Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.

2 Oktober 2015, 118-128

PEMAAFAN DAN ASPEK KOGNITIF DARI STRES PADA MAHASISWI


JURUSAN KEBIDANAN TINGKAT DUA

Amalia Rahmandani

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro


Jl. Prof Soedharto SH Tembalang Semarang 50275

a.rahmandani@live.undip.ac.id

Abstract
Forgiveness is considered as emotion-focused coping, whereas cognition is one aspect that is affected when
someone is in a stressful situation. This study aims to examine the relationship between forgiveness with the
cognitive aspect of stress. The subjects were 77 second degree students of midwifery. Data were collected using
the Forgiveness Psychological Scale (43 item, α = .924) and Cognitive Aspect of Stress Scale (22 item, α
= .886). The results showed a significant positive relationship between forgiveness with the cognitive aspect of
stress (rxy = .504; p <.001). The higher the level of forgiveness, the better of cognitive activities in stressful
situation, and conversely. Forgiveness contributed 25.4% to the prediction of cognitive aspect of stress.

Keywords: forgiveness, cognitive aspect of stress, sophomore, midwifery students

Abstrak
Pemaafan disebut sebagai salah satu strategi penanggulangan masalah yang berfokus pada emosi, sedangkan
kognisi merupakan salah satu aspek yang dipengaruhi saat seseorang sedang berada dalam situasi penuh tekanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara pemaafan dengan aspek kognitif dari stres. Subjek
penelitian ini adalah 77 orang mahasiswi jurusan kebidanan tingkat dua. Data dikumpulkan menggunakan Skala
Psikologi tentang Pemaafan (43 aitem, α = 0,924) dan Skala Aspek Kognitif dari Stres (22 aitem, α = 0,886).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara pemaafan dengan aspek kognitif
dari stres (rxy = 0,504; p < 0,001). Semakin tinggi tingkat pemaafan mahasiswi, semakin baik aktivitas kognitif
dalam situasi penuh tekanan, dan sebaliknya. Pemaafan memberikan sumbangan prediksi sebesar 25,4% pada
aspek kognitif dari stres.

Kata kunci: pemaafan, aspek kognitif dari stres, mahasiswi kebidanan tingkat dua

PENDAHULUAN normative events). Selanjutnya, hambatan


terhadap penguasaan tugas-tugas per-
Stres nampaknya memiliki dampak yang kembangan pada berbagai periode
cukup luas bagi kehidupan seseorang. sepanjang hidup dapat dianggap sebagai
Adanya masa transisi sebagai akibat bahaya potensial (Hurlock, 2003).
bertambahnya usia pada periode per-
kembangan seseorang merupakan faktor Mahasiswa tingkat pertama selain harus
tersendiri yang mampu memunculkan stres menghadapi situasi stresful dan beradaptasi
pada tingkatan tertentu. Selain memenuhi dengan hal berkenaan tugasnya dalam
harapan sosial pada periode perkembangan menempuh pendidikan, ia juga dihadapkan
yang dilaluinya (normative transition), pada situasi yang menuntut pemenuhan
setiap orang juga akan menghadapi tugas-tugas perkembangan pada remaja
tuntutan berbagai faktor psikososial yang akhir memasuki masa dewasa. Tidak
bersifat insidental terlepas dari periode menutup kemungkinan pula terjadi
manakah saat ini dia berada (non- peristiwa non-normatif yang tidak berlaku

118
119 Rahmandani

umum pada semua orang di usianya. dan Folkman (dalam Sarafino & Smith,
Sebuah penelitian menentukan sumber- 2011; Carver, 2007) mendefinisikan stres
sumber stres utama di antara mahasiswa sebagai keadaan di mana terjadinya
menghasilkan distribusi respon bahwa 38% transaksi menyebabkan seseorang
dari stresor adalah intrapersonal, 28% merasakan ketidak-sesuaian antara
lingkungan, 19% interpersonal, dan 15% tuntutan fisik atau psikologis dari situasi,
akademik (Ross, Niebling, & Heckert, dengan sumber daya sistem biologis,
1999). psikologis, dan sosial yang dimilikinya.
Aldwin (2007) menambahkan, baik
Selanjutnya, bahaya potensial yang berlebihan atau tidak, pengalaman yang
mungkin muncul pada remaja adalah dihasilkan dari transaksi individu dengan
adanya dampak psikologis jangka panjang lingkungan telah berdampak pada
sebagai akibat situasi stresful seperti pembangkitan distres secara psikologis
penolakan teman sebaya (Lev-Wiesel, atau fisiologis.
Nuttman-Shwartz, & Sternberg, 2006),
stres keluarga akibat praktik pengasuhan Salah satu hal penting yang perlu diingat
(Vassi, Veltsista, & Bakoula, 2009) atau adalah bahwa ketidaksesuaian antara
stres traumatik tertentu dalam keluarga tuntutan dan sumber daya yang dimiliki
(Matsakis, 2004). dapat nyata terjadi atau hanya diyakini ada.
Stres seringkali dihasilkan dari persepsi
Penelitian yang lain menjelaskan dampak yang tidak akurat mengenai ketimpangan
stres pada masa kanak dan remaja terhadap antara tuntutan lingkungan dengan sumber-
lepasnya ikatan dalam hubungan sosial/ sumber yang aktual dimiliki. Stres
social disengagement (Caldwell, Rudolph, tergantung pada bagaimana seseorang
Troop-Gordon, & Kim, 2004), melihatnya. Sanderson (2013)
menurunnya performa akademik dan menyebutkan bahwa stres selain mengacu
prestasi (Andrews & Wilding, 2004), pada pengalaman peristiwa besar, juga
terjadinya stres dalam kehidupan marital di mengacu pada persepsi bahwa seseorang
masa dewasa (Umberson, Williams, tidak memiliki sumber daya yang cukup
Powers, Liu, & Needham, 2005), untuk mengatasi kejadian tersebut.
mengalami peningkatan stres dan
kurangnya kendali terhadap pekerjaan pada Uraian di atas menjelaskan bahwa stres
masa dewasa (Fitzgerald, Brown, Sonnega, tidak hanya dipandang sebagai stimulus
& Ewart, 2004), atau munculnya berbagai dan respon yang melibatkan berbagai
masalah kesehatan mental/ psikopatologi perubahan, tetapi juga dipandang sebagai
pada masa dewasa (Vassi, Veltsista, & proses dimana seseorang adalah agen yang
Bakoula, 2009). aktif dan dapat mempengaruhi dampak
dari stresor melalui strategi tingkah laku,
Stres didefinisikan melalui tiga cara, yaitu kognitif, dan emosional (Sarafino & Smith,
(1) stres sebagai stresor yang mengacu 2011).
pada stimulus eksternal, (2) stres sebagai
strain atau ketegangan berupa reaksi Dengan demikian, stres melibatkan adanya
internal organisme akibat stresor, dan (3) penilaian individu tentang interaksinya
stres sebagai transaksi antara stresor dan dengan lingkungan, kesesuaian antara
individu yang saling mempengaruhi dan sumber daya yang dimiliki untuk
membu-tuhkan penyesuaian berkesinam- mengatasi tuntutan situasi, dan pengaruh
bungan (Lazarus, dalam Sarafino & Smith, ketidaksesuaian yang dirasakan terhadap
2011; Aldwin, 2007). Lebih lanjut, Lazarus munculnya pembangkitan baik secara

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 118 - 128


Pemaafan dan Aspek Kognitif Stres Mahasiswi 120

psikologis maupun fisiologis dalam batas situasi stres. Namun stres sementara juga
tertentu. mampu mengakibatkan kelelahan bagi
sumber daya kognitif sehingga muncul
Ketidaksesuaian antara sumber daya kesulitan dalam hal konsentrasi, memori,
individu dalam menanggulangi stres, pemecahan masalah, dan kendali impuls
selanjutnya dapat dirasakan sebagai suatu selama pengalaman stres. Stres bahkan
bentuk pelanggaran atas hak-hak pribadi dapat memunculkan pikiran negatif yang
sehingga seseorang berhak untuk merasa selanjutnya memungkinkannya bertahan
marah, benci, bahkan dendam, dan merasa lebih lama bahkan merugikan (Sarafino &
pantas untuk disebut korban. Smith, 2011).

Stres sebagai akibat peristiwa dalam Lebih jauh, dampak stres terhadap fungsi
kehidupan tersebut mencemari harapan dan kognitif tersebut disebut secara eksplisit
asumsi mengenai bagaimana mereka, sebagai aspek kognitif dari stres
orang lain, atau dunia seharusnya. (Sanderson, 2013; Sarafino & Smith, 2011;
Thompson dkk (dikutip oleh Snyder & Morrison & Bennett, 2009), yang meliputi
Lopez, 2007) menyebutkan bahwa objek beberapa indikator yaitu memori, atensi
dari pelanggaran nampaknya tidak secara dan kemampuan konsentrasi, sifat
eksklusif terbatas pada hubungan dengan pemikiran, pengambilan keputusan/
orang lain, melainkan juga pelanggaran pemecahan masalah, dan kendali impuls.
yang dilakukan oleh diri sendiri, bahkan
situasi (seperti penyakit atau bencana Salah satu trait yang mengurangi dampak
alam). Sebagaimana stres, maka kondisi situasi penuh tekanan (stressful) atau
tersebut memunculkan berbagai respon pelanggaran adalah dengan menjadi
negatif, seperti pikiran negatif (misal, pemaaf atau bersedia memaafkan.
―Semua ini telah mengacaukan hidupku‖), Pemaafan merupakan salah satu dari
perasaan negatif (misal, marah), atau berbagai kajian dalam psikologi positif,
perilaku (misal, pembalasan dendam) yaitu pendekatan ilmiah dan terapan untuk
(Thompson dkk, 2005). mengungkap berbagai kekuatan seseorang
dan mendorong fungsi positif mereka
Melihat dampak ketidaksesuaian antara (Snyder & Lopez, 2007). Memaafkan
tuntutan eksternal dan sumberdaya yang bahkan dianggap sebagai salah satu
dimiliki terhadap munculnya berbagai penanggulangan masalah yang berfokus
permasalahan dalam kehidupan, maka pada emosi yang dapat mengurangi risiko
penting mengidentifikasi bagaimana stres kesehatan dan meningkatkan resiliensi
dipertahankan. sehat (Worthington & Scherer, 2004).

