2001).

2.2.2 Reaktor Pembentukan Aseton


Reaksi pembentukan aseton dengan proses degidrogenasi senyawa
isopropanol dengan kondisi operasi:
 Suhu operasi: 350oC atau 623 K (Yuliani, 2014).
 Reaksinya monomolekuler, parallel, bersifat endotermis dan
irreversible.
 Reaktor beroperasi dengan kondisi nonadiabatis dan isotermal
(adanya perpindahan kalor).
 Areaksi samping (fakor tumbukan) = 9,9536 x 10-12
 Eareaksi samping (Energi Aktivasi) = 29985,2724
 Areaksi utama (fakor tumbukan) = 0,1688 x 10-2
 Eareaksi utama (Energi Aktivasi) = 105310,9438
(Lokras,1970)

2.2.3 Tinjauan Termodinamika


Tinjauan secara termodinamika ditujukan untuk mengetahui
sifat reaksi (endotermis/eksotermis) dan arah reaksi (reversible /
irreversible).

Model dan Komputasi Proses 13


REAKTOR CSTR

Reaksi utama: (CH3)2CHOH(g)CH3COCH3(g)+ H2(g)


∆H reaksi = ∆H produk- ∆H reaktan
= (∆Hof298CH3COCH3(g)- (∆Hof298(CH3)2CHOH(g))
= ( -217.71+272.6) kJ/mol
= 54,89 kJ/mol
Dengan demikian reaksi yang berlangsung adalah reaksi
endotermis yang menghasilkan panas.
Reaksi Samping : CH3)2CHOH(g)CH3CH=CH2(g) + H2O(g)
ΔHf (CH3)2CHOH(g) = -272.6 kJ/mol
ΔHfH2O(g) = -241,8 kJ/mol
ΔHfC3H6 (g) = 19.71 kJ/mol
ΔHf = ΔHf H2 + ΔHf CH3COCH3- ΔHf (CH3)2CHOH
= (-241.8+19.71+272.6) kJ/mole
= 50,51 kJ/mol

∆Go Reaksi Utama = ∆Go produk - ∆Go reaktan

= -153,15 + 173,5
= 20,35 kJ/mol

∆Go = -RT ln K

ln K = -∆Go / RT

= -20,35 kJ/mol / (8,314 kJ/kmol K × 298 K)


K = 11,274
K2 ∆Hᵒ298 1 1
ln
K1
=-
R
(T − T′
)
K623 54,89 1 1
ln =- ( − )
11,274 8,314 623 298

K = 11,405 irreversible

∆Go Reaksi Samping = ∆Go produk - ∆Go reaktan

= 62,2 – 237,129 + 173,5


= -1,429 kJ/mol

Model dan Komputasi Proses 14


REAKTOR CSTR

∆Go = -RT ln K

ln K = -∆Go / RT

= 1,429 kJ/mol / (8,314 kJ/kmol K × 298 K)


K = 1,889
K2 ∆Hᵒ298 1 1
ln
K1
=-
R
(T − T′
)
K623 50,51 1 1
ln =- ( − )
1,889 8,314 623 298

K = 1,909 irreversible
Karena harga kosntanta kesetimbangan lebih besar dari 1, maka
reaksi berlangsung secara searah (irreversible).
(Yaws, 1999).

2.2.4 Tinjauan Kinetika


Tinjauan secara kinetika dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh perubahan suhu terhadap kecepatan reaksi. Secara kinetika,
reaksi pembentukan asam asetat merupakan reaksi orde dua dengan
persamaan kecepatan reaksi sebagai berikut :
Reaksi utama: (CH3)2CHOH(g)CH3COCH3(g)+ H2(g)
Reaksi samping: (CH3)2CHOH(g)CH3CH=CH2(g) + H2O(g)
Laju reaksi: -rA = k1.CA+ k2.CA
dimana :
CA = konsentrasi etilen
k1 = konstanta kecepatan reaksi utama
k2 = konstanta kecepatan reaksi samping
Menurut persamaan Arhenius :
k = A e-E/RT
Dalam hubungan ini :
k = konstanta kecepatan reaksi
A = factor frekuensi tumbukan
E/R = faktor energy aktivasi/tetapan gas ideal

Model dan Komputasi Proses 15


REAKTOR CSTR

T = temperature mutlak
kreaksi utama = A e-E/RT
= 0,1688 × 10-2 × exp(-2688,7/623)
= 13,989
kreaksi samping = A e-E/RT
= 9,9536 × 10-12 × exp(-12666,7/623)
= 2,87 ×10-5
(Lokras, 1970).
Dari persamaan Arhenius, diketahui bahwa dengan
bertambahnya suhu reaksi maka akan memperbesar harga konstanta
kecepata reaksi (k), yang berarti mempercepat kecepatan reaksinya.

