Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat Nya referat ini
dapat terselesaikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada dr. Galianti
Prihandayani Sp.KJ selaku pembimbing sehingga referat ini dapat terselesaikan tepat
waktu.

Referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi kepaniteraan


klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSJ Soeharto Heerdjan, penulis berharap referat ini dapat
menjadi literatur atau sumber informasi pembelajaran ilmu kesehatan jiwa khususnya
mengenai perbedaan gejala psikotik pada penyakit organik dan non organik.

Akhir kata. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan didalam penyusunan


referat ini. oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Jakarta 3 juni 2017

Fawzia Devi Fitriani

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I . PENDAHULUAN....................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

BAB III. KESIMPULAN........................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

Psikosis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa


dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Hal ini diketahui dengan
terganggunya pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik dan
kemampuan sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi.
Penderita tidak dapat “dimengerti” dan tidak dapat “dirasa” lagi oleh orang normal,
karena itu seorang awam pun dapat mengatakan bahwa orang itu “gila” bila psikosa itu
sudah jelas. Penderita sendiri juga tidak memahami penyakitnya, ia tidak merasa ia
sakit. (Maramis, 2009)

Psikosis dapat juga digambarkan sebagai gangguan jiwa yang serius, yang
timbul karena penyebab organik atau pun emosional (fungsional) dan menunjukkan
gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional, mengingat, berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa
sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu.
Psikosa ditandai oleh perilaku regresif impuls-impuls serta waham dan halusinasi.
Istilah psikosa dapat dipakai untuk keadaan seperti yang disebutkan di atas dengan
variasi yang luas mengenai berat dan lamanya. (Maramis, 2009)

Psikosa dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Psikosa yang berhubungan dengan sindrom otak organik


2. Psikosa fungsional

Gangguan mental organik didefinisikan sebagai gangguan yang memiliki


kondisi patologi yang dapat didefinisikan, seperti tumor otak, penyakit
serebrovaskular, atau intoksikasi obat. Gangguan otak yang tidak disertai dasar organik
disebut gangguan fungsional.

3
Pasien dengan penyakit organik sering kali datang ke IGD dengan keluhan
gaduh gelisah serta memberontak seperti pasien dengan gejala psikotik non organik.
Sering kali dokter yang berjaga dibingungkan karena persamaan gejala yang
ditimbulkan. Melalui referat ini “Perbedaan Gejala Psikotik pada Penyakit Organik dan
Non Organik” diharapkan dapat membantu dalam menegakkan diagnosis, karena hal
tersebut menentukan morbiditas pasien.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi pasien psikotik akut mencakup riwayat menyeluruh, pemeriksaan


fisik, serta tes laboratorium. Berdasarkan temuan awal, tes diagnostik lebih lanjut
mungkin diperlukan. Penyebab organik harus dipertimbangkan dan dikeluarkan
sebelum psikosis dikaitkan dengan kelainan psikotik primer. Penyebab paling umum
dari psikosis akut adalah toksisitas obat. Pasien dengan kondisi otak struktural, toksik
atau metabolik yang disertai dengan psikosis, biasanya memiliki manifestasi fisik lain
yang mudah terdeteksi melalui riwayat, pemeriksaan neurologis, atau tes laboratorium
rutin. Pencitraan otak diindikasikan untuk pasien dengan indikasi spesifik, seperti
trauma kepala atau tanda neurologis fokal.

Riwayat Medis
Riwayat medis yang baik dapat mengidentifikasin penyebab organik psikosis,
yang harus diperhatikan di dalamnya adalah :
1. Riwayat trauma kepala baru-baru ini atau yang lalu, trauma kepala baru-baru
ini dapat mengidentifikasikan kecurigaan adanya hematoma subdural. Trauma
kepala sebelumnya dapat menyebabkan gangguan kejang dan meningkatkan
risiko skizofrenia
2. Kejang baru-baru ini atau riwayat gangguan kejang sebelumnya, penting untuk
menetapkan waktu psikosis dalam kaitannya dengan aktivitas kejang
(postictional, ictal, dan interictal).
3. Gejala neurologis: gejala utama yang harus memicu kecurigaan terhadap
penyakit SSP organik meliputi sakit kepala onset baru atau perubahan pola sakit
kepala, kelemahan fokus atau kehilangan sensorik, gangguan penglihatan
(penglihatan ganda atau penglihatan parsial), dan defisit ucapan, termasuk

