Anda di halaman 1dari 39

WRAP UP SKENARIO 1

KEPUTIHAN
BLOK REPRODUKSI DAN TUMBUH KEMBANG

Kelompok A-11
KETUA : Andhani Putri Kusumaningtyas 1102013024
SEKRETARIS : Anggit Ekawati 1102013030
ANGGOTA : Dewi Prasetyawati 1102010071
Maulidya Nur Amalia 1102012156
Aditya Surya Pratama 1102013009
Akhdan Aufa 1102013018
Bendit Setiawan 1102013056
Dinda Apriyanti 1102013088
Elda Amelida Hazima 1102013093
Eli Susanti 1102013095
Freza Farizan 1102013114

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2015 – 2016

1
SKENARIO 1

KEPUTIHAN

Seorang pasien usia 36 tahun, G3P2A0H2 gravid 20 minggu datang dengan keluahan keputihan
banyak, warna kehijauan, berbau amis dan diesertai gatal sejak awal kehamilannya. Pasien
memiliki siklus menstruasi normal dan riwayat pemakaiaan IUD selama 3 tahun yang dimulai
setelah kehamilan anak kedua. Suaminya seorang PNS dan menyangkal melakukan hubungan
sexual dengan wanita lain. Pada pemeriksaan genetalia ekstrena didapatkan pada labium mayus
dan minus tampak eritema dan erosi. Dari inspekulo didapatkan discharge vagina homigen
warna kehijauaan dan tampak melekat pada didnding vagina, dan portio erosi. Pasien
disarankan utnuk melakukan pemeriksaan swab vagina dan pap smear untuk penatalaksanaan
lebih lanjut

2
KATA SULIT
Eritem : Kemerahan pada kulit akibat kongesti pembuluh darah
Pap smear : Skrining untuk mengetahui kelainan pada dinding rahim perihal adanya
keganasan atau tidak
IUD : Alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan
kedalam rongga rahim dan harus diganti saat periode tertentu
Inspekulo : Pemeriksaan inspeksi pada genetalia wanita dengan spekulum yanng
dimasukkan kedalam vagina sehingga terlihan bagian dalam vagina
Discharge : Cairan yang keluar dari suatu organ
Discharge vagina : Keluarna cairan/ sekret dari vagina

3
BRAIN STROMING
1. Apa sajakah penyebab keputihan ?
2. Mengapa keputihan berbau amis?
3. Apakah keputihan berbahaya?
4. Apakah hubungan IUD dengan keputihan?
5. Apakah yang menyebabkan discharge vagina berwarna hijau ?
6. Mengapa pasien disarankan melakukan swab vagina dan pap smear ?
7. Adakah hubungan keputihan dengan hubungan seksual ?
8. Mengapa pada pemeriksaan di dapatkan labium majus, labium minus dan portio erosi
dan eritem?
9. Apakah resiko yang didapatkan untuk ibu dan janin jika ibu mengalami keputihan ?
10. Apa sajakah tatalaksana keputihan
11. Apa sajakah pemeriksaan lain selain swab vagina dan pap smear?
12. Diagnosis pasien diatas adalah ?
13. Bagaimanakah cara bersuci pada kasus keputihan ?

JAWABAN :
1. Penyebab keputihan ada 2 yaitu
a. Secara fisiologis
o Ketidakseimbangan hormonal
o Stress
o Pre dan pra mentruasi
o Menopouse
o Kehamilan
b. Secara patologis
o Infeksi virus/ bakteri/ jamur
o Iritasi
o Keganasan
2. Karena infeksi bakteri (Gardnerella vaginalis) mengahasilkan asam amino, asam
amino tersebut menghasilakn senyawa amin, dan bau senyawa amin ini adalah amis
3. Tergantung penyebab keputihan tersebut
4. Pemakaian IUD yang melebihi batas ketentuan akan menyebabkan inflamasi sehingga
tubuh mengeluarkan mediator inflamasi sehingga banyak leukosit dan sel PMN yang
keluar
5. Warna hijau adalah indikasi keputihan yang disebabkan oleh bakteri pirulen
6. Swab vagina gunanya untuk mengetahui mikroorganisme apakah yang menginfeksi
Pap smear gunanya untuk mengetahui adanya indikasi keganasan atau tidak
7. Karena Gardnerella vaginalis merupakan flora normal pada laki laki
Bergonta ganti pasangan tanpa pengaman bisa membawa dan menularkan penyakit
kelamin
8. Karena terjadi proses inflamasi sehingga tubuh mengeluarkan mediator inflamasi
seperti histamin sehingga akan merasa gatal dan sering digaruk penderita
9. Apabila keputihan karena infeksi bakteri torch maka bayi beresiko lahir cacat
Radang panggul bisa terjadi pada ibu
10. Beri tatalaksana sesuai etiologi
o Antivirus
o Anti jamur
o Anti bakteri
Non famakologi : menjaga kebersihan, tidak stress, olah raga teratur , hubungan seksual
yang baik

4
11. Pewarnaan gram, kultur, serologi, pH
12. Keputihan patogi / Leukorea
13. Taharah : dari arah depan ke belakang
Ganti celana dalam setiap akan solat

5
HIPOTESIS

Seorang wanita hamil datang dengan keluhan keputihan. Keputihan pasien diperkirakan
adalah keputihan patologis karena mengaku keputihannya berwarna hijau dan amis yang
merupakan indikasi dari infeksi bakteri pirulen seperti Gardnerella vaginalis yang bisa
menghasilakan zat amin yang berbau amis. Sebenarnya keputihan juga bisa terjadi pada
kehamilan namun biasanya berwarna bening dan tidak berbau keputihan tersebut disebut
keputihaan fisiologis yang bisa terjadi pada kehamilan, pre dan pra menstruasi dan stress.
Keputihan juga dipengaruhi pelepasan IUD yang terlambat atau bergonta ganti pasangan, pada
kasus IUD tubuh akan mengalami inflamasi sehigga mengeluargakan mediator inflamasi salah
satunya adalah histamin sehingga pasien merasakan gatal dan apa bila digaruk akan timbu
eritem. Sedangkan pada kasus bergonta ganti pasangan bisa saja pasangan membawa agent
penularan penyakit kelamin. Untuk pemeriksaan apakah keputihan tersebut patologis atau
fisiologis bisa dilakukan swab vagina untuk selanjutnya di kultur dan dilakukan pewarnaan
gram, ataupun melakukan pap smear utuk tau adakah indikasi kegananasan. Pengobatan pada
keputihan patologis harus disesuaikan etionya seperti diberikan antivirus, antibiotik, dan anti
jamur. Sedangkan untuk non farmakologinya harus menjaga kebersihan, tidak stress, dan rajin
berolahraga. Dalam islam juga dianjurkan untuk bertaharah dan mengganti celana dalam setiap
sebelum solat.

6
SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami Dan Menjelakan Anatomi Genetalia Eksterna Dan Interna Feminina
LO. 1.1 Memahami Dan Menjelakan Makroskopis Genetalia Eksterna Dan Interna
Feminina
LO. 1.2 Memahami Dan Menjelakan Mikroskopis Genetalia Eksterna Dan Interna
Feminina

LI. 2. Memahami Dan Menjelakan Leukorea


LO. 2.1 Memahami Dan Menjelakan Definisi Leukorea
LO. 2.2 Memahami Dan Menjelakan Etiologi Leukorea
LO. 2.3 Memahami Dan Menjelakan Kalsifikasi Leukorea
LO. 2.4 Memahami Dan Menjelakan Patofisiologi Leukorea
LO. 2.5 Memahami Dan Menjelakan Manifestasi Klinis Leukorea
LO. 2.6 Memahami Dan Menjelakan Diagnosis Dan Diagnosis Banding Leukorea
LO. 2.7 Memahami Dan Menjelakan Penatalaksanaan Leukorea
LO. 2.8 Memahami Dan Menjelakan Pencegahan Leukorea
LO. 2.9 Memahami Dan Menjelakan Komplikasi Leukorea
LO. 2.10 Memahami Dan Menjelakan Prognosis Leukorea

