Komunitas merupakan sekelompok orang yang tinggal dilingkungan yang sama dengan moral, aturan dan ketertarikan yang sama (Rifkin et all, 1998) Keperawatan kesehatan komunitas adalah merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan kepada resiko tinggi atau rentan, dalam upaya peningkatan kualita/derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, serta menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi pelayanan keperawatan (Komang, 2016) Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat. Dalam hal ini kelompok khusus dengan kebutuhan khusus terdiri dari ibu hamil, bayi baru lahir, balita, anak usia sekolah, dan lansia. Adapun juga kelompok dengan kesehatan khusus seperti penderita penyakit menular (TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya), penderita penyakit tidak menular (diabetes mellitus, jantung koroner, ataun gangguan mental lainnya). Beberapa kelompok juga memiliki resiko tinggi terhadap penyakit seperti wanita tuna susila, kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba, ataukelompok pekerja tertentu, dan juga kelompok yang berada di lembaga sosial maupun perawatan dan rehabilitasi seperti di panti werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi, dan penitipan balita. Perawat perlu lebih memperhatikan populasi dengan resiko tinggi atau rentan, karena mereka adalah populasi yang biasanya mengalami kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan, dan bahkan mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak optimal sehingga kesehatannya semakin memburuk (APHA,1991) 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana konsep komunitas rentan (vulnerable community)/agregat dalam komunitas? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui konsep komunitas rentan (vulnerable community)/agregat dalam komunitas. 1.4 Manfaat Mengetahui konsep komunitas rentan (vulnerable community)/agregat dalam komunitas. BAB 2 PEMBAHASAN 1.1 PENGERTIAN KOMUNITAS VULNURABLE. Komunitas merupakan sekelompok individu yang tinggal di lingkungan, moral, aturan dan ketertarikan yang sama (Rifkin et all, 1998) Vulnerable population: Kelompok yang mempunyai kumpulan dari berbagai risiko, mengalami berbagai masalah, dan sangat sensitif terhadap berbagai risiko. Pengertian Vulnerable dan Vulnerable Population Karakteristik Vulnerable Population (Aday, 2001 dalam Allender, Rector, & Warner, 2010) Pengertian Populasi Berisiko Population at risk adalah kumpulan orang dengan masalah kesehatan yang kemungkinan akan berkembang karena dipengaruhi oleh adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Allender, Rector, & Warner, 2010). Hayes, et al (1992), menjelaskan bahwa populasi at risk adalah populasi dari orang-orang dimana terdapat beberapa kemungkinan yang telah jelas atau telah ditentukan walaupun sedikit atau kecil akan terjadi peristiwa tertentu. Pander (2002), mengkategorikan faktor resiko kesehatan antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Menurut Stanhope & Lancaster (2004), secara umum at risk dikaitkan dengan kondisi biologis dan usia, sosial (sosial at risk), ekonomi (economic risk), gaya hidup (life-style risk) dan peristiwa kehidupan (live- event risk). Faktor resiko biologis menurut Stanhope dan Lancaster (2004), adalah faktor genetika atau kondisi fisik tertentu yang berpeluang untuk terjadi resiko kesehatan. 1.2 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VULNURABLE. Konteks vulnurable terus berlanjut seiring perkembangan dunia. Seiring perkembangan dunia kearah globalisasi. Berikut ini faktor yang mempengaruhi vulnurable dalam globalisasi : a. Kemiskinan Data terbaru mengindikasikan bahwa pengaruh kesehatan dan kesejahteraan rakyat berawal dari ketidakmampuan masyarakat atau kelompok dalam mendapatkan pekerjaan, sehingga pemasukan untuk memenuhi kebutuhan merekapun berkurang. Selain itu pemberian pasokan makan kepada masyarakat atau kelompok miskin pun kurang, kedua faktor inilah yang sangat berpengarauh pada peningkatan komunitas vulnurable (Anderson, McFarlane, 2006). b. Perubahan demografik dan epidemiologik. Pertumbuhan populasi akibat peningkatan angka kelahiran yang cepat pada negara miskin memberikan tekanan yang besar pada dampak kelompok vulnurable. Banyak negara-negara memiliki masalah kemiskinan menghadapi tantangan ganda yang disebut transisi epidemiologik. Selain menghadapi dan mencari jalan untuk keluar dari jurang kemiskinan namun negara ini juga berjuang dalam pengendalian penyakit ( WHO 1993). c. Malnutrisi, penyakit menular, kematian ibu bersalin. Dampak globalisasi seperti, perdagangan, perjalanan, urbanisasi dan pengungsian orang orang karena bencana akibat ulah manusia, serta revolusi mikroba atau resistensi antibiotik merupakan masalah yang kompleks. Akibatnya, peningkatan penularan penyakit pada kelompok setempat menjadi sangan pesat. Selain itu, banyak masyarakat pada negara miskin tidak memiliki persediaan yang cukup dalam hal pangan, orang tua yang mengalami kemiskinan tidak mampu dalam memberikan nutrisi bagi anak dalam masa perkembangan. Hal ini mengakibatkan penigkatan gizi buruk pada anak, serta kerentanan kematian pada wanita melahirkan dan bayi akibat malnutrisi ketika hamil. Penyebab hal ini bermacam macam, seperti upah yang rendah, peningkatan biaya bangunan, pengangguran, penurunan biaya makanan, pendapatakan rendah, penyalahgunaan zat- zat terlarang dan kurangnya tunjangan (Anderson, McFarlane, 2006). d. Penyakit dalam kehidupan modern Penyebaran virus dan bakteri sangat pesat diakibatkan oleh globalisasi, dan menyebabkan penyakit menular seperti HIV/AIDS, dan tuberkulosis. Teknologi juga mempengaruhi kesehatan dari tulang dan syaraf akibat pemajanan barang-barang elektronik, pembangunan pabrik yang berdampak pada kesehatan lingkungan akibat limbah yang dikeluarkan, penggunaan tembakau ( rokok), serta diet tinggi lemak (Anderson, McFarlane, 2006). e. Kekerasan, pencederaan dan kerawanan sosial. Banyak kekerasan dalam era globalisasi, baik dalam bentuk kekerasan fisik maupun kekerasan moral. Kekerasan fisik seperti kekerasan bersenjata, dan kekerasan kepada perempuan dalam hal fisik yang berdampak pada gangguan kesehatan secara fisik. Peningkatan senjatan pada pemuda berakibat kekhawatiran hubungan kemanusiaan. Sedangkan kekerasan moral dapat diartikan dalam bentuk pemerkosaan. Hal ini berakibat pada gangguan mental individu dan tercetusnya isu isu dalam kelompok yang memperburuk ketidakmampuan individu dalam menentukan sebab-akibat dalam hubungan sosial (Anderson, McFarlane, 2006). 1.3 TUJUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS VULNURABLE. 1.3.1 Tujuan umum. Mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam kesehatan, kesenjangan yang signifikan, termasuk faktor risiko, akses keperawatan kesehatan, morbiditas, dan mortalitas, pada populasi rentan (). 1.3.2 Tujuan khusus. a. Membantu mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan perkembangan bayi. b. Mengembangkan rasa ingin tahu dan kemampuan pada balita melalui kegiatan yang merangsang kemampuan motorik kasar dan motorik halus dengan melibatkan peran serta orang tua. c. Membantu anak dalam mengenali identitas diri dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan kelompok sebaya dan positif. d. Membantu remaja dalam memahami pendidikan sexual dengan mengetahui bagian dan fungsi tubuh, serta mengarahkan dewasa dalam mengidentifikasi masalah kesehatannya. e. Membantu kelompok vulnureble lansia untuk hidup sehat dan produktif. f. Membantu kelompok pekerja mengenali ciri gangguan kesehatan di lingkungan kerja serta mampu memanfaatkan akses pelayanan kesehatan di lingkungan kerja (). 1.4 UKURAN DESKRIPTIF VULNURABLE Dalam penentuan kelompok vulnurable membutuhkan pendeskripsian kesehatan melalui : a. Ukuran demografi Umur, jenis kelamin, suku, ras, pendapatan dan tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Contohnya, ras kulit putih memiliki resiko terkena penyakit jantung lebih tinggi dari pada ras kulit hitam, sebab faktor nutrisi orang kulit putih cenderung menjalani diet tinggi lemak(). b. Morbiditas dan mortalitas Tingkat morbiditas dan mortalitas dari suatu penyakit tertentu merupakan acuan dalam pengendalian dan pencegahan penyakit. c. Insidens. Insidens suatu penyakit dalam daerah komunitas, menunjukkan kondisi tertentu selama periode khusus dan sebagai pengamatan terhadap suatu populasi. d. Prevalensi. Prevalensi suatu penyakit mengacu kepada total individu dalam komunitas dengan kondisi tertentu pada waktu tertentu. e. Interpretasi insidens dan prevalensi Menjabarkan penyebab dari peningkatan insiden dan prevalensi komunitas terhadp penyakit f. Rate ( Angka ) Angka kematian suatu komunitas menyatakan suatu resiko kematian akibat penyakit (Anderson, McFarlane, 2006).