Kognisi nampaknya memberikan Pengertian pemaafan atau kesediaan untuk


sumbangan yang penting bagi bertahannya memaafkan yang disarikan dari berbagai
stres, mengingat adanya hubungan dua sumber adalah upaya yang dilakukan
arah antara kognisi dan stres yang dengan melibatkan perubahan baik
dijelaskan dalam kerja fungsi eksekutif, kognitif, afektif, maupun perilaku, dengan
yaitu seperangkat kemampuan kognitif melepaskan hak sebagai korban akibat
yang mengatur dan mengarahkan perilaku terjadi pelanggaran, ditunjukkan dengan
yang berkelanjutan (Suchy dalam Sarafino berkurangnya perasaan marah/ benci/
& Smith, 2011). Fungsi kognitif eksekutif dendam, penilaian negatif, keinginan untuk
yang lebih baik secara nyata dapat bersikap acuh tak acuh, menghindari orang
membantu seseorang mengelola tuntutan yang telah melakukan pelanggaran, dan

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 118 - 128


121 Rahmandani

keinginan untuk menyakiti atau membalas aspek kognitif dari stres pada mahasiswa
dendam terhadap individu itu, dan bahkan serta mengetahui besaran prediksinya.
meningkatkan perasaan belas kasih,
kemurahan hati, dan bahkan cinta, Hipotesis dari penelitian ini adalah
penilaian positif, keinginan untuk terdapat hubungan positif antara pemaafan
bertindak secara positif terhadap orang dengan aspek kognitif dari stres pada
yang telah melakukan pelanggaran mahasiswa. Semakin tinggi tingkat
(Enright, 2002; Thompson dkk., 2005; pemaafan yang dimiliki, maka semakin
McCullough dalam Snyder & Lopez, 2007; baik aktivitas kognitif saat menghadapi
Tangney, Fee, Reinsmith, Boone, & Lee stres. Begitu pula sebaliknya, semakin
dalam Snyder & Lopez, 2007). rendah tingkat pemaafan yang dimiliki,
maka semakin buruk aktivitas kognitif saat
Ketidaksediaan untuk memaafkan terbukti menghadapi stres.
menimbulkan berbagai masalah dalam
kehidupan. Enright (2002) menyebutkan METODE
bahwa korban mungkin melakukan
berbagai mekanisme pertahanan diri yang Penelitian ini merupakan studi populasi
tidak membantu dan semakin melemahkan yang melibatkan 77 mahasiswi tingkat dua
sumber daya dalam dirinya seperti Program D-III Akademi Kebidanan
munculnya berbagai emosi negatif, distorsi Politeknik Kesehatan Kemenkes
kognitif, kondisi kesehatan yang menurun, Semarang. Seluruh subjek adalah
maupun perilaku yang tidak adaptif. perempuan yang berusia 18 – 20 tahun.
Sebaliknya, kesediaan untuk memaafkan
membuka kesempatan bagi setiap orang Data dikumpulkan menggunakan Skala
untuk jujur mengakui perasaan-perasaan Pemaafan (43 aitem; rix antara 0,301
menyakitkan yang dialami, memiliki hingga 0,618; α = 0,924) dan Skala Aspek
pandangan yang lebih baik, dan merasa Kognitif dari Stres (22 aitem; rix antara
terbebas dari penjara emosional (Enright, 0,308 hingga 0,680; α = 0,886). Kedua
2002). skala menggunakan skala Likert, terdiri
dari empat kategori respon, yaitu sangat
Dengan mempertimbangkan pemaafan tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),
sebagai salah satu penanggulangan sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Skor
masalah terhadap pelanggaran dalam pada aitem favorable, secara berurutan
kehidupan, dan menjadikannya sifat/ STS, TS, S, dan SS adalah 1, 2, 3, dan, 4.
pembawaan dalam menanggulangi Sedangkan skor pada aitem unfavorable
menghadapi setiap stresor yang dialami, sesuai dengan urutan respon di atas adalah
maka pemaafan dapat menjadi sumber 4,3,2, dan 1. Kedua skala telah
daya bagi individu. Pemaafan diharapkan diujicobakan kepada 36 mahasiswi tingkat
mampu mengurangi risiko penurunan dua Program D-IV Akademi Kebidanan
aktivitas kognitif akibat tuntutan situasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes
bahkan mengotimalkan aktivitas kognitif Semarang.
saat menghadapi stimulus/ problem yang
membutuhkan penyelesaian. Skala pemaafan bertujuan untuk
mengungkap seberapa tinggi tingkat
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini pemaafan (kesediaan memaafkan) pada
bertujuan untuk menguji hubungan antara subjek. Aitem-aitem dalam skala ini
pemaafan (kesediaan memaafkan) dengan disusun berdasarkan aspek-aspek pemaaf-
an menurut Thompson dkk (dalam Snyder

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 118 - 128


Pemaafan dan Aspek Kognitif Stres Mahasiswi 122

dan Lopez, 2007) meliputi pemaafan aktivitas kognitif dapat dilakukan dengan
terhadap orang lain, diri sendiri, maupun baik dan terhindar dari gangguan pada sub-
situasi. Penyusunan aitem pada masing- sub aspek tersebut saat berada dalam
masing aspek akan mempertimbangkan situasi penuh tekanan. Contoh aitem
perubahan baik secara kognitif, afektif, favorable pada sub-aspek atensi adalah
maupun perilaku; serta berkurangnya hal- ―Saya dapat mendengarkan setiap instruksi
hal negatif dan meningkatnya hal-hal yang tugas baru secara seksama hingga selesai‖.
positif (Enright, 2002). Skor yang tinggi Contoh aitem unfavorable pada sub-aspek
pada skala ini menunjukkan kendali impuls adalah ―Saat merasa
kecenderungan lebih besar untuk tertekan dengan situasi, saya lupa
memaafkan diri sendiri, orang lain, memikirkan risiko akibat tindakan yang
maupun situasi, terlihat dari berkurangnya saya ambil‖.
pemikiran, perasaan, maupun perilaku
yang negatif dan meningkatnya pemikiran Penelitian ini dilakukan dengan rancangan
perasaan, mapun perilaku yang positif. studi korelasional dengan metode statistik
Contoh aitem favorable berkurangnya analisis regresi sederhana. Data yang
perilaku negatif pada aspek pemaafan diperoleh selanjutnya diolah menggunakan
terhadap diri sendiri adalah ―Setelah program komputer Statistic Packages for
menarik diri beberapa saat akibat masalah Social Science (SPSS) versi 16.0.
yang saya timbulkan, saya perlahan
kembali beraktivitas seperti biasa‖. Contoh HASIL DAN PEMBAHASAN
aitem favorable meningkatnya perasaan
positif pada aspek pemaafan terhadap Hasil penghitungan statistik setelah
orang lain adalah ―Saya merasa berterima memenuhi uji asumsi normalitas dan
kasih kepada orang yang pernah menyakiti linieritas distribusi penelitian menunjukkan
saya karena telah mengajarkan banyak bahwa koefisien korelasi antara pemaafan
tentang kehidupan‖. Contoh aitem dengan aspek kognitif dari stres (rxy)
unfavorable meningkatnya pemikiran adalah 0,504 dengan tingkat signifikansi
positif pada aspek pemaafan terhadap 0.000 (p < 0,05). Koefisien korelasi
situasi adalah ―Saya memandang dunia tersebut mengindikasi adanya hubungan
seolah berlaku tidak adil karena musibah antara variabel pemaafan dengan aspek
yang terjadi‖. kognitif dari stres. Koefisien korelasi
bernilai positif yang menunjukkan arah
Skala aspek kognitif dari stres bertujuan hubungan yang positif diantara kedua
untuk mengungkap seberapa baik fungsi variabel, artinya semakin tinggi tingkat
aspek kognitif saat menghadapi stres pada pemaafan yang dimiliki, maka semakin
subjek. Aitem-aitem dalam skala ini baik pula aktivitas kognitif saat
disusun berdasarkan sub-aspek yang telah menghadapi stres. Begitu pula sebaliknya,
dirumuskan dari teori stres yang berfokus semakin rendah tingkat pemaafan yang
pada aspek kognitif, meliputi (1) memori, dimiliki, maka semakin buruk pula
(2) atensi/ konsentrasi, (3) sifat pemikiran, aktivitas kognitif saat menghadapi stres.
(4) pengambilan keputusan (pemecahan Hasil analisis regresi sederhana
masalah), dan (5) kendali impuls menunjukkan bahwa hipotesis yang
(Sanderson, 2013; Sarafino & Smith, 2011; diajukan peneliti dapat diterima.
Suchy dalam Sarafino & Smith, 2011;
Cohen dkk., dalam Morrison & Bennett, Persamaan garis regresi untuk hubungan
2009). Skor yang tinggi pada skala ini antara pemaafan dengan aspek kognitif
menunjukkan kecenderungan bahwa dari stres adalah sebagai berikut :

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 118 - 128


123 Rahmandani

y = 24,800 + 0,275 x. Persamaan garis kekacauan yang ditimbulkan sendiri,


tersebut menandakan tiap penambahan satu pelanggaran yang dilakukan oleh orang
nilai pada variabel pemaafan, maka diikuti lain, atau akibat situasi yang tidak dapat
dengan penambahan nilai variabel aspek dikendalikan, sehingga dapat merasakan
kognitif dari stres sebesar 0,275. pengurangan emosi, pikiran, serta perilaku
negatif, dan selanjutnya meningkatkan
Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar kualitas positif yang ditujukan bagi diri
0,254, artinya pemaafan memberi sendiri, orang lain, dan situasi.
sumbangan efektif sebesar 25,4% terhadap
aspek kognitif dari stres. Sedangkan Definisi mengenai pemaafan nampaknya
sisanya 74,6% ditentukan oleh faktor lain tidak sesederhana sebagaimana yang
yang tidak diungkap dalam penelitian ini. dipahami oleh kebanyakan orang.
Perkiraan kesalahan sebesar 5,415 Memaafkan bukanlah sekedar menerima
termasuk dalam jumlah kecil. Jadi bisa apa yang terjadi, menghentikan amarah,
diartikan secara keseluruhan model regresi netral di hadapan orang lain, membuat diri
tepat dalam memprediksi pengaruh sendiri merasa lebih nyaman. Memaafkan
variabel pemaafan terhadap aspek kognitif juga didefinisikan secara berbeda dengan
dari stres. memastikan ada yang salah, membebaskan
pertanggungjawaban, welas asih,
Orang yang tidak bersedia memaafkan mengampuni, memaklumi, melupakan,
memiliki implikasi yang jelas. Hal yang membebaskan tuduhan, maupun
mungkin muncul adalah penolakan secara rekonsiliasi (Enright, 2002; dalam Afif
terang-terangan untuk memaafkan dan 2015).
ditunjukkan dalam wujud perilaku sebagai
manifestasi atas perasaan dan pikiran Pemaafan yang tulus dan benar juga akan
negatifnya. Namun sebagian orang lain mengandung implikasi yang berbeda
yang tidak memaafkan menyimpan dengan pemaafan yang palsu atau berpura-
pengalaman-nya dan melakukan berbagai pura, baik disadari maupun tidak disadari.
mekanisme pertahanan diri yang tidak Inilah sebabnya mengapa isu mengenai
membantu bahkan semakin melemahkan mekanisme pertahanan diri muncul dalam
sumber daya dalam dirinya seperti proses memaafkan, selain alasan bahwa
munculnya berbagai emosi negatif, distorsi untuk menjalani proses memaafkan itu
kognitif, kondisi kesehatan yang menurun, sendiri bukan suatu hal yang mudah.
maupun perilaku yang tidak adaptif Seseorang yang sudah memulai proses
(Enright, 2002). memaafkan sangat mungkin sekali kembali
memulai prosesnya dari awal atau bahkan
Pemaafan dipertimbangkan sebagai salah menjadi tidak bersedia memaafkan karena
satu strategi penanggulangan yang merasa belum benar-benar siap (Enright,
berfokus pada emosi yang dapat 2002).
mengurangi risiko masalah kesehatan dan
meningkatkan resiliensi sehat Telah dijelaskan diatas bahwa pemaafan
(Worthington & Scherer, 2004). Strategi dipertimbangkan sebagai salah satu strategi
penanggulangan yang berfokus pada emosi penanggulangan yang berfokus pada
melibatkan pengelolaan emosi dan upaya emosi. Pengelolaan emosi sangat banyak
mempertahankan keseimbangan emosional memberikan manfaat bagi kinerja fungsi
(Ogden, 2007). Ini berarti bahwa seseorang kognitif pada saat menghadapi stres.
yang memaafkan akan mengatur respon Strategi pengelolaan emosi akan
emosional terhadap peristiwa buruk akibat berdampak pada konsekuensi kognitif yang

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 118 - 128


Pemaafan dan Aspek Kognitif Stres Mahasiswi 124

berbeda (Suri, Sheppes, & Gross, 2013). menangani pikiran yang mendistraksi dan
Tentunya, manfaat dari pemaafan akan penting bagi keberfungsian yang sehat dan
menjadi optimal saat melakukannya daya lenting (Yiend, Barnicot, & Koster,
dengan benar-benar tulus. 2013).

Emosi memberikan pengaruh pada memori Selanjutnya, suasana hati dan proses emosi
dalam berbagai tahap (Murray, Holland, & lain mempengaruhi pengambilan
Kensinger, 2013), yaitu pertama, emosi keputusan dalam tiga cara yang berbeda
mempengaruhi cara informasi pertama kali (Raghunatan & Pham, dalam Västfjäll &
diproses dan ditransformasikan ke dalam Slovic, 2013). Pertama, suasana hati pada
ingatan (tahap encoding). Hal ini akan saat pengambilan keputusan dapat
berkaitan pula dengan atensi/ perhatian mempengaruhi sisi pemikiran seseorang,
yang akan dibahas pada paragraf contohnya orang yang sedang dalam
selanjutnya. Kedua, emosi mempengaruhi suasana hati yang positif akan lebih mudah
cara saat informasi dimantapkan (tahap berfikir positif dan mengingat kembali
konsolidasi), dan ketiga, emosi ingatan yang positif. Kedua, suasana hati
mempengaruhi cara bagaimana ingatan yang positif dan negatif dapat
dimunculkan kembali (tahap retrieval). mempengaruhi kapabilitas pemrosesan,
Seseorang dapat mengalami lupa yang contohnya seseorang yang sedang merasa
temporer saat dihadapkan pada situasi bahagia seringkali cenderung kurang
stresful atau memanggil ingatan yang mengelaborasi dan sistematis dalam
keliru. Memaafkan dapat memberikan pengolahan informasi dibandingkan orang
kesempatan bagi seseorang untuk dalam suasana hati yang buruk. Ketiga,
menurunkan tingkat distres, meningkatkan suasana hati pada saat itu dapat
relaksasi, sehingga membuat aktivitas mempengaruhi motif pengambilan
kognitif berfungsi secara lebih luwes, tindakan, contohnya seseorang yang
mengingat informasi yang tepat saat sedang merasa bahagia dapat menghindari
dibutuhkan. peristiwa yang negatif sebagai upaya untuk
mempertahankan keadaan suasana hati
Tahap satu di atas yaitu tahap dimana mereka yang positif.
informasi pertama kali diproses dan
ditransformasikan ke dalam ingatan sangat Selanjutnya adalah pengaruh emosi
berkaitan dengan atensi (perhatian). Atensi terhadap kendali impuls. Bukti
memiliki dua fungsi utama dalam menunjukkan bahwa keadaan emosional
kehidupan sehari-hari, yaitu (1) dalam dapat mengurangi atau meningkatkan
memilih dan memproses informasi yang kendali diri tergantung pada orang yang
relevan dengan tugas-tugas pada saat itu, mengalami dan situasinya (Schmeichel &
dan (2) memproses informasi yang relevan, Inzlicht, 2013). Mengetahui tentang
potensial, dan baru (Allport, dalam Yiend, bagaimana dan kapan perlu mengelola
Barnicot, & Koster, 2013). Kegagalan kecenderungan perilaku impulsif dan dapat
dalam kemampuan mengatur perhatian mengelolanya dengan sukses dapat
secara adaptif selama pemrosesan meningkatkan fleksibilitas perilaku yang
informasi yang bersifat emosional dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungan,
menjadikan kerentanan terhadap stres dan berkontribusi bagi kesehatan fisik,
perkembangan gangguan emosional, kesejahteraan psikologis, umur panjang,
sebaliknya kemampuan untuk mengubah pencapaian pekerjaan, kepuasan hubungan,
secara fleksibel antara stimulus yang beberapa dampak lain yang diharapkan
berbeda di lingkungan penting untuk

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 118 - 128


125 Rahmandani

(Vohs & Baumeister, dalam Schmeichel & Tabel 1.