Model dan Komputasi Proses 16


REAKTOR CSTR

BAB III
METODE PENYELESAIAN

3.1 Permodelan
Simulasi dan perancangan reaktor yang akan dibuat adalah CSTR
(Continuous Stirred Tank Reactor), non-adiabatis dari reaksi yang bersifat
irreversible, endotermis, monomolecular dan reaksi paralel. Suhu reaktor dijaga
dengan cara menambahkan pemanas.

FAO

T
Ta1 T
X X

Ta2

Gambar 3.1 Permodelan reaktor CSTR dengan jaket pendingin

Reaksi 1:
k1
(CH3)2CHOH(g)CH3COCH3(g)+ H2(g)
A→ B+ C
Reaksi 2:
k2
(CH3)2CHOH(g)CH3CH=CH2(g) + H2O(g)
A→D+E

Model dan Komputasi Proses 17


REAKTOR CSTR

3.2 Algoritma Penyelesaian


Neraca massa CSTR :
Kecepatan aliran Kecepatan perubahan kecepatan aliran 𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝐴
[ ]+[ ]−[ ]= [ ]
A masuk sistem A dalam sistem A keluar sistem 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
−𝐹𝐴 + 𝐹𝐴𝑜 + (−𝑟𝐴 𝑣) = 0
𝐹𝐴 − 𝐹𝐴𝑜 = −𝑟𝐴 𝑉
−𝐹𝐴𝑜 (1 − 𝑋𝐴 ) + 𝐹𝐴𝑜 = −𝑟𝐴 𝑉
𝐹𝐴𝑜 𝑋𝐴 = −𝑟𝐴 𝑉
𝐹𝐴 𝑋𝐴
𝑉=
−𝑟𝐴
Laju reaksi :
a. −𝑟𝐴 = 𝑘1 . 𝐶𝐴 + 𝑘2 . 𝐶𝐴
Persamaan diubah menjadi :
𝑑𝐶𝐴
= −𝑘1 . 𝐶𝐴 − 𝑘2 . 𝐶𝐴
𝑑𝑡

b. 𝑟𝐵 = 𝑘1 . 𝐶𝐴 + 𝑘2 . 𝐶𝐴
Persamaan diubah menjadi
𝑑𝐶𝐵
= 𝑘1 . 𝐶𝐴 + 𝑘2 . 𝐶𝐴
𝑑𝑡

c. 𝑟𝐶 = 𝑘1 . 𝐶𝐴
Persamaan diubah menjadi
𝑑𝐶𝐶
= 𝑘1 . 𝐶𝐴
𝑑𝑡

d. 𝑟𝐷 = 𝑘2 . 𝐶𝐴
Persamaan diubah menjadi
𝑑𝐶𝐷
= 𝑘2 . 𝐶𝐴
𝑑𝑡

Model dan Komputasi Proses 18


REAKTOR CSTR

Stoikiometri :
Jika Spesies A (Isopropyl) dianggap sebagai pereaktan pembatas, maka
stoikiometri untuk setiap spesies pada fase gas:
Tabel 3.1 Persamaan stoikiometri
Perubahan Perubahan
Umpan Arus Keluar
dalam dalam
Spesies Masuk Reaktor Reaktor
Reaksi 1 Reaksi 2
(mol/waktu) (mol/waktu)
(mol/waktu) (mol/waktu)
A FA0 - FA0Xa1 - FA0Xa2 FA = FA0(1-Xa1-Xa2)
𝑏 - 𝑏
B FB0 = 𝜃𝐵 FA0 FA0Xa1 FB = FA0(𝜃𝐵 + 𝑎 Xa1)
𝑎
𝑐 𝑐
C FC0 = 𝜃𝐶 FA0 FA0Xa1 - FC = FA0(𝜃𝐶 + 𝑎 Xa1)
𝑎
𝑑 𝑑
D FD0 = 𝜃𝐷 FA0 - FA0Xa2 FD = FA0(𝜃𝐷 + Xa2)
𝑎
𝑎
𝑒 𝑒
E FE0 = 𝜃𝐸 FA0 - 𝑎
FA0Xa2 FE = FA0(𝜃𝐷 + Xa2)
𝑎

𝐹𝐴 𝐹𝐴𝑜 (1−𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 )


𝐶𝐴 = = (1)
𝑣 𝑣
𝑃 𝑇
𝑣 = 𝑣𝑜(1 + 𝜀. 𝑋𝐴 ). 𝑃0 . 𝑇 (2) (Fase Gas)
0

Karena perubahan tekanan dianggap kecil dan suhu reactor dengan


keluar sama, maka
𝑣 = 𝑣𝑜(1 + 𝜀. 𝑋𝐴 ) (3)
𝐶𝐵0 = 𝐶𝐶0 = 𝐶𝐷0 = 𝐶𝐸0 = 0 (4)
Jika:
𝑦𝐴0 = 0,99 (Kemurnian Reaktan Isopropyl 99%)
𝛿 = 1+1−1=1
𝜀 = 𝑦𝐴0 𝛿 = 0,99.1
𝜀 = 0,99
Persamaan (3) disubstitusikan ke persamaan (1), menjadi
𝐹𝐴𝑜 (1−𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 ) 𝐶𝐴𝑜 (1−𝑋𝑎2 −𝑋𝑎2 )
𝐶𝐴 = = (5)
𝑣𝑜(1+𝜀.𝑋𝐴 ) (1+𝜀.𝑋𝐴 )

Persamaan (4) disubtitusikan ke persamaan (5) masing-masing spesies menjadi :

Model dan Komputasi Proses 19


REAKTOR CSTR

(1 − 𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 )
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0
(1 + 0,99𝑋𝐴 )
𝐶𝐵
− 𝑋𝐴
𝐶𝐵 = 𝐶𝐴0 ( 𝐶𝐴 )
1 + 0,99𝑋𝐴

𝐶𝐶
𝐶𝐴 + 𝑋𝐴
𝐶𝐶 = 𝐶𝐴0 ( )
1 + 0,99𝑋𝐼

𝐶𝐷
𝐶𝐴 + 𝑋𝐴
𝐶𝐷 = 𝐶𝐴0 ( )
1 + 0,99𝑋𝐴

𝐶𝐸
𝐶𝐴 + 𝑋𝐴
𝐶𝐸 = 𝐶𝐴0 ( )
1 + 0,99𝑋𝐴

Kombinasi
−𝑟𝐴 = 𝑘1𝐶𝐴 + 𝑘2𝐶𝐴
(1 − 𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 ) (1 − 𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 )
−𝑟𝐴 = 𝑘1. 𝐶𝐴0 + 𝑘2𝐶𝐴0
(1 + 𝜀𝑋𝐴 ) (1 + 𝜀𝑋𝐴 )
𝐹𝐴𝑜 𝑋𝐴
𝑉=
(1 − 𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 ) (1 − 𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 )
𝑘1. 𝐶𝐴0 + 𝑘2𝐶𝐴0
(1 + 0,99𝑋𝐴 ) (1 + 0,99𝑋𝐴 )
5. 𝑋𝐴
𝑉=
(1 − 𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 ) (1 − 𝑋𝑎1 −𝑋𝑎2 )
5,85. 𝐶𝐴0 + 0,25𝐶𝐴0
(1 + 0,99𝑋𝐴 ) (1 + 0,99𝑋𝐴 )
Neraca Energi CSTR:
𝑇 ̇ 𝑇
̇ ̇ 0 (𝑇 )
𝑄 − 𝑊𝑠 − 𝐹𝐴𝑂 ∫ ∑ 𝜃𝑖 𝐶𝑝𝑖 𝑑𝑇 + [∆𝐻𝑟𝑥 𝑅 + ∫ ∆𝐶𝑃 𝑑𝑇] [𝑟𝐴 𝑉] = 0
𝑇0 𝑇𝑅
𝑛

𝑄̇ − 𝑊̇𝑠 − ̇ 𝐹𝐴𝑂 ∑ 𝜃𝑖 𝐶𝑝𝑖 (𝑇 − 𝑇0 ) + [∆𝐻𝑟𝑥


0 (𝑇 )
𝑅 + ∆𝐶𝑃 (𝑇 − 𝑇𝑅 ) ][𝑟𝐴 𝑉] = 0
𝑖=1

Jika :
Q = 𝑈𝐴 (𝑇𝑎 − 𝑇) karena non-adiabatis
Ws = 0 karena kerja pengaduk kecil

Model dan Komputasi Proses 20


REAKTOR CSTR

Maka :
FAO XA
UA(Ta-T) - FA0 ∑ni=1 θi Cpi (T − T0 ) + [∆HRX (TR ) + ∆Cp T − ∆Cp TR )][rA . −rA
]=0