1.5 TINGKATAN PENCEGAHAN DALAM PRAKTIK KESEHATAN
KOMUNITAS Pencegahan adalah komponen kunci dari praktik kesehatan komunitas modern, pencegahan berarti menghindari suatu kejadian sebelum terjadi. Dalam pencegahan dalam praktik kesehatan komunitas, terdapat tiga tingkatan pencegahan: a. Pencegahan primer adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghindari suatu penyakit atau tindakan kondisi kesehatan dan tindakan perlindungan. Pencegahan primer mencakup area penanganan yang sangat luas termasuk nutrisi, kebersihan, sanitasi, imunisasi, perlindungan lingkungan, dan pendidikan kesehatan umum. b. Pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan pengobatan terhadap kondisi kesehatan yang merugikan. Pencegahan sekunder mungkin berhasil mengatasi penyakit yang tidak dapat diobati pada tahap akhir, mencegah komplikasi dan kecacatan, serta membatasi penyebaran penyakit menular. Satu komponen penting dalam pencegahan sekunder adalah skrining, yaitu pemeriksaan terhadap penykit-penyakit asimptomatik seperti TBC, diabetes dan hipertensi. c. Pencegahan tersier dilakukan jika penyakit atau kondisi tertentu telah menyebabkan kerusakan pada individu. Tujuan pencegahan tersier adalah membatasi kecacatan dan merehabilitasi atau meningkat. 1.6 AGREGAT DALAM KOMUNITAS Agregat vulnerable dalam komunitas terbagi dalam: a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus 1. Agregat pada bayi. Karakterisktik pertumbuhan fisik bayi di tahun pertama kehidupan ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yg cepat. Perbedaan status ekonomi antara masyarakat perkotaan dan pedesaan menyebabkan adanya perbedaan pula karakteristik kesehatannya. Kondisi kondisi seperti bblr, malnutriusi, kelaianan kongenetal dan kondisi penyakit kronis menyebabkan tingginya angka mortalitas dan mordibitas 2. Agregat pada balita (toddler dan pra sekolah) Balita rentan terhadap kematian akibat penyakit malaria, DHF, pneumonia, asma dan penyakit yg sebenarnya bias dicegah dengan imunisasi seperti tuberkolusis dan campak. Hali ini disebabkan karena sebagian baliota diusia ini seharusnya masih mendapatkan imunisasi. Balita memiliki karakteristik aktif, rasa ingin tahu yang besar dan memiliki kemampuan logika yang relative belum matang. Selain itu keterampilan motorik balita meningkat dan membuat pengawasan sulit. Oleh karena itu, balita paling sering jatuh , keracunan serta kecelakaan kendaraan bermotor. Kasus keracunan makanan dan keracunan timbal juga sering ditemukan. 3. Agregat pada anak sekolah Tahap perkembangan psikososial anak usia sekolah adalah tahap industry vs inferiority (Hitghcock et all.1999). pada tahap ini, anak sedang mengembangkan harga diri dan menjadi aktif terlibat dalam beberapa kegiatan di rumah dan di sekolah. Sementara itu, perkembangan tahap kognitif anak usia sekolah adalah tahap congcrete operation (Hitghcock et all.1999). mereka mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan memikirkan tindakan, mengantisipasi konsekuensi dan kemungkinan untuk memikirkan kembali tindakan. Pada usia sekolah, cidera jarang terjadi. Masalah lain yang kemunkinan bias terjadi pada anak usia sekolah adalah ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). ADHD dikarakteristikkan dengan perhatian yang kurang, perilaku impulsive, dan hiperaktifitas. Kasus kekerasan pada anak juga banyak terjadi pada usia sekolah. 4. Agregat pada remaja dan dewasa muda Pada tahap ini, seseorang sudah memiliki akses terhadap zat - zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti penggunaan alcohol, tembakau, obat-obatan dan seks bebas, serta perilaku baik. Pada saat ini, karakteristik seksual meningkat dan tercapai kematangan reproduksi. Meskipun remaja sudah mampu mengindentifikasi masalah kesehatannya sendiri, manun mereka enggan untuk mnencari perawatan kesehatan. Banyak factor yang mempengaruhinya diantaranya,m kepatrahan penyakit, pembatasan rutinitas sehariu hari serta kesadaran akan kebutuhan pelayanan kesehatan. Ancaman lain bagi remaja adalah kekerasan. 5. Agregat pada dewasa Tingkat mortalitas pada usia dewasa telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kanker masih merupakan penbyebab utama kematian secara keseluruhan, diikuti oleh penyakit kardiovaskuler. 6. Agregat pada lansia Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksut dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Diseluruh dunia penduduk lansia tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa presentase penduduk lanjut usia aakan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pda tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 20210 (MenPAN,2007). Beberapa tantangan kesehatan, faktor resiko dan persoalan pada lansia meliputi: a. Status kesehatan b. Pelayanan kesehatan c. Penganiayaan lansia d. Keamanan komunitas dan ketakutan terhadap kekerasan 7. Kesehatan mental dan tantangan kesejahteraan mental
a. Penurunan kondisi fisik
b. Penurunan fungsi dan potensi seksual c. Perubahan aspek psikologis d. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan e. Perubahan dalam peran di masyarakat
8. Kecelakaan
b. Kelompok yang mempumyai resiko terserang penyakit
1. Penyandang tunawisma Tunawisma merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit dan ketidakmampuan. Menurut Stewart B. McKinney Act, 42 USC 11301, et seq. (1994), definisi tunawisma adlaah individu yang “tidak memiliki tempat tinggal yang pasti, tetap dan adekuat pada malam hari”. Kelompok tunawisma biasanya berada dalam keadaan tidak sehat, sering terjadi kecelakaan, dan tidak memiliki biaya untuk menghindari pengusiran serta bergantung kepada bantuan. Faktor penyebab menjadi kelompok tunawisma secara umum adalah masalah pekerjaan yang bila ditarik garis besar dari pekerjaan yang buruk akan menghasilkan upah minimum dan berakibat pada kesehatan (Anderson, McFarlane, 2006). 2. Kelompok penyalahan obat dan narkoba.
3. Kelompok pekerja tertentu
Masalah kesehatan agregat pekerja umumnya berkaitan dengan faktor lingkungan, perilaku dan akses kesehatan serta kependudukan. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan pekerjaan. Faktor lain yang mempengaruhi status kesehatan agregat pekerja yaitu pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja, kapasitas, beban kerja dan lingkungan kerja. Gangguan kesehatan atau penyakit yang didapat dari tempat kerja ini bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi dpat membahayakan keluarga dan orang terdekatnya (Stanhope & Lancaster, 1996 Promosi kesehatan, pencegahan dan kontrol penyakit, kesejahteraan, penurunan faktor resiko, dan pelayanan kesehatan preventif adalah beberapa hal yang digunakan pada program kesehatan dilahan kerja. Aktifitas yang lazim dilakukan dalam upaya mempromosikan kesehatan atau mencegah cidera dan penyakit dilahan kerja adalah olahraga, penghentian merokok, perawatan punggung, dan program manajemen stres (Anderson, McFarlane, 2014). c. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan, bimbingan dan asuhan keperawatan. 1. Penderita penyakit menular. Penyakit menular banyak ditemukan dalam era globalisasi yang dapat menyerang dan mengancam kesehatan dunia, seperti penyakit HIV/AIDS dan tuberkulosis (Anderson, McFarlane, 2006). 2. Penderita dengan penyakit tidak menular/penyakit kronis. Secara umum, sakit dipandang sebagai suatu kondisi yang dialami individu yang gagal mencapai kesehatan optimal. Sakit kronis adalah suatu kondisi tidak adanya resolusi proses penyakit. Karakteristik kondisi kesehatan kronis, diantaranya : Progresif : kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu. Contohkondisi kesehatan kronis progresif adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada penderitanya dan tidak dapat disembuhkan serta menyebabkan kematian yang tidak terelakan. Penyakit paru obstruktif menahun/kronis ditandai dengan penurunan kapasitas paru yang progresif secara perlahan. Periode gagal jantung kronis meliputi periode diam dan kontrol terhdap pola serangan akut gagal jantung. Diabetes melitus, terutama tipe DM bergantung- insulin, menjadi progresif sehingga lebih sulit ditanggulangi. Ireversible : kondisi yang tidak dapat disembuhkan, contohnya adalah kanker pankreas yang menghancurkan kemampuan klien untuk memproduksi enzim digesti, yang menyebabkan defisit nutrisi. Kompleks : kondisi kronis mampu mempengaruhi berbagai sistem. Contohnya, penderita asma, selain terdapat manifestasi klinis, penderita asma juga mengurangi kegiatan yang mampu memicu kekambuhan yang dapat menyebabkan isolasi dan mempengaruhi kondisi mental dan ketenangan mereka. d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi. 1. Panti werdha. 2. Panti asuhan. 3. Pusat pusat rehabilitasi. 4. Penitipan balita.