Sistem Prategang dipilih pada perancangan ini Dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan
adalah untuk kebutuhan ruang seminar/serbaguna yang akan dibatasi sampai dengan batasan-batasan, antara lain
tidak membutuhkan kolom ditengah-tengah ruangan :
sehingga ruangan seminar/serbaguna menjadi lebih
1. Tidak memperhitungkan faktor ekonomis gedung. dimasukkan dan diperhitungkan. Referensi berat
2. Tidak merencanakan metode pelaksanaan. bahan diambil dari tabel 2.1 PPIUG 1989.
3. Tidak menghitung anggaran biaya. b. Beban Hidup
4. Dalam perancangan ini tidak memperhitungkan Beban hidup yang digunakan sesuai dengan
kesulitan pengadaan material serta pengaruh dan peraturan Pembebanan Indonesia, berdasarkan
dampaknya terhadap lingkungan selama masing-masing fungsi ruang seperti tertera dalam
pelaksanaan. Tabel 3.1 PPIUG 1983.
5. Penyusun tidak meninjau kelayakan struktur dari
segi estetika tetapi lebih mengutamakan fungsi dan c. Beban Gempa
kenyamanan. Sebagai salah satu gedung yang direncanakan
6. Perancangan ini tidak termasuk memperhitungkan terletak di zona gempa tinggi yaitu zona 6,
sistem utilitas bangunan, perencanaan pembuangan elemen struktur utama gedung dirancang dengan
saluran air bersih dan kotor, instalasi/jaringan listrik, Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
finishing dsb. Sistem distribusi pembebanan dalam (SRPMK), Sesuai dengan tata cara perencanaan
hal ini ditetapkan sesuai dengan peraturan yang telah ketahanan gempa untuk bangunan gedung (SNI
ada. 03-1726-2002).
BAB II
Dari berbagai jenis pembebanan yang dipakai dalam
KONSEP DESAIN perencanaan struktur ini, semuanya akan
dikombinasikan sehingga struktur dan komponen
2.1. UMUM struktur memenuhi syarat kekuatan layak pakai, sesuai
Suatu teori diperlukan sebagai pembahasan dengan ketentuan yang tercantum dalam SNI 03-2847-
keseluruhan masalah yang akan timbul dalam penulisan 2002.
Tugas Akhir. Pokok-pokok pedoman atau syarat dalam
desain bangunan : 2.2. SISTEM BALOK PRATEGANG
Beton prategang adalah beton yang mengalami
1. Mutu Bahan tegangan internal dengan benar dan distribusi
Kuat tekan beton ( f 'c ) sesuai SNI 03 – 2847 – sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi tegangan
2002 Ps. 23.2.4.1 tidak boleh kurang dari 20 MPa. Kuat yang terjadi akibat beban eksternal sampai batas tertentu.
tekan 20 MPa atau lebih dipandang menjamin kualitas Menurut SNI 03-2847-2002 Tendon pada beton
beton. Untuk perancangan gedung ini digunakan kuat prategang tidak boleh sama sekali memikul beban
tekan beton ( f 'c ) sebesar 30 Mpa dan ( f 'c ) = 40 MPa gempa, bahkan tidak dianjurkan menggunakan pada
untuk balok pratekan karena kuat tekan yang tinggi zona gempa tinggi. Tetapi jika ada gempa maka beban
diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tersebut dipikul oleh tulangan lunak. Sedangkan menurut
tertekan dan lokasi gedung di surabaya sehingga mutu ACI 318-2008 pasal. 21.5.2.5 Tendon prategang
tersebut bisa tercapai. Tegangan leleh baja f y ( ) diperbolehkan menerima 25% momen positif atau
negatif. Maka konstruksi balok prategang ini didesain
direncanakan 400 MPa untuk tulangan utama dan 320 menrima gaya gravitasi dan 25% beban gempa. Dalam
MPa untuk sengkang. perencanaan balok prategang pada Gedung Universitas
2. Metode Perancangan Ciputra, direncanakan dengan sistem pasca tarik (post
Metode perancangan untuk gedung ini menggunakan tensioning) yaitu sistem pratekan dimana kabel ditarik
SRPMK. wilayah gempa yang dipakai adalah wilayah setelah beton mengeras. Jadi tendon pratekan
resiko gempa tinggi yaitu wilayah 5 dengan nilai diangkurkan pada beton tersebut segera setelah gaya
Percepatan Puncak Efektif Batuan Dasar (PPEBD) atau prategang diberikan.
Peak Ground Accelaration (PGA) = 0,25-0,03 g. Hal ini
2.4.1 Prinsip Dasar Beton Prategang
dilakukan karena kejadian gempa bumi tidak dapat
diprediksi. 1. Sistem Prategang untuk mengubah beton menjadi
3. Pembebanan bahan yang elastis.
Jenis-jenis pembebanan yang dipakai dalam
perhitungan struktur antara lain: Konsep ini memperlakukan beton sebagai bahan
yang elastis. Beton yang ditransformasikan dari
a. Beban Mati bahan yang getas menjadi bahan yang elastis dengan
Beban mati terdiri dari beban sendiri struktur, memberikan tekanan terlebih dahulu pada bahan
berat finishing arsitektur dan berat ducting atau tersebut. Beton tidak mampu menahan tarikan dan
kabel atau pipa ME (Mechanical Elektrikal) kuat menahan tekanan, namun beton yang getas
dapat memikul tegangan tarik.
5
2. Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi a. Tegangan ijin akibat gaya pengangkuran tendon
dangan beton yang bekerja pada kabel.
Konsep ini mempertimbangkan beton prategang 0,8fpu atau 0,94fpy (SNI 03-2847-2002
sebagai kombinasi dari baja dan beton, dimana baja PS.20.5.1)
menahan tarikan dan beton menahan tekanan,
dengan demikian kedua bahan membentuk kopel Diambil yang lebih kecil, tetapi tidak lebih besar
penahan untuk melawan momen eksternal (Lin dan dari nilai maksimum yang diusulkan oleh
Burns, 1996) pembuat kabel atau angkur
3. Sistem Prategang untuk mencapai kesetimbangan b. Sesaat setelah penyaluran gaya prategang
beban tegangan ijin tendon memiliki nilai.
Konsep ini menggunakan prategang sebagai suatu 0,82fpy tetapi tidak lebih besar dari 0,74fpu (SNI
usaha untuk membuat seimbang gaya-gaya pada 03-2847-2002 Ps.20.5.2)
sebuah batang. Pada keseluruhan desain beton
prategang, pengaruh prategang dipandang sebagai c. Tendon pasca tarik pada daerah angkur dan
keseimbangan berat sendiri sehingga batang yang sambungan sessaat setelah penyaluran gaya
mengalami lenturan tidak akan mengalami tegangan prategang.
lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi. (Lin 0,70fpu (SNI 03-2847-2002 Ps.20.5.3)
dan Burns, 1996) Namun berdasarkan T.Y Lin dan Burns
perumusan diatas juga berlaku untuk tendon
2.4.2 Tahap Tahap Pembebanan
pratarik segera setelah peralihan gaya prategang.
Pada struktur beton prategang, terdapat tahapan-
tahapan pembebanan dimana sebuah komponen struktur Tegangan ijin pada beton tidak boleh melebihi
dibebani. Berikut adalah tahapan-tahapannya : nilai-nilai berikut :
5m
Penulangan arah x
Tulangan lapangan
Mu = 500,76 kgm = 5.007.600 Nmm
Mu 5.007.600
Rn = = = 0,41
0,8 ×1000× d x
2
0,8 ×1000×1242
Dengan menggunakan koefisien momen PBI 1971 Tabel = 0.00437 × 1000 × 124 = 541,88 mm2
13.3.2 didapat persamaan momen
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 12.5.4 disebutkan:
Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 × 150 = 450 mm Jarak tulangan ≤ 3 x tebal pelat = 3 × 150 = 450 mm
≤ 450 mm ≤ 450 mm
= 565,48 mm2 > 541,88 mm2 …Ok! = 565,48 mm2 > 541,88 mm2 …Ok!
As 565,48 As 565,48
ρ= = = 0,0045 > ρpakai ρ= = = 0,0045 > ρpakai
b × d 1000 ×124 b × d 1000 ×124
a a
M n = As f y d − (Wang-Salmon) M n = As f y d − (Wang-Salmon)
2 2
As f y As f y
a= (Wang-Salmon) a= (Wang-Salmon)
0,85 f c ' b 0,85 f c ' b
7,09
M n = 565,48 × 320 124 − = 21.796.765,89 Nmm
2
M u = φ M n = 0,8× 21.796.765,89 = 17.437.412,71 Nmm
Tulangan Tumpuan
Mu = 1114,6 kgm = 11.146.000 Nmm
Mu 11.146.000
Rn = = = 0,9
0,8 ×1000 × d x
2
0,8 ×1000 × 124 2
fy 320
m= = = 12,55
0,85 × f c ' 0,85 × 30
Gambar 4.3 Pelat Tipe P1
1 2 ×12,55 × 0,9
= 0,00288 < ρmin =
ρ= 1 − 1 − 4.3 Tangga
12,55 320
0.00437 4.3.1 Data Perencanaan Tangga
As perlu = ρ b d
B C
200
A
150 290
2754,1 kg
+ C
B
Gambar 4.11 Denah Tangga lt.2-6 -
1204,3 kg
200
Direncanakan : + 3251,73 kg
A
Lebar injakan (i) : 290 mm x
Tanjakan (t) : 180 mm 150 290 - x
Tebal Pelat Tangga : 140 mm
Tebal Pelat Bordes : 140 mm Gambar 4.15 Gaya Lintang yang terjadi di tangga
Lebar Bordes : 1500 mm
Lebar Tangga : 2900 mm 2968,8 kgm 3440,71 kgm
Tinggi Bordes : 2000 mm
Sudut Kemiringan (
: Arc tg 2000
2900
) = 32°
200
+4.00
150 290
+2.00
B Gambar 4.16 Momen yang terjadi di Tangga
M1 = = = −956,27 kgm
24 24 Dalam perancangan gedung ini dibutuhkan
− q u × Ln
2
1434,4 × 4 2 ruangan luas yang tidak terhalang oleh kolom sehingga
M2 = = = −2295,04 kgm balok-balok utamanya memiliki bentang 20 m.
10 10
− q u × Ln
2
1910,2 × 4 2 Diharapkan dengan memakai konstruksi pratekan ini
M3 = = = −2778,47 kgm akan diperoleh konstruksi yang relatif ekonomi.
10 11
Ø 12-200
500
Ø 12-200
2 D22
3 D22 berdiri. Cara ini biasanya dilakukan untuk sistem cor
ditempat. Selain itu manfaat dari sistem pasca tarik
Gbr 4.29 Penampang Balok Sekunder adalah dapat dilakukan kemungkinan pemakaian kabel
melengkung atau berubah-ubah yang dapat membantu
BAB VI perancang untuk mengubah distribusi gaya prategang
sehingga bisa mengimbangi beban luar secara efesien.