UA.Ta - UA.T - FA0 ∑ni=1 θi Cpi T + FAO ∑ni=1 θi Cpi T0 + FA0 X A ∆HRX
0
TR −
FA0 XA ∆Cp T + FA0 XA ∆Cp T R = 0

-UA.Ta- FA0 ∑ni=1 θi Cpi T − FA0 X A ∆Cp T + UA. Ta + FAO ∑ni=1 θi Cpi T0 +
0
FA0 XA ∆Cp T R (∆Cp − ∆HRX ) T ( UA + FA0 ∑ni=1 θi Cpi + FA0 X A ∆Cp ) = UA. Ta +
FAO ∑ni=1 θi Cpi T0 + FA0 X A T R (∆Cp − ∆HRX
0
)

UA Ta + FAO ∑ni=1 θi Cpi T0 + FA0 XA T R (∆Cp − ∆H0RX )


T= ∶ FA0
UA + FAO ∑ni=1 θi Cpi + FA0 XA ∆Cp
𝑈𝐴 0
∑n
FA0 Ta + i=1 θi Cpi T0 + XA T R (∆Cp − ∆HRX )
T=
𝑈𝐴
∑n
FA0 + i=1 θi Cpi + XA ∆Cp
Dimana jika ada 2 reaksi :
- r1A = k1.CA
r2A = k2.CA
maka,
𝑃𝑉 𝑧𝑁𝑅𝑇
=
𝑃0 𝑉0 𝑧0 𝑁0 𝑅 𝑇0
𝑃0 𝑧 𝑁 𝑇
𝑉 = 𝑉0
𝑃 𝑧0 𝑁0 𝑇0
𝑇 𝑁𝑇0 ( 1 + 𝜀1 𝑋𝐴1 + 𝜀2 𝑋𝐴2 )
𝑉 = 𝑉0
𝑇0 𝑁𝑇0
𝑇
𝑉 = 𝑉0 ( 1 + 𝜀1 𝑋𝐴1 + 𝜀2 𝑋𝐴2 )
𝑇0
𝐹𝑇0 = 𝐹𝐴0 + 𝐹𝐵0 + 𝐹𝐶𝑂 +𝐹𝐷0 + 𝐹𝐸0
𝐹𝐴0
𝑦𝐴0 =
𝐹𝑇0

Model dan Komputasi Proses 21


REAKTOR CSTR

3.3 Logika Pemrograman

CSTR

Mencari Parameter yang diperlukan dari Studi


Pustaka/Literatur

Reaksi fase gas, paralel, monomolekular


A B+C
A D+E

𝐹𝐴0 𝑋𝐴
Neraca Massa = 𝑉 =
−𝑟𝐴

Kecepatan reaksi =−𝑟𝐴 = 𝑘1 . 𝐶𝐴 + 𝑘2 . 𝐶𝐴


1−𝑋𝐴
Stokiometri = 𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 ( )
1+𝑋𝐴

Kombinasi=
𝐹𝐴𝑜 𝑋𝐴
𝑉=
(1 − 𝑋𝐴 ) (1 − 𝑋𝐴 )
𝑘1. 𝐶𝐴0 + 𝑘2𝐶𝐴0
(1 + 0,99𝑋𝐴 ) (1 + 0,99𝑋𝐴 )

Didapat nilai V pada X tertentu

Didapat grafik hubungan V terhadap X pada range tertentu

X ditentukan T dihitung

UA Ta + Vr1A ∆HRX1A (TR ) + Vr2A ∆HRX2A (TR ) − VrA ∆Cp (TR ) + FA0 ∑n1 θi Cpi To
𝑇=
̂ + FA0 ∑n1 θiCpi
UA − VrA ∆Cp

T didapat dari X tertentu

Didapat Hubungan T vs X pada range


terntentu

Gambar 3. 2 Logika pemograman

Model dan Komputasi Proses 22


REAKTOR CSTR

3.4 Bahasa Pemrograman


clear
clc

disp(' TUGAS BESAR PRAKTIKUM MODEL DAN


KOMPUTASI PROSES')
disp(' Perancangan dan Simulasi Reaktor CSTR Non Adiabatis untuk
Reaksi')
disp(' Dehidrogenasi Isopropanol menjadi Aseton')
disp(' Menggunakan Program Scilab 5.5.2.')
disp(' ')
disp(' Disusun Oleh : ')
disp(' ')
disp(' Asif Widodo Zardani NIM. 21030115130125')
disp(' Sie Cinthia Melinda NIM. 21030115120091')
disp(' ')
disp(' ')
disp(' ')
disp(' LABORATORIUM KOMPUTASI PROSES')
disp(' DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS
TEKNIK')
disp(' UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG')
disp(' 2017')
disp(' ')
disp(' ')

book=readxls('C:\database\databasekita.xls')//memanggil data dari file excel


work=book(1)//memanggil data dari file excel di sheet 1
senyawa=work(:,2)//memanggil semua data di pada kolom 1 sheet 1

Model dan Komputasi Proses 23


REAKTOR CSTR

//INPUT Jumlah Komponen dalam Reaksi


//membuat dialogbook
i=0
n=1
while n<>0
i=i+1
komponen=x_choose(senyawa,'Pilih Reaktan :','Selesai')//memilih
komponen menggunakan perintah x_choose
n=komponen
komp(i)=n
text=['Koefisien pada reaksi 1= ';'Koefisienpada reaksi 2= ']
if n<>0 then
koef(:,i)=evstr(x_mdialog('Koefisien reaksi',text,['0';'0']))//mengisi nilai
koefisien dengan perintah x_mdialog dan mengubah dari bentuk string ke
angka dengan perintah evstr
else break
end
end

komp=komp(1:i-1)
koef1=(koef(1,:))'//ditranspose
koef2=(koef(2,:))'
//disp(komp)
TO=623//K
Trx=298//K
//disp(komp)

//Mengambil data Cp dan BM sesuai komponen yang dipilih sebelumnya


C1=work(komp,5)//memanggil nilai A untuk Cp
C2=work(komp,6)
C3=work(komp,7)

Model dan Komputasi Proses 24


REAKTOR CSTR

C4=work(komp,8)
C5=work(komp,9)
H=work(komp,14)
G=work(komp,18)
//disp(C1)

//mencari jumlah nilai A B C D E reaksi 1


dC1a=sum(koef1.*C1)
dC2a=sum(koef1.*C2)
dC3a=sum(koef1.*C3)
dC4a=sum(koef1.*C4)
dC5a=sum(koef1.*C5)
//disp(dC5a,dC4a,dC3a,dC2a,dC1a)

//mencari jumlah nilai A B C D E reaksi 2


dC1b=sum(koef2.*C1)
dC2b=sum(koef2.*C2)
dC3b=sum(koef2.*C3)
dC4b=sum(koef2.*C4)
dC5b=sum(koef2.*C5)
//disp(dC5b,dC4b,dC3b,dC2b,dC1b)

//delta A B C D E reaksi 1 dan 2


dcpA=((6*C1(2))+(6*C1(3))-(6*C1(1)))+(C1(4)+(3*C1(5))-(6*C1(2)))
dcpB=((6*C2(2))+(6*C2(3))-(6*C2(1)))+(C2(4)+(3*C2(5))-(6*C2(2)))
dcpC=((6*C3(2))+(6*C3(3))-(6*C3(1)))+(C3(4)+(3*C3(5))-(6*C3(2)))
dcpD=((6*C4(2))+(6*C4(3))-(6*C4(1)))+(C4(4)+(3*C4(5))-(6*C4(2)))
dcpE=((6*C5(2))+(6*C5(3))-(6*C5(1)))+(C5(4)+(3*C5(5))-(6*C5(2)))

dH1=sum(koef1.*H)
dH2=sum(koef2.*H)

Model dan Komputasi Proses 25


REAKTOR CSTR

dG1=sum(koef1.*G)
dG2=sum(koef2.*G)
dHf=dH1+dH2

//mol sisa
konversi=0.9
iso=1000//mol
selekt=0.9
As=-iso*konversi
Bs=(As*konversi*selekt)
Cs=iso*konversi
Ds=-Bs/6
Es=-Bs/2
ns=[As;Bs;Cs;Ds;Es]
nr=[iso;0;0;0;0]
//disp(ns)

//delta ABCDE reaktan + produk


pAna=C1.*ns
pBna=C2.*ns
pCna=C3.*ns
pDna=C4.*ns
pEna=C5.*ns
dAp=sum(pAna)
dBp=sum(pBna)
dCp=sum(pCna)
dDp=sum(pDna)
dEp=sum(pEna)

