PENDAHULUAN
Dewasa ini, semakin hari pencinta hewan kesayangan khususnya anjing dan kucing
semakin meningkat, dengan meningkatnya pecinta hewan kesayangan maka kesadaran akan
kesehatan hewan kesayangan juga semakin meningkat. Hal ini juga meningkatkan tuntutan
kemampuan seorang dokter hewan untuk bisa mengatasi masalah apapun yang terjadi pada
pasiennya. Salah satu penyakit yang dapat terjadi pada hewan kesayangan yaitu Kencing Batu
(Urolithiasis). Penyakit ini sering terjadi pada hewan peliharaan yang mengkonsumsi kalsium
tinggi namun minim konsumsi air. Keberadaan batu dapat menyebabkan hewan melakukan
buang air kecil dalam volume kecil namun sering, menyebabkan kencing darah kebiruan, atau
tidak mampu buang air kecil. Hewan yang mengalami batu kencing tentu akan mengalami
kesakitan dan harus segera ditindak lanjuti. Apabila sudah kronis, maka harus segera dilakukan
pembedahan.
1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja persiapan operasi cystotomy
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana teknik operasi cystotomy
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana perawatan pasca operasi cystotomy
1.4 Manfaat Penulisan
Penulis berharap paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan yang mengambil mata kuliah Bedah Khusus Veteriner, agar
memahami mengenai Cystotomy dan teknik pembedahnnya. Selain itu juga diharapkan paper
ini mampu menjadi referensi pembuatan paper lainnya dengan topik serupa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preoperasi
2.1.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan operasi adalah meja bedah,
meja sorong, alat pencukur rambut (Clipper dan Silet), scaple, arteri klem, gunting
ujung tumpul dan runcing, gunting bengkok, spuit, forcep, needle, needle holder
pinset anatomis, pinset sirurgis, drapping, Balfour Abdominal Retractor dan
stetoskop. Alat-alat tersebut dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian dikeringkan,
dan ditata di dalam wadah. Alat-alat tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain.
Peralatan yang sudah terbungkus kemudian dimasukkan di sterilisasi dengan suhu
100°C selama 60 menit.
Bahan yang digunakan adalah cat-gut, sarung tangan, benang nilon, tampon,
alkohol 70%, iodium tintur, aquades, NaCl fisiologis, Penisilin kristal, penisilin oil,
vitamin B kompleks, xylazin, ketamin dan atropin sulfat.
3
Gambar 2. Meja Bedah.
( Sumber : Internet )
4
Gambar 3. Adanya kalkuli pada Vesica Urinaria.
5
menentukan antibiotik bakteri yang paling sensitif terhadap bakteri tersebut. Setelah itu, Vesica
Urinaria ditutup yag dilanjutkan penutupan peritoneum, sisi dalam integument, dan terakhir
integument itu sendiri. Dinding abdomen ditutup berturut-turut dari linea alba.
Setelah dioperasi, hewan diberikan obat anti-inflamasi atau anti nyeri (Analgesik),
seperti fentanyl (2-5 mg/kg) dalam infus sangat efektif untuk mengurangi sakit selama
beberapa hari setelah operasi dan antibiotik juga diberikan sehari 3 kali selama 5 hari atau lebih
sampai tidak terjadi infeksi. Luka tempat insisi harus dijaga kebersihannya dengan memberikan
antiseptic setiap hari. Bila hewan tidak membaik setelah operasi atau mulai merasa buruk
seperti nafsu makan berkurang dan lesu segera lakukan pemeriksaan untuk menguatkan
diagnosa penyebab infeksi atau gangguan lainnya.
6
BAB III
PEMBAHASAN
a. Tahap pertama, posisikan hewan dengan posisi telentang (dorsal recumbency), kemudian
cukur semua rambut yang menghalangi sampai benar-benar bersih. Untuk hewan jantan,
pencukuran rambut yang ada pada daerah praeputium harus dilakukan dengan sangat hati-
hati. Selanjutnya dipasangi kain penutup operasi (drap).
Gambar 4. Posisikan pasien dalam posisi telentang (Dorsal Recumbency) pada kasus kucing
dengan obstruksi uretra berulang dan uroliths kalsium oksalat.
