Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Masa remaja
adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode
peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum;
2009).

Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia
adalah sebanyak 238 juta jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 118 juta jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak
119 juta jiwa (50,21 persen). Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 13
juta jiwa dan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 1,7 juta jiwa, usia 13-15 tahun
sebanya 833 ribu jiwa, 16-18 tahun 758 ribu jiwa dan 19-24 tahun 1,4 juta jiwa (BPS,
2016).

Istilah pubertas berasal dari perkataan puberce yang berarti menjadi matang,
sedangkan istilah adolesen berasal dari adolescere yang berarti menjadi dewasa. Pada
anak perempuan awitan pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki
terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap
berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini
juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis.(Santoso. 2001)

Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan


fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

1
manusia. Dalam bidang pendidikan, kelompok usia remajalah yang secara proporsional
paling banyak mengalami putus sekolah. Dalam masalah angka kematian dan kesakitan
ibu, permasalahan berawal sejak gadis remaja, dimana usia dini, harga diri dan status
yang rendah, serta gizi buruk mulai memberikan dampak akhir pada penderitaan
perlahan-lahan dan kematian dini. Pada kelompok usia remaja ini, tingkat kecelakaan dan
luka yang disengaja paling tinggi di antara semua kelompok umur. Selain itu,
peningkatan angka HIV/AIDS, penggunaan tembakau, obat terlarang, kekerasan,
kenakalan, pelecehan, aborsi dan sebagainya, lazim terjadi pada usia ini (Santoso. 2001).

Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk


lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. (Syarifudin. 2009).

Menurut definisi Pediatri Sosial dari de Haas, petugas kesehatan yang mempunyai
hubungan yang erat dengan anak diwajibkan melakukan kunjungan rumah dan
memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memberikan pengertian baru
dan tepat mengenai suatu penyakit serta pencegahanya serta memberi penjelasan
mengenai pentingnya kesehatan bagi dirinya sendiri (Rusepno. 2007).

1.2 Tujuan Home Visit

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk menemukan masalah kesehatan mengenai keluarga remaja yang menjadi
keluarga binaan Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui keterangan struktur rumah tangga.

2. Mengetahui pemeliharaan higiene dan sanitasi.

3. Mengetahui perilaku beresiko dalam keluarga.

4. Mengetahui kondisi fisik bangunan rumah.

5. Mengetahui pemanfaatan fasilitas kesehatan keluarga.

6. Melakukan pemeriksaan fisik, status gizi serta riwayat penyakit keluarga.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi Remaja


Remaja adalah orang muda (young people) yaitu penduduk usia 10–24 tahun
(UNFPA dan WHO). Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses
3
tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-
kanak ke dewasa muda. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan”.

Sedangkan Keluarga Remaja adalah keluarga yang memiliki anak remaja usia 10-
24 tahun, dan belum menikah. Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah
masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki
kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya
perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di
dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya (storm and stress period).

2.1.2 Batasan Usia Remaja


Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartini Kartono (1995: 36) dibagi tiga yaitu:

a. Remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum
bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering
merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

b. Remaja pertengahan (15-18 tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja
ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.
Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap
pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja

4
awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja
menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah
laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati
dirnya.

c. Remaja akhir (18-24 tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan
ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai
memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai
pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

2.1.3 Pertumbuhan Fisik Remaja


Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa
dewasa. Perubahan fisik ini ditandai dengan terjadinya pubertas. Pubertas merupakan
suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang anak. Perubahan fisik yang
mencolok terjadi selama proses ini, kemudian diikuti oleh perkembangan ciri-ciri
seksual sekunder, perubahan komposisi tubuh serta perubahan maturasi tulang yang
cepat, diakhiri dengan epifisis yang tertutup serta terbentuk perawakan akhir dewasa.
(Suroso,2011)

Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak
akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi
pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan
seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta
perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan
stamina tubuh.

Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat
cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan. Tinggi badan anak laki-laki
5
bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per
tahun. Secara keseluruhan pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan
dan 28 cm pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal
pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak
height velocity) pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada
anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan berakhir
pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun. Setelah usia
tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon steroid seks
juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas
lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.
Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh,
pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak
perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi
karena pengaruh hormon steroid seks.
Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh
yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya
pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis,
perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta
terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat,
dan timbulnya jerawat.

Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis,
ukuran testis menjadi lebih dari 3 ml, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat
orkidometer. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian
diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh.
Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah
rambut pubis mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan.
Rambut aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang
sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat
pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi

6
basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak
pertumbuhan tinggi badan.

Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding
atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara
berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai
tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun.
Perkembangan payudara terutama dikendalikan oleh sekresi estrogen dari ovarium
sedangkan perkembangan rambut pubis dipengaruhi oleh sekresi androgen dari adrenal.
Tahap perkembangan payudara perempuan tidak bersifat absolut. Menarke terjadi dua
tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas
yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah
sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan
meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas. Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia didapatkan
bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 tahun.
(Suroso. 2011)

2.1.4 Perubahan Psikis Remaja


Perubahan fisik yang cepat dan terjadi secara berkelanjutan pada remaja
menyebabkan para remaja sadar dan lebih sensitif terhadap bentuk tubuhnya dan
mencoba membandingkan dengan teman-teman sebaya. Jika perubahan tidak
berlangsung secara lancar maka berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan emosi
anak, bahkan terkadang timbul ansietas, terutama pada anak perempuan bila tidak
dipersiapkan untuk menghadapinya. Sebaliknya pada orangtua keadaan ini dapat
menimbulkan konflik bila proses anak menjadi dewasa ini tidak dipahami dengan baik.

Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early
adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).

a. Remaja awal (usia 12-15 tahun)

Karakteristik:

7
1) Awitan pubertas, menjadi terlalu memperhatikan tubuh yang sedang berkembang.

2) Mulai memperluas radius sosial keluar dari keluarga dan berkonsentrasi pada
hubungan dengan teman.

3) Kognisi biasanya konkret.

Dampak:

1) Remaja mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang normalitas kematangan fisik,


sering terlalu memikirkan tahapan-tahapan perkembangan seksual dan bagaimana
proses tersebut berkaitan dengan teman-teman sejenis kelamin.