5
aphasia. Gerakan tubuh yang tidak normal, kehilangan ingatan, dan tremor pada
pasien yang lebih tua harus memicu kecurigaan terhadap demensia. Penurunan
kesadaran menunjukkan adanya delirium.
4. Penggunaan narkoba: setiap penggunaan alkohol, kokain, ganja, amfetamin,
atau phencyclidine baru-baru ini harus memicu kecurigaan terhadap psikosis
akibat obat. Riwayat penggunaan alkohol berat, benzodiazepin, atau barbiturat
diikuti dengan penghentian tiba-tiba harus menimbulkan kecurigaan terhadap
sindrom putus obat, terutama jika onsetnya mendadak.
5. Obat resep: obat yang menyinggung umum meliputi obat antikolinergik, agonis
dopamin, kortikosteroid, obat adrenergik (stimulan, propranolol, klonidin), dan
hormon tiroid. Penting untuk menentukan kapan ada obat baru yang dimulai,
atau bila dosis diubah, dan bagaimana waktunya berkaitan dengan timbulnya
gejala
6. Riwayat keluarga dapat menunjukkan kelainan neurologis, metabolik, atau
autoimun. Penyakit Wilson adalah penyebab psikosis yang paling umum.
Riwayat kelainan psikotik primer mungkin juga ada.
7. Riwayat perjalanan / travelling: jika ensefalitis dicurigai sebagai penyebabnya,
riwayat perjalanan penting untuk menilai risiko terpapar penyebab infeksi,
seperti parasit.
(BMJ, 2016)
Pemeriksaan Fisik

1. Fluktuasi tingkat kesadaran, menunjukkan delirium


2. Adanya takikardia dan hipertensi, mengindikasikan adanya keracunan obat atau
sindrom putus obat obat akut
3. Adanya demam, memicu kecurigaan adanya ensefalitis.
4. Bukti malnutrisi: kekurangan vitamin harus dianggap sebagai penyebabnya
5. Tanda-tanda hypo- atau hyperthyroidism memicu kecurigaan adanya penyebab
endokrin.

6
6. Kelainan sendi yang terlihat, ruam, atau tanda spesifik lainnya yang terkait
dengan gangguan autoimun yang mendasarinya
(BMJ, 2016)

Pemeriksaan Penunjang
Bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab pada pasien organik.
1. CBC
2. Elektrolit serum
3. Tes fungsi hati (termasuk gamma-GT)
4. Serum kreatinin
5. Skrining urin
6. Vitamin B12 dan kadar folat
7. Tes fungsi tiroid (TSH, free T4)

Temuan CBC tidak spesifik. Leukositosis harus segera dicurigai adanya


infeksi. Elektrolit serum mungkin tidak normal jika ada gangguan metabolik atau
endokrin yang mendasarinya. Tes fungsi hati mungkin tidak normal dalam berbagai
kondisi, termasuk penyalahgunaan alkohol kronis dan penyakit Wilson. Tes fungsi
ginjal dapat mendeteksi gagal ginjal yang mendasarinya. (BMJ, 2016)
Penyelahguaan obat adalah penyebab paling umum dari psikosis akut.
Skrining urin diperlukan pada semua pasien untuk menyaring amfetamin, kokain,
ganja, dan benzodiazepin. Obat kausatif yang diketahui harus dihentikan. Jika gejala
sembuh, diagnosis psikosis akibat pengobatan bisa dilakukan secara retrospektif.
Tingkat alkohol darah berguna jika alkohol dicurigai sebagai faktor pendukung. (BMJ,
2016)
Tingkat vitamin B12 dan folat harus diukur untuk menyingkirkan kekurangan
gizi. Tes fungsi tiroid (TSH dan T4) harus diukur untuk menyingkirkan hipo- atau
hipertiroidisme. ANA dan ESR, meskipun tidak spesifik, mungkin berguna untuk
menyaring gangguan autoimun. Jika ANA positif atau ESR meningkat, penyelidikan

