Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7

1. PUTRI DALEM NUNING STITI 161200093


2. PUTU ANDI DHARMA 16120094
3. PUTU ITA YULIANA WIJAYANTI 161200095
4. PUTU RYAN MAHARDIKA 161200096
5. S. A. N. WAHYU ASTIKA DEWI 161200097

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2018
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk:
1) Membuat kurva hubungan konsentrasi dan absorban.
2) Menentukan persamaan garis regresi linier.
3) Menentukan kadar zat tunggal memakai Hukum Lambert Beer dan
memakai persamaan garis regresi linier.
2. TINJUAN PUSTAKA
2.1 Analit atau sampel
Parasetamol merupakan bagian obat yang dikenal dengan nama
“analgetik anilin”. Ini hanya salah satu contoh obat yang sering digunaan saat
ini. Menurut beberapa sumber, obat ini diklasifikasikan dalam obat
antiinflamasi non-steroid (NSAID) dan menurut sumber lain juga tidak
diklasifikasikan dalam obat golongan NSAID. Paracetamol (C8H9NO2) juga
disebut asetaminofen adalah 4’-hidroksiasetanilida dan merupakan turunan
aniline. Obat ini tersedia dalam formulasi yang berbedabeda dan digunakan
secara luas untuk meningkatkan efisiensi dan toleransi, menurunkan efek
yang kurang baik dan toksisitas dari substansi obat lain. Berikut merupakan
gambar struktur parasetamol
Parasetamol di kenal dengan nama lain asetaminofen merupakan
turunan para aminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan
salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah. Penggunaan parasetamol mempunyai
beberapa keuntungan dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak
ada efek iritasi lambung, gangguan pernafasan, gangguan keseimbangan asam
basa. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik,
telah menggantikan penggunaan asam salisilat (Gunawan et al, 2007). Namun
penggunaan dosis tinggi dalam waktu lama dapat menimbulkan efek samping
methemoglobin dan hepatotoksik (Siswandono & Soekardjo, 1995).
Adapun struktur kimia dari parasetamol

Gambar 2.1 Struktur Kimia Parasetamol


(Ditjen POM, 1995)

2.2 Metode Analisis


Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau
tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu
cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar
dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi,
1990).
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu
instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia.
Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam
menganalisa begitu banyak senyawa kimia, serta kepraktisannya dalam hal
preparasi sampel .
Sesuai dengan namanya spektrofotometer UV-Vis merupakan
gabungan antara spektrofotometer UV dan Visible. Pada spektrofotometer
UV-Vis menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya
UV dan sumber cahaya visible.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer berkas
ganda sedangkan pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk
spektrofotometer berkas tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda blanko
dan sampel dimasukan atau disinari secara bersamaan, sedangkan
spektrofotometer berkas tunggal blanko dimasukan atau disinari secara
terpisah.
Kini spektrofotometer yang digunakan hanya menggunakan satu
lampu sebagai sumber cahaya. Lampu yang digunakan sebagai sumber
cahaya yaitu photodiode yang telah dilengkapi monokromator.
Monokromator disini berfungsi untuk mengubah cahaya yang berasal dari
sumber cahaya sehingga diperoleh cahaya hanya dengan satu jenis panjang
gelombang.

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
a. Labu takar ukuran 25 dan 50 mL
b. Pipet volume ukuran 1; 5 dan 10 mL
c. Pipet ukur ukuran 1; 5 dan 10 mL
d. Gelas piala 100mL
e. Spektrofotometer
f. Pipet tetes
g. Botol semprot
h. Tissue
i. Lap
j. Kuvet ukuran 1 cm
3.2 Bahan :
a. Parasetamol padat
b. Aquadest
4. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1 Penyiapan larutan
a. Larutan stok baku Parasetamol
1) Sebanyak 10 mg Parasetamol ditimbang.
2) Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
3) Dilarutkan dalam aquades dan volume digenapkan sampai tanda.
4) Sehingga didapatkan kadar larutan = 0,2 mg/mL = 200 µg/mL
b. Larutan siap ukur baku Parasetamol
a) Dipipet 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mL larutan stok
b) Dimasukkan kedalam labu 25 mL
c) Ditambahkan aquades sampai tanda batas
c. Larutan blanko = larutan aquadest
4.2 Pengukuran Uji dan Sampel dengan Instrumen
a. Menghidupkan spektrofotometer GENESYS TM 10
a) Dihidupkan alat dengan menekan tombol ON atau OFF (1 = ON,
0 = OFF )
b) Penstabilan sumber radiasi (lampu sinar tampak = 30 menit,
lampu UV/xenon = langsung)
c) Pengukuran larutan blanko dan larutan sampel
d) Pembacaan spektrofotometer diatur agar pembacaan %T=100 atau
A=0,00 dengan larutan blanko.
e) Semua larutan baku parasetamol diukur pada panjang gelombang
maksimumnya (panjang gelombang maksimum parasetamol yang
diambil dari hasil percobaan sebelumnya).
5. SKEMA KERJA
5.1 Skema Kerja Pembuatan Larutan
5.1.1 Larutan stok baku parasetamol
Sebanyak 10 mg Parasetamol ditimbang.

Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL

Dilarutkan dalam aquades dan volume digenapkan sampai tanda.

Sehingga didapatkan kadar larutan = 0,2 mg/mL = 200 µg/mL

5.1.2 Larutan siap ukur baku parasetamol

Dipipet 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mL larutan stok

Dimasukkan ke dalam labu 25 mL Ditambahkan aquades sampai tanda


batas
5.1.3 Larutan blanko = Larutan aquadest

Siapkan aquadest, lalu masukkan ke dalam kuvet secukupnya

5.2 Skema Kerja Pengukuran Uji dan Sampel dengan Instrumen


1. Menghidupkan spektrofotometer GENESYS TM 10
Dihidupkan alat dengan menekan tombol ON atau OFF (1 = ON, 0 =
OFF )

Penstabilan sumber radiasi (lampu sinar tampak = 30 menit, lampu


UV/xenon = langsung)
2. Pengukuran larutan blanko dan larutan sampel
Pembacaan spektrofotometer diatur agar pembacaan %T=100 atau
A=0,00 dengan larutan blanko.

a. Semualarutanbakuparasetamoldiukurpadapanjanggelom
Semua larutan baku parasetamol diukur pada panjang gelombang
bangmaksimumnya
maksimumnya (panjang gelombang maksimum parasetamol yang
(panjanggelombangmaksimumparasetamol yang
diambil dari hasil percobaan sebelumnya).
diambuldarihasilpercobaansebelumnya).
5.3 Preparasi sampel paracetamol dan penetapan kadar (Menurut FI)

Timbang saksama sejumlah serbuk


tablet setara dengan 150 mg. tambahkan 50 ml NaOH 0,1 N

encerkan dengan 100 ml air

kocok selama 15 menit

tambahkan aquadest secukupnya


hingga 20 ml

campur

saring

Encerkan 10 ml filtrat dengan air


secukupnya hingga 100 ml.

Pada 10 ml tambahkan 10 ml natrium hidroksida


0,1 N

encerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml.

Ukur serapan-1 cm larutan pada


maksimum lebih kurang 257 nm

A(1%, 1 cm) pada maksimum lebih


kurang 257 nm adalah 715
6. HASIL DAN PERHITUNGAN
6.1 Absorbansi Parasetamol Pada rentang 220-270 nm
Panjang Gelombang Absorbansi

220 0.245

222 0.253

224 0.264

226 0.273

228 0.278

230 0.285

232 0.29

234 0.3

236 0.31

238 0.315

240 0.322

242 0.328 Panjang gelombang


maksimum
244 0.3

246 0.285

248 0.28

250 0.265

252 0.255

254 0.24

256 0.222

258 0.21

260 0.2

262 0.195
264 0.18

266 0.165

268 0.15

270 0.11

Kurva:

Maka λmaks = 242 nm

y = -0.0027x + 0.907
Paracetamol R² = 0.5209

0.4

0.3
Absorbansi

0.2

0.1

0
0 50 100 150 200 250 300
panjang gelombang (nm)

Series1 Linear (Series1)

6.2 Preparasi Larutan Baku Standar Parasetamol


Dilakukan pembacaan absorbansi pada panjang gelombang 242 nm,
dengan sampel yang dibaca terdiri dari 5 konsentrasi yakni:

