Anda di halaman 1dari 8

Paradigma Metodologi Penelitian

Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif


(Dosen: Dr. Lilik Purwanti, SE., M.Si.,CSRS.,CSRA.,Ak.,CA)

Disusun Oleh:
Rofi’atul Maghfiroh (186020300111032)
Dentar Pri Anggy Adityah (186020300111049)

Program Magister Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2018

1
Bab I
Latar Belakang
Masyarakat sampai sekarang banyak yang bertanya apakah ilmu sosial benar –
benar ilmu pengetahuan. Masyarakat hanya menganggap mengenai ilmu alam, misal
fisika, kimia, dan biologi.Makna sains secara signifikan membentuk penelitian sosial1.
Dengan mendefinisikan sains dalam dua cara: 1) hal –hal yang sebenarnya dilakukan para
ilmuwan dan 2) hal- hal yang dianalisis filsuf sebagai makna inti dari sains abad ke- 21.

Pertanyaan sehubungan dengan apa yang membentuk ilmu sosial sebagai ilmiah
memiliki sejarah perdebatan yang panjang dan relevan untuk mempelajari mengenai
penelitian2. Pertanyaan tidak harus memiliki satu jawaban karena tidak ada satu cara
untuk melakukan sains, sebaliknya ada bermacam- macam ilmu, atau menggunakan
beberapa pendekatan alternatif. Setiap pendekatan terhadap terhadap ilmu sosial terletak
pada asumsi filosofis dan mempunyai pendirian mengenai berbagai hal membentuk
penelitian. Makalah ini tidak membahas mengenai filosofi atau filsafat ilmu tetapi
metodologi penelitian berdasarkan pada fondasi asumsi.

Bab II
Pembahasan
2.1 Asumsi Tentang Sifat Ilmu Sosial

Perkembangan riset akuntansi multiparadigma pertama sekali berangkat dari


kerangka filosofis yang dibangun oleh Burrel dan Morgan3, mereka mengatakan bahwa
suatu pengetahuan dibangun berdasarkan asumsi filosif. Asumsi tersebut dibagi menjadi
empat, yaitu ontologi, epistimologi, hakikat manusia, dan metodologi. Ontologi
berhubungan dengan hakikat atau sifat dari realistis atau obyek yang akan diinvestigasi.
Epistemologi berhubungan dengan sifat dari ilmu pengetahuan, bentuk dari ilmu
pengetahuan tersebut, dan bagaimana mendapatkannya dan menyebarkannya.
Epistemologi memberikan perhatian tentang bagaimana cara untuk menyerap ilmu
pengetahuan dan mengkomunikasikannya.

1
Neuman, W Lawrence, “Metode Penelitian Sosial:Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.”, Indeks,
2010, hal.103

2
Ibid
3
Ikhsan, A & Suprasto, H (2008). “Teori Akuntansi & Riset Multiparadigma”.Edisi 1, Graha
Ilmu.Yogyakarta

2
Terkait terpisah dengan masalah ontologis dan epistemologi, ada asumsi hakikat
manusia. Yang hubungannya antara manusia dan lingkungan, semua ilmu sosial.
Hakikatnya manusia sebagai subyek dan obyek penelitian. Tiga asumsi tersebut
mempunyai implikasi terhadap metodologi.
Pendekatan Subjektivisme Pendekatan Objektivisme
Terhadap Ilmu sosial Terhadap Ilmu sosial
Ontologi
Nominalisme Realisme

Epistemologi
Anti Positivisme Positivisme
Hakikat
Manusia
Voluntarisme Determinase

Metodologi
Ideografik Nomoteisme

Gbr 1. Asumsi berdasarkan ilmu sosial

Asumsi Ontologis antara Nominalisme – Realisme

Bidang filsafat yang menelaah sifat keberadan, atau hakikat yang ada: bidang
filsafat yang mempertanyakan hakikat realitas dan dasar – dasar kategori dalam realitas.
Dua posisi dasar di dalam ontologis adalah realisme dan nominalis. Realis melihat dunia
sebagai wujud “yang ada di luar sana” yang diasumsinya sebagai “dunia nyata” ada serta
tidak berkaitan dengan manusia dan interprestasinya. Sedangkan nominalis
mengasumsikan bahwa manusia tidak pernah secara langsung mengalami realitas “yang
ada di luar sana”.