7
spesifik untuk gangguan yang dicurigai harus dilakukan, dipandu oleh temuan klinis.
(BMJ, 2016)

Indikasi untuk pemindaian MRI atau CT meliputi:

1. Riwayat trauma kepala (untuk mendeteksi pendarahan intrakranial atau


hematoma)
2. Adanya tanda neurologis fokal
3. Sakit kepala mencurigakan atau perubahan pola sakit kepala
4. suspect demensia
(BMJ, 2016)

Pemeriksaan Psikiatri
Penyebab psikiatri dari psikosis dapat ditegakkan hanya jika penyebab
organik sudah dipastikan tidak ada. kriteria diagostik berdasarkan DSM IV untuk
Skizofrenia.
Terdapat empat aspek yang dapat dinilai pada pasien dengan psikosis akut,
yaitu : waham, persepsi, pikiran, dan emosi.
Halusinasi visual terjadi pada 34% pasien psikosis akut organik, dan 16%
pada pasien skizofrenia. Halusinasi auditorik terjadi pada 34% pasien skizofrenia, dan
18% pada pasien psikosis akut organik. Halusinasi auditorik berupa suara-suara yang
bersifat menyuruh, komentar, dan argument terjadi pada 22% pasien skizofrenia, dan
4% pada pasien akut organik. Gangguan pola pikir terjadi pada 64% pasien psikosis
akut organik, dan 31% pada pasien skizofrenia. (Cutting, 1987)

Berikut merupakan penjelasan gejala beberapa gangguan mental organik dan


non organik :

8
SINDROM OTAK ORGANIK

Sindrom otak organik (SOO) ialah gangguan jiwa yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan
oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningo-ensefalitis, gangguan
pembuluh darah otak, tumor otak, dan sebagainya), atau diluar otak (tifus, endometritis,
payah jantung, toxemia kehamilan, intoxikasi, dan sebagainya). (Maramis, 2009)

Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai
fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkan. Bila
hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokalisasi inilah
yang menentukan gejala dan sindrom, bukan penyakit yang menyebabkannya.
(Maramis, 2009)

Sindrom otak organik dinyatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau
tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau sindrom otak
organik itu dan bukan berdasarkan penyebabnya, permulaan, gejala atau lamanya
penyakit yang menyebabkannya. (Maramis, 2009)

Gejala utama SOO akut ialah kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat
amnesia, pada SOO menahun ialah demensia.

Gangguan Mental Organik

Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan


penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk
gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat
sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral). (Maslim, 2013)

Gambaran utama :

1. Gangguan fungsi kognitif


Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), dan belajar (learning).

9
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention)
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang : persepsi
(halusinasi), isi pikir (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi.
Gembira, cemas)

(Maslim, 2013)

Delirium dan Demensia

Delirium menunjuk kepada sindrom otak organik karena gangguan fungsi atau
metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yang menghambat metabolisme
otak. Gejala utama ialah kesadaran yang menurun. Gejala-gejala lain ialah : penderita
tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau
cemas, gelisah dan panik, ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang
berbicara komat-kamit dan inkoheren. (Maramis, 2009)

Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkan sudah


sembuh, mungkin sampai kira-kira satu bulan sesudahnya. (Maramis, 2009)

Demensia ialah kemunduran fungsi mental umum, terutama intelegensi


disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (ireversibel).
Daerah otak yang terutama terkena ialah lobus parietalis, temporalis dan frontalis
prognosis biasanya jelek. (Maramis, 2009)

Bertentangan dengan awitan delirium yang mendadak, awitan demensia


naisanya perlahan. Meski kedua kondisi tersebut mencakup hendaya kognitif,
perubahan pada demensia lebih stabil dengan berjalannya waktu. Seorang pasien
demensia biasanya waspada, seorang pasien delirium mengalami penurunan kesadaran.
Kadang-kadang delirium dapat terjadi pada pasien demensia, dikenal dengan demensia
berkabut. (Sadock, 2010)

10
Dalam mengobati delirium, tujuan utamanya adalah mengatas penyebab yang
mendasari. (Sadock, 2010)

Sindrom Otak Organik Karena Rudapaksa Kepala

Trauma kapitis dapat merupakan faktor pencetus bagi skizofrenia atau psikosa
manik-depresif pada orang yang mempunyai predisposisi untuk ini, atau dapat
mengaktifasikan demensia paralitika. (Maramis, 2009)

Gangguan jiwa yang dapat timbul secara akut karena rudapaksa kepala ialah :
sindrom komosio, koma traumatikum, delirium traumatikum, dan sindrom korsakow.
Gangguan jiwa yang menahun mungkin primer karena trauma kapitis (perubahan
kepribadian dan keadaan defek pascatrauma seperti ensefalopati traumatikum dan
epilepsy traumatikum), mungkin juga sekunder. (Maramis, 2009)

Aterosklerosis Otak

Dinding pembuluh darah pada sklerosis menjadi kaku dan keras. Sehingga
secara perlahan terjadi pengurangan peredaran darah ke otak dan akibatnya ialah suatu
hipoksia yang progresif sehingga metabolise sel-sel otak terganggu dan akhirnya
timbul degenerasi dan kematian sel. (Maramis, 2009)

Sering terjadi emosi yang labil, penderita mungkin agresif, suka bertengkar dan
paranoid. tidak jarang terjadi kebingungan, penderita menjadi gelisah seperti delirium.
Orang itu tidak lagi mempedulikan dirinya sendiri dan keluarganya. Timbul waham
kejaran dan waham hipokondrik. (Maramis, 2009)

Epilepsi

Epilepsi adalah suatu gangguan otak yang menyebabkan seorang pasien


mengalami kecenderungan kejang-kejang secara berulang. Kejang adalah gejala utama
dari epilepsi. Penggolongan psikosis yang berkaitan dengan epilepsy menjadi preiktal,
iktal, postictal, dan interiktal.

11
Risiko terjadi psikotik pada pasien epilepsy dua kali atau lebih dibandingkan
populasi umum. Psikosis yang sering ditemukan terutama gambaran paranoid dan
skizofrenia like. Kondisi psikotik lebih banyak ditemukan pada epilepsy lobus
temporalis pada lokus di sisi kiri atau bilateral. (Elvira, 2015)

Kebanyakan pasiend engan epilepsy memiliki prognosis yang baik bila kejang
dapat di kontrol dengan antikonvulsan. Sebagian besar pasien tidak mengalami
gangguan psikiatrik dan hanya terjadi bila mengalami kejang-kejang yang tidak
terkontrol dalam jangka panjang atau bertahun-tahun. (Elvira, 2015)

SKIZOFRENIA

Kraepelin menerjemahkan istilah demensia prekoks, kemunduran inteligensi


sebelum waktunya. Pasien dengan demensia prekoks digambarkan memiliki perjalanan
penyakit yang memburuk dalam jangka waktu lama dan gejala klinis umum berupa
halusinasi dan waham. (Sadock, 2010)

Bleuler mencetuskan istilah skizofrenia, yang menggantikan demensia prekoks.


Ia memilih istilah tersebut untuk menunjukkan adanya skisme (perpecahan) antara
pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien dengan gangguan ini. Bleuler menekankan
bahwa tidak seperti konsep Kraepelin mengenai demensia prekoks, skizofrenia tidak
harus mengalami perjalanan penyakit yang memburuk. (Sadock, 2010)

Bleuler mengidentifikasi gejala primer skizofrenia yang spesifik, gejala


tersebut meliputi gangguan sosial, khususnya kelonggaran, gangguan afektif, autisme,
dan ambivalensi. Yang dirangkum menjadi empat A: asosiasi, afek, autisme, dan
ambivalensi. (Sadock, 2010)

Manifestasi Klinis

Pasien skizofrenia terlihat memiliki afek yang tumpul, uji kognitif buruk, dapat
mengalami anhedonia, pada beberapa pasien dapat ditemui tipe kepribadian
prepsikotik yang ditandai dengan penarikan diri dan terlalu kaku secara sosial, sangat

12
pemalu, dan sering mengalami kesulitan di sekolah, beberapa pasien sebelum di
diagnosis skizofrenia memilii gangguan kepribadian skizoid, ambang, antisosial, atau
skizotipal.