Diketahui : Kadar larutan stok baku 0,2 mg/ml = 200 mcg/ml

Volume Labu ukur yang digunakan = 25 ml

Perhitungan Konsentrasi Sampel dengan Faktor pengenceran

V1.M1 = V2.M2
a. Volume 1 ml
𝑉1. 𝑀1 1,0 𝑥 200
=
𝑉2. 𝑀2 25 𝑥 𝑀2
M2 = 8 mg/ml (ppm)
b. Volume 1,5 ml
𝑉1. 𝑀1 1,5 𝑥 200
=
𝑉2. 𝑀2 25 𝑥 𝑀2
M2 = 12 mg/ml (ppm)
c. Volume 2 ml
𝑉1. 𝑀1 2,0 𝑥 200
=
𝑉2. 𝑀2 25 𝑥 𝑀2
M2 = 16 mg/ml (ppm)
d. Volume 2,5 ml
𝑉1. 𝑀1 2,5 𝑥 200
=
𝑉2. 𝑀2 25 𝑥 𝑀2
M2 = 20 mg/ml (ppm)
e. Volume 3 ml
𝑉1. 𝑀1 3 𝑥 200
=
𝑉2. 𝑀2 25 𝑥 𝑀2
M2 = 24 mg/ml (ppm)

6.3 Kurva kalibrasi paracetamol


Pembacaan absorbansi menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 242 nm, diperoleh data konsentrasi dan absorbansi :
Konsentrasi Sampel Absorbansi
8 ppm 0.251
12 ppm 0.367
16 ppm 0.426
20 ppm 0.680
24 ppm 0.863
Kurva regresi linear:

y = 0.0384x - 0.0974
paracetamol R² = 0.9533
1
0 5 10 15 20 25 30
absorbansi

0.1
konsentasi sampel

Series1 Linear (Series1)

Berdasarkan persamaan y = bx + a, maka diperoleh persamaan y =


0.0384x - 0.0974. Apabila diketahui absorbansi (y) = 0.386, maka diperoleh
perhitungan sebagai berikut.
y = 0.0384x - 0.0974
0.386 = 0.0384x - 0.0974
0,386+0,0974
x = 0,0384

= 12.58 ppm
Dilakukan pengenceran 100x, maka konsentrasi paracetamol sebenarnya adalah
𝜇𝑔 𝜇𝑔
12.58 𝑚𝑙 × 100 = 1258 𝑚𝑙 = 1.258 mg/ml.

Maka, konsentrasi paracetamol pada sampel adalah 1.258 mg/ml.


a) Penimbangan Tablet Paracetamol untuk pembuatan larutan sampel
Tablet Paracetamol 500 mg Bobot (mg)
Tablet I 580
Tablet II 600
Tablet III 580
580 𝑚𝑔+600 𝑚𝑔+580 𝑚𝑔
Rata-rata tablet paracetamol : 3

= 586.67 mg
Paracetamol rata-rata ≈ paracetamol murni
x ≈ paracetamol murni yang dibutuhkan
586.67 mg ≈ 500 mg
x ≈ 150 mg
150 𝑚𝑔𝑥 586.67 𝑚𝑔
x= 500 𝑚𝑔

x = 176,3 mg
Selanjutnya, setelah dilakukan pengenceran, diperoleh paracetamol dengan
konsentrasi 176.3mg/120ml atau 1.469 mg/ml.

6.4 Perhitungan Kadar


Diketahui : konsentrasi yang terhitung: 1,258 mg
konsentrasi awal : 1,469 mg
Ditanya : kadar paracetamol?
Jawab :
% Perolehan Kembali = Konsentrasi yang terhitung/Konsentrasi awal X 100%
1.258 mg
= × 100%
1.469mg