2) Kadang-kadang masturbasi.

3) Mulai membangkitkan rasa tanggung jawab dalam konsultasi dengan orang tua,
kunjungan pada orang tua, kunjungan pada dokter, kontak dengan konselor
sekolah.

4) Pikiran yang konkret mengharuskan berhubungan dengan situasi-situasi kesehatan


secara simple dan eksplisit dengan menggunakan alat bantu visual maupun verbal.

b. Remaja Pertengahan (usia 16-18 tahun)

Karakteristik:

1) Perkembangan pubertas sudah lengkap dan dorongan-dorongan seksual muncul.

2) Kelompok sejawat akan mengakibatkan tumbuhnya standar-standar perilaku,


meskipun nilai-nilai keluarga masih tetap bertahan.

3) Konflik/pertentangan dalam hal kebebasan.

4) Kognisi mulai abstrak.

Dampak:

8
1) Mencari kemampuan untuk menarik lawan jenis. Perilaku seksual dan
eksperimentasi (dengan lawan jenis maupun sejenis) mulai muncul, masturbasi
meningkat.

2) Kelompok sejawat sering membantu/mendukung dalam kegiatan seperti


kunjungan ke dokter.

3) Pikiran tentang kebebasan mulai bertambah, sementara masih mengharapkan


dukungan dan bimbingan orang tua dapat mendiskusikan dan bernegosiasi tentang
perubahan-perubahan peraturan.

4) Saat diskusi dan negosiasi remaja sering ambivalen.

5) Mulai mempertimbangkan berbagai tanggung jawab dalam banyak hal, tetapi


kemampuannya untuk berintegrasi dengan kehidupan sehar-hari agak jelek karena
identitas egonya belum terbentuk sepenuhnya dan pertumbuhan kognitifnya
belum lengkap.

c. Remaja Akhir (usia 19-24 tahun)

Karakteristik:

1) Kematangan fisik sudah lengkap, body image dan penentuan peran jenis kelamin
sudah mapan.

2) Hubungan-hubungan sudah tidak lagi narsistik dan terdapat proses memberi dan
berbagi.

3) Idealistis.

4) Emansipasi hampir menetap.

5) Perkembangan kognitif lengkap

9
6) Peran fungsional mulai terlihat nyata.

Dampak:

1) Remaja mulai merasa nyaman dengan hubungan hubungan dan keputusan tentang
seksualitas dan preteransi.

2) Hubungan individual mulai lebih menonjol dibanding dengan hubungan dengan


kelompok.

3) Remaja lebih terbuka terhadap pertanyaan spesifik tentang perilaku.

4) Idealisme dapat mengakibatkan terjadinya konflik dengan keluarga.

5) Dengan mulainya emansipasi, anak muda tersebut mulai lebih memahami akibat-
akibat dari tindakannya.

6) Sering tertarik dalam diskusi tentang tujuan tujuan hidup karena inilah fungsi
utama mereka pada tahapan ini.

7) Sebagian besar mampu memahami persoalan persoalan kesehatan. (Soeroso,


2011).

2.1.5 Perubahan Lingkungan Selama Masa Remaja


Lingkungan mengalami perubahan besar selama masa remaja dan sering
memainkan peran yang berisiko pada status kesehatan masa remaja. Dalam
kesehariannya, remaja tidak lepas dari pergaulan dengan remaja lain. Remaja dituntut
memiliki ketrampilan social (social skill) agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
sehari-hari. Keterampilan tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menghargai diri
sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi
atau menerima umpan balik, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan
aturan yang berlaku dan sebaginya.(Renita. 2010)

Apabila keterampilan-keterampilan sosial tersebut dapat dikuasai oleh remaja,


maka ia akan mampu mengembangkan aspek psikososialnya dengan maksimal. Menurut
10
hasil studi Davis dan Forsythe (1984), dalam kehidupan remaja terdapat sembilan aspek
yang menuntut keterampilan social (social skills), yaitu:

1) Keluarga; keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi remaja dalam
mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh remaja dalam keluarga
akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan.

2) Lingkungan; lingkungan meliputi lingkungan fisik (rumah, halaman), lingkungan


social (keluarga, tetangga, sekolah).

3) Kepribadian; secara umum, penampilan sering diidentikkan dengan kepribadian


seseorang, padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini, paling penting pada remaja untuk
tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata.

4) Rekreasi; dengan rekreasi seseorang juga mendapat kesegaran baik fisik maupun
psikis sehingga terlepas dari rasa bosan, lelah, monoton serta mendapatkan semangat
baru.

5) Pergaulan dengan lawan jenis; pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan
remaja dalam mengidentifikasi peran seks (sex role behavior) yang menjadi sangat
penting dalam persiapan berkeluarga maupun berperilaku.

6) Pendidikan/sekolah; sekolah mengajrkan berbagai keterampilan pada anak, slah


satunya adalah keterampilan social yang dikaitkan dengan cara belajar yang efisien
san berbagai teknik belajar sesuai sengan jenis pelalajarannya.

7) Persahabatan dan solidaritas kelompok; pada masa remaja, peran kelompok dan
sahabat sangatlah besar. Seribgkali remaja lebih mementingkan urusan kelompok
ketimbang keluarga. Hal tersebut merupakan sesuatu yang normal, sejauh kegiatan
yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif.

8) Lapangan kerja; dengan memahami lapangan kerja dan keterampilan sosial yang
dibutuhkan, remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan
Tinggi dapat mempersiapkan diri untuk bekerja.
11
9) Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri; untuk dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dengan kelompok, remaja dibiasakan untuk menerima diri sendiri
dan orang lain, tahu dan mau megakui kesalahannya dan sebaginya (Renita. 2010).

2.1.6 Perkembangan Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan
alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah,
penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja
dengan keluarganya.

2.1.6.1 Kebersihan organ-organ genital

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut


dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab
dan basah, maka keasaman akan meningkat dan memudahkan pertumbuhan jamur.
Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital karena vagina yang letaknya
dekat dengan anus.

2.1.6.2 Akses terhadap pendidikan kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi


sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya
dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya.
Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya
diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam
kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang
remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan
abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan.

12
2.1.6.3 Hubungan seksual pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja
putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian
dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama,
perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kehamilan juga
sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang
berdampak buruk pada kesehatan tubuh.

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan


aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa
hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang
tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko
lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua.

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu
adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti
berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku
pencobaan bunuh diri.

2.1.6.4 Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin,
heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa
dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan
reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya
perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya
HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara
bergantian.

13
2.1.6.5 Pengaruh media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup
berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja
akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan
reproduksinya.

2.1.6.6 Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi


Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan
tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik,
posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah
terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya
khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja
sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan organ
reproduksinya seperti penyakit menular seksual.

2.1.6.7 Hubungan harmonis dengan keluarga


Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan
perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah
keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini
bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat
memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang
benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja
dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga
dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang
remaja.

2.1.6.8 Penyakit Menular Seksual

14
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja,
tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul
akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada
daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain
yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain.
Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika
di dalam kandungan. Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara
lain: gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma
venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired Immune Deficiency Syndrom
(AIDS). (BKKBN, 2001)

2.2 Rumah Sehat

2.2.1 Definisi Rumah Sehat


Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau
tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba
manusia bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah
tempat tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon.

Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat


kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan
hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI,
2003).

2.2.2 Kriteria Rumah Sehat


Penetapan Rumah Sehat menurut American Public Health Association
(APHA):
a. Sistem penyediaan air harus baik.
b. Tersedia fasilitas untuk mandi.
c. Punya fasilitas pembuangan air bekas.

15
d. Punya fasilitas pembuangan tinja.
e. Penghuni tidak padat (1 orang/8 m2).
f. Ventilasi dan penerangan yang cukup.
g. Kondisi bangunan rumah yg kuat.
h. Fondasi yg kokoh, dinding kuat dan kayu tidak lapuk.

2.2.3 Syarat Rumah Sehat


Rumah sehat menurut Winslow dan APHA (American Public Health Association)
harus memiliki syarat, antara lain:

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan (ventilasi),


ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan/suara yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi
masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang memiliki
tingkat ekonomi yang relatif sama.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah


dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul


karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini antara
lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak menyebabkan
keracunan gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya.

2.2.4 Parameter dan Indikator Rumah Sehat


Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen
penilaian, yaitu:

16
a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.

b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran,


pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.

c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,


membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang
sampah pada tempat sampah.
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah:
a. Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu
dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta
mudah dibersihkan.

b. Dinding

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban
tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban
diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air
tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan
tampak bersih tidak berlumut.

c. Lantai

Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu
dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai
tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab
sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena
itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel,
keramik. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai
ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.

17
d. Pembagian ruangan / tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya.
Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :

1) Ruang untuk istirahat/tidur

Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan
kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang
cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk
melakukan kegiatan.

2) Ruang dapur

Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil


pembakaran dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang
dapur harus memiliki ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat
teralirkan keluar.

3) Kamar mandi dan jamban keluarga

Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi
untuk berhubungan dengan udara luar.

e. Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan.
Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat
merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai
syarat-syarat, diantaranya :
18
1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.
Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.

2) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan,
dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.

3) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua


lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran
udara lebih lancar.

f. Penerangan

Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan
manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan
cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai
menimbulkan kesilauan.

1) Pencahayaan alamiah

Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam


ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka,
selain untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan,
mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab
penyakit tertentu (Azwar, 1996). Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya
penerangan alam yang terdapat dalam sebuah rumah adalah: baik, bila jelas
membaca dengan huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf
kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca
huruf besar.

2) Pencahayaan buatan

19
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu
minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Azwar, 1996).

g. Luas Bangunan Rumah

Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan
penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes
tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2 / orang.

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang
berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:
a. Sarana air bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI
No.01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009). Dikatakan air bersih jika memenuhi 3
syarat utama, antara lain :

1) Syarat fisik

Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara
sehingga menimbulkan rasa nyaman.

2) Syarat kimia

Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang
berbahaya bagi kesehatan.

20
3) Syarat bakteriologis

Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Misal sebagai petunjuk


bahwa air telah dicemari oleh faces manusia adalah adanya E. coli karena
bakteri ini selalu terdapat dalam faces manusia baik yang sakit, maupun orang
sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.

b. Jamban (sarana pembuangan kotoran)

Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau
sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja, prinsipnya
yaitu:

1) Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.

2) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan / air tanah.

3) Kotoran manusia tidak dijamah lalat.

4) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

5) Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.

c. Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan
tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang
membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
(Chandra, 2007). Menurut Azwar (1996) air limbah dipengaruhi oleh tingkat
kehidupan masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan
masyarakat, makin kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui.
Air limbah adalah air tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat
membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil
perbuatan manusia.

d. Sampah
21
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas
manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat. Entjang (2000) berpendapat agar
sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan
pembuangannya, seperti tempat sampah yaitu tempat penyimpanan sementara
sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk dibuang (dimusnahkan). Syarat
tempat sampah adalah :

1) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah
bocor, kedap air.

2) Harus ditutup rapat sehinga tidak menarik serangga atau binatangbinatang


lainnya seperti tikus, kucing dan sebagainya.(Suryofebri, 2011)

2.3. Status Gizi

2.3.1 Indeks Massa Tubuh


Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator
atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak
tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan
pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy
x-ray absorbtiometry. IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh
karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: (Almatsier S. 2009)

IMT/BMI=

2.3.2 Kategori Indeks Massa Tubuh


Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi
menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi
pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut
22
usia dan jenis kelamin. (Almatsier S, 2009).

Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obesitas. Standar baru untuk
IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di bawah 18,5
sebagai sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23 sebagai berat badan lebih atau
overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. (Almatsier S, 2009 dan Anwar,
TB 2004).

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan


pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya
diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT Kategori

< 18,5 Berat badan kurang

18,5- 22,9 Berat badan normal

23
≥ 23,0 Kelebihan berat badan

23-24,9 Beresiko menjadi obesitas

25-29,9 Obesitas 1

≥ 30,0 Obesitas 2

Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007

Berikut ini adalah tabel mengenai IMT (Indeks Masa Tubuh) ideal berdasarkan umur:

Tabel 2.2. IMT Ideal menurut umur

IMT(kg)
Umur (tahun)
Laki-laki Perempuan

10 13,8 – 21,3 13,6 – 22,5

11 14,2- 22,4 14,0 – 23,6

12 14,6 – 23,7 14,5 – 24,8


24
13 15,0 -24,7 15,0- 26,1

14 15,6 – 25,8 15,6 -27,2

15 16,1 – 26,9 16,0 – 28,1

16 16,5 – 27,8 16,3 – 28,8

17 17,0 – 28,5 16,5 – 29,2

18 17,4 – 29,1 16,5 – 29,4

Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007

BAB 3

LAPORAN HASIL KELUARGA BINAAN

3.1 Gambaran Umum Keluarga Binaan


Keluarga Binaan yang dijadikan binaan terhadap masalah kesehatan adalah
keluarga-keluarga yang memiliki anak remaja dengan kriteria usia 10-24 tahun. Lokasi
survei dilaksanakan di wilayah kerja Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten
Langkat. Berdasarkan keterangan dari Kepala Dusun, wilayah tersebut mempunya 4.923

25
kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 22.265 orang dan jumlah remaja 3.446 orang.
Luas wilayah Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat 5,4 km2.

Pekerjaan penduduk di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten


Langkat, antara lain: ada sebanyak 460 jiwa yang bekerja sebagai pegawai swasta, PNS
120 jiwa, Pedagang 170 jiwa, Buruh Tani 35 jiwa, dan Buruh lepas 81 jiwa. Kunjungan
keluarga binaan diadakan pada tanggal 15 Agustus s/d 26 Agustus 2016.

3.2. Kerangka Kerja Pembinaan Keluarga


Untuk mempermudah penulis melaksanakan pemecahan masalah maka sangat
diperlukan Kerangka Kerja pada Keluarga Binaan, kerangka kerja meliputi:
persiapan/data dasar kesehatan keluarga kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke
keluarga binaan kemudian identifikasi masalah dan menentukan prioritas masalah,
setelah itu dilakukan alternatif pemecahan masalah/tindakan dilanjutkan dengan
pengawasan dan pembinaan terhadap keluarga untuk selanjutnya di evaluasi apakah
berhasil atau belum.

26
3.3 Rencana Kegiatan Pada Keluarga Binaan
Tabel 3.1 Jadwal Kunjungan Home Visit

Tanggal
No Kegiatan
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Survei
1 √
Penduduk
2 Survei Keluarga √
Kunjungan ke
3 √ √ √
Kelbin
Identifikasi
4 √ √ √
Masalah
Prioritas
5 √ √ √
Masalah
Alternatif
Pemecahan
6 Masalah √ √ √ √
Keluarga
Binaan
Pengawasan dan
7 √ √ √ √ √ √ √
Pembinaan
8 Evaluasi √ √ √ √ √
3.4 Keluarga Binaan 1 (Satu)
3.4.1 Identitas Keluarga Binaan (17 Agustus 2016)
Bapak S tinggal di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat,
sebagai kepala keluarga yang memiliki 3 anggota keluarga yaitu 1 orang istri dan 2 orang
anak.

Tabel 3.2 Keterangan Keluarga Bapak S


No Nama Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Status
Kelamin Pernikahan

1 Bapak S Lk 52 SMA Buruh Menikah


2 Ibu R Pr 48 SMP IRT Menikah
27
Wiraswas Belum
3 Anak A Pr 22 SMK
ta menikah
Belum
4 Remaja Z Lk 18 SMK -
menikah

3.4.2 Identifikasi Masalah (Tanggal 17 Agustus 2016)


Anak ke 2 (kedua) dari Bapak S adalah remaja Z, berjenis kelamin laki-laki.
Bapak mengatakan bahwa remaja Z mulai mencoba merokok ketika berada di luar
rumah, padahal keluarga sudah melarang remaja Z untuk merokok. Bapak S merupakan
mantan perokok dan baru berhenti sekitar 4 bulan lalu dikarenakan sering merasa sesak
nafas dan batuk-batuk setiap pagi disertai lendir berwarna putih. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai TD 150/90 mmHg, HR 96x/i, RR 24x/i. Kondisi rumah Bapak S baik.

3.4.3 Pemeriksaan Fisik Remaja

a. Status Present

Kesadaran : CM

TD : 120 /90 mmHg

Pernafasan : 24x/i

HR : 86x/i

b. Status Generalisata

Kepala

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

Hidung : sekret -/-

Mulut : sianosis -

Leher : TVJ -2 CMH20

28
Thorax

Inspeksi : simetris

Palpasi : stem fremitus normal

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler

Abdomen

Inspeksi : simetris

Palpasi : soepel

Perkusi : timpani

Auskultasi : peristaltik +

Ekstremitas

Superior : oedem -/-

Inferior : oedem -/-

3.4.4 Prioritas Masalah (Tanggal 17 Agustus 2016)


a. Remaja Z mulai merokok.
b. Bapak S menderita hipertensi.

3.4.5 Alternative Pemecahan Masalah/Tindakan (Tanggal 17 Agustus 2016)


a. Menggali alasan remaja Z kenapa mulai mencoba merokok.

29
b. Menjelaskan kepada remaja Z mengenai bahaya merokok terhadap kesehatan dan
lingkungan sekitarnya.
c. Menyarankan kepada Bapak S mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk
mengobati penyakitnya.
d. Menyarankan kepada keluarga Bapak S untuk mengontrol asupan garam dalam
makanan sehari-hari.
3.4.6 Pengawasan dan Pembinaan (Tanggal 17 s/d 20 Agustus 2016)
a. Memantau dan mengamati sikap remaja Z mengenai kebiasaan merokok.
b. Memantau apakah Bapak S sudah pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk
mengontrol kesehatannya.
c. Memantau asupan garam harian keluarga Bapak S agar kondisi tekanan darah
Bapak S dapat terkontrol dengan baik.

3.4.7 Evaluasi (Tanggal 20 Agustus 2016)


a. Remaja Z sudah mulai terbuka mengenai alasan ia merokok yang dikarenakan
ajakan dari teman dan anggapan bahwa merokok itu jantan. Remaja Z sudah
mulai menyadari bahaya merokok dan berusaha untuk menjauhi rokok.
b. Bapak S sudah pergi ke puskesmas dan memakan obat secara teratur.
c. Bapak S sudah merasakan perubahan kondisi tubuhnya menjadi lebih baik dan
hasil tekanan darah terakhir yaitu 130/80 mmHg.

3.5 Keluarga Binaan 2 (Dua)


3.5.1 Identitas Keluarga Binaan (Tanggal 17 Agustus 2016)
Bapak Y tinggal di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat,
sebagai kepala keluarga yang memiliki 3 anggota keluarga dengan 2 orang perempuan 1
orang laki-laki.
Istri dari bapak Y telah meninggal dunia 5 tahun yang lalu. Untuk kebutuhan
sehari-hari dan untuk keperluan sekolah dan kuliah anak-anaknya Bapak Y membuka
sebuang toko yang menjual makanan di depan rumahnya.

30
Table 3.3 Keterangan Keluarga Bapak S

No Nama J.kel Umur Pendidikan Pekerjaan Status


Pernikahan 3.5.2
1 Bapak Lk 50 SMA Berdagang Duda
Y
2 Anak K Pr 25 SMA Peg.Toko Belum
Menikah
3 Anak I Pr 23 D III Mahasiswa Belum
Menikah
4 Remaja Lk 18 SMA Pelajar Belum
K Menikah
Identifikasi Masalah (Tanggal 17 Agustus 2016)
Bapak Y memiliki anak remaja yakni Remaja K dengan jenis kelamin laki-laki
berusia 18 tahun. Pada saat dilakukan survey didapati remaja K sewaktu pulang dari
sekolah langsung memegang makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, dan
kejadian hampir berlangsung setiap hari.
Bapak Y sering mengeluh mengalami sakit kepala, tengkuk terasa berat dan mual,
serta akan semakin sakit ketika melihat anak-anaknya jika bertengkar. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai TD: 180/ 100 mmHg, HR: 88x/I, RR: 24x/i.
Keadaan rumah remaja dijumpai kurangnya ventilasi dan pencahayaan. Terlihat
saluran air/got di depan rumah yang tidak lancar.

3.5.3 Pemeriksaan Fisik Remaja

c. Status Present

Kesadaran : CM

TD : 100 /90 mmHg

31
Pernafasan : 24x/i

HR : 82x/i

d. Status Generalisata

Kepala

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

Hidung : sekret -/-

Mulut : sianosis -

Leher : TVJ -2 CMH20

Thorax

Inspeksi : simetris

Palpasi : stem fremitus normal

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler

Abdomen

Inspeksi : simetris

Palpasi : soepel

Perkusi : timpani

Auskultasi : peristaltik +

32
Ekstremitas

Superior : oedem -/-

Inferior : oedem -/-

3.5.4 Prioritas Masalah (Tanggal 17 Agustus 2016)


1) Remaja tidak mencuci tangan sebelum memegang makanan
2) Bapak Y menderita Hipertensi
3) Ventilasi dan pencahayaan yang kurang baik
4) Saluran air/got di depan rumah yang tidak lancar

3.5.5 Alternative Pemecahan Masalah/Tindakan ( Tanggal 17 Agustus 2016)


1) Menjelaskan kepada Remaja tentang dampak tidak mencuci tangan sebelum memegang

makanan.
2) Menjelaskan cara cuci tangan yang baik dan benar
3) Menjelaskan arti dan syarat-syarat rumah sehat
4) Menjelaskan dampak dari kurangnya ventilasi dan pencahayaan
5) Menyarankan gotong royong untuk membersihkan saluran air/got yang tidak lancar.
6) Menyarankan untuk tidak membuang sampah ke dalam saluran air/got.

3.5.6 Pengawasan dan Pembinaan ( Tanggal 17 Agustus s/d 20 Agustus 2016)


1) Memantau remaja apakah sudah menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2) Setiap hari selama 5 hari mengawasi makanan yang dimakan Bapak S agar terhindar dari
konsumsi garam yang berlebihan dan makanan lain yang dapat memicu meningkatnya
tekanan darah. Serta melakukan monitoring tekanan darah dan tanda-tanda vitalnya.
3) Memantau apakah keluarga bapak Y sudah menambah jendela di ruang tamunya
4) Memantau saluran air/got apakah air yng di dalam got dapat mengalir lancar.

3.5.7 Evaluasi ( Tanggal 20 Agustus 2016)


1) Remaja K sudah membiasakan untuk memcuci tangan sebelum makan atau memegang
makanan.

33
2) Bapak Y juga sudah berobat, dan tekanan darahnya sudah turun menjadi 140/ 90 mmHg
3) Keluarga Bapak Y berencana akan menambah jendela beserta ventilasi
4) Saluran air/parit masih tergenang, terlihat masih banyak sampah yang berada di dalam
parit.

3.6. Keluarga Binaan 3 (Tiga)


3.6.1 Identitas Keluarga Binaan (Tanggal 18 Agustus 2016)
Bapak F tinggal di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat,
sebagai kepala keluarga dan memiliki 4 anggota keluarga, yaitu 1 istri dan 2 anak.

Tabel 3.4 Keterangan Keluarga Bapak F


No Nama Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Status
Kelamin Pernikahan

1 Bapak F Lk 45 SMA Pedagang Menikah


2 Ibu P Pr 40 SMA IRT Menikah
Belum
3 Remaja N Lk 16 SMP -
menikah
Belum
4 Anak L Pr 8 SD -
menikah

3.6.2 Identifikasi Masalah (Tanggal 18 Agustus 2016)


Ibu P mengeluhkan bahwa remaja N sangat suka bermain game online dan sering
pulang hingga sore hari. Ibu P sangat khawatir mengenai kondisi kesehatan remaja N,
karena seharian berada di warnet sehabis pulang sekolah. Menurut Ibu P, prestasi belajar

34
remaja N mengalami penurunan. Sebelumnya remaja N termasuk murid dengan ranking
10 besar di kelasnya.

Bapak F saat ini mengeluhkan kaki kanannya terluka dan tidak kunjung sembuh
yang sudah dialami sekitar 3 minggu. Dari hasil pemeriksaan fisik didapati TD: 120/80
mmHg, HR: 76x/i, RR: 22x/i. Diketahui bahwa orangtua dari Bapak F menderita diabetes
mellitus. Bapak F tidak berobat ke puskesmas atau dokter dikarenakan biaya. Keluarga
Bapak F tidak mempunyai jaminan kesehatan.

Dari hasil pengamatan rumah, didapati bahwa air berwarna keruh, kadang berbau.
Sumber air bersih di keluarga berasal dari sumur bor dan tidak ada penyaringan air.

3.6.3 Pemeriksaan Fisik Remaja

e. Status Present

Kesadaran : CM

TD : 110 /90 mmHg

Pernafasan : 24x/i

HR : 80x/i

f. Status Generalisata

Kepala

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

Hidung : sekret -/-

Mulut : sianosis -

Leher : TVJ -2 CMH20

Thorax
35
Inspeksi : simetris

Palpasi : stem fremitus normal

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler

Abdomen

Inspeksi : simetris

Palpasi : soepel

Perkusi : timpani

Auskultasi : peristaltik +

Ekstremitas

Superior : oedem -/-

Inferior : oedem -/-

3.6.3 Prioritas Masalah (Tanggal 18 Agustus 2016)


a. Remaja N suka bermain game online di warnet.
b. Penurunan prestasi belajar remaja N.
c. Bapak F menderita luka di kaki kanan yang tidak kunjung sembuh dan tidak
berobat ke puskesmas atau dokter.
d. Keluarga Bapak F tidak mempunyai jaminan kesehatan.
e. Air berwarna keruh dan kadang berbau.

36
3.6.4 Alternatif Pemecahan Masalah/Tindakan (Tanggal 18 Agustus 2016)
a. Menyarankan agar keluarga lebih mendekatkan diri kepada remaja N dan
memberikan nasehat untuk tidak terlalu sering bermain game online dikarenakan
dapat berdampak buruk bagi kesehatan remaja N sendiri yaitu diantaranya sakit
maag dan rabun jauh.
b. Memberikan nasihat kepada remaja N agar tidak terlalu sering bermain game
online dan membuat jadwal serta batas waktu bermain agar tidak mengganggu
prestasi belajar dan meningkatkan waktu belajar di rumah.
c. Menyarankan agar Bapak F pergi ke puskesmas agar mendapatkan pengobatan
dan pengecekan kadar gula darah. Memberikan pengetahuan tentang bahaya
penyakit diabetes melitus dan pengetahuan mengenai pola hidup yang sehat.
d. Menyarankan kepada Bapak F agar mendaftarkan keluarga ke jaminan kesehatan
seperti BPJS.
e. Menyarankan untuk membuat penyaringan air sederhana atau beralih
menggunakan air pam.

3.6.5 Pengawasan dan Pembinaan (Tanggal 18 Agustus s/d 22 Agustus 2016)


a. Remaja N belum mengurangi bermain game online tetapi remaja N sudah pulang
ke rumah untuk makan siang lalu setelah itu ke warnet untuk bermain game
online.
b. Bapak F sudah pergi ke puskesmas untuk melakukan pengobatan dan pengecekan
kadar gula. Dari hasil pemeriksaan didapati KGD Ad-Random Bapak R yaitu 267
mg/dl.
c. Bapak F berencana mendaftarkan keluarga ke jaminan kesehatan.
d. Bapak F merencanakan untuk membuat penyaringan air sederhana.

3.6.6 Evaluasi (Tanggal 22 Agustus 2016)


a. Remaja N sudah mulai mengurangi bermain game online dan mulai belajar
kembali di rumah.
b. Kondisi kesehatan Bapak F sudah mulai membaik, luka di kaki sudah tampak
lebih bersih dari sebelumnya.
c. Keluarga Bapak F belum mendaftar ke jaminan kesehatan.
37
d. Bapak F belum membuat penyaringan air sederhana.

3.7. Keluarga Binaan Ke 4 (Empat)


3.7.1 Identitas Keluarga Binaan (Tanggal 18 Agustus 2016)
Bapak D tinggal di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat,
sebagai kepala keluarga dengan jumlah anggota keluarga 4 orang, yaitu 1 orang istri dan
3 orang anak. Istri bapak D membuka sebuah toko Bangunan di depan rumah. Anak
pertama dan anak kedua Bapak D sudah menikah dan tinggal terpisah dari keluarga. Anak
ketiga Bapak D saat ini sedang bekerja di luar kota dan tidak tinggal di rumah, hanya
sesekali pulang ke rumah mengunjungi keluarga.

Tabel 3.5 Keterangan Keluarga Bapak D


No Nama Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Status
Kelamin Pernikahan

1 Bapak D Lk 49 SMA Buruh Menikah


2 Ibu M Pr 46 SMA IRT Menikah
Karyawa Belum
3 Anak L Lk 24 Sarjana
n swasta menikah
Belum
4 Remaja I Pr 22 SMA -
menikah
Belum
5 Remaja M Lk 16 SMP -
Menikah

3.7.2 Identifikasi Masalah (Tanggal 18 Agustus 2016)


Menurut penuturan Bapak D, anaknya yaitu remaja M saat ini sedang mengalami
sakit TB paru. Hal ini dialami sudah sekitar 2 bulan dan remaja M sudah diberikan
perawatan oleh puskesmas terdekat dan sudah menjalani pengobatan untuk TB paru. Dari
hasil pemeriksaan remaja M didapati TD: 120/80 mmHg, HR: 72x/i, RR: 24x/I, badan
terlihat kurus (hasil IMT 16,9). Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, Bapak D juga
dahulu menderita penyakit yang sama dan baru menyelesaikan pengobatan TB paru
38
sebulan yang lalu. Hasil pemeriksaan Bapak D didapati TD: 110/80 mmHg, HR: 72x/i,
RR: 22x/i.

Kondisi rumah Bapak D terlihat gelap dan lembab, hal ini dikarenakan sedikitnya
jendala di dalam rumah, halaman tampak kotor dan terdapatnya pohon manga yang
menutupi pintu dan jendela depan sehingga sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam
rumah.

3.7.3 Pemeriksaan Fisik Remaja

a. Status Present

Kesadaran : CM

TD : 100 /90 mmHg

Pernafasan : 28x/i

HR : 100x/i

B. Status Generalisata

Kepala

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

Hidung : sekret -/-

Mulut : sianosis -

Leher : TVJ -2 CMH20

Thorax

Inspeksi : simetris
39
Palpasi : stem fremitus normal

Perkusi : sonor

Auskultasi : rhonki basah

Abdomen

Inspeksi : simetris

Palpasi : soepel

Perkusi : timpani

Auskultasi : peristaltik +

Ekstremitas

Superior : oedem -/-

Inferior : oedem -/-

Diagnosis Banding

TB paru

Pneumonia

Diagnosis

Suspek TB paru

3.7.4 Prioritas Masalah (Tanggal 18 Agustus 2016)


a. Remaja M menderita suspek TB paru.

40
b. Ventilasi rumah tidak memenuhi syarat.
c. Halaman rumah kotor.

3.7.5 Alternatif Pemecahan Masalah/Tindakan (Tanggal 18 Agustus 2016)


a. Memberikan penyuluhan mengenai penyakit TB paru kepada keluarga Bapak D.
b. Memberikan penyuluhan mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit TB
paru.
c. Menganjurkan keluarga Bapak D untuk menambah ventilasi rumah.
d. Menganjurkan keluarga Bapak D untuk memangkas pohon manga agar tidak
menutupi cahaya matahari ke dalam rumah.
e. Menganjurkan keluarga Bapak D untuk membuang sampah pada tempatnya dan
sering membersihkan halaman rumah.

3.7.6 Pengawasan dan Pembinaan (Tanggal 18 Agustus s/d 22 Agustus 2016)


a. Keluarga Bapak D sudah mengerti dan mengetahui mengenai penyakit TB paru
serta pencegahan dan pengobatannya.
b. Bapak D berencana untuk menambah lubang angina dan jendela pada rumah.
c. Bapak D sudah memangkas pohon manga di halaman dan sinar matahari sudah
mulai masuk ke rumah.
d. Remaja M mulai menyapu halaman rumah setiap sore hari dan halaman tampak
bersih.

3.7.7 Evaluasi (Tanggal 22 Agustus 2016)


a. Keluarga Bapak D sudah mengerti dan mengetahui penyakit TB Paru serta
pencegahan dan pengobatannya.
b. Bapak D sudah memangkas pohon manga di halaman dan sinar matahari sudah
mulai masuk ke rumah.
c. Ventilasi rumah belum ditambah.
d. Halaman sudah tampak bersih dari sampah.

41
3.8 Keluarga Binaan Ke 5 (Lima)
3.8.1 Identitas Keluarga Binaan (Tanggal 19 Agustus 2016)

Bapak H tinggal Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat


sebagai kepala keluarga yang memiliki 5 anggota keluarga yaitu 1 orang istri dan 4 orang
anak. Dua dari keempat anak Bapak H sudah menikah dan tinggal terpisah dari rumah
Bapak H.

Tabel 3.6 Keterangan Keluarga Bapak H


No Nama Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Status
Kelamin Pernikahan

Karyawa
1 Bapak H Lk 48 Sarjana Menikah
n swasta
2 Ibu R Pr 42 SMA IRT Menikah
Belum
3 Remaja V Pr 16 SMA -
menikah
Belum
4 Anak J Lk 6 SD -
menikah

3.8.2 Identifikasi Masalah (Tanggal 19 Agustus 2016)


Remaja V merupakan anak ketiga Bapak H berjenis kelamin perempuan. Kedua
anak diatas remaja V adalah laki-laki dan remaja V adalah anak perempuan satu-satunya
dikeluarga tersebut. Ibu R mengatakan bahwa belakangan ini remaja V suka menangis di
kamar dan saat ditanya alasan menangis, remaja V hanya diam saja. Hal ini sudah
berlangsung sekitar 2 minggu. Remaja V saat ini sudah mempunyai pacar dan orangtua
mengenal pacar remaja V. Sifat keseharian remaja V baik dan penurut.

Dari pengamatan rumah didapati bahwa banyak sampah berserakan di halaman


dikarenakan tidak terdapatnya tong sampah di halaman dan saluran pembuangan (got)
tidak lancer dan air limbah terlihat menggenang.

3.8.3 Pemeriksaan Fisik Remaja

a. Status Present

42
Kesadaran : CM

TD : 120 /90 mmHg

Pernafasan : 22x/i

HR : 80x/i

B. Status Generalisata

Kepala

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

Hidung : sekret -/-

Mulut : sianosis -

Leher : TVJ -2 CMH20

Thorax

Inspeksi : simetris

Palpasi : stem fremitus normal

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler

Abdomen

Inspeksi : simetris

Palpasi : soepel

Perkusi : timpani
43
Auskultasi : peristaltik +

Ekstremitas

Superior : oedem -/-

Inferior : oedem -/-

3.8.4 Prioritas Masalah (Tanggal 19 Agustus 2016)


a. Perubahan sikap remaja V yang suka menangis dan tidak terbuka kepada keluarga
mengenai alasannya menangis.
b. Tidak terjaganya kebersihan halaman rumah.
c. Saluran air limbah yang tidak lancar.

3.8.5 Alternatif Pemecahan Masalah/Tindakan (Tanggal 19 Agustus 2016)


a. Keluarga melakukan pendekatan kepada remaja V mengenai masalah yang
dihadapimya dengan cara sering bertanya mengenai keseharian remaja V dan
saling bertukar cerita antar anggota keluarga.
b. Menganjurkan untuk membuat tempat sampah atau membeli tong sampah di
halaman rumah.
c. Menyarankan untuk melakukan gotong royong membersihkan saluran air limbah
secara berkala agar aliran limbah lancar.

3.8.6 Pengawasan dan Pembinaan (Tanggal 19 Agustus s/d Tanggal 22 Agustus 2016)
a. Remaja V sudah mulai terbuka mengenai kesehariannya dan masalah yang
dihadapinya serta hubungan antar anggota keluarga terasa semakin dekat.
Diharapkan keluarga mampu untuk membimbing remaja V agar bersikap terbuka
dan memberi perhatian terhadap pergaulan remaja V.

44
b. Keluarga sudah membeli tong sampah dan sampah tidak berserakan lagi.
c. Aliran limbah belum lancar dan masih tergenang.

3.8.7 Evaluasi (Tanggal Tanggal 20 Agustus 2016)


a. Remaja V sudah mulai terbuka mengenai masalahnya kepada keluarga dan sering
meminta solusi kepada Ibu R.
b. Kebersihan halaman sudah terjaga.
c. Belum ada perubahan mengenai aliran limbah.

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan


Dalam hal pemanfaatan fasilitas kesehatan, terdapat 1 (satu) keluarga yang tidak
memiliki jaminan kesehatan dikarenakan tidak menganggap bahwa janimanan kesehatan
itu penting dimiliki. Berdasarkan alasan yang diberikan, menurut penulis hal tersebut
tidak benar, dikarenakan jaminan kesehatan harus dimiliki setiap orang untuk kesiapan
kesehatan di masa mendatang. Pada 1 keluarga lain, keluarga tersebut mempunyai
jaminan kesehatan tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini dikarenakan
keluarga beranggapan jaminan kesehatan hanya berguna jika seseorang menderita sakit.
45
Hal ini juga kurang baik menurut penulis, dikarenakan jaminan kesehatan sangat berguna
tidak hanya ketika sesorang sudah menderita sakit tetapi juga untuk pencegahan dan
rehabilitasi penyakit seseorang.

4.2 Pengelolaan Sampah dan Limbah


Dari data- data keluarga binaan yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara
dan survei ke lapangan, dari 5 (lima) keluarga binaan remaja terdapat 2 keluarga remaja
yang tidak memiliki pembuangan sampah dan limbah yang baik, hal ini mungkin
disebabkan faktor ekonomi dan pemahaman akan sanitasi yang kurang baik sehingga
penulis memberikan penjelasan tentang pengertian dan manfaat membuang sampah dan
limbah yang baik, agar terhindar dari penyakit dan lingkungan sekitar menjadi bersih.
Namun pada akhir penulis melakukan binaan terhadap keluarga remaja yang
mempunyai masalah dengan sampah dan limbah, masih ada keluarga remaja yang tidak
memahami manfaat pengelolaan sampah dan limbah dengan benar dan dapat berakibat
buruk terhadap keluarga maupun lingkungan sekitar.

4.3 Pengelolaan Air Bersih Keluarga


Penggunaan air bersih yang kurang memenuhi standard kesehatan juga
merupakan masalah yang terdapat pada 1 (satu) keluarga binaan remaja. Air yang mereka
gunakan berasal dari air sumur bor dan air terkadang keruh dan berbau, hal ini
merupakan ciri-ciri air yang tidak sehat. Penulis kemudian menganjurkan untuk membuat
system penyaringan air sederhana dan mengharapkan bahwa keluarga dapat
menggunakan air yang sehat dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

4.4 Pengelolaan Rumah Sehat


Pada pengelolaan data-data rumah sehat berdasarkan hasil wawancara yang
didapatkan; perabotan rumah berdebu, rumah kotor dan kurangnya pencahayaan dan
ventilasi, hal ini merupakan salah satu indikator rumah yang tidak sehat dan berisiko
untuk menimbulkan masalah pada anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
Keadaan diatas berhubungan dengan sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan
pemahaman keluarga tentang kesehatan rumah yang kurang baik. Resiko rumah kotor

46
dimana perabotan rumah tangga berdebu dan halaman yang kotor akan berdampak buruk
bagi kesehatan keluarga khususnya anak dan remaja yang sedang mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan, hal ini akan menciptakan rasa malas dan tidak
mencintai sikap kebersihan pada anak serta mencetuskan penyakit.. Sedangkan
kurangnya ventilasi pada rumah dapat mengakibatkan gangguan pada pernapasan,
terutama pada keluarga yang ada anggota keluarganya yang merokok di dalam rumah
dan meningkatkan resiko untuk terkena penyakit infeksi saluran nafas menular seperti
TB paru.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Tidak semua keluarga binaan yang mempunyai jaminan/asuransi kesehatan,
sehingga pelayanan kesehatan tidak terjamin, namun saat ini semua keluarga
remaja dalam keluarga binaan telah memahami manfaat dari jaminan kesehatan
tersebut.
5.1.2 Ada 1 keluarga binaan yang memiliki masalah kekurangan berat badan akibat
penyakit yang diderita, namun saat ini kondisi remaja dan anak keluarga tersebut
sudah semakin membaik karena teratur mengikuti aturan pengobatan.
5.1.3 Beberapa keluarga remaja telah memiliki tempat pembuangan sampah dan
pembuangan limbah, walaupun masih ada keluarga remaja dalam keluarga binaan
yang belum memahami manfaatnya.
5.1.4 Beberapa keluarga remaja di dalam keluarga binaan telah memenuhi syarat rumah
sehat, antara lain; perabotan rumah bersih, halaman bersih, ventilasi sudah ada,
walaupun masih ada keluarga remaja yang belum memenuhi syarat rumah sehat.

47
5.1.5 Keluarga remaja dalam keluarga binaan yang masih memakai air yang tidak sehat
sudah disarankan dan diberikan pengetahuan mengenai penyaringan air yang
sederhana tetapi keluarga belum melaksanakan apa yang dianjurkan.

5.2 Saran
5.2.1 Disarankan kepada keluarga remaja untuk tetap melakukan upaya hidup sehat,
seperti menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sehat, serta tetap
memeriksakan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas/
pelayanan kesehatan terdekat.
5.2.2 Kepada Institusi Pendidikan; sebagai bahan referensi untuk tindak lanjut keluarga
binaan selanjutnya.

48

Anda mungkin juga menyukai