Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

TUGAS AKHIR KESTABILAN TAMBANG BAWAH TANAH

“PEMETAAN KEKAR’

Oleh

KELOMPOK 4

NAMA NIM
Aprilia Gedy 20150611044042
Crisye Y. Baransano 201506110440
Leonardi Patoding 201506110440
Lute Pahabol 201506110440
Marten Blesia 201506110440
Sarah Nawipa 201506110440
Sartiel Uropmabin 201506110440
Yunike Wabiser 201506110440
Zacha Zakeus.Dodop 20150611044031

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL

LAPORAN TUGAS AKHIR KESTABILAN TAMBANG BAWAH TANAH

“PEMETAAN KEKAR”

Jayapura, 14 Juni 2018

Disusun Oleh : Kelompok 4

Program : Strata Satu (S1)

Program Studi : Teknik Pertambangan

Mata Kuliah : Kestabilan Tambang Bawah Tanah

Di setujui
Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Kestabilan Tambang Bawah Tanah

PATRICK MARCELL FANDY, ST., MT


Nip. 19790208 200801 1 007
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Patrick Marcell Fandy, MT sebagai dosen pengampu mata


kuliah.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini yang
penulis tidak bisa sebut satu per satu.

Penulis menyadari laporan ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan ke depan.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan ilmu bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jayapura, 14 Juni 2018

Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Prof. Zienkiewicz (Zienkiewicz 1968) dalam sebuah artikel mengusulkan
kriteria batuan sebagai material yang tidak dapat menahan tarik (no-tension
material) dan memakai kriteria runtuh Mohr-Coulomb untuk analisa tegangan
gesernya. Batuan yang umumnya ditemukan adalah batuan utuh (intact rock) dan
batuan berkekar (joint rock). Perencanaan pembangunan proyek terowongan
batuan (rock tunnel) melibatkan berbagai bidang ilmu, dan satu diantaranya
adalah mekanika batuan. Dan jika mungkin dilakukan pemodelan konstitutip
(kriteria runtuh) dari material batuan utuh / berkekar tsb.

pembuatan terowongan dibatuan, hal yang harus diperhatikan dalam konstrusi


terowongan adalah sistem penyangga. Sistem penyangga merupakan kekuatan
utama terowongan dalam menahan beban terowongan. Keruntuhan disebabkan
karena sistem penyangga terowongan tidak kuat untuk menahan beban yang
diberikan kepadanya (Woolcock, 2005). Apabila kekuatan penyangga suatu
terowongan dapat dianalisis dengan baik, kerusakan konstruksi terowongan dapat
dihindari. Selain itu, pemilihan sistem penyangga dapat dilakukan seefisien
mungkin, sehingga lebih ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
metode elemen hingga menggunakan software plaxis untuk simulasi analisis
stabilitas terowongan dengan menggunakan metode elemen hingga, dan
menentukan desain metode perkuatan terowongan yang tepat untuk antisipasi
keruntuhan terowongan.

1.2. Tujuan
Adapun tujan dilakukannya praktek ini adalah:

1. Untuk mengetahui kekuatan batuan atau Rock Quality Designation


(RQD)
2. Agar dapat menentukan jenis terowongan apa yang dapat
digunakan pada area pratikum

1.3. Waktu dan Lokasi Praktikum


1 Hr/Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2018
2. Waktu : 08.00 – 14.00 WIT
3. Lokasi : Organda, Padang Bulan
BAB II DASAR TEORI

2.1. Rock-Quality Designation (RQD)


2.1.1. Pengertian RQD

Dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih.
Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung
walaupunmempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu
47.5mm. Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan
terowongan. Saan ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti
pemboran dan merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa
batuan RMR dan Q-system.
RQD didefinisikan sebagai:

Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai berikut :

2.1.2. Metode RQD


Prosedur Pengukuran Rock Quality Desgination (RQD)

Prosedur pengukuran RQD yang benar digambarkan dalam Gambar 1.


Cara perhitungan dengan gambar disajikan dalam SNI 03-2436. b. Korelasi asli
RQD harus dicatat berdasarkan atas pengukuran pada inti ukuran NX
(Deere,1963) RQD dapat dihitung berdasarkan inti yang mempunyai diameter
minimal berukuran NX (Deere dan Deere, 1989 , pada Gambar 2) c. Inti pipa
kawat yang menggunakan NQ, HQ, dan PQ dapat juga diterima Ukuran BQ dan
BX lebih kecil tidak dapat digunakan, sebab yang lebih kecil dari NX sangat
berpotensi mengalami kerusakan dan kehilangan inti.

Pengukuran panjang potongan inti Potongan inti yang sama dapat diukur
dengan tiga cara, yaitu sepanjang garissumbu, dari ujung ke ujung, atau sepanjang
potongan laras lingkaran penuh(Gambar 3. Pengukuran Panjang Inti dengan
Penentuan RQD). Prosedur yangdianjurkan adalah mengukur panjang inti
sepasang garis sumbu. Lihat acua TheInternasioanl Society for Rock Mechanics
(ISRM), Commission onStandardization of Laboratory and Field Test (1978,
1981)Pengukuran sepanjang garis sumbu lebih banyak digunakan, karena:1.
Menghasilkan RQD standar yang tidak bergantung pada diameter inti.2.
Menghindari ancaman serius kualitas batuan, jika keadaan retakan sejajarlubang
bor dan dipotong dengan pemasangan kedua.

Penilaian kekuatan batuan Potongan inti yang tidak keras dan tidak kuat,
sebaiknya tidak diperhitungkan untuk RQD, meskipun memenuhi syarat panjang
100 mm (3,94 in). Persyaratan kekuatan dapat membantu menurunkan ketentuan
syarat kualitas batuan jika batuan telah mengalami perubahan dan perlemahan,
baik karena pelapukan permukaan ataupun kegiatan hidrothermal. Keputusan
penentuan tingkat perubahan kimiawi apakah sudah cukup atau belum, biasanya
harus dilakukan untuk mendapat persetujuan atau penolakan dilakukannya
potongan inti. Dua macam prosedur yang dapat digunakan untuk menilai kekuatan
batuan adalah sebagai berikut :

1. Prosedur pertama
dilakukan tanpa memperhitungkan potongan inti, karena adanya keraguan
mengenai syarat kekuatan yang harus dipenuhi (misalnya batasan
perubahanwarna atau pemutihan butiran, pencemaran berat, rongga, atau butiran
lemah). Prosedur ini bersifat konservatif dan meragukan penilaian kualitas batuan
2. Prosedur kedua
dilakukan dengan memasukkan batuan yang berubah persentase total RQD
nya dengan tanda bintang (RQD*) karena persyaratan kekuatan belum terpenuhi.
Metode RQD* dapat memberikan beberapa indikasi kualitas batuan sesuai
dengan tingkat retakan selama tidak kehilangan kekuatan.
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat,
akan tetapi metode ini tidak memperhitung factor orientasi bidang diskontinu,
material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan
massa batuan yang sebenarnya
Rock Quality Designation adalah :

Persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang


potongan inti utuh yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan
panjang inti. Indeks kualitas batuan tipikal dalam kondisi batuan yang
mengalami pelapukan berat, lunak, retakan, pergeseran, rekahan/pelipatan
akan menyebabkan nilai RQD menurun.

Secara sederhana RQD

1. merupakan ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval


lubang bor.
2. Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan
batuan yang mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun
kekar atau sesar) berdasarkan rumus Hudson, (1979 dalam Djakamihardja
& Soebowo, 1996) sebagai berikut:

RQD = 100 (0.1l + 1) e- 0.1l (l) adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang
scan-line (kekar/meter). Makin besar nilai RQD, maka frekuensi
retakannya kecil. Frekuensi retakannya makin banyak, nilai RQD makin
kecil.

Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan istilah Rock Tunneling Quality
Index untuk keperluan perancangan penyangga penggalian bawah tanah.
Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di Iceland.
Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974
berdasarkan pengalaman pembuatan terowongan terutama di Norwegia
dan Finlandia.
Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas massa
batuan berdasarkan 6 parameter berikut;

1. RQD (Rock Quality Designation)


2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn)
3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint Roughness Number (Jr)
4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah/Joint
Alteration Number (Ja)
5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw)
6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction Factor (SRF)
Dalam sistem ini, diperhatikan diskontinuitas dan joints. Angka dari Q
bervariasi dari 0.001-1000 dan dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
ini:

RQD (Rock Quality Desgnation)

RQD = 100,4 - 3,68ω


Dimana ω : Frekuensi Joint (1/Spasi)
Kualitas batuan menggunakan klasifikasi Q-system dapat berkisar dari Q=
0,0001 sampai Q= 1000 pada skala logaritmik kualitas massa batuan.
1. Jn (Joint Set Number)

2. Jr (Joint Roughness Number)

3. Ja (Joint Alteration Number)


Tabel 5. Rock wall contact before 10 cm shear

Tabel 6. No rock wall contact when sheared

4. Jw (Joint Water Reduction Number)


5. SRF (Stress Reduction Factor)

6. ESR (Excavation Support Ratio).


Perhitungan Equivalent Dimention berdasarkan lebar bukaan terowongan
dan nilai ESR (Excavation Support Ratio). Nilai ESR sangat bergantung pada
kategori penggalian.
ED = Excavation Span, Diameter or Height (m)/ESR
Misalkan perhitung nilai Q :
Q = 90/4 x 3/1 x 1/15 = 4,5

Misalkan sebuah terowongan mau dibuka selebar 15 meter untuk


keperluan pertambangan permanent maka;
ED = 15 / 1,6 = 9,4

Berdasarkan nilai ED dan nilai Q tersebut dapat diperkirakan hubungan


antara lebar bukaan terowongan dengan sistem penyangga yang harus digunakan.

Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik yang dibuatkan oleh Barton tahun
1974. Grafik tersebut kemudian diupdate lagi oleh Grimstad dan Barton tahun
1993.

Dengan nilai ED: 9,4 dan Q : 4,5 maka masuk dalam kategori 4. Kategori 4
mengharuskan pemasangan rock bolt dengan spasi 2,1 meter dalam shotcrete
setebal 4-10cm.

Jika nilai dari persamaan Q system telah ditemukan, maka system support dapat
ditentukan berdasarkan grafik berikut ini.

Gambar 1. Reinforcement Categories


Panjang Rock Bolt yang akan dipasang bisa dihitung menggunakan rumus :

Gambar 2. Rock Bolt

Dimana B = Lebar Terowongan


Gambar 2. pemasangan Shotcrete dan Rock Bolt diterowongan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pelaksanaan Praktek


Mata Kuliah : Kestabilan Terowongan dan Tambang Bawah Tanah

Hr/Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2018

Waktu : 08.00 – 14.00 WIT

Lokasi : Organda, Padang Bulan

3.2. Alat dan Bahan


1. Kompas Geologi (1 Masing2 Kelompok) - (Sudah Disiapkan)
2. Palu Sedimen (Sudah Disiapkan)
3. Kamera > 8 Mp
4. Tali Plastik (Rafia)
5. Meter Pocket ( 5 Meter )
6. Papan Data
7. Tabel Input Kekar (Sudah Disiapkan)
8. Tabel Rmr Dan Q-System (Sudah Disiapkan) , Kestabilan Tbt
Menggunakan Klasifikasi Q-System. Pemetaanya Hampir Sama Dengan
Rmr.

3.3. Teknik pengambilan data


1. Tentukan Lereng (Anggap Sebagai Dinding Terowongan ) Yang Mau Di
Petakan, Lihat Kondisi Kekar Yang Tampak
2. Tentukan Tinggi = 4 Meter Dan Lebar Lubang Bukaan = 4 Meter. / Sudah
Ditentukan
3. Buat Garis Bentangan (Scanline) Menggunakan Tali Rafia Di Sepanjang
Lereng Pengamatan (±10 Meter)
4. Ukur Strike / Dip Tali Bentangan (Scanline)
5. Buat Sketsa Menggunakan Pensil Pada Kekar Yang Melewati Scanline
Dan Nomori Kekar-Kekar Yang Sudah Disketsa
6. Diskripsi Setiap Kekar Mulai Dari Kekar 1 – Dst. Kekar Yang Di
Deskripsi/Dipetakan Ke Dalam Tabel Antara Lain :
a) Strike / Dip Kekar
b) Jarak Antar Kekar 1 – 2, 2 – 3, 3 -4 Dst
c) Tebal Pemisahan Kekar
d) Pengisi Kekar
e) Kekasaran Kekar
f) Tingkat Pelapukan
g) Kelembaban.

