Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Batuk Pilek terhadap Sesak Napas

Agus Cahyadi

102016044

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

Abstrak

Setiap makhluk hidup sangat perlu untuk bernapas. Dengan bernapas, manusia mendapatkan
gas oksigen yang berguna bagi tubuhnya dan karbon dioksida hasil dari metobolisme yang
terjadi didalam tubuhnya. Sistem respirasi manusia terdiri dari dua proses, respirasi luar dan
respirasi dalam. Saluran pernafasan atas terdiri dari tiga bagian, yaitu cavum nasi, faring dan
laring. Setiap dari saluran nafas ini memiliki bagian dan fungsi yang berbeda-beda untuk
mendukung kelangsungan pernafasan. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka
pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pernapasan luar merupakan pertukaran antara udara luar dengan udara
dalam alveol. Sementara pernafasan dalam merupakan pertukaran oksigen dengan
karbondioksida antara udara alveol dan darah kapiler paru. Pertukaran gas ini dapat terjadi
melalui proses inspirasi dan ekspirasi. Jika udara yang diambil kotor maka dalam rongga
hidung terdapat membran mukosa yang akan menghasilkan muskusa untuk menangkap debu
atau partikel-partikel lain agar tidak sampai ke paru-paru. Jika udara kotor yang terus-
menerus dihirup maka akan mengakibatkan iritasi lapisan mukosa pada saluran pernapasan.
Sehingga meningkatan produksi mukosa dan akhirnya terjadi penimbunan mukosa.
Penimbunan mukosa karena sekresi mukosa yg berlebihan membentuk sumbatan pada
saluran nafas mengakibatkan batuk pilek dan akhirnya menjadi sesak napas.

Kata kunci: Sistem respirasi, saluran pernafasan, pertukran gas, mukosa.

Abstract

Every living thing desperately needs to breathe. By breathing, humans get a useful oxygen
gas for their bodies and carbon dioxide results from the metobolism that occurs inside their
bodies. The human respiration system consists of two processes, external respiration and
internal respiration. The upper respiratory tract consists of three parts, namely cavum rice,
1
email: agus.cahyadi15@gmail.com
pharynx and larynx. Each of these respiratory tracts has different parts and functions to
support the continuity of breathing. According to where the exchange of gas the respiration
can be distinguished on two types, namely outer breathing and deep breathing. External
breathing is the outer breathing is the exchange between the outside air and the air in the
alveol. While deep breathing is an exchange of oxygen with carbon dioxide between alveol
air and pulmonary capillary blood. This gas exchange can occur through an inspirational
and expiratory process. If the air is taken dirty then in the nasal cavity there is a mucous
membrane that will produce muskusa to catch dust or other particles to not get to the lungs.
If dirty air is constantly inhaled it will result in irritation of the mucous layer in the
respiratory tract. So that mucosal production increase and eventually there is accumulation
of mucosa. Mucosal accumulation due to excessive mucosal secretions forms a blockage in
the airways resulting in a cold cough and eventually becomes shortness of breath.

Keywords: respiratory system, respiratory tract, gas pertukran, mukosa.

Pendahuluan

Setiap makhluk hidup sangat perlu untuk bernapas. Dengan bernapas, manusia mendapatkan
gas oksigen yang berguna bagi tubuhnya dan karbon dioksida hasil dari metobolisme yang
terjadi didalam tubuhnya. Sistem respirasi manusia terdiri dari dua proses, respirasi luar dan
respirasi dalam. Respirasi dalam meliputi metabolisme intra sel yang terjadi di mitokondria
termasuk konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida selama pegambilan energi dari
molekul nutrien. Sementara pernapasan luar terdiri dari seluruh urutan langkah kejadian
antara sel tubuh dengan lingkungan luar.1 Gangguan sistem pernapasan pada manusia bisa
terjadi karena gangguan pada mekanisme pernapasan dan kelainan struktur pernapasan. Salah
satu gangguan pernapasan yang dialami manusia adalah sesak napas. Tujuan penulis adalah
supaya masyarakat mengetahui bagaimana penyebab terjadinya sesak napas.2

Pembahasan

Saluran pernafasan atas terdiri dari tiga bagian, yaitu cavum nasi, faring dan laring.

1. Rongga hidung (Cavum nasi) merupakan saluran awal masuknya udara. Cavum nasi
memiliki beberapa bagian. Pada bagian inferior terdapat nares nasi yang membatasi sisi
lateral rongga hidung. Pada bagian infero-lateral terdapat ala-nasi yang disebut cuping

2
email: agus.cahyadi15@gmail.com
hidung. Pada bagian anterior yang melebar disebut dengan vestibulum nasi yang memiliki
rambut kasar (vibrisae) berfungsi untuk menyaring debu. Vestibulum nasi akan dilapisi
kulit, sehingga memiliki kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Cavum nasi akan
berhubungan denga nasofaring melalui koana. Pada bagian superior cavum nasi akan
berbatasan dengan tiga tulang, yaitu os frontal, os ethmoidale, dan os sphenoidale. Bagian
inferior berbatasan dengan palatum durum (struktur keras), dan palatum mole (struktur
lunak). Bagian medial berbatasan dengan septum nasi. Terakhir pada bagian lateral akan
berhubungan dengan tiga tonjolan tulang tipis yang berfungsi untuk elevasi dinding
lateral hidung, disebut konka. Konka terbagi menjadi tiga, yaitu konka nasalis superior,
medius, dan inferior. Sinus paranasalis terdiri atas frontalis, ethmoidalis, spegnoidalis dan
maxillaris. Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan
tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk,
memproduksi mukus, dan memberi efek resonasi pada saat berbicara.1 Secara histologis
cavum nasi memiliki dua mukosa, yaitu respiratorius dan olfaktorius. Mukosa
respiratorius memiliki epitel bertingkat torak berisila berselgoblet. Ketika masuk ke
lubang hidung, udara melewati rongga di dalam hidung yang dibatasi oleh membran
mukosa. Membran mukosa menyekresi muskus (lendir) yang lengket dan berfungsi untuk
menangkap debu atau partikel-partikel lain agar tidak sampai ke paru-paru. Silia
digunakan untuk mendorong lendir ke arah nasofaring untuk ditelan atau dibatukan. Pada
lamina propria, terdapat grandula nasalis yang merupakan kelenjar campur yang
berfungsi untuk menjaga kelembaban dan menyaring partikel debu yang halus. Mukosa
olfaktori terletak pada konka nasalis superior. Mukosa ini memiliki epitel bertingkat torak
bersilia tanpa sel goblet. Terbagi menjadi tiga sel, yatu sel olfaktori sebagai reseptor dan
terletak pada sel penyokong. Sel penyokong yang memiliki pigmen cokelat kekuningan
dan sebagai isolator. Terakhir, sel basal yang terbagi dua menjadi sel horizontal yang
akan berkembang menjadi sel bulat dan sel bulat yang akan menjadi sel penganti sel
olfaktori dan penyokong. Pada lamina proprianya memiliki kelenjar bowman yang
berperan untuk melarutkan bau-bauan.3
2. Faring
Merupakan saluran muskulo dari basis cranii sampai bawah tepi kartilago krikoidea.
Berhubungan dengan cavum timpani dilateral. Faring mempunyai otot-otot utama, yaitu
M.Constrictorpharynges,M.stylopharyngeus,M.Salpingopharyngeus,M.Palatopharyngeus.
Pada M.Constrictorpharynges dibagi menjadi tiga, yaitu superior, media, dan inferior.

3
email: agus.cahyadi15@gmail.com
a. M.Constrictorpharinges superior
-. M.Pterygopharyngeus -. M.Mylophaaryngeus
-. Buccopharyngeus -. M.Glossopharyngeus
b. M.Constrictorpharinges media
-. M.Chondropharyngeus -. M.Ceratopharyngeus
c. M.Constrictorpharinges
-. M.Cricopharyngeus -. M.Thyreopharyngeu
Faring terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, nasofaring (bagian atas) yang memiliki
epitel respiratori dan noduli limfatisi. Kedua, orofaring (bagian tengah) yang memiliki
epitel berlapis gepeng tanpa tanduk dan tonsil palatine. Ketiga, laringofaring yang
memiliki epitel bervariasi.1
3. Laring
Merupakan pipa pendek, kaku, dan silinder. Terletak diantara faring dengan faring dan
trakea yang berperan sebagai fonasi dan mencegah masuknya makanan atau cairan ke
sistem pernafasan ketika menelan. Laring otot intristik yang menghubungkan kartilago
satu dengan yang lain dan berfungsi untuk fonasi. Sementara otot ekstrinstik untuk
menghubungkan laring dengan sekelilingnya dan untuk menelan. Pada cavum laringis
terbagi menjadi dua lipatan, yaitu lipatan yang menutupi ligamen vestibuli dan akan
menjadi plica vestiblaris (pita suara palsu). Kedua, akan menutupi ligamen vokal dan
akan menjadi plica vokalis (pita suara asli). Perbedaan terbesar pada kedua plica ini
adalah plica vokalis memiliki pita suara dan M.Vokalis. Sementara epitel pada plica
vestibuli masih memiliki epitel resparitori dan kelenjar limfoid.3,4

Mekanisme Pernapasan

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara
yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan
dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar
maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka
udara akan keluar.2

4
email: agus.cahyadi15@gmail.com
Transport O2

Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk ke


dalam paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang menuju jaringan,
dan kapasitas darah untuk mengangkut O2. Jumlah O2 di dalam darah ditentukan oleh jumlah
O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah, dan afinitas hemoglobin terhadap O2.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruuhi kecepatan difusi. Faktor yang paling besar
adalah perbedaan tekanan. Semakin tinggi tekanan, maka semakin cepat difusi berlangsung.
Ada juga luas penampang yang semakin besar akan meningkatkan kecepatan difusi. Panjang
jarak yang kecil akan meningkatkan difusi. Daya larut gas juga akan meningkatkan difusi dan
terakhir adalah koefisen yang meningkatkan kecepatan difusi.5

Transport CO2

Selain perannya dalam transport oksigen, hemoglobin juga membantu darah untuk
mengangkut karbon dioksida dan membantu dalam penyanggan pH darah yaitu, mencegah
perubahan pH yang membahayakan. Sekitar 7% dari karbon dioksida yang dibebaskan oleh
sel-sel yang berespirasi diangkut sebagai CO2 yang terlarut dalam plasma darah. Sebanyak
23% karbon dioksida terikat dengan banyak gugus amino hemoglobin. Sebagian besar karbon
dioksida, sekitar 70%, diangkut dalam darah dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon dioksida
yang dilepaskan oleh sel-sel yang berespirasi berdifusi masuk ke dalam plasma darah dan
kemudian masuk ke dalam sel darah merah, dimana CO2 tersebut diubah menjadi bikarbonat.
Karbon dioksida pertama bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang
kemudian berdisosiasi menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Sebagian besar ion
hydrogen berikatan di berbagai tempat pada hemoglobin dan protein lain sehingga tidak
mengubah pH darah. Ion bikarbonat lalu berdifusi ke dalam plasma. Ketika darah mengalir
melalui paru-paru, proses tersebut dibalik. Difusi O2 keluar dari darah akan menggeser
kesetimbangan kimiawi di dalam sel darah merah kearah pengubahan bikarbonat menjadi
CO2.6

Pertukaran gas di paru-paru

Transport ini dilakukan dengan dua cara, yaitu fisika dan kimia. Secara fisika, kelarutan O2
terjadi didalam plasma darah sangat kecil. Sementara secara kimia, O2 akan berdifusi ke
dalam sel darah merah dan terikat pada hemoglobin, membentuk oksiHb sambil melepaskan
H+. Pada saat Hb jenuh dengan O2, afinitas CO2 akan menurun dan mengakibatkan

5
email: agus.cahyadi15@gmail.com
terdisosiasinya CO2 dan keluar dari eritrosit menuju alveolus. Ion H+ yang dilepaskan Hb
berikatan dengan HCO3- yang berdifusi ke dalam eritrosit dari plasma dan saling bertukar
tempat dengan Cl- . Reaksi antara H+ dan HCO3- menghasilkan HCO3- menghasilkan H2CO3.
Asam karbonat pecah menjadi H2O dan CO2 dengan bantuan enzim karbonat anhydrase. CO2
berdifusi keluar dari eritrosit menuju plasma lalu ke alveolus.

Pertukaran gas di jaringan

CO2 terlarut dalam jumlah kecil didalam plasma, namun besar bedifusi kedalam eritrosit. CO2
akan bereaksi dengan air dan membentuk H2CO3 atau berikatan dengan Hb membentu
carbamino Hb. Reaksi dikatalisis oleh carbamino anhydrase. H2Co3 terdisosiasi menjadi H+
dan HCO3-. Selama pergeseran klorida, ion HCO3- berdifusi keluar dari eritrosit digantikan
oleh Cl-. Selanjutnya HCO3- bertindak sebagai buffer mengontrol pH darah. Dalam eritrosit,
io H+ dibuffer oleh Hb. Pada keadaan dimana Hb berikatan dengan H +. Hb mempunyai
aktifitas yang rendah terhadap O2. Sejumlah kecil O2 diangkut dalam keadaan terlarut secara
fisik berdifusi keluar dari plasma masuk ke dalam sel jaringan.7

Otot-otot Pernapasan

Pada fase inspirasi, otot diafragma berkontrasi sehingga diafragma mendatar, akibatnya
rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk. Otot
diapragma merupakan otot utama pada fase inspirasi. Pada fase ini, M.Intercostalis eksternus
berkontraksi sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam tulang dada menjadi
kecil dari pada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. Dan pada
inspirasi kuat terdapat otot-otot tambahan yang berfungsi membantu proses inspirasi. Otot
tersebut adalah sternokleidomastoideus, scalenus anterior, scalenus medius, scalenus
posterior, pectoralis mayor, dll. Pada fase ekspirasi, otot diapragma berelaksasi (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih
besar, akibatnya udara keluar paru-paru. Pada fase ini merupakan fase relaksasi atau
kembalinya otot antar tulang rusuk (M.Intercostalis internus) ke posisi semula yang diikuti
oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan
di dalam rongga dada menjadi lebih besar dari pada tekanan luar, sehingga udara dalam
rongga yang kaya karbondioksida keluar.8

6
email: agus.cahyadi15@gmail.com
Kesimpulan

Dalam skenario yang didapat, seorang anak perempuan mengalami sesak karena Jika udara
yang diambil kotor maka dalam rongga hidung terdapat membran mukosa yang akan
menghasilkan muskosa untuk menangkap debu atau partikel-partikel lain agar tidak sampai
ke paru-paru. Jika udara kotor yang terus-menerus dihirup maka akan mengakibatkan iritasi
lapisan mukosa pada saluran pernapasan. Sehingga meningkatan produksi mukosa dan
akhirnya terjadi penimbunan mukosa. Penimbunan mukosa karena sekresi mukosa yg
berlebihan membentuk sumbatan pada saluran nafas mengakibatkan batuk pilek dan akhirnya
menjadi sesak napas.

Daftar Pustaka

1. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Edisi ke-1. Jakarta: FKUI; 2007.h.51-53.


2. Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC;2011.h.449-450
3. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC; 2005.h.231-45.
4. Gunawijaya FA. Kumpulan foto mikroskopik histologi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit
Universitas Trisakti; 2007.h.161-8
5. William FG. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.h.683-
94.
6. Campbell NA. Biologi. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga; 2004.h.65-7.
7. Moffat D, Faiz O. At glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.
8. Santoso G. Anatomi sistem pernapasan. Edisi I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.

7
email: agus.cahyadi15@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai