Helga Valentine Kapissa, Rheinhard Putra Elim, Yulia Arfianti Levina, Jordy Agnios,
Monica Chandra, Siti Tiara Ramadhini, Nur Aina
Tutor: dr. Debby
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061
E-mail: Monica.2015fk089@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Sistem Pernafasan atau Respirasi adalah Sistem pada manusia yang berfungsi untuk
mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan karbondioksida melalui paru-paru.
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun
karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.Menurut tempat terjadinya
pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan
dalam. Sistem pernapasan melalui 2 mekanisme yaitu inspirasi dan ekspirasi. Masuk keluarnya
udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan
tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Abstract
The system is a system of respiration in humans to take oxygen from the outside air and give
off carbon dioxide through the lungs. Breathing is a process that happens automatically in
circumstances though asleep though because the respiratory system is affected by the composition
of the autonomic nervous. According to the site of gas exchange then breathing can be
distinguished two types, namely breathing out and breathing in. The respiratory system through two
mechanisms, namely inspiration and ekspirasi. Enter the discharge of air in the lungs is affected by
the difference in air pressure in the chest cavity with air pressure outside the body. If the pressure
outside the chest cavity larger then the air will go. Conversely, when the pressure in the chest cavity
larger then the air will come out .
1
Pendahuluan
Manusia dalam kesehariannya akan terus bernapas baik disadari maupun tanpa disadari.
Bernapas ini memiliki fungsi utama untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh
dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Proses ini biasa dikenal dengan proses respirasi
yang melibatkan keseluruhan proses yang menyebabkan pergerakan pasif O2 dari atmosfer ke
jaringan untuk menunjang metabolism sel, serta pergerakan pasif CO2 yang hasil metabolism dari
jaringan ke atmosfer. Sistem pernapasan mencakup paru–paru dan sistem saluran bercabang yang
menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Udara digerakkan melalui paru
oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga thoraks, otot interkostal, diafragma, dan
komponen elastis jaringan paru. Sistem pernapasan ikut berperan dalam homeostasis dengan
mempertukarkan O2 dengan CO2 antara atmosfer dan darah. Darah mengangkut O2 dann CO2 antara
system pernapasan dan jaringan.1
Saluran nafas bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli.
Trakea
Trachea adalah sebuah tabung cartilaginosa dan membranosa yang dapat bergerak. Dimulai
dari lanjutan laring pada C6 sampai diskus intervertebralis Th. 4-5. Di dalam rongga thorax, trachea
berakhir pada carina dengan cara membelah menjadi bronchus principalis dexter dan sinister
setinggi angulus sterni.2 Di lamina propria, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa
menghasilkan mukus encer dan di submukosa, 16-20 cincin kartilago hialin berbentuk U untuk
menjaga agar lumen trakea tetap terbuka.3 Kemudian pars membranosa yang menyempurnakan
bentuk saluran pada cincin trakea dan ligamen anularia yang menghunungkan cincin satu dengan
cincin lainnya.4 Ujung posterior cartilago yang bebas dihubungkan oleh otot polos (m. trachealis)
dan suatu jaringan fibroelastis yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi oleh
lapisan adventisia. Membrana mucosa trachea dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel
goblet (Gambar 1).3
2
Percabangan Bronkus dan Paru
Trakea bercabang menjadi dua yaitu bronkus principalis dextra dan sinistra.2 Pada bronkus
primer terdapat tulang rawan bentuk tapal kuda, otot polos, dan mempunyai kelenjar serumukosa. 6
Setelah memasuki paru, bronkus primer menyusur ke bawah dan ke luar dan membentuk tiga
bronkus sekunder (lobaris) paru kanan dan dua buah di paru kiri (Gambar 2), dan masing-masing
memasuki sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini terus bercabang dan membentuk bronkus tersier
(segmental).2,3 Di dalam bronkus sekunder dan tersier terdapat lempeng tulang rawan dengan serat
elastin diantaranya, memiliki kelenjar tapi lebih sedikit.6 Setiap bronkus tersier bercabang-cabang di
dalam unit jaringan paru disebut segmen bronkopulmonal.3,4 Pada bronkus primer, sekunder
maupun tersier diliputi oleh epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet dan terdapat jaringan
limfoid (Gambar 3).6
Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dengan cabang terminal yang
disebut bronkiolus.3,4 Bronkiolus diliputi oleh epitel silindris bersilia dengan sedikit sel goblet,
memiliki sel clara pada lapisan epitelnya, tidak terdapat tulang rawan, lamina propria tidak
memiliki kelenjar, diameter kurang dari satu mm.4,6 Setiap bronkiolus memasuki sebuah lobulus
paru tempat bronkiolus tersebut bercabang membentuk lima hingga tujuh bronkiolus terminalis.
Setiap lobulus dibatasi oleh suatu septa jaringan ikat tipis, yang paling jelas terlihat pada fetus.
Melalui bronkus dan bronkiolus yang semakin kecil menuju komponen respiratorik.4 Bronchus
terus-menerus bercabang hingga akhirnya membentuk jutaan bronchiolus terminalis yang epitelnya
terdiri dari sel clara, sel kuboid, sebagian bersilia, terdapat satu-dua lapis otot polos di lamina
propria dan berakhir di dalam satu atau lebih bronchiolus respiratorius yang diliputi oleh epitel
selapis kubis bersilia menjadi epitel selapis kubis dan gepeng.6
3
Bentuknya seperti kubah dan terdiri dari bagian pinggir yang merupakan bagian otot dan bagian
tengah yang bertendo.7,8
Crus dextrum berasal dari pinggir corpus tiga vertebra lumbalis yang pertama dan discus
intervertebralisnya, crus sinistrum berasal dari pinggir corpus dua vertebra lumbalis yang pertama
dan discus intervertebralisnya (Gambar 4). Lateral terhadap crura, diaphragma berasal dari
ligamentum arcuatum mediale dan laterale (Gambar 4). Ligamentum arcuatum mediale terbentang
dari pinggir corpus vertebra lumbalis kedua sampai processus transversus vertebrae lumbalis I dan
ligamentum arcuatum laterale terbentang dari processus transversus vertebrae lumbalis I sampai
costa XII. Pinggir medial kedua crura dihubungkan oleh ligamentum arcuatum medianum, yang
menyilang di atas permukaan anterior aorta (Gambar 4).2,7,8
1. Hiatus aorticus
Terletak anterior terhadap corpus vertebra thoracica ke duabelas, di antara kedua crura (Gambar
4). Lubang ini dilalui aorta, ductus thoracicus, dan vena azygos.2
2. Hiatus oesophagicus
Terletak setinggi vertebra thoracica ke sepuluh di dalam lengkung serabut otot yang berasal dari
crura dekstrum (Gambai 4). Lubang ini dilalui esophagus, nervus vagus dexter dan sinister, vena
gastrica sinistra, dan pembuluh limfe dari sepertiga bagian bawah esophagus.2,7
3. Hiatus vena cava
Terletak setinggi vertebra thoracica VIII pada centrum tendineum (Gambar 4). Lubang ini
dilalui oleh vena cava inferior dan cabang-cabang terminal nervus phrenicus dexter. Selain dari
lubang-lubang tersebut nervi splanchnici menembus crura; truncus sympathicus berjalan
posterior terhadap ligamentum arcuatum mediale pada masing-masing sisi; dan arteria dan vena
epigastrica superior berjalan di antara origo pars sternaiis dan costalis diaphragma setiap sisi.2,7
Pleura
Pleura dan paru terletak pada kedua sisi mediastinum di dalam rongga dada. Pleura
merupakan dua kantong serosa yang mengelilingi dan melindungi paru. Setiap pleura terdiri dari
4
dua lapisan yaitu lapisan parietalis yang meliputi dinding thorax, meliputi permukaan thoracal
diaphragma dan permukaan lateral mediastinum, meluas sampai ke pangkal leher dan lapisan
visceralis yang meliputi seluruh permukaan luar paru dan meluas ke dalam fissura interlobaris
(Gambar 5).2,8
Lapisan parietalis melanjutkan diri menjadi lapisan visceralis pada lipatan pleura yang
mengelilingi alat-alat yang masuk dan keluar dari hilus pulmonis pada setiap paru. Untuk
memungkinkan pergerakan masa pulmonalis dan bronchus besar selama respirasi, lipatan pleura
tergantung sebagai lipatan bebas dan disebut ligamentum pulmonale. Lapisan parietalis dan lapisan
visceralis pleura dipisahkan satu dengan yang lain oleh suatu ruangan sempit, disebut cavitas
pleuralis. Normal cavitas pleuralis mengandung sedikit cairan jaringan, cairan pleura yang
membasahi permukaan pleura. Recessus costodiaphragmaticus merupakan daerah yang paling
rendah dari cavitas pleuralis. Paru akan berkembang ke ruangan ini selama inspirasi.2,8,9
Alveolus terdiri dari saluran/duktus alveolaris yang mempunyai dinding tipis, sebagian besar
terdiri dari alveoli, dikelilingi oleh sakus alveolaris, di mulut alveolus terdapat epitel selapis gepeng
(sel alveolar tipe I), jaringan ikat serat elastin, serat kolagen, otot polos, terbuka ke atrium terdapat
ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris. Sakus alveolaris merupakan kantong yang
dibentuk oleh beberapa alveolus, terdapat serat elastin dan retikulin yang melingkari muara sakus
alveoli. Tidak memiliki otot polos.6,10
Alveolus merupakan kantong-kantong kecil yang terdiri dari selapis sel seperti sarang
tawon, tempat terjadi pertukaran gas, jumlah sekitar 300-500 juta alveoli. Epitel selapis gepeng,
pada dinding alveolus terdapat lubang-lubang kecil berbentuk bulat/lonjong disebut porus/stigma
alveolaris. Stigma ini penting apabila terjadi sumbatan di salah satu cabang bronkus/bronkiolus
karena udara dapat mengalir dari alveolus satu ke alveolus lain.3,10
5
Struktur Pelengkap Sistem Pernafasan
Struktur pelengkap sistem pernafasan adalah dinding dada yang terdiri dari iga dan otot.
Dinding dada dibentuk oleh tulang, otot serta kulit. Tulang pembentuk rongga dada terdiri dari iga
dan vertebra thorakalis (12 buah), sternum (1 buah), clavucila dan scapula (2 buah).4,8 Otot
pembatas rongga dada terdiri dari otot extremitas superior (m. pektoralis mayor dan minor, m.
seratur anterior, m. subclavius), otot anterolateral abdominal (m. abdominal obliqus externus, m.
rectus abdominal), otot torak intrinsik (m. intercostalis interna dan eksterna, m. sternalis, m.
thoracis transversus.4
Otot pernapasan menurut kegunaanya dibedakan menjadi otot untuk inspirasi, otot inspirasi
utama dan tambahan serta otot ekspirasi tambahan.8 Otot inspirasi utama/otot inspirasi tenang yaitu
m. intercostalis eksterna dan diafragma. Otot inspirasi tambahan/otot inspirasi kuat yang sering
disebut sebagai otot bantu nafas yaitu m. sternokleidomastoideus, m. scalenus (anterior, media,
posterior). Untuk ekspirasi pada saat nafas biasa (pernafasan tenang/otot ekspirasi tenang) tidak
diperlukan kegiatan otot, namun pada saat asma diperlukan pernafasan aktif/otot ekspirasi kuat
sehingga diperlukan kegiatan otot-otot yaitu m. intercostalis internus, m. rectus abdominis, m.
obliqus abdominis eksterna dan m. obliqus abdominis interna (Gambar 6).4,11 Otot-otot saat
ekspirasi juga berperan untuk mengatur nafas saat berbicara, menyanyi, batuk, bersin, dan saat
bersalin.7
Mekanisme Pernafasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur
sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat
terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu pernapasan luar
dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi
antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.
6
Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan
dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat
dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme
pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut (Gambar 7).
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai
berikut.12
1. Fase inspirasi berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar,
akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga
udara luar yang kaya oksigen masuk.
2. Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga
udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Proses pertukaran gas terdiri dari pertukaran gas di paru-paru dan pertukaran gas di jaringan.
Pertukaran gas di paru-paru melalui O2 yang larut secara fisik dalam plasma, sebagian besar
berdifusi dalam sel darah merah dan bereaksi dengan deoksi Hb membentuk oksi-Hb kemudian
sambil melepaskan H+.5 Pada saat Hb jenuh dengan O2, afinitas terhadap CO2 menurun sehingga
CO2 yang terikat pada Hb akan terdisosiasi dan berdifusi keluar dari sel darah merah melalui
plasma menuju ke alveoli. Ion H+ yang dilepaskan dari Hb berikatan dengan ion HCO3- yang
berdifusi ke dalam sel darah merah dari plasma digantikan dengan Cl-. Reaksi antara ion H+ dan
HCO3- menghasilakan H2CO3. Asam karbonat pecah menjadi H2O dan CO2 dengan bantuan enzim
karbonat anhydrase. CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah menuju plasma lalu ke alveoli
(Gambar 8).13
7
Gambar 8. Pertukaran Gas di Paru13
Sedangkan pertukaran gas di jaringan dimulai dari CO2 yang terlarut dalam jumlah kecil di
dalam plasma namun sebagian besar berdifusi ke dalam sel darah merah bereaksi dengan air
membentuk H2CO3 atau berikatan dengan Hb membentuk carbamino Hb. Reaksi dikatalisis oleh
enzim karbonat anhydrase. H2CO3 terdisosiasi menjadi ion H+ dan HCO3-. Selama pergeseran
klorida, ion HCO3- berdifusi keluar dari sel darah merah digantikan oleh Cl-. Selanjutnya ion HCO3-
bertindak sebagai buffer untuk mengontrol pH darah. Dalam sel darah merah, ion H+ dibuffer oleh
Hb. Pada keadaan dimana Hb berikatan dengan ion H+, Hb mempunyai afinitas yang rendah
terhadap O2. Sejumlah kecil O2 diangkut dalam keadaan terlarut secara fisik berdifusi keluar dari
plasma masuk ke dalam sel jaringan (Gambar 9).5,13
1. Kelompok respiratorik dorsal (KRD) terutama terdiri dari neuron inspiratorik (neuron I) yang
serat-serat descendennya berakhir di neuron motorik yang menyarafi otot-otot inspirasi (utama).
Ketika neuron-neuron KRD ini melepaskan muatan maka terjadi inspirasi, saat tidak
menghasilkan sinyal terjadilah ekspirasi. Ekspirasi diakhiri karena neuron-neuron inspiratorik
kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan. KRD memiliki hubungan penting dengan
kelompok respiratorik ventral.11,14
2. Kelompok respiratorik ventral (KRS terdiri dari neuron inspiratorik/neuron I dan neuron
ekspiratorik/neuron E, yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normal tenang. Bagian ini
diaktifkan oleh KRD sebagai mekanisme penguat selama periode-periode saat kebutuhan akan
ventilasi meningkat. Hal ini penting pada ekspirasi aktif. Selama bernapas tenang tidak ada
impuls yang dihasilkan di jalur desendens oleh neuron ekspiratorik. Hanya ketika ekspirasi aktif
barulah neuron ekspiratorik merangsang neuron motorik yang menyarafi otot-otot ekspirasi
(otot abdomen dan intercostal internal). Selain itu, neuron-neuron inspiratorik KRV ketika
dirangsang oleh KRD, memacu aktivitas inspirasi ketika kebutuhan akan ventilasi tinggi.11,14
Pengaruh dari pusat apneustik dan pusat pneumotaksik.11 Pusat pernapasan di pons
melakukan penyesuaian halus terhadap pusat di medula untuk membantu menghasilkan inspirasi
dan ekspirasi yang lancar dan mulus. Pusat pneumotaksik menigirim impuls ke KRD yang
membantu "memadamkan" neuron-neuron inspiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi.