LI. 3. Memahami Dan Menjelakan Taharah Saat Keputihan Menurut Pandangan Islam

7
SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami Dan Menjelakan Anatomi Genetalia Eksterna Dan Interna Feminina
LO. 1.1 Memahami Dan Menjelakan Makroskopis Genetalia Eksterna Dan Interna
Feminina

Sumber:http://uncennursing.blogspot.com/2011/06/sistem-reproduksiperkembangbiakan.html

8
Sumber : http://panduancaracepathamil.wordpress.com/category/organ-genitalia-interna-dan-
eksterna/

Sumber : http://kelas-bidan.blogspot.com/2011/04/anatomi-fisiologi-organ-reproduksi.html

9
Sumber : http://bedahunmuh.wordpress.com/category/atlas-bedah-pelvis-and-perineum/
Genitalia Eksterna :
a. Mons Pubis
 Daerah kulit yang menonjol di depan symphisis pubis
 Kulit berambut banyak jaringan lemak.
 Berisi jaringan lemak, jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf-saraf
 Meluas ke bwah belakanaglabium mayora.
 Rambut kemaluan disebut pubes.
b. Labium Majus Pudendi
 Suatu lipatan kulit, ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain
membentuk comissura posterior labiorum majorum, sedang yang ke
ventrocrainal membentuk comissura anterior labiorum majora.
 Fascia lateralis memiliki rambut dan bnayka pigmen. Sedangkan, fascia
medialis mempunyai gld. Sebacea yang besar dan tidak mempunyai rambut.
 Terdapat jaringan pengikat, lemak dan jaringan menyerupai tunica dartos scorti.

10
 Celah yang dibatasi oleh kedua labia majora disebut rima pudendi.
c. Labium Minus Pudendi
 Labium minora ke dorsocaudal berhubungan satu dengan yang lain membentuk
frenulum labiorum minorum.
 Ke ventrocrainal berhubunan satu dengan yang lain membentuk preputium
clitoridis.
 Dari labio minora berjalan suatu lipatan kulit ke ventral cranial melekat pada
dataran dorsocaudal glans clitoridis kanan kiri dari linea mediana disebut
frenulum clitoridis.
 Tidak ada foliculi rambut dan jaringan lemak.
 Banyak pembuluh darah.
d. Vestibulum Vaginae
 Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli.
 Batas-batasnya yaitu kanan dan kiri oleh labia minora, ventrocranial oleh
frenulum clitoris, dan dorsocaudal oleh frenulum labiorum minorum (frenulum
labiorum pudendi)
 Kedalam veestibulum vaginae bermuara urethra, vagina, gld. Paraurethralis,
gld. Vestibularis minor dan gld. Vestibularis major.
e. Ostium Vaginae
 Muara vagina disebut juga introitus vaginae.
 Diantara introitus vaginae dan frenulum labiorum minorum terdapat fossa
navicularis (fossa vestibuli vaginae).
 Di sebelah kanan dan kiri pada fossa naviculare terdapat saluran kedua glandula
Bartholini bermuara.
f. Clitoris
 Terdiri dari ujun poksimal corpus cavernosum clitoridis melekat di dataran
medial ramus inferior osis pubis dengan dataran lateralnya.
 Ke ventral kedua crura clitoridis bersatu membentuk corpus clitoridis. Terdapat
corpus cavernosum yang membentuk glans clitoridis.
g. Urethra Feminina
 Berjalan dari leher kandung kemih menuju ostium urethrae eksternum yang
terletak diantara clitoris dengan vagina.
 Disebelah kanan dan kiri lubang kemih terdapat dua lubang kecil dari saluran
yang buntu ( ductus skene atau ductus parauretralis).
h. Perineum
 Merupakan area berbentuk belah ketupat
 Dibagi oleh ramus inferior ossis pubis dan ramus ossis ischii kanan dan kiri dan
kedua lig. Sacrotuberale.
 Terbagi menjadi regio urogenitalis di anterior (ventral) dan regio analis di
posterior (dorsal).

Genitalia Interna :
1. Ovarium
 Terletak di dalam pelvis dan jumlahnya sepasang
 Berbentuk bulat memanjang, agak pipih
 Terdiri dari coretx dan medulla (berisi pembuluh darah, limfe dan saraf)
 Dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum latum (berupa lipatan
peritoneum sebelah kiri dan kanan uterus. Meluas sampai dinding panggul dan
dasr panggul)
 Difiksasi oleh :

11
 Ligamentum suspensorium ovarii (Lig.infudibulopelvicum) :
Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul antara
sudut tuba
 Ligamentum ovarii propium : menfiksasi ovarium ke uterus.
 Ligamentum teres uteri (lig. Rotundum) : terdapat di bagian atas lateral
dari uterus, caudal dari tuba kedua ligamentum ini melalui canalis
inguinalis ke bagian cranial labium majus.
2. Tuba Uterina (salpinx)
 Jumlahnya sepasang kanan dan kiri dengan panjang 10 cm.
 Menjulur dari uterus kearah ovarium dengan ujung distal terbuka kedalam
rongga peritoneum disebut ostium abdominale.
 Terdiri dari :
 Infudibulum bangunan yang berbentuk seperti corong
 Ampula, bangunan yang membesar dan tempat terjadinya fertilisasi.
 Isthmus, bangunan ynag menyempit.
 Pars uterina tubae ialah bagian yang melalui dinding uterus.
 Ostium uterinum yaitu pintu muara tuba di dalam uterus.
3. Uterus
 Organ muscular, berbentuk peer, dibedakan menjadi :
 Fascia vesicalis, di dataran ventral menghadap ke vesica urinaria.
 Fascia intestinalis, di dataran dorsal menghadap ke usus.
 Margo lateralis kanan dan kiri.
 Uterus dapat dibagi dalam :
 Undus uteri , yang terletak pada bagian atas (proksimal ) osteum tuba
uterina.
 Corpus uteri , terletak pada bagian tengah uterus yang berbentuk bulat
melebar. Batas antara corpus uteri dan cervix uteri dibentuk oleh
isthmus. Sebelum memasuki cervix terdapat ostium uteri internum.
 Cervix uteri , bagian yang paling sempit dan menonjol kedalam rongga
vagina. Pada bagian ujung distal cervix terdapat banguna ynag
menyempit disebut ostium uteri externum. Rongga di dalam cervix uteri
disebut canalis cervix.
4. Vagina
 Berbentuk tabung muskular.
 Panjangnya antara 8-12 cm.
 Bagian distal cervix menonjol ke dalam rongga vagina, disebut portio vaginalis
cervicis uteri. Bagian cervix proksimalnya disebut portio supravaginalis
cervicis uteri.
 Rongga vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis disebut fornix yang
terbagi menjadi :
 Fornix lateralis dextra dan sinistra
 Fornix anterior dan posterior
 Tunica mucosa membentuk rugae yang transversal pada dinding ventral dan
dorsal disebut columna rugarum.
 Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh selaput disebut
hymen.
Bentuk hymen :
 Hymen anularis (cincin)
 Hymen seminularis (bulan sabit)

12
 Hymen cribriformis (berlubang-lubang seperti saringan)
 Hymen fimbriatus (dengan tepi seperti jari-jari)
 Hymen imperforatus (tidak berlubang)

5. Jaringan penunjang
 Ligamentum cardinale sinistra dan dekstra (Mackendrot)
 Ligamentum terpenting untuk menahan uterus agar tidak turun.
 Berjalan dari cerviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
 Ligamentum sakrouterinum sinistra dan dextra
 Menahan uterus agar tidak banyak bergerak
 Berjalan melengkung dari dorsal cerviks melalui dinding rectum ke arah
os sakrum.
 Ligamentum rotundum sinistra dan dextra
 Menahan uterus dalam antefleksi
 Ligamentum pubivesikale sinistra dan dextra
 Berjalan dari os pubis melalui kandung kemih dan seterusnya sebagai
ligamentum vesikouterinum ke cerviks.
 Ligamentum latum sinistra dan dextra
 Berjalan dari uterus ke arah lateral dan tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
 Merupakan bagian dari peritoneum viscerale yang meliputi uterus dan
kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan.
 Ligamentum infundibulopelvikum
 Menahan tuba falopi.
 Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
 Ligamentum ovarii proprium sinistra dan dextra
 Berjalan dari sudut kiri dan kanan fundus uteri ke ovarium.
DIAPHRAGMA PELVIS
1. Pelvis mayor : berisi saluran cerna, VU, ureter, sistem genitalis
2. Pelvis minor
- PAP (aditus pelvis)
Dibentuk oleh : promontorium, linea terminalis, ala osis sacralis, dan supra
pubis.
a. Conjugate vera : ukuran antero posterior
Jarak antara pinggir atas pubis sampai promontorium, penting untuk
menentukan dapat todaknya bayi melewati sehingga dapat menentukan
tindak lanjut persalinan pervaginam atau section secaria.

