Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada jaman modern ini kehidupan masyarakat identik dengan persaingan hidup yang
menyebabkan masyarakat akan condong ke arah individualisme, dimana hal ini akan lebih
tampak pada masyarakat perkotaan. Gaya hidup individualisme inilah yang nantinya akan
berdampak pada kehidupan keluarga. Masyarakat perkotaan akan lebih banyak memusatkan
perhatian dan waktunya pada keluarga inti saja. Tuntutan ekonomi yang semakin
meningkat juga akan membuat prioritas hanya pada keluarga inti saja. Dan para orang tua
lanjut usia yang kini menjadi bagian keluarga extend akan kurang mendapat perhatian
untuk diurus dan dirawat di rumah mereka, sehingga para manula yang biasanya sudah
berusia di atas 60 tahun ke atas menjadi terlantar. Hal ini tidak hanya terjadi pada orang tua
yang memiliki keluarga saja tetapi banyak juga orang tua terlantar karena tidak memiliki sanak
keluarga lagi dan hidup sebatang kara dalam kemiskinan. Karena banyaknya fenomena ini
maka dikeluarkanlah aturan yang dimuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi lanjut usia selama ini masih terbatas pada upaya pemberian sebagaimana
dimaksud dalam Undang- undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan
Penghidupan Orang Jompo, yang pada saat ini dirasakan sudah tidak memadai apabila
dibandingkan dengan perkembangan permasalahan lanjut usia, sehingga mereka yang memiliki
pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan berperan dalam pembangunan.

Dari penjelasan diatas muncul alasan yang terbaik untuk membuat sebuah Panti
Werdha disuatu daerah dengan tingkat pertumbuhan lansia yang tinggi. Badung merupakan
salah satu kabupaten di daerah Bali dengan jumlah lansia yang tinggi yaitu mencapai
mencapai ± 31.165 juta jiwa (sumber : Nusa Bali, 2016) sehingga cocok untuk dibangun Panti
Werdha. Nantinya Panti Werdha ini akan bertujuan sebagai tempat untuk merawat para
lansia agar semua kebutuhan para lansia tersebut dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu
para lansia juga dapat mencari kepuasan dan kesenangannya sendiri melalui berbagai
macam bentuk aktivitas di Panti Werdha. Panti Werdha ini kedepannya diharapkan mampu
menampung kegiatan para lansia dengan beberapa fasilitas selain fasilitas hunian yaitu
fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas kesehatan yang memantau kesehatan mental
dan fisik para lanjut usia mengingat mereka mengalami kemunduran dalam kesehatan.
Fasilitas yang bersifat spiritual juga harus disediakan, mengingat mereka dalam usia
lanjut ini makin mendekatkan diri pada Tuhan sebagai pencipta mereka. Fasilitas yang
bersifat hiburan untuk mengisi waktu luang para lansia dengan hal-hal menarik.
1.2 TUJUAN
 Merencanakan programming dari sebuah Panti Werdha yang berada di Kabupaten
Badung sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
 Merancang suatu Panti Werdha dengan konsep arsitektur yang menyesuaikan dengan
lingkungan agar dapat menjaga kenyamanan para lansia dalam beraktifitas.
 Membuat fasilitas-fasilitas yang mampu memenuhi fungsi dari Panti Werdha sebagai
wadah bagi lansia untuk mengisi waktu tua.

1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Pemerintah
 Menjalankan peraturan Undang-Undang yang mengatur untuk mengurus orag
tua lanjut usia yang tidak bisa menghidupi/mengurus dirinya sendiri.

1.3.2 Bagi Masyarakat


 Membantu keluarga yang memiliki lansia dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
perawatan lansia.
 Membantu lansia yang hidup sendiri tanpa anggota keluarga dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan perawatan diri sendiri.
 Menyediakan hunian khusus untuk lansia agar dapat membahagiakan dan
mensejahterakan kehidupan lansia.
 Melakukan pelayanan kebutuhan lansia di rumah/ di luar panti dalam hal
kebutuhan dasar dan layanan kegiatan sehari-hari.

1.3.3 Bagi Mahasiswa


 Sebagai bahan pembelajaran kedepannya dalam merancang sebuah Panti Werdha
dengan fasilitas yang sesuai untuk orang tua

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2. 1 PENGERTIAN PANTI WERDHA


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti Panti adalah rumah atau tempat kediaman.
Dan arti dari Panti Wreda adalah rumah tempat memelihara dan merawat orang jompo. Arti
kata jompo sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tua sekali dan sudah lemah
fisiknya; tua renta; uzur. Pengertian panti wredha menurut Departemen Sosial RI adalah suatu
tempat untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan sehingga
mereka merasa aman, tentram sengan tiada perasaan gelisah maupun khawatir dalam
menghadapi usia tua. Secara umum Panti Wredha memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi kebutuhan pokok lansia).
b. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan kesempatan pula
bagi lansia melakukan aktivitasativitas sosial-rekreasi.
c. Bertujuan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri.

2. 2 REGULASI SETEMPAT
Persyaratan Teknis dan Administratif
 Ketinggian
Batas ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud pada PERDA nomor 3 tahun
2016 tentang rencana tata ruang Kabupaten Badung pasal 23 adalah ketinggian
Bangunan Gedung yang memanfaatkan ruang udara di atas permukaan tanah dibatasi
paling tinggi 15 (lima belas) meter, kecuali untuk bangunan umum dan bangunan
khusus yang memerlukan persyaratan ketinggian lebih dari 15 (lima belas) meter,
setelah dilakukan pengkajian dengan memperhatikan keserasian, kelayakan lingkungan,
serta dikoordinasikan dengan instansi terkait dan mendapat persetujuan Pemerintah
Daerah. Tinggi bangunan diukur dari permukaan tanah pekarangan hasil penataan lahan
sesuai rencana penataan lahan sampai pada garis pertemuan antara tembok luar atau
tiang struktur bangunan dengan atap (ring balok). Bangunan Gedung dapat dibuat
bertingkat ke bawah tanah paling tinggi 7 (tujuh) meter dengan ketentuan paling banyak
2 (dua) lapis.

 KDB DAN KLB


KDB dan KLB yang diberlakukan sebagaimana dimaksud pada PERDA nomor 3
tahun 2016 tentang rencana tata ruang Kabupaten Badung pasal 19 adalah Penetapan
KDB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapa kaveling/persil dapat dilakukan
berdasarkan pada perbandingan total luas bangunan gedung terhadap total luas kawasan
dengan tetap mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dan daya dukung
lingkungan. Penetapan KDB dibedakan dalam tingkatan KDB tinggi (lebih besar dari
60% sampai dengan 100%), sedang (30% sampai dengan 60%), dan rendah (lebih kecil
dari 30%). Untuk daerah/kawasan padat dan/atau pusat kota dapat ditetapkan KDB
tinggi dan/atau sedang, sedangkan untuk daerah/kawasan renggang dan/atau fungsi
resapan ditetapkan KDB rendah. Penetapan KLB untuk suatu kawasan yang terdiri
atas beberapa kaveling/persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total
luas bangunan gedung terhadap total luas kawasan dengan tetap mempertimbangkan
peruntukan atau fungsi kawasan dan daya dukung lingkungan.
2. 3 PRESEDEN ARSITEKTUR PANTI WERDHA

Anda mungkin juga menyukai