Sebaliknya, pusat apneustik mencegah neuron-neuron inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan
inspirasi meningkat. Dengan sistem check and balance, pusat pneumotaksik mendominasi pusat
9
apneustik, membantu menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara normal.
Tanpa rem pneumotaksik ini, pola bernapas akan berupa tarikan napas panjang yang terputus
mendadak dan singkat oleh ekspirasi. Pola bernapas yang abnormal ini dikenal sebagai apneusis
karena itu, pusat yang mendorong tipe bernapas ini disebut pusat apneustik. Apneusis terjadi pada
jenis tertentu kerusakan otak berat.14
10
tidak langsung melalui teknik pengenceran gas melibatkan inspirasi sejumlah gas penjejak yang
tak berbahaya misalnya helium.
2. Sistem Pernafasan
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan agar
Pco2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses metabolism tubuh.
Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagn produksi dan ekskresi CO2.
Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada laju metabolism sedangkan proses
ekskresi CO2 tergantung pada fungsi paru. Kelainan ventilasi dan perfusi pada dasarnya akan
mengakibatkan ketidakseimbanagn rasio ventilasi perfusi sehingga akan terjadi
ketidakseimbangan, ini akhirnya menyebabkan hipoksia maupun retensi CO2 sehingga terjadi
gangguan keseimbangan asam basa.16,17
3. Sistem Ginjal/Renal
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion
asam non volatile dan mengganti HCO3-. Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan
sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme pemgaturan oleh
ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion
hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam
12
karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus
proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.16
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hydrogen mempunyai
efek yang besar pada system biologi. Ion hydrogen berinteraksi dengan berbagai molekul
biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan ekstabilitas
membrane. Ion hydrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai pompa
proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.16
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh.
Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status
kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism
karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.16
Kesimpulan
Sistem pernapasan merupakan system utama untuk penyediaan oksigen untuk kelangsungan
proses metabolisme sel – sel tubuh dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme secara terus menerus.
Sistem pernapasan terbagi atas dua yaitu sistem pernapasan atas dan sistem pernapasan bawah, yang
dibagi menjadi dua yaitu bagian konduksi (saluran) dan bagian respirasi (pertukaran udara).
Pertukaran gas dalam tubuh juga mempengaruhi pH tubuh dalam keseimbangan asam–basa,
sehingga jika terjadi seseorang dapat mengalami asidosis atau alkalosis.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 6th ed. Jakarta: EGC; 2007. p. 537-9.
2. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC; 2011. H. 67-9; 83-5; 93-5.
3. Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks dan atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011. H. 296-301.
4. Gunardi S. Sistem pernafasan bawah. Jakarta: Ukrida; 2016. H. 29.
5. Shier D, Butler J, Lewis R. Hole’s essentials of human anatomy and physiology. Ed. 11.
America: McGraw-Hill; 2012. H. 447; 459-60.
6. Mexcorry E. Sistem respirasi. Jakarta: Ukrida; 2016. H. 75-82.
7. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. H. 2-13; 50-
4; 78-101.
8. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009. H. 5-20.
13
9. Jardins TRD. Cardiopulmonary anatomy and physiology [internet]. 5th Ed. USA: Delmar
Cengage Learning; 2008. p. 44-53. [Diakses pada 14 Mei 2016]. Diakses dari:
books.google.co.id/books?isbn=1418042781.
10. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2007. H. 266-69.
11. Husin E. Pernapasan. Jakarta: Ukrida; 2016. H. 90; 101.
12. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktreran EGC;
2002.p. 56-8.
13. Shimamora A. Kelarutan gas dalam darah. Jakarta: Ukrida; 2016. H. 7.
14. Sherwood L. Human Physiology: from cells to systems [Gambar dari buku]. 7th ed. Belmont:
Cengage Learning; 2010. P. 470-86.
15. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed. 6. Jakarta: EGC; 2011. H. 517-8.
16. UNMC. http://www.unmc.edu/dissection/idg20lungs.cfm.
17. Shaibah H. Lungs. Riyadh: Alfaisal University; 2010. p.17-21.
14