13
Dengan bantuan conjugate diagonalis (diukur dengan vaginal touché)
sampai promontorium. Conjugate diagonalis(12,5 cm) – 1,5 = 11-13cm
b. Conjugate transversa : diukur dari titik terjauh linea terminalis kiri dan
kanan tegak lurus dengan conjugate vera. 13-14,5 cm.
c. Conjugate obstetrica : jarak antara promontorium ke pinggir tengah simpisis
pubis. Bagian aditus pelvis yang paling sempit, 10,6 cm.
- Mid pelvis
Dibentuk oleh : apex arcus pubis, spina ischiadica, ujung os.sacrum.
Paling sempit, bentuk oval, sering terjadi kemacetan pada persalinan.
Ukuran yang penting :
a. Anteroposterior : tepi bawah simp.pubis sampai pertengahan os.sacrum 4.
11,5-12 cm.
b. Transversa : spina ischiadica kanan kiri. 10-10,5 cm
c. Sagittal : anteroposterior dengan potongan transversa

- PBP (exitus pelvis)


a. Anteroposterior : 9,5-11,5 cm
b. Transversa : tuber ischiadicum kanan kiri. 10,5-11 cm
c. Sagitalis posterior : ujung os sacrum dengan perpotongan antara
anteroposterior dengantransversa.10,5-11cm.

Bidang Hodge : untuk menentukan petunjuk turunnya bagian bawah fetus.


- Hodge I : bidang yang sama dengan PAP
- Hodge II : sejajar H I setinggi pinggir bawah sim.pubis
- Hodge III : sejajar H I melalui spina ischiadica
- Hodge IV : sejajar H I setinggi ujung os.sacrum

Perdarahan :
Arteri iliaca interna -> arteri uterina -> arteri
vaginalis. Arteri vaginalis ke arah fundus kemudian
bercabang menjadi :
 R.ovaricus melalui ligamentum
ovarii proprium menuju ovarium
 A. Ligamenti teretis uteri, mengikuti
lig. Teres uteri
 R. Tubarius mengikuti tuba uterina.
Persarafan :

14
N.pudendus untuk persarafan genitalia eksterna , n.pudendus masuk ke foramen ischiadicum
sebagai n. Clitoridis. Cabang yang lain: n.hemorrhoidalis inferior utnuk m.spinchter ani
externus dan ke kulit regio analis. N. Perianalis berkahir sebagai n.labialis untuk labium majus.
Plexus hypogastricus superior dan inferior untuk persarafan genitalia interna.
Pembuluh lympe:
 Bagaian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a. Uternae ke lnn. Illiaci interni.
 Bagian medial mengikuti kembali r.Vaginali a.Vesicalis inferior ke Inn sepanjang
a.Vesicalis inferior ke Inn. Illiaca interni.
 Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vaginae, labia minora, labia major.

LO. 1.2 Memahami Dan Menjelakan Mikroskopis Genetalia Eksterna Dan Interna
Feminina
Ovarium :

 Epitel sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal


 Dibawah epitel germinal adalah jaringan ikat padat yang disebut tunika albuginea.
 Ovarium memiliki :
- Korteks di tepi : folikel-folikel, fibrosit dengan serat kolagen dan retikular.
- Medulla di tengah : pembuluh darah,saraf dan pembuluh limfe.
 Folikel primordial : folikel terdiri dari oosit primer yang diliputi sel folikel gepeng.
 Folikel primer : sel folikel mulai bentuk kuboid, tidak ada ruang berisi liqour foliculi dan
zona pelusida terbentuk pada akhir fase folikel primer
 Folikel sekunder : epitel berlapis kuboid, stroma membentuk teka folikel yaitu teka interna
dan teka eksterna, terbentuk zona pelusida
 Folikel tersier : ruang-ruang follicle bersatu membentuk antrum folliculi yang berisi cairan,
sel telur terdeak ke tepi terletak di atas gundukan sel follicular disebut cumulus oophorus.
 Folikel yang mengalami atresia pada semua tahap perkembangan folikel menajdi folikel
atretik.
 Ovum : ovum dikelilingi sel granulosa yang membentuk bukit kecil yaitu kumulus ooforus.
Satu lapisan sel granulosa yang berdekatan dengan oosit primer membentuk korona radiata.
Di antara korona radiata dan sitoplasma oosit primer adalah glikoprotein terpulas asidofilik
disebut zona pellusida.
 Corpus luteum : sel granulosa hipertropi, bentuknya berubah menjadi pilyhedral, inti
membesar dengan sitoplasma dipenuhi oleh lipd. Terdapat sel lutein granulosa yang
berpigmen kuning dan sel lutein theca.
 Corpus albicans : corpus luteum yang berdegenerasi karena tidak terjadi kehamilan. Corpus
albicans bersifat aselular dan dipenuhi serat hialin.

15
Gambar . Ovarium Gambar . Corpus Luteum
Tuba Uterina :

 Epitel selapis silindris bersilia (epitheliocytus ciliatus) dan tidak bersilia (sel sekretorik)
 Sel bersilia menciptakan arus ke arah uterus dan menjadi predominan dalam fase
proliperatif.
 Sel sekretorik menghasilkan nutrisi
 Mukosa terdiri dari banyak plica dan membentuk lumen yang tidak rata.

Gambar . Tuba Uterina Gambar . Epitel Tuba


Uterina
Uterus

 Dinding luar yaitu perimetrium, tengah miometrium dan sebelah dalam endometrium.
 Endometrium dilapisi oleh epitel selapis silindris.Dibagi dalam dua lapisan yaitu stratum
basale dan stratum functionale
 Terdapat kelenjar uterus di lamina propia.
 Terdapat arteri spiralis di endometrium.
 Miometrium terdiri dari otot polos, dipisahkan oleh jaringan ikat interstisial dengan banyak
pembuluh darah .

16
Gambar . Uterus pot. melintang Gambar . Uterus

Serviks, Kanalis dan Forniks Vagina


 Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumner tinggi penghasil mukus.
 Epitel serviks dilapisi oleh kelenjar serviks ke dalam lamina propia.
 Kelenajar serviks yang tersumbat dan berkembang menjadi kista glandular.
 Jaringan ikat di lamina propria serviks lebih fibrosa daripada di uterus.
 Porsio vagina dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa tanduk.

Vagina
 Dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
 Lamina propria tidak memiliki kelenjar tetapi mengandung banyak pembuluh darah dan
lomfosit.

LI. 2. Memahami Dan Menjelakan


Leukorea

LO. 2.1 Memahami


Dan Menjelakan
Definisi
Leukorea
Leukorea adalah sekret berwarna
putih dan kental dari vagina dan
rongga uterus (dorland, 2010).
Vagina yang normal selalu
berada dalam kondisi lembab
dan permukaannya basah oleh
cairan/lendir. Sekret diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (serviks), dinding vagina dan
kelenjar bartholin dibibir kemaluan, menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta
bakteri normal didalam vagina, bersifat asam
Leukorea berasal dari kata Leuco (benda putih) yang disertai dengan akhiran –rrhea (aliran
atau cairan yang mengalir). Keputihan (fluor albus, white discharge, leukorea) adalah nama
gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital (dalam hal ini alat
genital wanita) yang tidak berupa darah.