3.4. Teknik pengolahan data


1. Kelompokan Terlebih Dahulu Kekar-Kekar Yang Mempunyai Orientasi
Arah (Azimuth/Strike) Yang Sama. ( 0 – 890 , 900 – 1790 , 1800 – 2690,
2700 – 3590 ) Dibuat Dalam Tabel
2. Ketik Data-Data Orientasi Kekar Dalam Program Ms. Excel Lihat
Lampiran…
3. Hitung Nilai Yang Dibuat Dalam Tabel Ms. Excel
 Αn = Arah Dari Garis Normal
 Βn = Dip Dari Garis Normal
 Αd = Arah Dari Kekar
 Βd = Dip Dari Kekar
 Αs = Arah Scan Line
 Βs = Dip Dari Scan Line
Contoh Tabel Pengolahan Data Dari Lapangan

Persamaan / Rumus – Rumus Yang Dipakai Untuk Perhitungan Kekar


Dapat Dilihat Pada Lampiran A – Data Pengukuran Kekar

4. Kekar-Kekar Yang Telah Dikelompokan Bisa Di Olah Menggunakan


Program Dips Untuk Melihat Arah Utama Kekar. Copy Dan Paste Data
Strike Dan Dip Atau Strike Dan Dip Direction Pada Program Dips. Dan
Tentukan Arah Utama Kekar Mayor ( Yang Paling Dominan ) Setiap Set
Kekar.
5. Hitung Nilai Q-System. Seperti Diketahui Ada 6 (Enam) Parameter Yang
Harus Di Lengkapi Untuk Mengklasifikasi Batuan Dan Rencana
Kebutuhan Penyangga, Parameter Tersebut Antara Lain :

1. Hitung Nilai Rqd Dari Persamaan Priest And Hudson, 1976


Rqd = 100 . E-Λt (1+Λt) , Dimana Λ = 1 / Spasi Kekar
2. Jumlah Family Kekar (Jn) – Lihat Tabel Q-System Lampiran B Untuk
Pembobotan
3. Kekasaran Kekar (Jr) - Lihat Tabel Q-System Lampiran B Untuk
Pembobotan
4.Jenis Perubahan Kekar Dan Material Pengisinya (Ja) - Lihat Tabel Q-
System Lampiran B
5. Kondisi Air (Jw) - Lihat Tabel Q-System Lampiran B Untuk Pembobotan
6. Srf , Telah Di Ketahui Σc = ....Mpa Dan Σv = Mpa Dimana Σv = Σ1

Untuk Pembobotan Sistem-Q Dapat Dilihat Pada Lampiran B.

6. Nilai Esr Adalah Pembobotan Terhadap Penggunan Terowongan , Apakah


Secara Sementara (Temporary) Atau Untuk Beberapa Lama (Permanent).
Untuk Penggunaan Terowongan Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air.
7. Penentuan Dimensi Ekuivalen (De) Adalah : Span / Esr. Span Adalah
Jarak Terbesar Sebuah Lubang Bukaan. Dengan Dimensi Terowongan
Tinggi Dan Lebar = 4 Meter Sedangkan Panjang Terowongan = 6 Meter ,
Maka Span Terowongan = 6 Meter.
8. Setelah Dilakukan Pembobotan Batuan Dengan System-Q Atau Diperoleh
Nilai Q, Langkah Selanjutnya Adalah Melakukan Penetuan Kebutuhan
Penyangga Menggunakan Chart Q-System Dimana Untuk Sumbu
Vertikal (Y) = De (Dimensi Ekuivalen) Dan Sumbu Horizontal (X) = Nilai
Q,
9. Hubungkan Kedua Nilai Tersebut Dan Tentukan Kelas Batuan Di
Terowongan Tersebut, Penyangga Jenis Apa Yang Digunakan,
Panjangnya Berapa, Diameternya Berapa Dan Berapa Spasinya (Untuk
Rockbolt). Jika Menggunakan Shotcrete Berapa Tebalnya.
10. Silahkan Menghitung Berapa Banyak Rocbolt Yang Digunakan Pada
Terowongan Dengan Dimensi Seperti Keterangan Diatas ( Tinggi = Lebar
= 4 Meter Sedangkan Panjang = 6 Meter ) Dan Jika Menggunakan
Shotcrete Berapa Meter Kubik (M3) Campuran Semen Yang Dibutuhkan.
Sertai Dengan Gambar Dimensi Terowongannya Dengan Penempatan
Rockboltnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Data yang diperoleh pada saat Pemetaan Kekar dilapangan,antara lain :
Strike Lereng, Dip Lereng, Dip Scanline, Kondisi Lereng, Strike kekar, Dip kekar,
Dip Derection, dan Kondisi Bidang Diskontinu.

BLANGKO 1 - PEMETAAN KEKAR DI LAPANGAN

Lokasi : Tambang Bawah Metode Penggalian : …………………


Tanah UNCEN
Strike Lereng : N 132 0E Kondisi Lereng : Lembab
Dip Lereng : 330
Strike Scanline : N 133 0E Di ukur Oleh : Kelompok 2
Dip Scanline : 600 Hari / Tanggal : Selasa/29 Mei 2018

Kondisi Bidang Diskontinu


No Strike Dip DD Jarak Pemisahan Tingkat
Pengisi Kekasaran Kelembaban
(cm) (mm) Pelapukan
Sedikit Sedikit
1. 134 60 224 14 10 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
2. 125 60 215 18 3 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
3. 105 55 195 25 1 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
4. 120 31 210 8 1 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
5. 57 78 147 21 1 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
6. 95 61 185 98 1 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
7. 75 65 165 37 1 Pasir Kering
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
8. 85 54 175 28 3 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
9. 132 86 220 25 2 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
10. 118 60 208 24 1 Pasir Kering
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
11. 121 89 211 16 5 Pasir Kering
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
12. 64 70 254 15 4 Pasir Kering
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
13. 50 66 140 53 10 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
Sedikit Sedikit
14. 111 60 201 52 5 Pasir Lembab
Kasar Lapuk
100 31 190 53 Pasir Sedikit Sedikit
15 2 Lembab
Kasar Lapuk
145 90 235 16 Pasir Sedikit Sedikit
16 2 Lembab
Kasar Lapuk
104 71 194 25 Pasir Sedikit Sedikit
17 1 Lembab
Kasar Lapuk
4.2. Pembahasan
Dari Pemetaan Kekar dilapangan diperoleh Hasil Perhitungan Data
sebagai berikut :

Dimana :

θ = sudut normal
αn = arah dip dari garis normal
βn = dip dari garis normal
αd = arah dip dari kekar
βd = dip dari kekar
αs = arah dip scan line
βs = dip dari scan line
Perhitungan :
1. Arah dari Kekar ( αd )
No Strike (αd)
1 134
2 125
3 105
4 120
5 57
6 95
7 75
8 85
9 132
10 118
11 121
12 64
13 64
14 111
15 100
16 145
17 104

2. Dip dari Kekar ( βd )


No Dip (βd)
1 60
2 60
3 55
4 31
5 78
6 61
7 65
8 65
9 86
10 60
11 89
12 70
13 66
14 60
15 31
16 90
17 71

3. Arah Dip dari Garis Normal ( αn )


No (180±αd) αn
1 180+134 314
2 180+125 305
3 180+105 285
4 180+120 300
5 180+57 237
6 180+95 275
7 180+75 255
8 180+85 265
9 180+132 312
10 180+118 298
11 180+121 301
12 180+64 244
13 180+64 244
14 180+111 291
15 180+100 280
16 180+145 325
17 180+104 284
4. Dip dari Garis Normal ( βn )
No (90-βd) βn
1 90-60 30
2 90-60 30
3 90-55 35
4 90-31 59
5 90-78 12
6 90-61 29
7 90-65 25
8 90-65 25
9 90-86 4
10 90-60 30
11 90-89 1
12 90-70 20
13 90-66 24
14 90-60 30
15 90-31 59
16 90-90 0
17 90-71 19

