PENDAHULUAN
Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan jumlah penduduk Indonesia
adalah sebanyak 238 juta jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 118 juta jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak
119 juta jiwa (50,21 persen). Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 13
juta jiwa dan jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebanyak 1,7 juta jiwa, usia 13-15 tahun
sebanya 833 ribu jiwa, 16-18 tahun 758 ribu jiwa dan 19-24 tahun 1,4 juta jiwa (BPS,
2016).
Istilah pubertas berasal dari perkataan puberce yang berarti menjadi matang,
sedangkan istilah adolesen berasal dari adolescere yang berarti menjadi dewasa. Pada
anak perempuan awitan pubertas terjadi pada usia 8 tahun sedangkan anak laki-laki
terjadi pada usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dianggap
berperan dalam awitan pubertas. Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas ini
juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis.(Santoso. 2001)
1
manusia. Dalam bidang pendidikan, kelompok usia remajalah yang secara proporsional
paling banyak mengalami putus sekolah. Dalam masalah angka kematian dan kesakitan
ibu, permasalahan berawal sejak gadis remaja, dimana usia dini, harga diri dan status
yang rendah, serta gizi buruk mulai memberikan dampak akhir pada penderitaan
perlahan-lahan dan kematian dini. Pada kelompok usia remaja ini, tingkat kecelakaan dan
luka yang disengaja paling tinggi di antara semua kelompok umur. Selain itu,
peningkatan angka HIV/AIDS, penggunaan tembakau, obat terlarang, kekerasan,
kenakalan, pelecehan, aborsi dan sebagainya, lazim terjadi pada usia ini (Santoso. 2001).
Menurut definisi Pediatri Sosial dari de Haas, petugas kesehatan yang mempunyai
hubungan yang erat dengan anak diwajibkan melakukan kunjungan rumah dan
memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memberikan pengertian baru
dan tepat mengenai suatu penyakit serta pencegahanya serta memberi penjelasan
mengenai pentingnya kesehatan bagi dirinya sendiri (Rusepno. 2007).
2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui keterangan struktur rumah tangga.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
Sedangkan Keluarga Remaja adalah keluarga yang memiliki anak remaja usia 10-
24 tahun, dan belum menikah. Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah
masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki
kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya
perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di
dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya (storm and stress period).
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum
bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering
merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja
ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.
Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap
pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja
4
awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja
menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah
laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati
dirnya.
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan
ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai
memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai
pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak
akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi
pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan
seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta
perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan
stamina tubuh.
Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan sangat
cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan. Tinggi badan anak laki-laki
5
bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per
tahun. Secara keseluruhan pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan
dan 28 cm pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal
pada anak perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak
height velocity) pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada
anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan berakhir
pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun. Setelah usia
tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon steroid seks
juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas
lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.
Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh,
pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak
perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi
karena pengaruh hormon steroid seks.
Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal tubuh
yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya
pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis,
perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta
terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat,
dan timbulnya jerawat.
Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis,
ukuran testis menjadi lebih dari 3 ml, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat
orkidometer. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian
diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh.
Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah
rambut pubis mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan.
Rambut aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang
sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat
pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi
6
basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak
pertumbuhan tinggi badan.
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding
atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara
berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai
tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun.
Perkembangan payudara terutama dikendalikan oleh sekresi estrogen dari ovarium
sedangkan perkembangan rambut pubis dipengaruhi oleh sekresi androgen dari adrenal.
Tahap perkembangan payudara perempuan tidak bersifat absolut. Menarke terjadi dua
tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas
yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah
sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan
meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas. Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia didapatkan
bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 tahun.
(Suroso. 2011)
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early
adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).
Karakteristik:
7
1) Awitan pubertas, menjadi terlalu memperhatikan tubuh yang sedang berkembang.
2) Mulai memperluas radius sosial keluar dari keluarga dan berkonsentrasi pada
hubungan dengan teman.