17
LO. 2.2 Memahami Dan Menjelakan Etiologi Leukorea
Leukorea fisiologi :
 Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, penyebabnya adalah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
 Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
 Wanita dewasa saat dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
peningkatan transudasi dari dinding vagina
 Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
 Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri pada saat menopause.

Leukorea patologis :
INFEKSI:
a. Bakteri :

1. Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative “Neisseria
gonorrhoeae” ditemukan oleh Neisser in 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokok
berbentuk biji kopi, bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora,
jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro, bersifat tahan
asam. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung
mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen
tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer.
Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui
transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada
daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7.2-
8.5 untuk pertumbuhan yang optimal.
Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan
langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan
dalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam
keadaan kering, dan tidak tahan zat desinfektan
Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili
dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menyebabkan reaksi radang. Organisme ini menyerang membran mukosa,
khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra, servik uteri, rectum, dan
konjungtiva.Gambaran tersebut dapat terlihat pada pemeriksaan Pap Smear,
tetapi biasanya bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sedian apus dengan
pewarnaan Gram. Cara penularan penyakit ini adalah dengan senggama.

2. Chlamidia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan salah satu dari empat spesies genus
chlamydia yang merupakan bakteri khusus yang hidup sebagai parasit intrasel.
Chlamydia trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang ditemukan
diseluruh dunia. Chlamydia trachomatis bersifat dimorfik yaitu organisme ini

18
terdapat dalam dua bentuk, dalam bentuk infeksiosa, Chlamydia trachomatis
merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis, dan
mengandung DNA dan RNA serta di sebut badan elementer. Sferoid-sferoid ini
memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah berada
didalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif yang bersaing
dengan sel penjamu memperebutkan nutrien. Organisme ini memicu timbulnya
siklus replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB sampai sel penjamu
pecah, terjadi ratusan EB untuk menginfeksi sel-sel sekitarnya. Chlamydia
trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, serviks, dan konjungtiva
mata. Pada laki-laki uretritis,epididimitis dan prostatitis adalah manifestasi
infeksi tersering. Pada perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh
uretritis, bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul.dapat juga
menginfeksi faring dan rektum orang yang melakukan hubungan seks oral atau
anal reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan mengalami
konjungtivitis dan pneumonia. Infeksi oleh Chlamydia trachomatis tidak
menimbulkan imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.

Gambar Chlamydia trachomatis


3. Gardanerrella vaginalis
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan
kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina
karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel
vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell. Pertumbuhan
yang optimal pada pH 5.0-6.5.
Gardanerrella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa
amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan.

19
Gambar Gardanerrella vaginalis
4. Treponema Pallidum (= Spirochaeta pallida)
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifilis. Pada perkembangan
penyakit dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut
kondiloma lata. Bakteri berbentuk spiral P: 6 – 15 μ, L: 0,25 μ, lilitan: 9 – 24
dan tampak bergerak aktif (gerak maju & mundur, Berotasi undulasi sisi ke sisi)
pada pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap.
Mati pada kekeringan, panas, antiseptik ringan, hidup beberapa lama di
luar tubuh. Penularan dapat secara kontak langsung yaitu melalui coital à STD
dan dapat juga melalui non-coital (jarum suntik) à sulit terjadi.
b. Jamur

1. Candida albicans
Secara normal dapat ditemukan di mulut, tenggorokan, usus, dan
kulit laki-laki dan pada perempuan sehat sering di jumpai di vagina perempuan
asimtomatik. Candida albicans merupakan spesies penyebab pada lebih dari
80% kasus infeksi kandida pada genitalia. Pertumbuhan berlebihan candida
albicans adalah penyebab tersering vaginitis dan vulvovaginitis. C.tropicalis
dan C.glabrata adalah dua spesies lain yang menyebabkan vulvovaginitis.
Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap ditularkan secara seksual, namun
Candida albicans dapat dibiak dr penis 20% laki-laki pasangan perempuan yang
mengidap vulvovaginitis kandida rekurens.
Candida albicans bersifat dimorfik, selain ragi-ragi dan pseudohifa, ia
juga bisa menghasilkan hifa sejati. Dalam media agar atau dalam 24 jam pada
suhu 37 C atau pada suhu ruangan, spesies candida menghasilkan koloni halus,
berwarna crem dengan aroma ragi. Dua tes morfologi sederhana membedakan
Candida albicans yang paling patogen dari spesies candida lainnya yaitu setelah
inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37, sel-sel ragi candida
albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih, dan pada media
yang kekurangan nutrisi, candida albicans menghasilkan chlamydospora bulat
dan besar.

20
Gambar Candida albicans
c. Parasit

1. Trichomonas vaginalis
Trikomiasis disebabkan oleh protozoa parasitik tricomonas vaginalis.
T.vaginalis adalah organisme oval berflagela yang berukuran setara dengan
sebuah leukosit. Organisme terdorong oleh gerakan-gerakan dari flagelnya.
Trigomonad mengikat dan akhirnya mematikan sel-sel penjamu, memicu
respon imun humoral dan seluler yang tidak bersifat protektif terhadap infeksi
berikutnya. Agar dapat bertahan hidup, trikomonad harus berkontak langsung
dengan eritrosit, dan hal ini dapat mejelaskan mengapa perempuan lebih rentan
terhadap infeksi daripada laki-laki. Trichomonas vaginalis tumbuh paling
subur pada pH antara 4,9 dan 7,5 dengan demikian haid, kehamilan, pemakaian
kontrasepsi oral, dan tindakan sering mencuci vagina merupaka predisposisi
timbulnya trikomoniasis. Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi
dapat mengalami infeksi Trikomonas vaginalis. Bayi perempuan rentan karena
pengaruh hormon ibu pada epitel vagina bayi. Dalam beberapa minggu, seiring
dengan dimetabolismenya hormon-hormon ibu, epitel vagina bayi menjadi
resisten terhadap Trichomonas vaginalis dan infeksi sembuh bahkan tanpa
pengobatan.
Infeksi Trichomonas vaginalis ditularkan hampir secara eksklusif
melalui hubungan seksual. Walaupun trikomonad diketahui dapat bertahan
hidup sampai 45menit pada fomite, namun cara penularan fomite ini sangat
jarang terjadi. Risiko terinfeksi Trichomonas vaginalis meningkat seiring
dengan jumlah pasangan seks dan lama aktivitas seksual

Gambar Trichomonas vaginalis

21
d. Virus
1. Virus Herpes simpleks
Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe
2 yang merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-
35% dapat juga disebabkan virus herpes simpleks tipe 1.Pada awal infeksi
tampak kelainan kulit seperti melepuh seperti terkena air panas yang kemudian
pecah dan meimbulkan luka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.
2. Human Papilloma Virus
Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang
mempunyai genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid ini
berperan pada tempat infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus
menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang biak pada inti sel.
Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma
akuminata. Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang
sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar.
Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui
senggama dengan gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai gangguan
sistem imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti
pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita
HIV AIDS

Iritasi
1. Sperma, pelicin, kondom
2. Sabun cuci dan pelembut pakaian
3. Deodorant dan sabun
4. Cairan antiseptic untuk mandi.
5. Pembersih vagina.
6. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat
7. Kertas tisu toilet yang berwarna.

Tumor Dan Jaringan Abnormal


Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat
gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel
bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi
pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah
untuk memberikan makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.
Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan
berbau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai
adanya darah yang tidak segar.
Benda Asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan
22
prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara berlebihan. Jika
rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta
dari flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor albus.

Penyebab Lain
1. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
2. Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

LO. 2.3 Memahami Dan Menjelakan Kalsifikasi Leukorea


a.Keputihan yang fisiologis
Keputihan yang fisiologis adalah cairan jernih,tidak berbau dan tidak gatal.
Keputihan fisiologis cairan jernih yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang (Sibagariang E., 2010). Keputihan fisiologis muncul pada saat ovulasi,
rangsangan seksual, menjelang dan sesudah haid, atau pengaruh hormon (Manuaba,
2009).
b.Keputihan patologis
Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung
banyak leukosit. Eksudat yang terjadi karena adanya luka, cairan yang muncul
bewarna, jumlahnya berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas dan
menyebabkan luka didaerah mulut vagina (Sibagariang E., 2010). Keputihan patologis
muncul karena infeksi vagina, keganasan reproduksi, bisa juga karena benda asing
dalam vagina (Manuaba,2009).

LO. 2.4 Memahami Dan Menjelakan Patofisiologi Leukorea


Pada keadaan normal, cairan/sekret yang keluar dari vagina wanita dewasa
sebelum menopause terdiri dari sel epitel vagina (terutama yang paling
luar/superfisial yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina), beberapa
sel darah putih (leukosit), cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari
endoserviks berupa mukus, sekresi darri saluran yang lebih atas dalam jumlah yang
bervariasi serta mengandung berbagai organisme terutama Lactobasilus Doderlein
(batang gram positif, flora vagina terbanyak); beberapa jenis bakteri lain kokus
seperti Streptokokus dan Stapilokokus, dan Eschericia coli.
Peranan basil doderlein dianggap menekan pertumbuhan mikroorganisme
patologis karena basil Doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari
epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam
keadaan asam dengan pH 3,0-4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana
asam inilah yang mencegah tumbuhnya mirkoorganisme patologis.

23
Gambar Estrogen dan Biologi Vagina

Bila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh
beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil Doderlein dengan berkurangnya
jumlahglikogen karena fungsi proteksi basil Doderlein berkurang maka terjadi aktivitas
dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina.
Progresifitas mikroorganisme patologis secara klinis akan memberikan suatu reaksi
inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil
Doderlein sehingga terjadi pengeluaran lekosit PMN maka terjadilah fluor albus.

 Infeksi bakteri
 Gonorea
Gonorea disebabkan oleh invasi di bakteri diplokokus gram-negative, Neisseria
gonorrhoeae. Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi berwarna kekuningan yang
sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung
Neisseria gonorrhoeae berbentuk pasangan dua-dua pada sitoplasma sel. Bakteri ini
melekat dan menghancurkan membaran epitel yang melapisi selaput lendir, terutama
epitel yang melapisi kanalis endoserfiks dan uretra. Infeksi ekstragenetalial di faring,
anus, rectum, dapat di jumpai pada wanita dan pria.
Untuk dapat menular harus ada kontak langsung mukosa ke mukosa. Namun tidak
semua yang terpajan gonorea terjadi penyakit. Resiko penularan dari pria ke wanita
lebih tinggi kerena luasnya selaput lendir yang terpajan dan cairan eksudat yang terdiam
lama di vagina. Setelah terinokulasi, infeksi dapat tersebar ke prostat, vas deferent,
vesikula seminalis, epididymis dan testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar skene,
kelenjar bartolin, endometrium, tuba fallopi, merupakan penyebab penyakit radang
panggul (PID) yang merupakan penyebab utama infertilitas pada perempuan.
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan
bakterimia gonokokus. Bakterimia lebih sering terjadi pada perempuan.Perempuan
juga beresiko tinggi mengalami penyebaran infeksi saat haid, penularan perinatal
kepada bayi saat lahir melalui os serviks yang terinfeksi, dapat mneyebabkan
konjungtifitis dan akhirnya dan kebutaan pada bayi apabila tidak di ketahui dan di obati.

24
 Sifilis
Adalah infeksi yang sangat menular yang di sebabkan oleh bakteri berbentuk spiral,
Treponema pallidum. Kecuali penularan neonates, sifilis hampir selalu di tularkan
melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi. Namun, spiroketa T.pallidum
dapat menembus sawar plasenta dan menginfeksi neonates.
Spiroketa memperoleh akses melalui kontak langsung antara lesi basah terinfeksi
dengan setiap kerusakan, walaupun mikroskopik di kulit atau mukosa penjamu. Sifilis
dapat di sembuhkan pada tahap-tahap awal infeksi. Tetapi apabila di biarkan penyakit
ini dapat menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi penyakit sifillis dapat di
bagi menjadi , sifillis primer, sekunder (sifilis laten, dini dan lanjut) dan tersier. Pada
perkembangan penyakit dapat terlihat kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut
kondiloma lata. Bakteri kadang dapat terlihat pada pemeriksaan pap smear, tetapi
biasanya bakteri ini diketahui pada pemeriksaan sediaan apus dengan pewarnaan Gram.

 Clamidia trachomatis
Clamidia trachomatis adalah infeksi bakteri menular seksual yang paling banyak di
jumpai di amerika. Bakteri ini terdpat dalam 2 bentuk (dimorfik). Dalam bentuk
infeksiosa C. trachomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif secara
metabolis dan mengandung DNA dan RNA sehingga disebut badan elementer (EB).
Sferoid-sferoid ini memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah
berada di dalam berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif dan bersaing
dengan sel pejamu memperebutkan nutrient. Organisme ini memicu timbulnya siklus
replikasi dan setelah kembali memadat menjadi EB untuk menginfeksi sel-sel di
sekitarnya.
C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra, servix dan konjungtiva mata.
Pada laki-laki, urethritis, epididymis dan prostatitis adalah infeksi bakteri yang
tersering.Pada perempuan yang tersering adalah servisitis, diikuti oleh urethritis,
bartolinitis dan akhirnya penyakit radang panggul (PID).
C.trachomatisdapat menginfeksi faring, dan rectum orang yang melakukan
hubungan seksual oral atau anal-reseptif. Bayi dapat terinfeksi sewaktu dilahirkan dan
mengalami konjungtivitis dan pneumonia. Terinfeksi bakteri ini tidak menimbulkan
imunitas terhadap infeksi di kemudian hari.

 Gardnerella vaginalis
Menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai
bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina karena sering ditemukan. Bakteri ini
biasanya mengisi penuh sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan siebut
dengan clue cell. Gardnerella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa
amin yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak warna keabu-
abuan.

 Infeksi virus
 Virus Herpes Simpleks (HSV)
Adalah penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit, selaput lendir dan system
syaraf.Macamnya ada HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 menyerang daerah orofaring,
menyebabkan lesi di wajah, mulut dan bibir.Walaupun virus ini dapat juga
menyebabkan harpes genitalis primer. HSV-2 pterdapat di daerah genital. HSV tidak
dapat di sembuhkan.Pada orang yang imunokompeten.Infeksi biasanya ringan dan
swasirna.

25
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap
kerusakan di kulit.Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab. HSV
mempunyai kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan
membrane sel. Untuk dpat masuk ke dalam sel, tidak memerlukan proses endositosis.
HSV-1 dan HSV-2 menanyebabkan infeksi kronik yang di tandai dengan masa-
masa infeksi aktif dan latensi. Pada infeksi primer aktif, virus menginvasi sel penjamu
dan cepat berkembang biak menghancurkan sel penjamu dan melepaskan lebih banyak
virion untuk menginfeksi sel-sel di sekitarnya. Dan virus menyebar melalui saluran
limfe ke kelenjar limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.Tubuh melakukan
imunitas seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah
kekambuhan infeksi aktif.
Setelah infeksi awal, timbul masa laten. Selama masa ini, virus masuk ke dalam sel-
sel sensorik yang mensyarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi di sepanjang akson
untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotosisitas atau gejala pada manusia pejamunya. Virion dapat menular
baik, dalam fase aktif maupun masa laten.
HSV lebih sering di jumpai pada wanita, mungkin karena luas permukaan mukosa
saluran genitalia perempuan yang lebih luas dan terjandinya kerusakan mikro di
mukosa selama hubungan kelamin.Dibandingkan dengan populasi umum, orang yang
terinfeksi HIV lebih rentan terhadap infeksi HSV dan menularkan penyakit ini. Karena
infeksi HSV tidak mengancam jiwa dan sering ringan atau asimtomatik, sehingga
banyak orang yang tidak menyadari akan besarnya penyakit ini.
Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepert melepuh terkena air panas yang
kemudian pecah dan menimbulkan luka seperti borok, dan pasien merasa sakit.

 Virus Papiloma Manusia (HPV)


Adalah suatu pathogen DNA yang menyebabkan timbulnya berbagai tumor jinak,
(kutil), dan beberapa lesi pramaligna dan maligna. Ditandai dengan kutil-kutil yang
kadang sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam yang berukuran
besar. Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal.
Virus ini mampu berikatan dengan beragam sel dan subtype-subtipe tertentu,
memperlihatkan preferensi untuk tempat-tempat anatomis tertentu. Infeksi HPV dapat
menyebabkan kanker serviks, penis dan anus. HPV tipe-6 dan 11 merupakan penyebab
utama kutil genital dan tidak berkaitan dengan keganasan.
HPV sangat menular yang sering terjadi di amerika. Penularan HPV genital hanya
semata-mata melalui hubungan kelamin, walaupun autoinokulasi dan penularan
melalui fomite juga dapat terjadi. Infeksi dapat di tularkan kepada neonates saat
persalinan. Factor resiko terbesar untuk timbulnya HPV adalah jumlah pasangan seks,
merokok, pemakaian kontrasepsi oral (KO) dan kehamilan dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi HPV. Sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dan tidak
terdeteksi setelah 2 tahun. Imunitas yang terbentuk bersifat spesifik-tipe, sehingga
individu masih rentan terhadap infeksi oleh HPV tipe lain.

 Infeksi Jamur
 Candida albicans
C.albicans merupakan spesies penyebab infeksi candida pada genitalia lebih dari
80% yaitu vaginitis dan vulvovaginitis. Secara ketat, kandidiasis tidak dianggap di
tularkan secara seksual. Infeksi simtomatik timbul apabila terjadi perubahan pada

26
resistensi pejamu atau flora bakteri local. Faktor predisposisi pada wanita adalah
kehamilan, haid, diabetes mellitus, pada pemakaian kontrasepsi dan terapi antibiotic.
Baju dalan yang ketat, konstriktif dan sintetik, sehingga menimbulkan lingkungan yang
hangat dan lembab untuk kolonisasi dapat menyebabkan infeksi rekurent.
Pada sebagian perempuan, reaksi hipersensitifitas terhadap produk-produk,
misalnya pencuci vagina, semprotan deodorant dan kertas toilet dapat berperan
menimbulkan kolonisasi. Perempuan umumnya mengalami infeksi akibat salah satu
factor diatas sedangkan pada laki-laki umunya terjangkit infeksi melalui kontak seksual
dengan perempuan yang mengidap kandidiasis vulvovagina. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami istri ini desebut femoma ping pong.

 Infeksi parasit
 Trikomoniasis Vaginalis
Adalah organisme oral berflagel.Trikomonad mengikat dan akhirnya mematikan sel-
sel pejamu, memicu respon imun humoral dan selular yang tidak bersifat protektif
terhadap infeksi berikutnya.Agar dapat bertahan hidup trikomonad harus berkontak
langsung dengan eritrosit, dan dalam hal ini dapat menjelaskan mengapa perempuan
lebih rentan terhadap infeksi dari pada laki-laki.T.vaginalis paling subur pada pH antara
4,9-7,5. Bayi perempuan yang lahir dari ibu yang terinfeksi dapat menularkan
infeksinya.Bayi perempuan rentan karena pengaruh hormone ibu pada epitel vagina
bayi. Infeksi T.vaginalis di tularkan hampir secara eksklusif melalui hubungan kelamin.
Walaupun trikomonad di ketahui dapat hidup sampai 45 menit pada fomite, namun cara
penularan melalui fomite ini sangat jarang terjadi.Walaupun jarang dapat ditularkan
melalui perlengkapan mandi seperti hsnduk dan bibir kloset.

 Benda asing
Menimbulkan rangsangan pengeluaran cairan vagina yang jika berlebihan menimbulkan
luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal dalam vagina.

 Neoplasia/Keganasan
Terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat pembusukansel
abnormal, seringkali disertai darah yang tidak segar.

 Menopause
Estrogen turun → vagina menjadi kering dan lapisan sel tipis, kadar glikogen berkurang,
dan basil doderlein berkurang → memudahkan infeksi karena lapisan sel epitel tipis, mudah
menimbulkan luka → flour albus

 Erosi
Daerah merah sekitar ostium uteri internum yakni epitel kolumner endoserviks terkelupas,
mudah terjadi infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul fluor albus.

 Stress
Stressor dapat merangsang sekresi adenokorteks yang berakibat meningkatkan
glukokortikoid dan aktivitas saraf simpatis, diikuti pelepasan katekolamin.
Hipotalamus bereaksi mengontrol sekresi Adrenocorticopin (ACTH) yang berhubungan
dengan sekresi hormon peptida termasuk vasopresin, oksitosin, dan Corticotropin
Releasing Factor (CRF). Hormon peptida ini berperan mengatur fungsi imun. Dalam
keadaan stres, sekresi Growth Hormone (GH) juga meningkat, stress yang lama dapat
menekan fungsi gonad. Reseptor spesifik yang terdapat pada neuroendokrin dapat

27
mempengaruhi aktifitas sel. Sel makrofag yang telah aktif akan melepaskan suatu mediator
yaitu interleukin 1 (IL-1). Mediator ini sangat bermanfaat bagi limfosit lain sehingga dapat
membunuh sel-sel asing.

LO. 2.5 Memahami Dan Menjelakan Manifestasi Klinis Leukorea


Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan
suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa
gejala fluor albus:
a. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
b. Sekret vagina yang bertambah banyak
c. Rasa panas saat kencing
d. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
e. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-
kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan
seksual. Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,
berbusa dan berbau amis. Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal
dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital
tidak ada komplikasi yang serius. Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret
vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan
vagina yang abnormal
Manifestasi Klinis berdasarkan etiologi :

A. Keputihan Fisiologis : Cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal, sekret bisa
sedikit atau cukup banyak

B. Patologis
a. Bakteri
1. Chlamydia trachomatis : Sekret serviks mukopulen dan ektopi, edema,
rapuhnya serviks
2. Gardnerella vaginalis : Banyak sekali discharge berwarna abu-abu, berbau amis,
rasa gatal atau terbakar biasanya minimal
3. Neisseria gonorheae : Infeksi daerah serviks (pada dewasa), vaginitis (pada
masa pubertas)

b. Jamur
Candida Albicans : Seperti keju lembut, tidak berbau, pengumpulan eksudat seperti
dadih berwarna keputihan dan sebagian agak melekat pada serviks dan mukosa vagina,
eritema dan edema vulva dan vagina

c. Protozoa
Trichomonas vaginalis : Lendir tipis, warna hijau kuning, kadang berbusa dan berbau
busuk

d. Virus

28
1. HPV (human papiloma virus) : Lesi papilomatosa yang meninggi, mudah dilihat
pada vulva, lesi jauh lebih merah pada: diabetes, hamil, kontrasepsi oral, imunosupresi
2. herpes simplex virus : Leukore disertai dengan demam, malaise, anorexia, nyeri
pada genitalia, dysuria, perdarahan pervaginaan

sumber : Amiruddin, D. 2003. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual .LKiS :


Jogjakarta

LO. 2.6 Memahami Dan Menjelakan Diagnosis Dan Diagnosis Banding Leukorea
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang.

Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB kontak
seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang
diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.

Pemeriksaan Fisis dan Genital


Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus. Inspeksi dan
palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks,
pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.

Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH dan
pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak cukup spesifik. Cairan
juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline
0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek
glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop. Sel ragi atau pseudohyphae dari
candida lebih mudah didapatkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih
sensitive dibanding pemeriksaan mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari
empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik
sediaan basah, (2) adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
(3) duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari
4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.