Asumsi Epistemologi antara Anti Positisme – Positisme

Bidang filsafat yang berkaitan dengan pengetahuan: berfokus pada bagaimana


kita mengetahui apa yang kita ketahui atau cara – cara apa yang paling valid untuk
pencapaian kebenaran. Dua posisi di dalam epistemologi adalah anti positisme dan
positisme. Posistisme menjelaskan dan memprediksi apa yang terjadi didunia secara
sosial, dimana mencari keteraturan hubungan kausal antara elemen konstituen.
Sedangkan epistemologi anti positisme pada dasrnya bersifat relativistik dan hanya dapat
dipahami dari sudut pandang individu yang terlibat langsung dalam kegiatan yang akan
dipelajari.

3
Asumsi hakikat manusia antara voluntarisme – determinasi

Perdebatan ini membahas antara manusia dari sudut pandang dalam teori sosial
ilmiah. Dari pandangan voluntaris manusia sepenuhnya mempunyai otonom sendiri atau
bebas untuk memecahkan fenomena sosial. Sedangkan determinasi ini menganggap
manusia sepenuhnya ditentukan oleh situasi lingkungan berada.

Asumsi Metodologi antara Ideografrik – Nomoteisme

Pendekatan ideografik untuk ilmu sosial didasarkan pada pandangan bahwa


seseorang dapat memahami teori sosial berdasarkan observasi sendiri. Sedangkan
pendekatan nomoteisme menekankan pentingnya penelitian berdasarkan tata cara yang
sistematis dan teknik yang benar.

2.2 Asumsi Tentang Ilmu Sosial

Semua pendekatan untuk studi masyarakat terletak dalm bingkai refensi satu jenis.
Teori yang berbeda mencerminkan prespektif dan pandanga yang berbeda.

a) Penyusunan –konflik debat

Dalam makalah ini mengevaluasi kembali urutan – masalah konflik dengan


maksud mengidentifikasi dimensi kunci untuk menganalisis asumsi tentang sifat
masyarakat tercemin dalam teori sosial yang berbeda. Teori integrasi masyarakat, seperti
yang ditampilkan oleh karya Parsons dan fungsional-fungsional struktural lainnya,
didirikan pada sejumlah asumsi dari jenis berikut:
1. Setiap masyarakat adalah struktur elemen yang relatif persisten dan stabil.
2. Setiap masyarakat merupakan struktur elemen yang terintegrasi dengan baik.
3. Setiap elemen dalam masyarakat memiliki fungsi, yaitu, memberikan kontribusi
untuk pemeliharaannya sebagai suatu sistem.
4. Setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada consensus nilai-nilai di
antara para anggotanya ...
... Apa yang saya sebut teori koersi masyarakat juga bisa dikurangi menjadi sejumlah
kecil ajaran dasar, meskipun di sini lagi ini asumsi terlalu menyederhanakan dan melebih-
lebihkan kasus:
1. Setiap masyarakat pada setiap titik tunduk pada proses perubahan; perubahan
sosial ada di mana-mana.

4
2. Setiap masyarakat menampilkan setiap titik disensus dan konflik; konflik sosial
ada di mana-mana.
3. Setiap elemen dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap disintegrasi
dan berubah.
4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa anggotanya oleh yang lain.
(Dahrendorf, 1959, pp. 160-2)

b) Regulasi dan Perubahan Radikal


Sosiologi perubahan radikal sangat berbeda dengan sosiologi regulasi yang
menjadi perhatian utama adalah penjelasannya. Perbedaan antara kedua sosiologi ini
dapat diilustrasikan dalam bentuk skema berikut;

Pengertian tentang regulasi dan perubahan radikal sejauh ini dalam bentuk yang
kasar. Pada tabel diatsa diillustrasikan sebagai formulasi ideal- khas dengan 7 elemen
yang teridentifikasi.

2.3 Analisis Asumsi Tentang Sifat Ilmu Sosial

Keempat asumsi berkaitan dengan sifat ilmu sosial yang mampu menyediakan
informasi. Dari keempat asumsi tersebut tercerminkan pada dua hal yaitu, pertama asumsi
ini didasarkan pada positisme sosiologis, dalam merepakan model dan metode ini berasal
dari ilmu alam. Kedua, asumsi ini didsarkan pada premis bahwa realitas tertinggi terletah
pada “ide”.