STRUKTUR UTAMA PRATEGANG
Prosedur untuk mendesain balok prategang meliputi
6.1 Umum
1. Penentuan besarnya gaya prategang awal
Beton prategang merupakan teknologi 2. Penentuan letak kabel
3. Perhitungan kehilangan gaya pratekan
konstruksi beton yang mengkombinasikan beton
4. Penentuan gaya jacking yang dibutuhkan
berkekuatan tinggi dengan baja mutu tinggi secara aktif 5. kontrol tegangan yang terjadi
dengan cara menarik baja dan menahannya pada beton 6. Kontrol lendutan
sehingga membuat beton dalam keadaan tertekan. 7. Perhitungan kekuatan ultimate beton pratekan
Kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku lebih baik 8. Perhitungan gaya geser balok pratekan
dari kedua bahan tersebut. Baja adalah bahan yang Perancangan balok prategang ini menggunakan
dibuat untuk bekerja dengan kekuatan tarik yang tinggi kombinasi metode ACI 318-2008 dengan SNI 03-2847-
oleh prategang sedangkan beton adalah bahan yang getas 2002. Hal ini dilakukan karena perancangan gedung ini
menggunakan sistem SRPMK yang didesain untuk
wilayah gempa tinggi. Dimana peraturan ACI 318-2008 dikurangi oleh reduksi akibat kahilangan prategang
memperbolehkan tendon menerima 25% beban gempa disebut sebagai gaya prategang efektif. Reduksi gaya
yang menyebabkan momen negatif saja. Sedangkan prategang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
100% momen positif akibat gempa dan 75% momen
negatif akibat gempa ditahan oleh tulangan lunak,
sehingga beton prategang bisa digunakan pada daerah Kehilangan Langsung
zona gempa tinggi. Pada SNI 03-2847-2002 tendon pada Kehilangan langsung adalah kehilangan gaya awal
beton prategang tidak boleh memikul beban gempa, prategang sesaat setelah pemberian gaya prategang
bahkan tidak dianjurkan menggunakan balok prategang pada komponen balok prategang. Kehilangan secara
pada daerah zona gempa tinggi. Jika terdapat beban langsung ini terdiri dari:
gempa (tidak terlalu besar) maka beban gempa yang
terjadi dipikul sepenuhnya oleh tulangan lunak. 1. Kehilangan akibat perpendekan elastis.
2. Kehilangan akibat pengangkuran
6.2 Data Perancangan 3. Kehilangan akibat gesekan (Woble Efek)
4. Kehilangan akibat kekangan kolom
Peninjauan pembebanan dalam merencanakan Kehilangan Tak Langsung (bergantung pada waktu)
Kehilangan prategang ini disebabkan karena
beton pratekan meliputi kombinasi beban mati dan
hilangnya gaya awal yang terjadi secara bertahap
beban hidup selain itu harus diperhatikan pula kombinasi
dan dalam waktu yang relatif lama (tidak saat
beban luar dan gaya prategang yang diterima balok.
jacking), adapun kehilangan tidak langsung adalah
Kondisi pembebanan dibagi dalam 2 macam : sebagai berikut :
DSI 18-Ø96mm
pratekan.
Ø12-300
Ø12-300
Ø12-300 Ø12-300
terjadi. Pada saat ini beban luar adalah maksimum 5-D22 5-D22 5-D22 5-D22
yaitu memberikan Mmaks dan gaya pratekan adalah SKALA 1 : 20 SKALA 1 : 20 SKALA 1 : 20 SKALA 1 : 20
minimum.
POTONGAN I
5-D22
POTONGAN J
5-D22
7.1 Umum
1.4D 0.9D+RSPY
Struktur balok dan kolom tersebut direncanakan 1.2D+L+RSPY 0.9D+RSPX
menerima beban gravitasi dan beban lateral berupa
beban gempa. Pelat yang dipikul oleh balok dianggap
membebani balok induk sebagai beban merata dan balok Gambar 7.3 Diagram Momen Kombinasi pada
anak membebani balok induk sebagai beban terpusat.