Test PAP,Smear
Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV (human papiloma virus)
dan prakanker serviks. Ketepatan sitologinya kurang lebih 90% pada dysplasia keras
(karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan/sedang.Pap Smear merupakan tes
skrining untuk mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks sebelum sel-
sel tersebut menjadi kanker. Kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang sering
terjadi pada wanita, juga merupakan penyebab kematian nomor satu dari jenis kanker
yang menyerang wanita. Penyebabnya yaitu adanya perubahan gen mikroba seperti;
virus HPV (human papilloma virus), radiasi atau pencemaran bahan kimia. Kanker
leher rahim stadium dini yang cepat ditangani dapat sembuh 100%.

Alat yang dibutuhkan:

29
a. Formulir konsultasi sitologi
b. Spatula Ayre yang dimodifikasi atau cytobrush
c. Kaca benda atau gelas objek yang pada satu sisinya telah diberikan label
d. Speculum cocor bebek kering
e. Tabung berisi larutan fiksasi sediaan di kaca benda yaitu alkohol 95%

Cara pengambilan sediaan


a. Tuliskanlah data klinis pasien yang jelas pada lembar pemintaan konsultasi
b. Pasang speculum cocor bebek agar dapat melihat kedalam vagina sehingga tampak
terlihat serviks
c. Spatula dengan ujung pendek diusap 360 derajat pada permukaan serviks
d. Geserkan spatula pada kaca benda yang telah diberikan label dengan pinsil gelas pada
sisi kirinya sepanjang setengah panjang gelas dan geserkan sekali saja agar tidak terjadi
kerusakan sel.
e. Spatula Ayre yang telah dimodifikasi dengan ujung yang panjang agar bisa mencapai
sambungan skuamokolumner atau kapas lidi diusap 360 derajat pada permukaan
endoserviks, kemudian digeserkan pada setengah bagian sisanya.
f. Masukan dalam larutan fiksasi alhokol 95%, lalu dikeringkan.

Klasifikasi Pap Smear

1. Negative: tidak ditemukan sel ganas.


2. Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :
3. Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
4. Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
5. Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.
6. Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.
7. Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan.
Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou:
1. Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
2. Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
a. Kuman atau virus tertentu
b. Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya. Bila ada
erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.
3. Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang
1 bulan sesudah pengobatan
4. Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian dapat
ditempuh 3 jalan, yaitu:
a. Dilakukan biopsy
b. Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
c. Rujuk untuk biopsi konfirmasi.
5. Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti
pada hasil kelas IV untuk konfirmasi.
Interpretasi dan Rekomendasi dari Jawaban Sitologi
a. Negatif. Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi
b. Inkonklusif. Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik, tidak
ditemukan sel endoserviks, gambaran sel radang yang menutupi. Ulang pemeriksaan
setelah diberikn pengobatan radang

30
c. Dysplasia. Terdapat sel-sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan,
sedang sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi denagn kolposkopi dan biopsy.
Lakukan penanganan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
d. Positif. Terdapat sel-sel ganas pada pengamatan mikroskopik. Harus dilakukan biopsy
untuk memastika diagnosis. Penanganan harus dilakukan di rumah sakit rujukan dengan
orang ahli onkologi.
e. HPV. Pada infeksi virus ini dapat ditemukan sediaan negatif atau dysplasia. Dilakukan
pemantauan ketat dengan konfirmasi kolposkopi dan ulangi pap smear.

Alasan Harus melakukan Pap smear :


1. Menikah pada usia muda (dibawah 20 tahun)
2. Pernah melakukan senggama sebelum usia 20 tahun
3. Pernah melahirkan lebih dari 3 kali
4. Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun, terutama IUD atau kontrsepsi hormonal
5. Mengalami perdarahan setiap hubungan seksual
6. Mengalami keputihan atau gatal pada vagina
7. Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervagina
8. Berganti-ganti pasangan dalam senggama

Persiapan PAP'smear :
1. Menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam
dalam bath tub, selama 24 jam sebelum pemeriksaan, untuk menghindari ‘kontaminasi’
ke dalam vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan.
2 Tidak sedang menstruasi , karena darah dan sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear

Diagnosis Banding
1. Ca Cervix
2. infeksi Chlamydia
3. atropik vaginitis
4. gonorrhea

LO. 2.7 Memahami Dan Menjelakan Penatalaksanaan Leukorea


Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Tujuan pengobatan
yaitu:

 Menghilangkan gejala
 Memberantas penyebabrnya
 Mencegah terjadinya infeksi ulang
 Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Keputihan fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan


untuk menghilangkan kecemasannya.

31
Keputihan Patologis : Tergantung penyebabnya

Obat obatan untuk keputihan Patologis :

1. Antiseptik : Povidone Iodin

Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi
dengan alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai antiinfeksi
yang disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga
sebagai pembersih.

Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau
sensitif pemakaian harus dihentikan.

2. Antibiotik

Clotrimazole

Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit dan


vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans.

Efek samping: pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema


,gatal dan urtikaria

Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar
1% dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakan
sekali sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis
tunggal.

Tinidazole

Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksi


Protozoa, Amuba.

Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak
perlu minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.

Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas.


Biasa dikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang
ada adalah vaginal tablet.

Metronidazole

Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau
250 mg 3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksi Trichomonas vaginalis

Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara


mitraseksual. Untuk infeksi Gardnerella vaginalis

32
Efek samping : mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi
terhadap alkohol.

Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan.

Nimorazole

Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalam


sediaan tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya
(Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.

Penisilin

1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak
terhambat makanan dalam absorbsinya.

Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik penisilin
terhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV dosis
besar

Sediaan dan posologi :

Ampisilin :

- Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg


- Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial

Amoksisilin :

- Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan
sirup125mg/5mL dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari

3. Anti jamur : Nystatin

Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif
terhadap obat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi
tubuh, tetapi dengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik
untuk digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya
harus hati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.

4. Anti Virus : Asiklovir

Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan krim
untuk mengobati herpes dilabia.
Efek samping :
Oral : pusing, mual, diare,sakit kepala
Topikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.
Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu hamil

33
Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :
1. Candida albicans
Topikal
- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari- Nimorazol 2 gram dosis tunggal
- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2. Chlamidia trachomatis
- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)
- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis
- Metronidazole 2 x 500 mg
- Metronidazole 2 gram dosis tunggal
- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae
- Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
- Amoksisiklin 3 gr im atau
- Ampisiillin 3,5 gram im
Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama
7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Tiamfenikol 3,5 gram oral
- Kanamisin 2 gram im
- Ofloksasin 400 mg/oral
Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase
- Seftriaxon 250 mg im atau
- Spektinomisin 2 mg im atau
- Ciprofloksasin 500 mg oral
Ditambah
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5. Virus herpeks simpleks

34
Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas
- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
(Setiabudi R dan www.medicastore.com)

2. Non Farmakologi

Tindakan pencegahan keputihan yaitu dengan :


 Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok, dan alkohol serta dihindari stress berkepanjangan
 Setia pada pasangan, hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk
mencegah penularan penyakit menular seksual.
 Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi, dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan
yang menyerap keringat, hindari pemakaina celana terlalu ketat, biasakan
untuk mengganti oembalut pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak
 Biasakan membasuh dengan cairan yang benar tiap kali buang air yaitu dari
arah depan ke belakang
 Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina
 Hindari penggunaan bedak fakum, tissue atau sabun dengan pewangi pada
daerah vagina.
 Hindari pemakaian barang-barang yang memdahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi.

LO. 2.8 Memahami Dan Menjelakan Pencegahan Leukorea


Menjaga kesehatan reproduksi untuk pencegahan keputihan pada wanita diawali
dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menjaga kebersihan organ kewanitaan, yaitu :
1. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus dengan seksama.
Membersihkan dilakukan dari depan kebelakang (dari daerah kemaluan ke arah
anus) secara satu arah. Hal ini dilakukan untuk mencegah kotoran dari anus masuk
kedalam vagina.
2. Membasuh secara teratur bagian bibir vagina secara hati-hati menggunakan air
bersih dan sabun yang lembut setiap habis BAK , BAB, dan ketika mandi. Yang
terpenting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar bibir
vagina.
3. Gunakan sabun lembut tanpa pewangi saat mandi untuk menjaga keasaman vagina.
Normalnya vagina berbau asam dan kecut dengan pH keasaman sekitar 4-4,5.
Terlalu sering membasuh vagina dengan cairan kimia dan menggunakan deodoran
disekitar vagina akan merusak keseimbangan organisme dan cairan vagina
sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada vagina (vaginitis).

35
4. Mengeringkan alat kelamin dengan tisu atau handuk agar tidak lembab setiap kali
setelah mandi atau buang air. Usahakan agar daerah kemaluan dan selangkangan
selalu kering, lebih lebih bila tergolong gemuk karena suasana lembab sangat
disukai oleh jamur. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
5. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina kering
sepanjang hari. Bedak memiliki partikel partikel halus yang mudah terselip disana
sini yang akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang.
6. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari setelah mandi, terutama bagi
wanita aktif dan mudah berkeringat. Gunakan celana dalam yang kering dan bila
celana dalam keadaan basah segera mengganti celana dalam yang bersih dan belum
dipakai.
7. Tidak memakai celana dalam yang terlalu ketat , karena celana dalam yang terlalu
ketat menyebabkan permukaan vagina menjadi lebih mudah berkeringat. Gunakan
celana dalam yang bahannya menyerap keringat seperti katun. Celana dalam dari
satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar vagina panas dan lembab.
8. Pakaian luar juga harus diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori
porinya sangat rapat, pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar sirkulasi
udara disekitar organ intim bergerak leluasa.
9. Ketika sedang haid dianjurkan sering mengganti pembalut terutama pada hari hari
pertama haid. Pembalut perlu diganti 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari
pertumbuhan bakteri pada pembalut yang digunakan dan mencegah masuknya
bakteri kedalam vagina. Pembalut yang baik yaitu pembalut yang berdaya serap
baik dan tidak berparfum.
10. Gunakan panty liner disaat perlu dan jangan terlalu lama. Misalnya saat berpergian
keluar rumah dan lepaskan sekembalinya dirumah.
11. Dianjurkan untuk mencukur rambut kemaluan karena rambut kemaluan dapat
ditumbuhi sejenis jamur atau kutu.
12. Hindari pemakaian barang barang yang dapat memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi. Dianjurkan tidak duduk diatas kloset di wc umum
atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
13. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat yang cukup ,
hindari rokok, dan alkohol serta hindari stress yang berkepanjangan.

LO. 2.9 Memahami Dan Menjelakan Komplikasi Leukorea


Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah menaiki panggul sehingga terjadi
penyakit yang dikenal dengan radang panggul. Komplikasi jangka panjang yang lenih
mengerikan, yaitu kemungkinan wanita tersebut akan mandul akibat rusak dan lengketnya
organ-organ dalam kemaluan terutama tuba falopi dan juga dapat menyebabkan
infertilitas.Komplikasi juga dapat terdapat pada pria yaitu komplikasi non spesifikndapat
menjalar ke prostat dan menimbulkan infeksi buah zakar dan saluran kemih
Terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina. Bisul kelenjar tersebut harus
disedot keluar karena tidak dapat disembukan dengan obat. Komplikasi pada wanita sering
menimbulkan radang saluran telur. Infeksi nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan
maupun gejala.
Dampak akibat leukorea :
 Gangguan Psikologis

36
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan yang
berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalankan
aktifitasnya sehari – hari (Manuaba, 1998)
 Vulvitis
Sebagaian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi lokal, penyebab secara
umum jamur.Bentuk vulvitis adalah infeksi kulit berambut dan infeksi kelenjar
bartholini.Infeksi kulit berambut terjadi perubahan warna, membengkak, terasa nyeri, kadang
– kadang tampak bernanah dan menimbulkan kesukaran bergerak.Infeksi kelenjar bartholini
terletak di bagian bawah vulva, warna kulit berubah, membengkak, terjadi penimbunan nanah
di dalam kelenjar, penderita sukar untuk berjalan dan duduk karena sakit.
 Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai parasit atau jamur.
Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual.Tipe vaginitis yang sering dijumpai
adalah vaginitis candidiasis dan trikomonalis vaginalis. Vaginitis candidiasis merupakan
keputihan kental bergumpal, terasa sangat gatal dan mengganggu, pada dinding vagina sering
dijumpai membran putih yang bila dihapus dapat menimbulkan perdarahan, sedangkan
trikomonalis vaginalis merupakan keputihan yang encer sampai kental, kekuningan, gatal dan
terasa membakar serta berbau.
 Serviksitis
Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri.Infeksi serviks sering terjadi karena luka
kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksual.Keluhan yang
dirasakan terdapat keputihan, mungkin terjadi kontak bleeding saat berhubungan seksual.
 Penyakit radang Panggul (Pelvic Inflammantory Disease)
Penyakit radang Panggul merupakan infeksi alat genetalia bagian atas wanita, terjadi
akibat hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan
menimbulkan berbagai penyulit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat
menyebabkan kemandulan. Tanda-tandanya yaitu nyeri yang menusuk-nusuk di bagian bawah
perut, mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan
bertambah serta tekanan darah dalam batas normal.
(Manuaba, 1998).

LO. 2.10 Memahami Dan Menjelakan Prognosis Leukorea


Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap
pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan
kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif
• Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata – rata 70 – 80% dengan regimen
pengobatan
• Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %
• Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata – rata 95 %

LI. 3. Memahami Dan Menjelakan Taharah Saat Keputihan Menurut Pandangan Islam

Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan, suatu ketika
ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah radhiallahu ‘anha tentang
batasan berakhirnya haidh. Beliau menjawab :

37
“Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat cairan putih”
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan putih
sebagaimana di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa haidh.
Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak normal,
yang umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-
gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga
kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas.
Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan putih kekuningan
(sufrah ‫ )صفرة‬atau cairan putih kekeruhan (kudrah ‫)كدرة‬. Terkait dengan kedua hal ini, di kitab
shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu ‘Athiyyah radhiallahu‘anha
berkata:

ُّ ‫ُكنَّا اَل ناعُدُّ ْال ُكد اْرة ا اوال‬


‫ص ْف ارة ا ا‬
‫شيْئ‬
“Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama
dengan haidh”
Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :
1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang mengalami
menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban melaksanakan shalat
dan puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing. Oleh
karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu, harus istinjak
(cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan keputihan terlebih dahulu.
Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang mengalaminya
dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib melaksanakan shalat walaupun
salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi, yakni sucinya badan dan pakaian dari najis.
Menurut ulama Syafi’iyah, ketentuan tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat diawali dengan
proses membersihkan, istinjak, wudhu dan kemudian shalat dilakukan secara simultan setelah
waktu shalat masuk.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. 2003. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual .LKiS : Jogjakarta

Jawetz, Melnick, &Adelbergs. Vaginosis Bacterial, Trichomonas: Jawetz, Melnick,


&Adelbergs. Vaginosis Bacterial, Trichomonas: Medical Microbiology Medical
Microbiology Ed. 22nd

Manuaba, 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC

38
Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan Obstetric-Ginekologi Sosial
Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Hlm: 296-299.

Setiabudi R. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sofwan, A. 2012. Sistem Reproduksi. Jakarta : Bagian Anatomi FKUY.
Rasjidi, I., Irwanto, Y., Sulistyanto, H., 2008. Modalitas Deteksi Dini Kanker Serviks. In:
Rasjidi, I., ed. Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto
http://uncennursing.blogspot.com/2011/06/sistem-reproduksiperkembangbiakan.html
http://panduancaracepathamil.wordpress.com/category/organ-genitalia-interna-dan-eksterna/
http://kelas-bidan.blogspot.com/2011/04/anatomi-fisiologi-organ-reproduksi.html

39

Anda mungkin juga menyukai