( Sumber :Pope, Eric R., 2016 )
7
b. Tahap kedua, lakukan insisi pada region abdomen secara bertahap sampai mencapai
bagian praeputium. Aplikasikan alat Balfour Abdominal Retractor untuk mempertahankan
posisi abdomen agar terbuka selalu selama pembedahan. Sebelum mengeluarkan
komponen abdomen, lapisi bagian luar dengan kasa laparotomi steril guna mencegah
terjadinya kontaminasi. Cari Vesica Urinaria, dan arahkan ke posisi menghadap operator.
Pastikan hewan sebelumnya berada dalam posisi sudah dipuasakan dengan waktu tertentu
guna mencegah terjadinya pengisian vesica urinaria selama pembedahan berlangsung.
Gambar 6. Alat Balfour Abdominal Retractor untuk mempertahankan posisi abdomen agar
terbuka selalu selama pembedahan.
( Sumber :Pope, Eric R., 2016 )
8
c. Tahap ketiga, insisi perlahan Vesica Urinaria dan lanjutkan dengan gunting Metzenbaum
Perluas sayatan dengan rapi pada bagian ventral Vesica Urinaria. Untuk luas insisi
tergantung dari besarnya kalkuli atau tumor.
A B
d. Tahap keempat, angkat semua benda asing (kalkuli) yang ada sampai benar-benar tuntas.
Jika dicurigai mengalami tumor, sampel dari dinding kandung kemih dapat dihilangkan
dan dikirim ke laboratorium untuk diteliti. Jika diduga infeksi, bagian dari dinding
kandung kemih dan sampel dari batu yang telah dikeluarkan yang disiapkan untuk dikultur
untuk mengetahui jenis bakteri dan kepekaan antibiotik. Apabila kandung kemih penuh
berisi urin perlu dilakukan aspirasi urin agar tidak tumpah kedalam rongga abdomen. Insisi
kandung kemih dibuka selanjutnya dilakukan sesuai dengan tujuan operasinya. Bilamana
9
ada kalkuli lakukan pengeluaran kalkuli seluruhnya. Kateterisasi perlu dilakukan dari
urethra untuk mendorong kalkuli masuk kedalam kandung kemih. Bilas kandung kemih
sampai bersih dengan menggunakan NaCl fisiologis.
Gambar 9. Pengangkatan kalkuli pada Vesica Urinaria. Bladder stone yang sudah
dikeluarkan dari kandung kemih (tanda panah).
( Sumber :Pope, Eric R., 2016 )
10
Gambar 11. Penjahitan pada daerah insisi cystotomy pada kandung kemih dengan pola
jahitan simple continous pattern.
( Sumber :Pope, Eric R., 2016 )
f. Tahap keenam, pastikan tidak ada lagi pendarahan, bersihkan darah yang masuk keruang
abdomen dengan kasa steril, lalu kemudian reposisi kembali semua komponen abdomen.
Selanjutnya dilakukan penutupan atau penjahitan peritoneum, sisi dalam integument, dan
terakhir integument itu sendiri. Dinding abdomen ditutup berturut-turut dari linea alba
dengan benang vicryl 2-0 dengan pola simple interrupted, jaringan subkutan dijahit dengan
simple continous menggunakan benang plain cat gut atau 2-0 dan kulit luar dijahit dengan
benang non absorble pola simple interrupted.
11
Gambar 13. Penjaitan luka.
( Sumber : I. U Khan, 2013 )
Pasca operasi cystotomy produksi urin hewan terus dimonitor dengan disertai
pemberian cairan infus Ringer Laktat. Analisis kalkuli perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya kalkuli ulangan. Jika hewan peliharaan mengalami batu di kandung kemih atau
uretra, maka perlu dilakukan diet. Diet bisa bervariasi berdasarkan jenis spesifik batu yang
terdapat dalam batu ginjal. Amati sayatan dua kali sehari jika terjadi kemerahan,
pembengkakan atau radang dari luka insisi. Terapi penunjang bisa diberikan untuk
mempercepat proses kesembuhan seperti membatasi gerak yang berlebihan untuk menjaga
jahitan tidak lepas. Perhatikan apakah terjadi perubahan warna pada urin serta pada saat hewan
buang air kecil tampaknya mudah atau sulit. Jika terjadi komplikasi, harus segera lakukan
tindakan. Jahitan pada kulit biasanya sudah bisa dibuka 7-14 hari setelah operasi.