Balok As F-G
Perhitungan struktur utama ini menggunakan
analisa sistem rangka pemikul momen yaitu SRPMK 7 -D22 2 -D22
(Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus), dimana
sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka
ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap dan beban 2-D16 2-D16
2-D16 2-D16
lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui
mekanisme lentur dengan R = 8,5 Ø12 - 85 Ø12 - 150
4-D22 4-D22
40 320 40 40 320 40
7.2 Data Perancangan 400 400
Perancangan Gedung Universitas Ciputra Tumpuan Lapangan
Surabaya didasarkan pada data-data sebagai berikut: Gambar 7.17 Penulangan Balok Interior dengan
Tulangan Torsi
o Mutu beton : 30 MPa
o Mutu baja tulangan utama : 400 MPa 6-D22 2-D22
o Mutu baja tulangan sengkang : 320 MPa
150
o
560
2-D16 2-D16
3-D22 3-D22
o Dimensi kolom : 80 cm × 80 cm 40 320 40 40 320 40
o Dimensi balok induk : 40 cm × 75 cm 400 400
Tumpuan Lapangan
o Wilayah gempa : zona 5
Gambar 7.18 Penulangan Balok Eksterior dengan
Tulangan Torsi
momen kombinasi yang terjadi pada balok As F-G
dengan momen terbesar tumpuan ada pada kombinasi 7.9 Perhitungan Kolom
1.2D + 1L + RSPX di tumpuan kiri sebesar 48.571,426
kgm dan momen terbesar lapangan ada pada kombinasi Dari data kombinasi beban akan menjadi input data pada
1.2D + 1.6L sebesar 29.456,42 kgm Diagram Interaction dengan program PCACOL seperti
pada Gambar 7.23
Gambar 7.38 adalah sambungan hubungan balok
kolom tengah lantai 2. Sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.
23.5.3 ditiap HBK perlu diperiksa kuat geser nominal
yang harus lebih besar dari gaya geser yang
kemungkinan terjadi.
Mu = 613,08 kN.m
Vh = 462,7 kN
3868
As = 7 D 22
BLKIRI
1542 C2 = T2 T1 = 1330,46 kN
T2 = 760,26 kN C1 = T1
BLKANAN
Gambar 7.23 Diagram Interaksi Momen Nominal Kolom AS' = 4 D 22
Lt.1
Vh = 462,7 kN
tulangan sebanyak 1,21 % atau 20 – D 22. Seperti Gambar 7.38 Analisa Geser pada Beam Column
Joint Interior
terlihat pada gambar 7.24, sebuah diagram interaction
Gaya geser yang mungkin terjadi pada potongan x − x
yang dibuat dengan program PCACOL. Prosentase
adalah
kolom ini sesuai syarat SNI 03 – 2847 – 2002 Ps.
23.4.3.1 yaitu antara 1% – 6% telah dipenuhi T1 + T2 – Vh. T1 dan T2 diperoleh dari tulangan tarik
balok-balok yang menyatu di HBK.
Dari hasil analisa Etabs didapatkan gaya dalam S = jarak antar tiang pancang
sebagai berikut : m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 3
Axial : P = 352.873 kg n = jumlah baris tiang pancang = 2
Momen : Mx = 4779,019 kg m Efisiensi :
My = 4740,3 kg m
400 ((3 − 1) × 2 ) + (( 2 − 1) × 3)
( η ) = 1 - arc tg =
Gaya Horisontal : Hx = 22260,8 kg 1200 90 × 3 × 2
0,75
Hy = 31968,3 kg
Sehingga
Beban Nominal yang bekerja :
Qijin = 0,75 × 105.000
Berat sendiri poer : 3,6 × 2,4 × 0,80 × 2400 = 16588,8
= 78.750 kg
Berat sloof : 0,40 × 0,60 × 10 × 2400 = 5760
= 78,750 ton
Beban aksial kolom : = 352.873 +
Momen yang bekerja pada poer akibat adanya gaya
ΣP = 375.221.8 horisontal sebesar:
1 2
Hx
120
Mx
yi = jarak tiang yang ditinjau dalam arah y
80
Hx X Hy
360
3 4
120
60
1 2
Σ xi2 = 6.(0,60)2 = 2,16 m2
120
4 X
3
Σ yi2 = 4.(1,20)2 = 5,76 m2
120
375.913 25.587,66 × 1, 20 30.314,94 × 0,60 5 6
P1 = + − = 59.566,11 kg
60
6 5,76 2,16 20 60
375.913 25.587,66 × 1,20 30.314,94 × 0,60 qu =6.220,80 kg/m'
P2 = + + = 76.403,72 kg
6 5,76 2,16 Pt =194.236,86 kg
Pt =135.969,83 kg
Y
60 120 60
qu =6.451,2 kg/m'
Pada penulangan lentur poer dianalisa sebagai
60
60
balok kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. 1 2 80
120
Data-data perencanaan :