PENDAHULUAN
Pada jaman modern ini kehidupan masyarakat identik dengan persaingan hidup yang
menyebabkan masyarakat akan condong ke arah individualisme, dimana hal ini akan lebih
tampak pada masyarakat perkotaan. Gaya hidup individualisme inilah yang nantinya akan
berdampak pada kehidupan keluarga. Masyarakat perkotaan akan lebih banyak memusatkan
perhatian dan waktunya pada keluarga inti saja. Tuntutan ekonomi yang semakin
meningkat juga akan membuat prioritas hanya pada keluarga inti saja. Dan para orang tua
lanjut usia yang kini menjadi bagian keluarga extend akan kurang mendapat perhatian
untuk diurus dan dirawat di rumah mereka, sehingga para manula yang biasanya sudah
berusia di atas 60 tahun ke atas menjadi terlantar. Hal ini tidak hanya terjadi pada orang tua
yang memiliki keluarga saja tetapi banyak juga orang tua terlantar karena tidak memiliki sanak
keluarga lagi dan hidup sebatang kara dalam kemiskinan. Karena banyaknya fenomena ini
maka dikeluarkanlah aturan yang dimuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi lanjut usia selama ini masih terbatas pada upaya pemberian sebagaimana
dimaksud dalam Undang- undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan
Penghidupan Orang Jompo, yang pada saat ini dirasakan sudah tidak memadai apabila
dibandingkan dengan perkembangan permasalahan lanjut usia, sehingga mereka yang memiliki
pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan berperan dalam pembangunan.
Dari penjelasan diatas muncul alasan yang terbaik untuk membuat sebuah Panti
Werdha disuatu daerah dengan tingkat pertumbuhan lansia yang tinggi. Badung merupakan
salah satu kabupaten di daerah Bali dengan jumlah lansia yang tinggi yaitu mencapai
mencapai ± 31.165 juta jiwa (sumber : Nusa Bali, 2016) sehingga cocok untuk dibangun Panti
Werdha. Nantinya Panti Werdha ini akan bertujuan sebagai tempat untuk merawat para
lansia agar semua kebutuhan para lansia tersebut dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu
para lansia juga dapat mencari kepuasan dan kesenangannya sendiri melalui berbagai
macam bentuk aktivitas di Panti Werdha. Panti Werdha ini kedepannya diharapkan mampu
menampung kegiatan para lansia dengan beberapa fasilitas selain fasilitas hunian yaitu
fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas kesehatan yang memantau kesehatan mental
dan fisik para lanjut usia mengingat mereka mengalami kemunduran dalam kesehatan.
Fasilitas yang bersifat spiritual juga harus disediakan, mengingat mereka dalam usia
lanjut ini makin mendekatkan diri pada Tuhan sebagai pencipta mereka. Fasilitas yang
bersifat hiburan untuk mengisi waktu luang para lansia dengan hal-hal menarik.
1.2 TUJUAN
Merencanakan programming dari sebuah Panti Werdha yang berada di Kabupaten
Badung sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Merancang suatu Panti Werdha dengan konsep arsitektur yang menyesuaikan dengan
lingkungan agar dapat menjaga kenyamanan para lansia dalam beraktifitas.
Membuat fasilitas-fasilitas yang mampu memenuhi fungsi dari Panti Werdha sebagai
wadah bagi lansia untuk mengisi waktu tua.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Pemerintah
Menjalankan peraturan Undang-Undang yang mengatur untuk mengurus orag
tua lanjut usia yang tidak bisa menghidupi/mengurus dirinya sendiri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 2 REGULASI SETEMPAT
Persyaratan Teknis dan Administratif
Ketinggian
Batas ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud pada PERDA nomor 3 tahun
2016 tentang rencana tata ruang Kabupaten Badung pasal 23 adalah ketinggian
Bangunan Gedung yang memanfaatkan ruang udara di atas permukaan tanah dibatasi
paling tinggi 15 (lima belas) meter, kecuali untuk bangunan umum dan bangunan
khusus yang memerlukan persyaratan ketinggian lebih dari 15 (lima belas) meter,
setelah dilakukan pengkajian dengan memperhatikan keserasian, kelayakan lingkungan,
serta dikoordinasikan dengan instansi terkait dan mendapat persetujuan Pemerintah
Daerah. Tinggi bangunan diukur dari permukaan tanah pekarangan hasil penataan lahan
sesuai rencana penataan lahan sampai pada garis pertemuan antara tembok luar atau
tiang struktur bangunan dengan atap (ring balok). Bangunan Gedung dapat dibuat
bertingkat ke bawah tanah paling tinggi 7 (tujuh) meter dengan ketentuan paling banyak
2 (dua) lapis.