Dampak:
2) Kadang-kadang masturbasi.
3) Mulai membangkitkan rasa tanggung jawab dalam konsultasi dengan orang tua,
kunjungan pada orang tua, kunjungan pada dokter, kontak dengan konselor
sekolah.
Karakteristik:
Dampak:
8
1) Mencari kemampuan untuk menarik lawan jenis. Perilaku seksual dan
eksperimentasi (dengan lawan jenis maupun sejenis) mulai muncul, masturbasi
meningkat.
Karakteristik:
1) Kematangan fisik sudah lengkap, body image dan penentuan peran jenis kelamin
sudah mapan.
2) Hubungan-hubungan sudah tidak lagi narsistik dan terdapat proses memberi dan
berbagi.
3) Idealistis.
9
6) Peran fungsional mulai terlihat nyata.
Dampak:
1) Remaja mulai merasa nyaman dengan hubungan hubungan dan keputusan tentang
seksualitas dan preteransi.
5) Dengan mulainya emansipasi, anak muda tersebut mulai lebih memahami akibat-
akibat dari tindakannya.
6) Sering tertarik dalam diskusi tentang tujuan tujuan hidup karena inilah fungsi
utama mereka pada tahapan ini.
1) Keluarga; keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi remaja dalam
mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh remaja dalam keluarga
akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan.
4) Rekreasi; dengan rekreasi seseorang juga mendapat kesegaran baik fisik maupun
psikis sehingga terlepas dari rasa bosan, lelah, monoton serta mendapatkan semangat
baru.
5) Pergaulan dengan lawan jenis; pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan
remaja dalam mengidentifikasi peran seks (sex role behavior) yang menjadi sangat
penting dalam persiapan berkeluarga maupun berperilaku.
7) Persahabatan dan solidaritas kelompok; pada masa remaja, peran kelompok dan
sahabat sangatlah besar. Seribgkali remaja lebih mementingkan urusan kelompok
ketimbang keluarga. Hal tersebut merupakan sesuatu yang normal, sejauh kegiatan
yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif.
8) Lapangan kerja; dengan memahami lapangan kerja dan keterampilan sosial yang
dibutuhkan, remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan
Tinggi dapat mempersiapkan diri untuk bekerja.
11
9) Meningkatkan kemampuan penyesuaian diri; untuk dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dengan kelompok, remaja dibiasakan untuk menerima diri sendiri
dan orang lain, tahu dan mau megakui kesalahannya dan sebaginya (Renita. 2010).
12
2.1.6.3 Hubungan seksual pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja
putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian
dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama,
perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kehamilan juga
sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang
berdampak buruk pada kesehatan tubuh.
Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu
adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti
berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku
pencobaan bunuh diri.
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin,
heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa
dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan
reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya
perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya
HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara
bergantian.
13
2.1.6.5 Pengaruh media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup
berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja
akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan
reproduksinya.
14
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja,
tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul
akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada
daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain
yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain.
Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika
di dalam kandungan. Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara
lain: gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma
venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired Immune Deficiency Syndrom
(AIDS). (BKKBN, 2001)
15
d. Punya fasilitas pembuangan tinja.
e. Penghuni tidak padat (1 orang/8 m2).
f. Ventilasi dan penerangan yang cukup.
g. Kondisi bangunan rumah yg kuat.
h. Fondasi yg kokoh, dinding kuat dan kayu tidak lapuk.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi
masing-masing penghuni rumah, privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota keluarga dan penghuni rumah, lingkungan tempat tinggal yang memiliki
tingkat ekonomi yang relatif sama.
16
a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
b. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban
tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban
diatasnya, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air
tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan
tampak bersih tidak berlumut.
c. Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu
dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai
tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab
sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena
itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel,
keramik. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai
ditinggikan ± 20 cm dari permukaan tanah.
17
d. Pembagian ruangan / tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan fungsinya.
Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah :
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan
kamar tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang
cukup dengan luas ruangan sekurangnya 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk
lebih dari 2 orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk
melakukan kegiatan.
2) Ruang dapur
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi
untuk berhubungan dengan udara luar.
e. Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan.
Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat
merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai
syarat-syarat, diantaranya :
18
1) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.
Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.
2) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan,
dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.
f. Penerangan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan
manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan
cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai
menimbulkan kesilauan.
1) Pencahayaan alamiah
2) Pencahayaan buatan
19
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu
minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Azwar, 1996).
Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya
luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan
penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes
tentang rumah sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2 / orang.
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang
berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:
a. Sarana air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Di Indonesia standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI
No.01/Birhubmas/1/1975 (Chandra, 2009). Dikatakan air bersih jika memenuhi 3
syarat utama, antara lain :
1) Syarat fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara
sehingga menimbulkan rasa nyaman.
2) Syarat kimia
Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang
berbahaya bagi kesehatan.
20
3) Syarat bakteriologis
Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga atau
sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara pembuangan tinja, prinsipnya
yaitu:
d. Sampah
21
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas
manusia, yang dianggap sudah tidak bermanfaat. Entjang (2000) berpendapat agar
sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan
pembuangannya, seperti tempat sampah yaitu tempat penyimpanan sementara
sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk dibuang (dimusnahkan). Syarat
tempat sampah adalah :
1) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah
bocor, kedap air.
IMT/BMI=
Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obesitas. Standar baru untuk
IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di bawah 18,5
sebagai sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23 sebagai berat badan lebih atau
overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. (Almatsier S, 2009 dan Anwar,
TB 2004).
IMT Kategori
23
≥ 23,0 Kelebihan berat badan
25-29,9 Obesitas 1
≥ 30,0 Obesitas 2
Berikut ini adalah tabel mengenai IMT (Indeks Masa Tubuh) ideal berdasarkan umur:
IMT(kg)
Umur (tahun)
Laki-laki Perempuan
BAB 3
25
kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 22.265 orang dan jumlah remaja 3.446 orang.
Luas wilayah Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat 5,4 km2.
26
3.3 Rencana Kegiatan Pada Keluarga Binaan
Tabel 3.1 Jadwal Kunjungan Home Visit
Tanggal
No Kegiatan
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Survei
1 √
Penduduk
2 Survei Keluarga √
Kunjungan ke
3 √ √ √
Kelbin
Identifikasi
4 √ √ √
Masalah
Prioritas
5 √ √ √
Masalah
Alternatif
Pemecahan
6 Masalah √ √ √ √
Keluarga
Binaan
Pengawasan dan
7 √ √ √ √ √ √ √
Pembinaan
8 Evaluasi √ √ √ √ √
3.4 Keluarga Binaan 1 (Satu)
3.4.1 Identitas Keluarga Binaan (17 Agustus 2016)
Bapak S tinggal di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat,
sebagai kepala keluarga yang memiliki 3 anggota keluarga yaitu 1 orang istri dan 2 orang
anak.
a. Status Present
Kesadaran : CM
Pernafasan : 24x/i
HR : 86x/i
b. Status Generalisata
Kepala
Mulut : sianosis -
28
Thorax
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik +
Ekstremitas
29
b. Menjelaskan kepada remaja Z mengenai bahaya merokok terhadap kesehatan dan
lingkungan sekitarnya.
c. Menyarankan kepada Bapak S mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk
mengobati penyakitnya.
d. Menyarankan kepada keluarga Bapak S untuk mengontrol asupan garam dalam
makanan sehari-hari.
3.4.6 Pengawasan dan Pembinaan (Tanggal 17 s/d 20 Agustus 2016)
a. Memantau dan mengamati sikap remaja Z mengenai kebiasaan merokok.
b. Memantau apakah Bapak S sudah pergi ke fasilitas kesehatan terdekat untuk
mengontrol kesehatannya.
c. Memantau asupan garam harian keluarga Bapak S agar kondisi tekanan darah
Bapak S dapat terkontrol dengan baik.
30
Table 3.3 Keterangan Keluarga Bapak S
c. Status Present
Kesadaran : CM
31
Pernafasan : 24x/i
HR : 82x/i
d. Status Generalisata
Kepala
Mulut : sianosis -
Thorax
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik +
32
Ekstremitas
makanan.
2) Menjelaskan cara cuci tangan yang baik dan benar
3) Menjelaskan arti dan syarat-syarat rumah sehat
4) Menjelaskan dampak dari kurangnya ventilasi dan pencahayaan
5) Menyarankan gotong royong untuk membersihkan saluran air/got yang tidak lancar.
6) Menyarankan untuk tidak membuang sampah ke dalam saluran air/got.
33
2) Bapak Y juga sudah berobat, dan tekanan darahnya sudah turun menjadi 140/ 90 mmHg
3) Keluarga Bapak Y berencana akan menambah jendela beserta ventilasi
4) Saluran air/parit masih tergenang, terlihat masih banyak sampah yang berada di dalam
parit.
34
remaja N mengalami penurunan. Sebelumnya remaja N termasuk murid dengan ranking
10 besar di kelasnya.
Bapak F saat ini mengeluhkan kaki kanannya terluka dan tidak kunjung sembuh
yang sudah dialami sekitar 3 minggu. Dari hasil pemeriksaan fisik didapati TD: 120/80
mmHg, HR: 76x/i, RR: 22x/i. Diketahui bahwa orangtua dari Bapak F menderita diabetes
mellitus. Bapak F tidak berobat ke puskesmas atau dokter dikarenakan biaya. Keluarga
Bapak F tidak mempunyai jaminan kesehatan.
Dari hasil pengamatan rumah, didapati bahwa air berwarna keruh, kadang berbau.
Sumber air bersih di keluarga berasal dari sumur bor dan tidak ada penyaringan air.
e. Status Present
Kesadaran : CM
Pernafasan : 24x/i
HR : 80x/i
f. Status Generalisata
Kepala
Mulut : sianosis -
Thorax
35
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik +
Ekstremitas
36
3.6.4 Alternatif Pemecahan Masalah/Tindakan (Tanggal 18 Agustus 2016)
a. Menyarankan agar keluarga lebih mendekatkan diri kepada remaja N dan
memberikan nasehat untuk tidak terlalu sering bermain game online dikarenakan
dapat berdampak buruk bagi kesehatan remaja N sendiri yaitu diantaranya sakit
maag dan rabun jauh.
b. Memberikan nasihat kepada remaja N agar tidak terlalu sering bermain game
online dan membuat jadwal serta batas waktu bermain agar tidak mengganggu
prestasi belajar dan meningkatkan waktu belajar di rumah.
c. Menyarankan agar Bapak F pergi ke puskesmas agar mendapatkan pengobatan
dan pengecekan kadar gula darah. Memberikan pengetahuan tentang bahaya
penyakit diabetes melitus dan pengetahuan mengenai pola hidup yang sehat.
d. Menyarankan kepada Bapak F agar mendaftarkan keluarga ke jaminan kesehatan
seperti BPJS.
e. Menyarankan untuk membuat penyaringan air sederhana atau beralih
menggunakan air pam.
Kondisi rumah Bapak D terlihat gelap dan lembab, hal ini dikarenakan sedikitnya
jendala di dalam rumah, halaman tampak kotor dan terdapatnya pohon manga yang
menutupi pintu dan jendela depan sehingga sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam
rumah.
a. Status Present
Kesadaran : CM
Pernafasan : 28x/i
HR : 100x/i
B. Status Generalisata
Kepala
Mulut : sianosis -
Thorax
Inspeksi : simetris
39
Palpasi : stem fremitus normal
Perkusi : sonor
Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik +
Ekstremitas
Diagnosis Banding
TB paru
Pneumonia
Diagnosis
Suspek TB paru
40
b. Ventilasi rumah tidak memenuhi syarat.
c. Halaman rumah kotor.
41
3.8 Keluarga Binaan Ke 5 (Lima)
3.8.1 Identitas Keluarga Binaan (Tanggal 19 Agustus 2016)
Karyawa
1 Bapak H Lk 48 Sarjana Menikah
n swasta
2 Ibu R Pr 42 SMA IRT Menikah
Belum
3 Remaja V Pr 16 SMA -
menikah
Belum
4 Anak J Lk 6 SD -
menikah
a. Status Present
42
Kesadaran : CM
Pernafasan : 22x/i
HR : 80x/i
B. Status Generalisata
Kepala
Mulut : sianosis -
Thorax
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel
Perkusi : timpani
43
Auskultasi : peristaltik +
Ekstremitas
3.8.6 Pengawasan dan Pembinaan (Tanggal 19 Agustus s/d Tanggal 22 Agustus 2016)
a. Remaja V sudah mulai terbuka mengenai kesehariannya dan masalah yang
dihadapinya serta hubungan antar anggota keluarga terasa semakin dekat.
Diharapkan keluarga mampu untuk membimbing remaja V agar bersikap terbuka
dan memberi perhatian terhadap pergaulan remaja V.
44
b. Keluarga sudah membeli tong sampah dan sampah tidak berserakan lagi.
c. Aliran limbah belum lancar dan masih tergenang.
BAB 4
PEMBAHASAN
46
dimana perabotan rumah tangga berdebu dan halaman yang kotor akan berdampak buruk
bagi kesehatan keluarga khususnya anak dan remaja yang sedang mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan, hal ini akan menciptakan rasa malas dan tidak
mencintai sikap kebersihan pada anak serta mencetuskan penyakit.. Sedangkan
kurangnya ventilasi pada rumah dapat mengakibatkan gangguan pada pernapasan,
terutama pada keluarga yang ada anggota keluarganya yang merokok di dalam rumah
dan meningkatkan resiko untuk terkena penyakit infeksi saluran nafas menular seperti
TB paru.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Tidak semua keluarga binaan yang mempunyai jaminan/asuransi kesehatan,
sehingga pelayanan kesehatan tidak terjamin, namun saat ini semua keluarga
remaja dalam keluarga binaan telah memahami manfaat dari jaminan kesehatan
tersebut.
5.1.2 Ada 1 keluarga binaan yang memiliki masalah kekurangan berat badan akibat
penyakit yang diderita, namun saat ini kondisi remaja dan anak keluarga tersebut
sudah semakin membaik karena teratur mengikuti aturan pengobatan.
5.1.3 Beberapa keluarga remaja telah memiliki tempat pembuangan sampah dan
pembuangan limbah, walaupun masih ada keluarga remaja dalam keluarga binaan
yang belum memahami manfaatnya.
5.1.4 Beberapa keluarga remaja di dalam keluarga binaan telah memenuhi syarat rumah
sehat, antara lain; perabotan rumah bersih, halaman bersih, ventilasi sudah ada,
walaupun masih ada keluarga remaja yang belum memenuhi syarat rumah sehat.
47
5.1.5 Keluarga remaja dalam keluarga binaan yang masih memakai air yang tidak sehat
sudah disarankan dan diberikan pengetahuan mengenai penyaringan air yang
sederhana tetapi keluarga belum melaksanakan apa yang dianjurkan.
5.2 Saran
5.2.1 Disarankan kepada keluarga remaja untuk tetap melakukan upaya hidup sehat,
seperti menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sehat, serta tetap
memeriksakan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas/
pelayanan kesehatan terdekat.
5.2.2 Kepada Institusi Pendidikan; sebagai bahan referensi untuk tindak lanjut keluarga
binaan selanjutnya.
48