Inzlicht, 2013). Perbandingan Mean dan Standar Deviasi

Variabel Statistik Hipotetik Empirik


Situasi stresful yang mungkin dialami Skor Min 43 102
remaja pada masa transisi memasuki Skor Maks 172 155
Pemaafan
perguruan tinggi dan memenuhi tuntutan Rerata (Mean) 107,5 130,87
pendidikan kebidanan pada tahun pertama SD 21,5 11,419
perlu mendapatkan perhatian sehingga Skor Min 22 42
Aspek
Skor Maks 88 78
tidak menimbulkan dampak yang besar Kognitif dari
Rerata (Mean ) 55 60,77
dan berkepanjangan bagi kehidupan ke Stres
SD 11 6,228
depan. Masa remaja, khususnya remaja
akhir, merupakan masa yang paling dekat Gambaran umum di atas menjelaskan
dengan transisi menuju usia dewasa. bahwa skor terendah dari kelompok subjek
Situasi perubahan yang bersifat normatif dalam skala pemaafan adalah 102 dan skor
berupa tugas-tugas perkembangan yang tertinggi 155, dengan rata-rata skor adalah
menjadi harapan sosial, dan yang bersifat 130,87. Skor terendah dalam skala aspek
non-normatif berupa peristiwa kehidupan kognitif dari stres adalah 42 dan skor
yang hanya dialami oleh sebagian kecil tertinggi adalah 78, dengan rata-rata skor
remaja merupakan situasi yang yaitu 60,77. Sedangkan kategorisasi sub-
berhubungan erat dengan penanggulangan jek selanjutnya dibuat dengan meng-
masalah selama menempuh pendidikan, gunakan norma hipotetik.
baik yang bersifat teori maupun praktik
pada akhir tahun pertama. Sebagaimana Pembuatan kategorisasi digunakan untuk
dijelaskan oleh Jones dan Johnston (2000) memberi pemaknaan pada skor yang telah
bahwa distres dari mahasiswa kebidanan didapatkan. Kategorisasi juga bertujuan
tingkat pertama disebutkan memiliki untuk menempatkan individu ke dalam
derajat yang tinggi melebihi distres yang kelompok-kelompok yang terpisah secara
dilaporkan oleh kelompok profesional berjenjang menurut suatu kontinum
kesehatan lain. tertentu. Penelitian ini menggunakan lima
kategorisasi yang terdiri dari sangat
Berdasarkan hasil penelitian ini, pemaafan rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat
dapat menjadi salah satu pilihan tinggi.
penanggulangan masalah yang berfokus
pada emosi bagi subjek untuk Adapun kategorisasi dan distribusi subjek
mengoptimalkan aktivitas kognitif pada penelitian variabel pemaafan dan aspek
saat menghadapi situasi yang menekan. kognitif dari stres ditampilkan pada Tabel
Fungsi kognitif eksekutif yang lebih baik 2 dan Tabel 3.
secara nyata dapat membantu seseorang
mengelola tuntutan situasi stres. Penilaian Tabel 2.
terhadap situasi yang menekan akan Kategorisasi dan Distribusi Subjek Penelitian
dirasakan sebagai tantangan yang mampu Variabel Pemaafan
memberikan kontribusi bagi
pengembangan pribadi. Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
N=0 N=0 N=11 N=50 N=16
Berikut adalah analisis tambahan mengenai
deskripsi subjek penelitian: 0% 0% 14,29% 64,94% 20,78%
75,25 96,75 118,25 139,75

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 118 - 128


Pemaafan dan Aspek Kognitif Stres Mahasiswi 126

antara pemaafan dengan aspek kognitif


Tabel 3. dari stres pada populasi mahasiswi tingkat
Kategorisasi dan Distribusi Subjek Penelitian dua (semester 3 awal) Program D-III
Variabel Aspek Kognitif dari Stres
Akademi Kebidanan Politeknik Kesehatan
Sangat Sangat Kemenkes Semarang. Semakin tinggi
Rendah Sedang Tinggi tingkat pemaafan yang dimiliki, maka
Rendah Tinggi
N=0 N=1 N=36 N=35 N=5 semakin baik pula aktivitas kognitif saat
0% 1,3% 46,75% 45,45% 6,49% menghadapi stres. Begitu pula sebaliknya,
38,5 49,5 60,5 71,5 semakin rendah tingkat pemaafan yang
dimiliki, maka semakin buruk pula
Penelitian ini memberikan implikasi bagi aktivitas kognitif saat menghadapi stres.
individu dalam kelompok subjek maupun Pemaafan memberi sumbangan efektif
orang lain untuk mempertimbangkan sebesar 25,4% terhadap aspek kognitif dari
pemaafan sebagai salah satu strategi dalam stres.
menanggulangi masalah yang berfokus
pada emosi dengan cara mengatur respon DAFTAR PUSTAKA
emosional melalui pengelolaan perasaan,
cara berfikir, dan tindakan yang membantu Afif, A. (2015). Pemaafan, rekonsiliasi,
mengurangi komponen-komponen negatif dan restorative justice. Diskursus
serta meningkatkan konponen positif yang perihal pelanggaran di masa lalu
ditujukan baik bagi diri sendiri, orang lain, dan upaya-upaya melampauinya.
maupun situasi. Pemaafan nampak bukan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
suatu proses yang mudah, namun hal ini
menyumbang bagi perbaikan aktivitas Aldwin, C. M. (2007). Stress, coping, and
kognitif dalam menghadapi stres sehingga development, An integrative
dapat lebih optimal dalam memanfaatkan perspective, 2nd edition. New
ingatan, perhatian, penilaian, pengambilan York, NY: The Guilford Press.
keputusan, dan kendali impuls.
Andrews, B., & Wilding, J. M. (2004). The
Praktisi psikologi dapat memper- relation of depression and anxiety
timbangkan pemaafan sebagai salah satu to life-stress and achievement in
alternatif intervensi positif untuk students. British Journal of
mengoptimalkan fungsi seseorang dalam Psychology, 95, 509–521.
menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan. Penelitian selanjutnya dapat Caldwell, M. S., Rudolph, K. D., Troop-
mempertim-bangkan replikasi penelitian Gordon, W., & Kim, D. Y. (2004).
guna menyempurnakan alat ukur, Reciprocal influences among
memberikan pada populasi dengan jumlah relational self-views, social
sampel yang lebih banyak dan karakteristik disengagement, and peer stress
yang bervariasi, melakukan uji komparasi during early adolescence. Child
untuk melihat perbedaan sumbangan Development, 75 (4), 1140 – 1154.
pemaafan yang dapat diberikan.
Carver, C. S. (2007). Stress, coping, and
KESIMPULAN health. Dalam H. S. Friedman & R.
C. Silver (Eds.), Foundation of
Berdasarkan hasil penelitian yang health psychology. New York:
diperoleh, maka disimpulkan bahwa Oxford University Press, Inc.
terdapat hubungan positif yang signifikan

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 118 - 128


127 Rahmandani

Enright, R. D. (2002). Forgiveness is a Murray, B. D., Holland, A. C., &


choice, a step-by-step process for Kensinger, E. A. (2013). Episodic
resolving anger and restoring memory and emotion. Dalam M. D.
hope. Washington, DC: American Robinson, E. R. Watkins, E. H.
Psychological. Association. Jones (Eds.), Handbook of
cognition and emotion. New York:
Fitzgerald, S. T., Brown, K. M., Sonnega, The Guilford Press.
J. R., & Ewart, C. K. (2004). Early
antecedents of adult work stress: Ogden, J. (2007). Health psychology, A
Social-emotional competence and textbook, 4th edition. England:
anger in adolescence. Journal of McGraw-Hill.
Behavioral Medicine, 28 (3), 223-
230. Ross, S. E., Niebling, B. C., & Heckert, T.
M. (1999). Sources of stress among
Hurlock, E. B. (2003). Psikologi college students. College Student
perkembangan: suatu pendekatan Journal, 33, 312-317.
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Erlangga. Sanderson, C. A. (2013). Health
psychology, 2nd edition. USA:
Jones, M. C., & Johnston, D. W. (2000). John Wiley & Sons, Inc.
Reducing distress in first level and
student nurses: a review of the Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011).
applied stress management Health psychology: Biopsycho-
literature. Journal of Advance social interactions, 7th edition.
Nursing, 32 (1), 66-74. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Lazarus, R. S. & Folkman, S. (1984). Schmeichel, B.J., & Inzlicht, M. (2013).


Stress, appraisal, dan coping. New Incidental and integral effects of
York: Springer Publishing emotions on self-control. Dalam M.
Company, Inc. D. Robinson, E. R. Watkins, E. H.
Jones (Eds.), Handbook of
Lev-Wiesel, R., Nuttman-Shwartz, O., & cognition and emotion. New York:
Sternberg, R. (2006). Peer rejection The Guilford Press.
during adolescence: Psychological
long-term effects—a brief report. Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (2007).
Journal of Loss and Trauma, 11, Positive psychology, the scientific
131–142. and practical explorations of
human strengths. California: Sage
Matsakis, A. (2004). Trauma and its Publications, Inc.
impact on families. Dalam D. R.
Catherall (Ed.), Handbook of Suri, G., Sheppes, G., & Gross, J. J.
stress, trauma and the family. New (2013). Emotion regulation and
York: Brunner-Routledge. cognition. Dalam M. D. Robinson,
E. R. Watkins, E. H. Jones (Eds.),
Morrison, V., & Bennett, P. (2009). An Handbook of cognition and
introduction to health psychology, emotion. New York: The Guilford
2nd edition. England: Pearson Press.
Education.

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 118 - 128


Pemaafan dan Aspek Kognitif Stres Mahasiswi 128

Thompson, L.Y., Snyder, C.R., Hoffman, Västfjäll, D., & Slovic, P. (2013).
L., Michael, S.T., Rasmussen, Cognition and emotion in
H.N., Billings, L.S., Heinze, L., judgement and decision making.
Neufeld, J.E., Shorey, H.S., Dalam M. D. Robinson, E. R.
Roberts, J.C., & Robert, D.E., Watkins, E. H. Jones (Eds.),
(2005). Dispositional forgiveness Handbook of cognition and
of self, other, and situation. Journal emotion. New York: The Guilford
of Personality, 73 (2), 313-359. Press.

Umberson, D., Williams, K., Powers, D. Worthington, E.L., & Scherer, M. (2004).
A., Liu, H., & Needham, B. (2005). Forgiveness is an emotion-focused
Stress in childhood and adulthood: coping strategy that can reduce
Effects on marital quality over health risks and promote health
time. Journal of Marriage and resilience: Theory, review, and
Family, 67, 1332–1347. hypotheses. Psychology and
Health, 19 (3), 385-405.
Vassi, I., Veltsista, A., & Bakoula, C.
(2009). Parenting practices and Yiend, J., Barnicot, K., & Koster, E. H. W.
child mental health outcomes. (2013). Attention and emotion.
Dalam P. H. Krause & T. M. Dalam M. D. Robinson, E. R.
Dailey (Eds.), Handbook of Watkins, E. H. Jones (Eds.),
parenting styles, stresses, and Handbook of cognition and
strategies. New York: Nova emotion. New York: The Guilford
Science Publishers, Inc. Press.

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 118 - 128

Anda mungkin juga menyukai