Selain itu, diberikan obat anti-inflamasi atau anti nyeri (analgesik), seperti fentanyl (2-
5 mg/kg/jam) dalam infus sangat efektif untuk mengurangi sakit selama beberapa hari setelah
operasi dan antibiotik juga diberikan sehari 3 kali selama 5 hari atau lebih sampai tidak terjadi
infeksi. Seringkali dilakukan pemasangan kateter selama 4-5 hari. Luka tempat insisi harus
dijaga kebersihannya dengan memberikan antiseptika setiap hari.
Walaupun Vesica Urinaria strukturnya lemah, insisi pada Vesica Urinaria akan cepat
sembuh, dan kesembuhannya dapat mencapai 100% dalam 14-21 hari. Vesica Urinaria akan
membesar setelah prosedur cystotomy, hal ini terjadi karena adanya kombinasi regenerasi
ephitelial, sintesis dan remodeling jaringan luka, hipertropi dan proliferasi otot polos, dan
Vesica Urinaria yang meregang.
12
Dalam kasus yang jarang terjadi, setelah cystotomy kandung kemih mungkin dapat
mengalami kebocoran yang mengakibatkan urin masuk ke perut. Jika hal ini terjadi hewan
mungkin mulai merasa kurang nyaman dan menunjukan tanda-tanda berupa perut yang buncit.
Bila hewan mengalami hal tersebut dengan kondisi yang semakin buruk seperti nafsu makan
berkurang dan lesu segera lakukan pemeriksaan untuk menguatkan diagnosa penyebab
gangguan tersebut. Jika sudah bisa dipastikan bahwa kandung kemih bocor, maka bisa segera
dilakukan operasi untuk memperbaiki.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Kesembuhan dari cystotomy yang dilakukan tergantung dari individu hewan yang
dioperasi serta perawatan pascaoperasi yang dilakukan oleh client. Bila hewan tidak membaik
setelah operasi atau mulai merasa buruk seperti nafsu makan berkurang dan lesu segera lakukan
pemeriksaan untuk menguatkan diagnosa penyebab gangguan tersebut, agar hewan segera
mendapatkan pertolongan jika gangguan tersebut berasal dari operasi cystotomy sebelumnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Appel.S, Otto, Simon. J, Weese J.S. (2012). “Cystotomy practices and complications among
general small animal practitioners in Ontario, Canada”.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3280787/ (diakses pada 15 September
2018).
Armapal, H.P Aithal. 2012. Tube Cystotomy for the Management of Urolithiasis with Phalitis
in Two Dogs. Indian Veterinary Research Institute, Izatnagar-243122 (UP), India.
Brun, M.V.,Oliveira,S.T., Messina,S.A., Stedile,R., Oliveira R.P.. 2008. Laparoscopic
Cystotomy For Urolith Removal In Dogs: Three Case Reports.Arq. Bras. Med. Vet.
Zootec., v.60, n.1, p.103-108.
Colopy, Sara. 2016. Cystotomy, OVH for Pyometra, and GDV. University of
Wisconsin,Madison, WI.
Garnett, Steve. 2017. Surgery Of The Urinary Tract In Dogs And Cats. Dogs and Cats
Veterinary Referral and Emergency.
Khan, I.U., dkk. 2013. Evaluation of Different Suturing Techniques for Cystotomy Closure in
Canines. Terdapat dalam : The Journal of Animal & Plant Sciences, 23(4): 2013, Page:
981-985, ISSN: 1018-7081.
Pope, Eric R. 2016. Procedures Pro Cystotomy. Ross University. Page: 30-34
Schauvliege S. , Seymour C., Brearley J.C, Gasthuys F. (2010). “Anesthesia for cystotomy in
a dog with pancreatitis and a portosystemic shunt”. Department of Surgery and
Anesthesiology of Domestic Animals, Faculty of Veterinary Medicine, Ghent
University, Salisburylaan 133, B-9820 Merelbeke.
15
Schauvliege, S. 2010. Anesthesia for cystotomy in a dog with pancreatitis and a portosystemic
shunt. University of Cambridge, Madingley Road, Cambridge, UK.
Shah, Mudasir Ahmad. 2018. Surgical Management of Urolithiasis in Male Dogs: A Clinical
Review of 10 Cases. The Indian Journal of Veterinary Sciences & Biotechnology
(2018) Volume 13, Issue 3, 75-78.
Sudisma, I.G.N., Putra Pemayun, I.G.A.G, Jaya Warditha, A.A.G., dan Gorda, I.W. 2006. Ilmu
Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar: Pelawa Sari Denpasar.
16
LAMPIRAN
JURNAL
17