Diagnosis

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR Skizofrenia

A. Gejala karakteristik, dua atau lebih poin berikut, masing-masing terjadi dalam
porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila telah
berhasil diobati) :
 Waham
 Halusinasi
 Bicara kacau (sering melantur atau inkoherensi)
 Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
 Gejala negatif (afektif mendatar, alogia, atau kehilangan minat)

Catatan : hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila wahamnya bizar atau
halusinasinya terdiri atas suara yang terus-menerus memberi komentar terhadap
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap.

B. Disfungsi sosial/okupasional, selama suatu porsi waktu yang signifikan sejak


awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh dibawah
tingkatan yang telah dicapai sebelum awitan.
C. Durasi, tanda kontinu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode
6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala yang memenuhi kriteria
A dan dapat mencakup periode gejala prodromal atau residual. Selama gejala
prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala
negatif sajaatau dua atau lebih gejala yang terdaftar dalam kriteria A yang
muncul dalam bentuk yang lebih lemah.

13
D. Ekslusi gangguan mood dan skizoafektif, gangguan skiziafektif dan gangguan
mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan, baik karena (1) tidak ada episode
depresif, manik, atau campuran mayor yang terjadi bersamaan dengan gejala
fase aktif, maupun (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi
totalnya relatif singkat dibanding durasi periode aktid dan residual.
E. Ekslusi kondisi medis umum/zat, gangguan tersebut tidak disebabkan efek
fisiologis langsung suatu zat atau kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif, jika terdapat riwayat
gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis
tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen
juga terdapat selama setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah berhasil
diobati). (Sadock, 2010)

14
BAB III

KESIMPULAN

Kejadian psikotik pada pasien dengan penyakit organik merupakan salah satu
bentuk kegawatdaruratan, karena jika penanganan tidak tepat atau terlambat, maka
nyawa pasien menjadi taruhanya. Penegakkan diagnosis harus dilakukan dengan
menyeluruh baik anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Beberapa
perbedaan yang menonjol antara gejala psikotik dengan penyakit organik dan non
organik adalah sebagai berikut :

Organik :

1. Ada penyakit mendasar (tanda klinis fisik/zat)


2. Sifatnya akut atau mendadak
3. Kesadaran menurun atau berkabut
4. Disorientasi (+)
5. Amnesia (+)
6. Terganggunya pemusatan perhatian, pengalihan perhatian, dan
mempertahankan perhatian
7. Halusinasi visual (utama)
8. Bisa ada halusinasi auditorik, tapi tidak bersifat komentar, hanya suara-suara
tidak jelas
9. Ada waham, biasanya waham bizare

Non organik :

1. Tidak ada penyakit yang mendasar


2. Sifatnya tidak akut
3. Kesadaran jernih

15
4. Amnesia (-)
5. Sebelumnya sudah ada gejala
6. Halusinasi auditorik (utama) bersifat komentar atau perintah
7. Ada waham

16
DAFTAR PUSTAKA

BMJ Best Practice. Assessment of psychosis diagnostic approach. BMJ Publishing


Group. 2016.
Cutting J. The Phenomenology of Acute Organic Psychosis. Comparison with Acute
Schizophrenia. The British Journal of Psychiatry. 151:324-332, 1987
Elvira Sylvia D, hadisukanto Gitayanti. 2015. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
Maramis Willy F, Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press (AUP)
Maslim Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDG-III dan
DSM V. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-Unika Atmajaya
Sadock VA, Sadock BJ. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

17

Anda mungkin juga menyukai