= 85.63 % b/b.
7. PEMBAHASAN
Pada praktikum percobaan pertama yaitu penetapan kadar parasetamol
dalam tablet dengan spektrofotometri UV-Vis menggunakan kurva kalibrasi dan
persamaan garis regresi linier.
Parasetamol dianalisis kadarnya dengan menggunakan spektrofotometer
karena secara struktur diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor
dan gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi
pada daerah ultraviolet. Paracetamol mempunyai spectrum ultraviolet dalam
suasana asam pada panjang gelombang 245 nm.
Pembuatan preparasi dengan penimbangan bobot masing-masing tablet
paracetamol, untuk pembuatan 1 sampel digunakan 3 tablet paracetamol.
Digunakan 3 tablet bertujuan untuk meningkatkan homogenitas kandungan
parasetamol pada masing-masing tablet, karena pada satu tablet dengan tablet
yang lain tidak mengandung bobot parasetamol yang sama. Berat total 5 tablet
yang digunakan pada sampel 1, 2, 3 adalah 580mg, 600mg dan 580mg. Masing-
masing tablet digerus hingga homogen lalu ditimbang parasetamol serbuk tersebut
setara dengan 150mg parasetamol. Serbuk parasetamol dilarutkan dengan 50ml
NaOH 0,1N dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100ml pada labu takar
lalu dikocok hpmpgen selama 10 menit untuk mengoptimalkan paracetamol larut
sempurna dalam NaOH 0,1 N. Hasil pengenceran tersebut ditambahakan kembali
aquadest secukupnya hingga 20ml, dicampurkan kemudian disaring. Filtrate
sebanyak 10ml diencerkan dengan aquadest secukupnya hingga 100ml. hasil
pengenceran yang didapat diambil kembali sebanyak 10ml dan ditambahkan
10ml larutan NaOH 0,1 N.
Dalam kegiatan praktikum penentuan parasetamol , terlebih dahulu
disiapkan larutan stok baku, yaitu larutan yang telah diketahui konsentrasi 0,02
mg/ml dengan menimbang 10 mg parasetamol, dimasukkan ke dalam labu ukur
50ml, kemudian ditambahkan larutan NaOH 0,1 N hingga tanda batas dan
dikocok hingga homogen. Dibuat larutan siap ukur parasetamol sebanyak 5
larutan dengan seri 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0ml; 2,5 ml, 3ml.
Pada spektrofotometer membutuhkan penentuan panjang gelombang
maksimum dimana panjang gelombang maksimum merupakan panjang
gelombang yang memberikan absorbansi maksimal terhadap kompleks warna
yang terbentuk dari analit. Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan
dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu sehingga diperoleh kurva
kalibrasi maka larutan strandar (senyawa murni obat) dibuat dalam 5 konsentrasi.
Dalam percobaan ini dibuat larutan baku dengan konsentrasi 8 ppm, 12 ppm, 16
ppm, 20 ppm, 24 ppm.
Sebelum dilakukan serapan, maka harus ditentukan panjang gelombang
maksimumnya terlebih dahulu. Alsan penggunaan panjang gelombang maksimum
yakni panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi
perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelomang maksimum
bentuk kurva kalibrasi memenuhi hukum Lambert Beer. Dari percobaan ini
diperoleh panjang gelombang maksimum untuk paracetamol 242 nm dengan
absorbansi 0,323. Hasil panjang gelombang ini sedikit menyimpang dari literatur
yang menyatakan bahwa panjang gelombang paracetamol 243 nm
(Galichet,2004). Penyimpangan ini disebabkan oleh pengambilan larutan baku
paracetamol yang kurang tepat. Penyimpangan juga dapat disebabkan karena
kuvet yang digunakan kurang bersih dan banyak cairan yang masih terdapat pada
kuvet. Berikut ini adalah kurva hubungan absorbansi larutan baku paracetamol
dengan panjang gelombang pada rentang 220-270 nm.
Setelah diperoleh absorbasi sampel pada analisis spektrofotometer
kemudian dihitung dan dihubungkan antara hasil kurva kalibrasi dan absorbansi
sampel berdasarkan perhitungan y= bx +a. Setelah persamaan garis diperoleh
maka kadar paracetamol dapat dihitung. Pengukuran konsentrasi obat dalam
sampel berdasarkan hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert Beer menyatakan
hubungan linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan
berbanding terbalik dengan transmitan. Hasil perhitungan kadar paracetamol
adalah 85,63%.

8. PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penetapan kadar paracetamol yang
telah dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis diperoleh kadar
parasetamol dalam sampel sebesar 85,63%.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, F., Thiam S,C., and Yahya, S. 2013. Bio-template Synthesis of Silika
Ruthenium Catalyst of Benzylation of Toluene. Journal of Physical
Science. Vol. 24. No. 1.
Audu, Sani Ali., Taiwo, Alemika Emmanuel., Mohammed, Bala Fatima., Musa,

Sani., dan Bukola, Ragmat, 2012, Analysis Of Different Brands Of

Paracetamol 500 mg Tablets Used in Maiduguri Using Ultra Violet

Spectrophotometric and High Performance Liquid Chromatographic

(HPLC) Method, International Research Journal Of Pharmacy, Vol. 3/

Maiduguri, Nigeria.

Darsono Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan


Parasetamol. JKM. Vol. 2. No. 1.
Day, R. A. and A. L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Keenam. Jakarta. Penerbit Erlangga
Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hal. 1083, 1084.
Hariadi. Arsyad. Prinsip Spektrofotometer-Uv-Vis. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar
Rachdiati, Henny., Hutagaol, Ricson P., dan Rosdiana, Erna, 2008, Penentuan

Waktu Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi, Jurnal Nusa Kimia, Vol.

8/ Bandung.

Wunas, Yeanny dan Susanti. 2011. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi
kedua). Makassar : Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
UNHAS

Anda mungkin juga menyukai