//mencari nilai XA vs T dengan fungsi AAP (tujuan 1)


function y=suhu(T)

Model dan Komputasi Proses 26


REAKTOR CSTR

T0=623//K
TR=298//K
TA=303//K
fao=1000//mol/menit
UA=2937
XA=[0.05:0.05:0.9]
for i=1:18
y(i)=(UA*(T0-TA))+(((dHf+(((dAp)*((T0-T(i))))+((dBp/2)*(((T0-
T(i)))^2))+((dCp/3)*(((T0-T(i)))^3))+((dDp/4)*(((T0-
T(i)))^4))+((dEp/5)*(((T0-T(i)))^5)))))*(fao*XA(i)))
end
endfunction
XA=[0.05:0.05:0.9]
Tguest=[623:-2:589]
T=fsolve(Tguest,suhu)
XA=XA'
TT=T'
disp('Hubungan T terhadap XA')
disp("=================================")
disp(' XA T(Kelvin)')
disp("=================================")
disp([XA TT])
disp("=================================")

//Menampilkan grafik 1
clf
subplot(221)
plot2d(XA,T,[2 3])
xtitle('Hubungan Konversi Reaksi terhadap Suhu Reaktor','Konversi','Suhu
Reaktor (K)')

Model dan Komputasi Proses 27


REAKTOR CSTR

//mencari nilai XA vs V dengan fungsi AAP (tujuan 2)


Tx=[T(2) T(6) T(10) T(14) T(18)]
function z=volume(Vol)
Tnol=623//suhu reaksi di reaktor (K)
Trks=298//suhu referensi (K)
epsi=0.99
fa0=1000//flow rate umpan A (mol/menit)
v0=100//volumetric flow rate (liter/menit)
ca0=fa0/v0
R=8.314//tetapan gas ideal (J/mol.K)
A1=0.1688*(10^-2)//faktor tumbukan disesuaikan
Ea1=105310.9438//energi aktivasi reaksi 1 (J/mol)disesuaikan
Xa=(0.1:0.2:0.9)//konversi yang diinginkan
for k=1:5
k1(k)=A1*(exp(-Ea1/R/T(k)))
//z(k)=(Xa(k)*fa0)-(Vol(k)*(k1(k)*ca0*(((1-Xa(k))/(1+(epsi*Xa(k)))))))
z(k)=(Xa(k)*fa0)-(Vol(k)*(k1(k)*ca0*(((1-Xa(k))/(1+(epsi*Xa(k)))))))
end
endfunction
Xa=(0.1:0.2:0.9)
//pv=nrt, v=nrt/p
Vol0=[0.003 0.003 0.003 0.003 0.003]
Vol=fsolve(Vol0,volume)
Xa=Xa'
VVV=Vol'
disp('Tabel Data Volume Reaktor dengan Konversi Reaksi :')
disp("=================================")
disp(" XA T(Kelvin) V(Liter)")
disp("=================================")
disp([Xa Tx' VVV])
disp("=================================")

Model dan Komputasi Proses 28


REAKTOR CSTR

//menampilkan grafik 2
subplot(222)
plot2d(Xa,VVV,[1 6])
xtitle('Hubungan Konversi Reaksi terhadap Volume
Reaktor','Konversi','Volume Reaktor (Liter)')

//mencari nilai Laju pendingin yang dibutuhkan (tujuan 3)


Ta=303//suhu coolant (K)
UA=2937//koefisien perpindahan panas dalam reaktor (J/jam.m2.K)
CpAir=75.55651588648//J/mol.K
T=622.88664
m=(UA*Ta)/(CpAir*(T-Ta))
disp(m,'Laju pendingin yang dibutuhkan =')

//mencari volume reaktor optimum (tujuan 4)


Vopt=Vol(5)
disp(Vopt,'Volume Reaktor Optimum(L)=')

Model dan Komputasi Proses 29


REAKTOR CSTR

BAB IV
HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Simulasi


4.2.1 Hubungan Konversi dengan Suhu (Kelvin)

Gambar 4.1 Deklarasi console scilab 5.5.2 grafik hubungan konversi


terhadap suhu

Model dan Komputasi Proses 30


REAKTOR CSTR

Gambar 4.2 Deklarasi console scilab 5.5.2 grafik hubungan konversi


dengan suhu

4.2.2 Hubungan Konversi dengan Volume (Liter)

Gambar 4.3 Deklarasi console scilab 5.5.2 grafik hubungan konversi


dengan volume

Model dan Komputasi Proses 31


REAKTOR CSTR

Gambar 4.4 Deklarasi console scilab 5.5.2 grafik hubungan konversi


dengan volume

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Konversi (Xa) terhadap Suhu Reaktor
Berdasarkan persamaan Suhu Reaktor pada RATB (Reaktor Alir
Tangki Berpengaduk) reaksi parallel :
𝑈𝐴 𝑇𝑎 + 𝑉𝑟1𝐴 ∆𝐻𝑅𝑋1𝐴 (𝑇𝑅 ) + 𝑉𝑟2𝐴 ∆𝐻𝑅𝑋2𝐴 (𝑇𝑅 ) − 𝑉𝑟𝐴 ∆𝐶𝑝 (𝑇𝑅 ) + 𝐹𝐴0 ∑𝑛1 𝜃𝑖 𝐶𝑝𝑖 𝑇𝑜
𝑇=
𝑈𝐴 − 𝑉𝑟𝐴 ∆𝐶𝑝̂ + 𝐹𝐴0 ∑𝑛1 𝜃𝑖𝐶𝑝𝑖

Dilakukan perhitungan suhu reaktor pada rentang 0,1-0,9


dengan range 0,05 menggunakan prinsip deklarasi Scilab AAP (Akar-
Akar Persamaan), Sehingga didapatkan hubungan Xa dengan T pada
rentang tersebut sesuai dengan tabel :
Tabel 4.1 Hubungan konversi terhadap suhu reaktor
XA T (Kelvin)
0,05 621,17371
0,1 622,07223
0,15 622,37585
0,2 622,52846
0,25 622,62028
0,3 622,6816

Model dan Komputasi Proses 32


REAKTOR CSTR

0,35 622,72546
0,4 622,784
0,45 622,80451
0,5 622,82129
0,55 622,83529
0,6 622,84713
0,65 622,84713
0,70 622,85729
0,75 622,86609
0,8 622,8738
0,85 622,88059
0,9 622,88664

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konversi, maka suhu


dalam reaktor semakin tinggi karena sifat reaksi dehidrogenasi isopropil
alkohol yang endotermis, sehingga produk yang dihasilkan dalam
proses pembentukan aseton adalah gas – gas panas yang mengandung
aseton, isopropil alkohol dan air (Bukhorudin, 2017). Suhu pada
konversi paling tinggi yaitu 0,9 adalah 622,89 K.

4.2.2 Hubungan Konversi (Xa) terhadap Volume Reaktor


Berdasarkan persamaan volume reaktor dan kecepatan reaksi
monomolekuler-parallel fase gas :
𝐹𝐴 𝑋𝐴
𝑉=
−𝑟𝐴
−𝑟𝐴 = 𝑘1𝐶𝐴 + 𝑘2𝐶𝐴
(1 − 𝑋𝐴 ) (1 − 𝑋𝐴 )
−𝑟𝐴 = 𝑘1. 𝐶𝐴0 + 𝑘2𝐶𝐴0
(1 + 𝜀𝑋𝐴 ) (1 + 𝜀𝑋𝐴 )
Dilakukan perhitungan volume reaktor pada rentang 0,1-0,9
dengan range 0,05 menggunakan prinsip deklarasi Scilab AAP (Akar-

Model dan Komputasi Proses 33


REAKTOR CSTR

Akar Persamaan), Sehingga didapatkan hubungan Xa dengan V pada


rentang tersebut sesuai dengan tabel :
Tabel 4.2 Hubungan konversi terhadap volume reaktor
XA T (Kelvin) V (Liter)
0,1 622,07223 13,346052
0,3 622,6816 40,032157
0,5 622,80451 66,718262
0,7 622,85729 93,404366
0,9 622,88664 120,09047

Hubungan yang didapatkan ialah semakin besar nilai konversi,


maka volume reaktor menjadi naik. Hal ini sesuai dengan persamaan
𝐹𝐴 𝑋𝐴
𝑉=
−𝑟𝐴
dimana volume berbanding lurus dengan konversi (Levenspiel,
1999). Volume pada konversi paling tinggi yaitu 0,9 adalah 120,09 lt.

Model dan Komputasi Proses 34


REAKTOR CSTR

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada perancangan dan simulasi reaktor cstr non adiabatis untuk reaksi
dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton menggunakan program scilab 5.5.2
diperoleh :
1. Volume reaktor pada konversi 0,95adalah 120,09 Liter.
2. Hubungan konversi terhadap volume reaktor adalah, semakin besar
konversi maka semakin besar pula volume reaktor.
3. Suhu reaktor pada konversi 0,9 adalah 622,89 K.
4. Hubungan konversi terhadap suhu reaktor adalah, semakin besar konversi,
maka suhu reaktor semakin naik karena sifat reaksinya ialah endotermis.

5.2 Saran
Perlu dilakukan perancangan dan simulasi reaktor dengan jenis reaktor
lain pada kondisi operasi sama agar dapat mengetahui jenis reaktor yang paling
tepat dan efisien pada reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton.

Model dan Komputasi Proses 35


REAKTOR CSTR

DAFTAR PUSTAKA

Bernaeum, Ark. 2016. Energy Balance on Chemical Reactors.


https://web.vscht.cz/~bernauem/ark/lectures/Chapter%206.pdf diakses
tanggal 1 November 2017.
Bukhorudin, Aditya. 2017. Perancangan Pabrik Aseton dengan Proses
Dehidrogenasi Isopropil Alkohol Kapasitas 15000 ton/tahun. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fogler. H Scout, 2004, Element of Chemical Reaction Engineering 3rded, India :
Prentice-Hall of India
FTI Institut Teknologi Bandung.2015. Fakultas Teknologi Industri Institut
Teknologi Bandung. http://usm.itb.ac.id/Prodi/130.htm diakses pada
tanggal 26 November pukul 21.00 WIB
Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia AKPRIND.2015. Teknik Kimia AKPRIND.
http://hmtk-akprind.blogspot.co.id/2013/05/apa-itu-teknik-kimia-dan-
pentingnya.html diakses pada tanggal 26 November 2015 pukul 21.00 WIB
Levenspiel, Octave.1999. Chemical Reaction Engineering 3st Edition. Newyork
:John Wiley & Sons, Inc.
Lokras, 1970. Catalytic Dehydrogenation of 2-Propanol to Acetone. India Institute
of Science. India.
Rosadi, Dedi. 2000. Link Sharing Policies Dalam Permodelan Jaringan Sistem
Telekomunikasi Modern Pengembangan Software Pendukung Analisis
Perfomansi. Universitas Gadjah Mada. Yogtakarta.
Sasongko, Budi Setia. 2010. Metode Numerik dengan Scilab.Yogyakarta : ANDI
Yogyakarta
Smith. J M et all. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic 6th
edition, Mc. Graw Hill Book Kogakusha Ltd, Tokyo
Teknik Kimia Universitas Indonesia.2011.Teknik Kimia Universitas Indonesia.
https://www.ui.ac.id/akademik/kelas-internasional/program-sarjana-
teknik-kimia-kki.html diakses pada tanggal 26 November 2015 pukul 21.00
WIB

Model dan Komputasi Proses 36


REAKTOR CSTR

Wicaksono, Hendra. 2013. Pembuatan Aseton dari Isopropil Alkohol.Palembang.


Politeknik Negeri Sriwijaya.
Yaws.1999. Makalah Industri Kimia Aseton. Medan : Universitas Sumatera Utara
Yuliani, Hadma. 2014. Analysis of Energy Sprectra and Wave Function of
Trigonometric Tensor Coupling Potential for Spin and Pseudospin
Symmetries using Romanovski Polynomial. IAIN. Palangkaraya.

Model dan Komputasi Proses 37


REAKTOR CSTR

Model dan Komputasi Proses A-1


REAKTOR CSTR

Model dan Komputasi Proses A-2


REAKTOR CSTR

Model dan Komputasi Proses A-3


REAKTOR CSTR

Model dan Komputasi Proses A-4


REAKTOR CSTR

Model dan Komputasi Proses A-5


TANGGAL TANDA TANGAN
NO KETERANGAN
DIPERIKSA ASISTEN
1 27 Okt 2017 ACC Judul TUBES

2 29 Okt 2017 P0 Bab I dan II


3 2 Nov 2017 P1 Bab I dan II
4 3 Nov 2017 P2 Bab I dan II

5 3 Nov 2017 ACC Bab I dan II


6 8 Nov 2017 ACC 3.1 dan 3.2
7 19 Nov 2017 P0 Bab III dan IV

8 20 Nov 2017 Asistensi langsung


9 22 Nov 2017 Asistensi langsung

B-1

Anda mungkin juga menyukai