PENDAHULUAN
1
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami pengertian dari
farmakokinetik.
2. Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami mekanisme dari
farmakokinetik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Difusi bebas tanpa bantuan carrier (transport pasif murni)
Difusi yang dipermudah (dengan perantaraan carrier)
(pasif)
Transpor aktif
Pinositosis, fagositosis, dan persorpsi (pada persorpsi
partikel-partikel padat mencapai tubuh secara interseluler)
a. Metode absorpsi
Transport pasif, tidak memerlukan energy, sebab hanya
dengan proses difusi obat dapat berpindah dari daerah
dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan
konsentrasi rendah. Transport pasif terjadi selama molekul-
molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan
berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane
seimbang.
Transport aktif, membutuhkan energy untuk menggerakkan
obat dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah
denga konsentrasi obat tinggi.
b. Kecepatan absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sistemik hanya
sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level
pengobatan dalam tubuh.
4
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
- Lambat sekali, berjam-jam/berhari-hari:per rectal/sustained
frelease
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah,
mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster.
2. Makanan tinggi lemak
Absorpsi obat
Absorpsi kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi.
Kecepatan absorpsi dan kuosien absorpsi (hubungan bagian yang
diabsorpsi terhadap jumlah yang diberikan) bergantung kepada banyak
faktor. Di antaranya yang terpenting ialah:
1. Sifat fisikokimia bahan obat, terutama sifat stereokimia dan
kelarutannya
2. Besar partikel
5
3. Bentuk sediaan obat
4. Dosis
5. Rute pemberian dan tempat pemberian
6. Waktu kontak dengan permukaan absorpsi
7. Besarnya luas permukaan yang mengabsorpsi
8. Nilai pH dalam darah yang mengabsorpsi
9. Integritas membran
10. Aliran darah organ yang mengabsorpsi
6
untuk senyawa yang dapat diabsorpsi dengan mudah dan selain itu tidak
boleh mempunyai rasa tidak enak. Indikasi penting ialah pengobatan
serangan angina pectoris denga nitrogliserol.
7
cairan dan zat padat. Aerosol berfungsi terutama untuk terapi local dalam
daerah saluran pernapasan, misalnya pengobatan asma bronchus.
2. Distribusi
8
Ikatan terutama terjadi pada albumin plasma, yang mempunyai banyak tempat
ikatan untuk obat.
Tempat ikatan tidak spesifik, sehingga pada satu tempat ikatan dapat
terikat beberapa obat yang berbeda. Ini mengakibatka obat-obat dapat saling
mendesak secara kompetitif dari tempat ikatan. Obat yang terdesak tergantung
pada konsentrasi obat tersebut dan afinitas masing-masing terhadap tempat
ikatan yang tidak spesifik. Beberapa jenis obat sudah dapat menjenuhkan
tempat ikatan pada protein plasma dalam konsentrasi plasma terapeutik.
Makin lipofil suatu obat, makin tinggi ikatan pada protein plasma
Ikatan pada protein plasma bersifat reversible
Zat yang terkait pada protein plasma dari ruang intravasal tidak
dapat masuk ke dalam sel. Ini hanya memungkinkan bagi zat yang
tersedia dalam keadaan bebas.
Zat yang terikat pada protein plasma tidak dapat dimetabolisme,
tidak dapat mencpai tempat kerja dan menjadi efektif, serta tidak
dapat dieliminasi melalui ginjal dan tidak dapat dihemodialisis
Pada uremia, ikatan protein plasma obat-obatan dapat berkurang
9
suatu nilai fiktif, yang dapat jauh melampaui volume keseluruhan cairan tubuh (kl
42 l). hal ini merupakan petunjuk bahwa obat ditimbun di dalam jaringan-jaringan
tertentu, misalnya di dalam jaringan lemak. Seringkali volume distribusi
dinyatakan dalam hubungannya dengan berat badan (BB) yaitu dalam l/kg.
Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor lebih lanjut
bersama aliran darah ke dalam sistem sirkulasi. Karena adanya perbedaan
konsentrasi darah dengan jaringan, bahan aktif obat akan meninggalkan pembuluh
darah dan terdistribusi dalam organism keseluruhan. Penetrasi dari pembuluh
darah ke dalam jaringa (distribusi ke jaringan), seperti halnya absorpsi,
bergantung pada banyak hal, antara lain ukuran molekul, ikatan pada protein
plasma dan protein jaringan, kelarutan dan sifat kimia zat aktif.
1. Pengaruh sifat kelarutan bahan akibat obat dimana senyawa yang larut
baik dalam lemak terkonsentrasi dalam jaringan yang mengandung
banyak lemak. Sedangkan sebaliknya zat hidrofil hamper tidak diambil
oleh jaringan lemak, karena itu ditemukan terutama dalam ekstrasel
(yang bersifat hidrofil).
2. Distribusi sebagian besar ditentukan oleh pasokan darah dari organ dan
jaringan. Obat yang dapat berdifusi ke dalam organ tertentu dari
pembuluh darah makin tinggi apabila pasokan darahnya makin besar.
Ini berarti, bahwa orga yang mempunyai banyak kapiler mengambil
jumlah obat yang lebih besar dibandingkan organ yang pasokan
darahnya kurang. Pada akhir proses distribusi, keseimbangan distribusi
tidak bergantung kepada besarnya pasokan darah.
3. Proses distribusi khusus yang harus dipertimbangkan ialah saluran
cerna. Senyawa yang diekskresi dengan empedu ke dalam usus 12 jari,
sebagian atau seluruhnya dapat direabsorpsi dalam bagian usus yang
lebih dalam (sirkulasi enterohepatik). Senyawa basa sebagian
direabsorpsi dalam usus halus (sirkulasi enterogaster).
10
4. Aliran darah. Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi
ke organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Orga dengan aliran
darah terbesar adalah jantung, hepar, ginjal. Sedangkan distribusi ke
organ lain seperti kulit, lemak dan otot oleh lambat.
5. Permeabilitas kapiler. Tergantung pada struktur kapiler dan struktur
obat.
6. Ikatan protein. Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak
dengan protein dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak
aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat
memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila > 80%
obat terikat protein.
3. Biotranspormasi
11
Dengan jalan biotransformasi, zat yang diabsorpsi diubah sedemikian
rupa sehingga dapat diekskresi. Jadi, biotransformasi sudah merupakan suatu
bentuk eliminasi.
Obat yang lipofil (atau zat asing pada umumnya dan juga bahan
beracun) diubah oleh biotransformasi menjadi produk yang lebih hidrofil,
yang kemudian dapat diekskresi terutama melalui ginjal.
Reaksi fase II dapat menyusul setelah fase I, tetapi dapat juga terjadi
langsung pada bahan berkhasiat. Aktivitas metabolismezat asing yang
paling tinggi berlangsung di hati, tetapi biotransformasi juga berlangsung
di organ tubuh yang lain seperti usus, ginjal, paru-paru, kulit atau darah.
Reaksi fase I yang paling penting adalah oksidasi zat asing oleh enzim
Sitokrom-P450 (CYP450) adalah monooksigenase yang setelah
mengaktifkan oksigen molekuler (O2) memindahkan satu atom oksigen ke
substrat, da satu atom lagi direduksi menjadi air (H2O).
12
Dalam banyak kasus, biotransformasi mengakibatkan inaktivasi bahan-
bahan obat. Namun, biotransformasi dapat pula menghasilkanproduk yang
mempunyai efek terapi (aktif), contohnya:
Alopurinol : Oksipurinol
Imipramin : Desipramin
Diazepam : Desmetilidiazepam
Kodein : Morfin
13
Faktor – faktor yang mempengaruhi metabolisme, yaitu:
a. Kondisi khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, antara
lain. Penyakit hepar seperti sirosis.
b. Pengaruh gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
c. Pengaruh lingkungan
Lingkungan juga dapat memengaruhi metabolisme, contohnya :
rokok, keadaan stress, penyakit lama, operasi, dan cedera.
d. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme seperti,
metabolisme bayi, remaja, dewasa, lansia itu berbeda.
4. Ekskresi
14
bahan obat merupakan proses difusi pasif. Proses ini bergantung kepada
sifat kelarutan obat, harga pKa-nya dan harga pH urin. Senyawa yang larut
dalam lemak dan diabsorpsi usus dengan baik, juga mudah menembus
epitel tubulus dan direabsorpsi dengan baik. Sebaliknya senyawa hidrofob
yang hamper tidak dapat diabsorpsi melalui usus, sukar berdifusi melalui
tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan
setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting
adalah melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi
melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan,
2009).
Asam lemah dalam suasana alkalis hamper seluruhnya berada dalam keadaan
terdisosiasi, sehingga dengan alkalisasi urin, reabsorpsi asam lemah (mis.
Asetosal, Barbiturat) dapat dikurangi dengan demikian ekskresi dipercepat.
Makna untuk praktik klinis mis. Pada pelaksanaan diuresis paksa alkalis pada
intoksikasi barbiturate. NaHCO3 diberikan untuk membasakan urin. Sebaliknya,
ekskresi zat-zat yang bereaksi basa dipercepat dengan mengasamkan urin
(pemberian NH4Cl atau Argininhidroklorida). Hal ini penting mis. Pada eliminasi
Wekamin tipe Amfetamin.
15
diuretika tiazid disekresi aktif oleh carrier untuk asam organik. Zat-zat seperti
Neostigmin dan Dopamin disekresi aktif oleh carrier untuk basa organik.
Ikatan pada carrier ini tidak spesifik, artinya apabila zat-zat itu berada
bersama-sama, pendesakan kompetitif akan terjadi pada carrier. Sebagai
contoh, Probenesid mendesak Penisilin dari carrier bersama di tubuli
proksimal. Hal ini mengakibatkan pengurangan ekskresi Penisilin di
ginjal; t1/2 Penisilin diperpanjang.
Ikatan pada carrier dapat menjadi jenuh.
Ekskresi obat melalui kulit, tidak begitu penting. Sebaliknya pada ibu yang
menyusui, eliminasi obat dan metabolitnya dalam air susu dapat
menyebabkan introksikasi yang membahayakan pada bayi.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
17
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Chaerunisaa, Anis Yohan, dkk. 2009. Farmasetika Dasar Konsep Teoritis dan
Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjajaran.
Schmitz, Gery, dkk. 2009. Farmakologi dan Toksikologi Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
19