Berdasarkan asumsi - asumsi tersebut, Burrel dan Morgan (1979)


mengelompokkan pengetahuan dalam empat paradigma yaitu: fungsionalis, interpretif,
humanis-radikal, dan strukturalis- radikal sebagaimana disajikan pada gambar 2

5
Konflik struktural
Mode dominasi
Kontradiksi
Emansipasi
Pencabutan
potensialiats

Perubahan Radikal

Humanis Radikal Strukturalis radikal

Subyektif Obyektif
Nominasi interpretivis Functionalis Realis
Anti –positif Positivis
Regulasi
Voluntaris Determinasi
Aturan sosial
Ideografis nomoteisme
Konsensus
Integrasi dan kohesi sosial
Solidaritas
Pemuasaan kebutuhan
aktualisasi

Paradigma Fungsional

Paradigma ini telah memberikan kerangka dominasi untuk perilaku dalam


sosiologi akademis dan studi tentang organisasi4. Pendekatan terhadap karakteristik ilmu
sosial dari paradigma fungsionalis berakar dari tradisi positivisme sosiologis yang
mencerminkan upaya untuk menerapkan model dan metoode ilmu alama untuk
mempelajari urusan manusia. Paradigma ini berkembang pada awal abad kesembilan
belas, yanh dipengaruhi oleh beberapa peneliti seperti Auguste Comte, Herbert Spencer,
Emile Durkheim dan Vilvedro Pareto. Pendekatan fungsionalis dipengaruhi oleh realitas
fisik yang menganggap bahwa realitas objektif berada secara bebas dan terpisah diluar
diri manusia.

4
Menurut Ikhsan &Ishak (2008) disebut juga kontinjensi rasional dan disebut juga paradigma utama

6
Menurut Chua (1986) pengujian empiris terdiri dari:

1. Dalam aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil obeservasi
independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran
teori.
2. Dalam pandangan Popperian, karena pernyataan hasil obesrvasi merupakan teori
yang dependen dan dapat dipalsukan, maka teori – teori ilmiah tidak dapat
dibuktikan kebenarannya tetapi memungkinkan untuk ditolak.

Paradigma Intrepetive

Para peneliti yang menggunakan paradigma interpretiv menggunakan sifat subyek


dunia sosial dan berusaha untuk memahami kerangka berpikir obyek yang dipelajarinya.
Fokus pada diri sendiri individu dan persepsi manusia terhadap realitas, dan bukan pada
realitas independen di luar mereka. Dalam pendekatannya ke ilmu sosial cenderung
menjadi nominalis, antipositivisme, voluntaris, dan ideografik.

Paradigma Humanis radikal

Paradigma humanis radikal didasarkan pada pendekatan Habernas, bahwa obyek


studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut dengan “dunia kehidupan” yang diartikan
sebagai interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri
manusia dan membantu untuk pencapaian kearah memahami atau sudut pandang
subyektif.

Paradigma struktural radikal

Paradigma ini mendukung perubahan sosial dari sudut pandang objektif.


Paradigma ini mempunyai kesamaan dengan fungsionalis yang mengasumsikan bahwa
sistem sosial mempunyai keberadaan ontologikal yang konkrit dan nyata. Pendekatan ini
memfokuskan pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk hubungan kelas, struktur
pengedalian, serta memperlakukan dunia sosial sebagai obyek eksternal dan memiliki
hubungan yang terpisah dengan manusia. Analisis paradigma struktural radikal lebih
ditekankan pada konflik struktur, bentuk – bentuk penguasaan, dan penurunan harkat
manusia.

7
Referensi Utama

Burrel, Gibson and Gareth Morgan. 1979. Sosiologi Paradigm and Organisational
Analysis. Elements of The Sosiologi of The Corporate Life. London. Heinemann

Chua, W. F.1986. Radical Development in Accounting Thught, The Accounting Review,


Vol . LXI, No 4, pp. 601-632

Referensi Tambahan

Neuman., W. Lawrence.2013. Metodologi Penelitian Sosila: Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif. Edisi 7. Indeks. Jakarta Barat

Ikhsan, Arfan dan Suprasto, H. Bambang. 2008. Teori Akuntansi & Riset
Multiparadigma. Graha Ilmu. Yogyakarta

Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai