Disusun Oleh:
Rofi’atul Maghfiroh (186020300111032)
Dentar Pri Anggy Adityah (186020300111049)
1
Bab I
Latar Belakang
Masyarakat sampai sekarang banyak yang bertanya apakah ilmu sosial benar –
benar ilmu pengetahuan. Masyarakat hanya menganggap mengenai ilmu alam, misal
fisika, kimia, dan biologi.Makna sains secara signifikan membentuk penelitian sosial1.
Dengan mendefinisikan sains dalam dua cara: 1) hal –hal yang sebenarnya dilakukan para
ilmuwan dan 2) hal- hal yang dianalisis filsuf sebagai makna inti dari sains abad ke- 21.
Pertanyaan sehubungan dengan apa yang membentuk ilmu sosial sebagai ilmiah
memiliki sejarah perdebatan yang panjang dan relevan untuk mempelajari mengenai
penelitian2. Pertanyaan tidak harus memiliki satu jawaban karena tidak ada satu cara
untuk melakukan sains, sebaliknya ada bermacam- macam ilmu, atau menggunakan
beberapa pendekatan alternatif. Setiap pendekatan terhadap terhadap ilmu sosial terletak
pada asumsi filosofis dan mempunyai pendirian mengenai berbagai hal membentuk
penelitian. Makalah ini tidak membahas mengenai filosofi atau filsafat ilmu tetapi
metodologi penelitian berdasarkan pada fondasi asumsi.
Bab II
Pembahasan
2.1 Asumsi Tentang Sifat Ilmu Sosial
1
Neuman, W Lawrence, “Metode Penelitian Sosial:Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.”, Indeks,
2010, hal.103
2
Ibid
3
Ikhsan, A & Suprasto, H (2008). “Teori Akuntansi & Riset Multiparadigma”.Edisi 1, Graha
Ilmu.Yogyakarta
2
Terkait terpisah dengan masalah ontologis dan epistemologi, ada asumsi hakikat
manusia. Yang hubungannya antara manusia dan lingkungan, semua ilmu sosial.
Hakikatnya manusia sebagai subyek dan obyek penelitian. Tiga asumsi tersebut
mempunyai implikasi terhadap metodologi.
Pendekatan Subjektivisme Pendekatan Objektivisme
Terhadap Ilmu sosial Terhadap Ilmu sosial
Ontologi
Nominalisme Realisme
Epistemologi
Anti Positivisme Positivisme
Hakikat
Manusia
Voluntarisme Determinase
Metodologi
Ideografik Nomoteisme
Bidang filsafat yang menelaah sifat keberadan, atau hakikat yang ada: bidang
filsafat yang mempertanyakan hakikat realitas dan dasar – dasar kategori dalam realitas.
Dua posisi dasar di dalam ontologis adalah realisme dan nominalis. Realis melihat dunia
sebagai wujud “yang ada di luar sana” yang diasumsinya sebagai “dunia nyata” ada serta
tidak berkaitan dengan manusia dan interprestasinya. Sedangkan nominalis
mengasumsikan bahwa manusia tidak pernah secara langsung mengalami realitas “yang
ada di luar sana”.
3
Asumsi hakikat manusia antara voluntarisme – determinasi
Perdebatan ini membahas antara manusia dari sudut pandang dalam teori sosial
ilmiah. Dari pandangan voluntaris manusia sepenuhnya mempunyai otonom sendiri atau
bebas untuk memecahkan fenomena sosial. Sedangkan determinasi ini menganggap
manusia sepenuhnya ditentukan oleh situasi lingkungan berada.
Semua pendekatan untuk studi masyarakat terletak dalm bingkai refensi satu jenis.
Teori yang berbeda mencerminkan prespektif dan pandanga yang berbeda.
4
2. Setiap masyarakat menampilkan setiap titik disensus dan konflik; konflik sosial
ada di mana-mana.
3. Setiap elemen dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap disintegrasi
dan berubah.
4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa anggotanya oleh yang lain.
(Dahrendorf, 1959, pp. 160-2)
Pengertian tentang regulasi dan perubahan radikal sejauh ini dalam bentuk yang
kasar. Pada tabel diatsa diillustrasikan sebagai formulasi ideal- khas dengan 7 elemen
yang teridentifikasi.
Keempat asumsi berkaitan dengan sifat ilmu sosial yang mampu menyediakan
informasi. Dari keempat asumsi tersebut tercerminkan pada dua hal yaitu, pertama asumsi
ini didasarkan pada positisme sosiologis, dalam merepakan model dan metode ini berasal
dari ilmu alam. Kedua, asumsi ini didsarkan pada premis bahwa realitas tertinggi terletah
pada “ide”.
5
Konflik struktural
Mode dominasi
Kontradiksi
Emansipasi
Pencabutan
potensialiats
Perubahan Radikal
Subyektif Obyektif
Nominasi interpretivis Functionalis Realis
Anti –positif Positivis
Regulasi
Voluntaris Determinasi
Aturan sosial
Ideografis nomoteisme
Konsensus
Integrasi dan kohesi sosial
Solidaritas
Pemuasaan kebutuhan
aktualisasi
Paradigma Fungsional
4
Menurut Ikhsan &Ishak (2008) disebut juga kontinjensi rasional dan disebut juga paradigma utama
6
Menurut Chua (1986) pengujian empiris terdiri dari:
1. Dalam aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil obeservasi
independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran
teori.
2. Dalam pandangan Popperian, karena pernyataan hasil obesrvasi merupakan teori
yang dependen dan dapat dipalsukan, maka teori – teori ilmiah tidak dapat
dibuktikan kebenarannya tetapi memungkinkan untuk ditolak.
Paradigma Intrepetive
7
Referensi Utama
Burrel, Gibson and Gareth Morgan. 1979. Sosiologi Paradigm and Organisational
Analysis. Elements of The Sosiologi of The Corporate Life. London. Heinemann
Referensi Tambahan
Ikhsan, Arfan dan Suprasto, H. Bambang. 2008. Teori Akuntansi & Riset
Multiparadigma. Graha Ilmu. Yogyakarta
Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat.
Jakarta