5. Sudut Normal ( θ )
No abs cos 0 θ =DEGREES(abs cos 0)
1 0.830563 47.58772666
2 0.735896 42.16374265
3 0.914689 52.4077942
4 0.640051 36.67224904
5 0.612035 35.06704729
6 0.999132 57.24606751
7 0.705338 40.41288949
8 0.80084 45.88473554
9 0.999977 57.29447051
10 0.779989 44.69007712
11 0.830585 47.58903409
12 0.881448 50.50323927
13 0.760233 43.55812381
14 0.828043 47.44338362
15 0.596115 34.15484896
16 0.796028 45.60902955
17 0.701745 40.20702055

6. Arah Dip Scan Line ( αs ) = 600


7. Dip dari Scan Line ( βs ) = N 133 0E
8. Rock-Quality Designation (RQD)
RQD = 100 x e-0.1 x 5.25 x (1 + 0.1 x 5.25 )
= 90.21%

9. Jumlah set kekar (Jn)


Keadaan massa batuan Bobot
Masif, tidak ada atau sedikit kekar 0.5 – 1.0
Satu famili kekar 2
Satu famili kekar ditambah random 3
Dua famili kekar 4
Dua famili kekar ditambah random 6
Tiga famili kekar 9
Tiga famili kekar ditambah random 12
Empat atau lebih famili kekar, random, sangat 15
terkekarkan, “sugar cube”
Batuan hancur, seperti tanah 20
Berdasarkan Pemetaan Kekar dilapangan didapatkan Satu famili kekar
ditambah random dengan bobot = 3

10. Kekasaran kekar (Jr)


Keadaan permukaan Kekar Bobot
(a) Kontak antar dinding kekar
(b) Kontak antar dinding kekar sebelum bergeser 10 cm
- Kekar tidak menerus 4.0
- Kasar atau tidak teratur, bergelombang 3.0
- Halus, bergelombang 2.0
- Slickensided, bergelombang 1.5
- Kasar atau tidak teratur, rata 1.5
- Halus, rata 1.0
- Slickensided, rata 0.5
(c) Tidak ada kontak antar permukaan kekar ketika bergeser
- Zona yang mengandung mineral clay yang cukup tebal
1.0
untuk mencegah kontak permukaan kekar
- Diisi material berukuran pasir, gravel atau zona hancuran
yang cukup tebal untuk mencegah kontak antar permuka 1.0
kerja
Berdasarkan Pemetaan Kekar dilapangan didapatkan Keadaan permukaan
Kekar Kasar atau tidak teratur, bergelombang dengan bobot = 3
11. Kondisi air (Jw)
Tekanan Air
Kondisi Air Bobot
Perkiraan (Kgf/cm2)
A. Kering atau aliran sangat kecil, debit <5 l/m lokal 1 < 1.0
B. Aliran dan tekanan medium, kadang-kadang melepas 0.66 1.0 – 2.5
material pengisi kekar
C. Aliran sangat besar atau tekanan tinggi pada batuan 0.5 2.5 -10.0
kompeten tanpa material pengisi
D. Aliran besar atau tekanan tinggi 0.33 2.5 – 10.0
E. Terjadi aliran atau tekanan yang sangat besar ketika 0.2 – 0.1 > 10
terjadi peledakan, runtuh berdasarkan waktu
F. Aliran dan tegangan sangat besar 0.1 – > 10
0.05
Berdasarkan Pemetaan Kekar dilapangan didapatkan keadaan kondisi air
Kering atau aliran sangat kecil dengan bobot = 1

12. Jenis perubahan kekar dan material pengisinya (Ja)


Nilai Фr
Jenis Perubahan Kekar dan Material Pengisi Bobot
(Perkiraan)
(a) Kontak antar dinding kekar
A. Ditempel erat material pengisi yang keras dan
0.75
impermeabel, seperti kuarsa dan epidote
B. Dinding kekar tidak berubah, hanya perubahan warna
1 25 – 35
pada permukaan saja
C. Dinding kekar sedikit berubah. Diisi mineral yang
nonsoftening, partikel berpasir, pecahan batuan 2 25 – 30
tidak mengandung clay
D. Tertutup oleh material silt atau clay pasiran, fraksi clay
3 20 – 25
sedikit (nonsoftening)
E. Tertutup oleh mineral softening atau berfriksi renda,
seperti kaolinit, mika, juga klorit, talk, gipsum dan
4 8 -16
grafit dan sejumlah kecil clay yang mengembang
(tertutup tidak-menerus, ketebalannya 1-2 mm atau
kurang)
(b) Kontak antar dinding kekar
F. Partikel berpasir, pecahan batuan tidak mengandung
4 25 - 30
pasir
G. Sangat padat, diisi oleh mineral clay (menerus, dengan
6 16 – 24
ketebalan < 5mm)
H. Tidak terlalu atau kurang padat diisi oleh mineral clay
8 12 – 16
yang softening (menerus, ketebalan < 5mm)
I. Diisi oleh mineral clay yang mengembang seperti
monmorilonit (menerus, ketebalan < 5mm). nilai Ja
8 - 12 6 -12
tergantung pada ukuran partikel persen mengembang
dan kedekatan dengan air.
(c) Tidak ada kontak antar dinding kekar ketika bergeser
K. Zona atau kumpulan hancuran atau pecahan batuan dan
6
clay
L. Lihat (G, H, I) 8
M. Untuk deskripsi kondis clay 8 -12 6 -12
N. Zona atau kumpulan clay berpasir atau silt clay,
5
berfraksi kecil (nonsoftening)
O. Zona atau kumpulan clay yang tebal (lihat G, H, I untuk
10 -13
deskripsi kondisi clay
P, Q, R (lihat G, H, I untuk deskripsi kondisi clay) 6 – 24
Berdasarkan Pemetaan Kekar dilapangan didapatkan Material Pengisi kekar
berupa partikel berpasir, pecahan batuan tidak mengandung clay dengan bobot = 2

13. Stress Reduction Factor (SRF)


Keadaan teganngan dan zona lemah
SRF = 𝜎1/𝜎2
= 70/13.7
= 5.1
14. Q system
𝑅𝑄𝐷 𝐽𝑟 𝐽𝑤
𝑄 = 𝑥 𝑥
𝐽𝑛 𝐽𝑎 𝑆𝑅𝐹

0.9 3 1
= 𝑥 𝑥
3 2 2
= 0.225
15. Excavation Support Ratio (ESR)

16. De
𝑆𝑝𝑎𝑛 6
𝐷𝑒 = = = 3.75
𝐸𝑆𝑅 1.6
Berdasarkan Grafik Rock Mass Quality And Rock Support didapatkan
hasil berupa :
a) Penyangga Rekomendasi = Kategori 7
b) Tebal =9m
c) Baut Batuan
 Panjang = 2.3 m
 Spasi = 1.4 m
d) Tipe Batuan = Very Poor ( sangat buruk)
BAB V PENUTUB

5.1. Kesimpulan
Rock Quality Designation adalah :

Persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang potongan inti
utuh yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang inti. Indeks kualitas
batuan tipikal dalam kondisi batuan yang mengalami pelapukan berat, lunak,
retakan, pergeseran, rekahan/pelipatan akan menyebabkan nilai RQD menurun

RQD = 100 (0.1l + 1) e- 0.1l (l) adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang
scan-line (kekar/meter). Makin besar nilai RQD, maka frekuensi
retakannya kecil. Frekuensi retakannya makin banyak, nilai RQD makin
kecil.

5.2. Saran
Sebagai seorang mahasiswa tentu membutuhkan pengalaman belajar
dalam bangku perkuliahan, dimana selain mendapatkan materi pembelajaran di
ruang belajar, Sebagai seorang mahasiswa khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik
Pertambangan juga tidak terlepas dengan namanya metode pembelajaran di luar
ruangan seperti praktek lapangan tentunya yang memudahkan seorang mahasiswa
mahami benar kondisi kenampakan nyata dilapangan.

Untuk itu dengan adanya praktek - praktek lapangan seperti ini perlu
diperbanyak agar seorang mahasiswa tidak hanya menjadi seorang mahasiswa
yang pasif melainkan seorang mahasiswa yang aktif didalam ruangan belajar
maupun diluar ruangan belajar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/237288580/q-system
http://geologi.unsyiah.ac.id/ibnu/wp-content.uploads/2015/04/5-
Klasifikasi-Batuan-II.pdf.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/560/jbptitbpp-gdl-jimmyginti-27967-4-2007ta-
3.pdf

http://tambangunp.blogspot.com/2013/11/rock-quality-designation-rqd.html
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai