1 SM PDF
1 SM PDF
Amalia Rahmandani
a.rahmandani@live.undip.ac.id
Abstract
Forgiveness is considered as emotion-focused coping, whereas cognition is one aspect that is affected when
someone is in a stressful situation. This study aims to examine the relationship between forgiveness with the
cognitive aspect of stress. The subjects were 77 second degree students of midwifery. Data were collected using
the Forgiveness Psychological Scale (43 item, α = .924) and Cognitive Aspect of Stress Scale (22 item, α
= .886). The results showed a significant positive relationship between forgiveness with the cognitive aspect of
stress (rxy = .504; p <.001). The higher the level of forgiveness, the better of cognitive activities in stressful
situation, and conversely. Forgiveness contributed 25.4% to the prediction of cognitive aspect of stress.
Abstrak
Pemaafan disebut sebagai salah satu strategi penanggulangan masalah yang berfokus pada emosi, sedangkan
kognisi merupakan salah satu aspek yang dipengaruhi saat seseorang sedang berada dalam situasi penuh tekanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara pemaafan dengan aspek kognitif dari stres. Subjek
penelitian ini adalah 77 orang mahasiswi jurusan kebidanan tingkat dua. Data dikumpulkan menggunakan Skala
Psikologi tentang Pemaafan (43 aitem, α = 0,924) dan Skala Aspek Kognitif dari Stres (22 aitem, α = 0,886).
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara pemaafan dengan aspek kognitif
dari stres (rxy = 0,504; p < 0,001). Semakin tinggi tingkat pemaafan mahasiswi, semakin baik aktivitas kognitif
dalam situasi penuh tekanan, dan sebaliknya. Pemaafan memberikan sumbangan prediksi sebesar 25,4% pada
aspek kognitif dari stres.
Kata kunci: pemaafan, aspek kognitif dari stres, mahasiswi kebidanan tingkat dua
118
119 Rahmandani
umum pada semua orang di usianya. dan Folkman (dalam Sarafino & Smith,
Sebuah penelitian menentukan sumber- 2011; Carver, 2007) mendefinisikan stres
sumber stres utama di antara mahasiswa sebagai keadaan di mana terjadinya
menghasilkan distribusi respon bahwa 38% transaksi menyebabkan seseorang
dari stresor adalah intrapersonal, 28% merasakan ketidak-sesuaian antara
lingkungan, 19% interpersonal, dan 15% tuntutan fisik atau psikologis dari situasi,
akademik (Ross, Niebling, & Heckert, dengan sumber daya sistem biologis,
1999). psikologis, dan sosial yang dimilikinya.
Aldwin (2007) menambahkan, baik
Selanjutnya, bahaya potensial yang berlebihan atau tidak, pengalaman yang
mungkin muncul pada remaja adalah dihasilkan dari transaksi individu dengan
adanya dampak psikologis jangka panjang lingkungan telah berdampak pada
sebagai akibat situasi stresful seperti pembangkitan distres secara psikologis
penolakan teman sebaya (Lev-Wiesel, atau fisiologis.
Nuttman-Shwartz, & Sternberg, 2006),
stres keluarga akibat praktik pengasuhan Salah satu hal penting yang perlu diingat
(Vassi, Veltsista, & Bakoula, 2009) atau adalah bahwa ketidaksesuaian antara
stres traumatik tertentu dalam keluarga tuntutan dan sumber daya yang dimiliki
(Matsakis, 2004). dapat nyata terjadi atau hanya diyakini ada.
Stres seringkali dihasilkan dari persepsi
Penelitian yang lain menjelaskan dampak yang tidak akurat mengenai ketimpangan
stres pada masa kanak dan remaja terhadap antara tuntutan lingkungan dengan sumber-
lepasnya ikatan dalam hubungan sosial/ sumber yang aktual dimiliki. Stres
social disengagement (Caldwell, Rudolph, tergantung pada bagaimana seseorang
Troop-Gordon, & Kim, 2004), melihatnya. Sanderson (2013)
menurunnya performa akademik dan menyebutkan bahwa stres selain mengacu
prestasi (Andrews & Wilding, 2004), pada pengalaman peristiwa besar, juga
terjadinya stres dalam kehidupan marital di mengacu pada persepsi bahwa seseorang
masa dewasa (Umberson, Williams, tidak memiliki sumber daya yang cukup
Powers, Liu, & Needham, 2005), untuk mengatasi kejadian tersebut.
mengalami peningkatan stres dan
kurangnya kendali terhadap pekerjaan pada Uraian di atas menjelaskan bahwa stres
masa dewasa (Fitzgerald, Brown, Sonnega, tidak hanya dipandang sebagai stimulus
& Ewart, 2004), atau munculnya berbagai dan respon yang melibatkan berbagai
masalah kesehatan mental/ psikopatologi perubahan, tetapi juga dipandang sebagai
pada masa dewasa (Vassi, Veltsista, & proses dimana seseorang adalah agen yang
Bakoula, 2009). aktif dan dapat mempengaruhi dampak
dari stresor melalui strategi tingkah laku,
Stres didefinisikan melalui tiga cara, yaitu kognitif, dan emosional (Sarafino & Smith,
(1) stres sebagai stresor yang mengacu 2011).
pada stimulus eksternal, (2) stres sebagai
strain atau ketegangan berupa reaksi Dengan demikian, stres melibatkan adanya
internal organisme akibat stresor, dan (3) penilaian individu tentang interaksinya
stres sebagai transaksi antara stresor dan dengan lingkungan, kesesuaian antara
individu yang saling mempengaruhi dan sumber daya yang dimiliki untuk
membu-tuhkan penyesuaian berkesinam- mengatasi tuntutan situasi, dan pengaruh
bungan (Lazarus, dalam Sarafino & Smith, ketidaksesuaian yang dirasakan terhadap
2011; Aldwin, 2007). Lebih lanjut, Lazarus munculnya pembangkitan baik secara
psikologis maupun fisiologis dalam batas situasi stres. Namun stres sementara juga
tertentu. mampu mengakibatkan kelelahan bagi
sumber daya kognitif sehingga muncul
Ketidaksesuaian antara sumber daya kesulitan dalam hal konsentrasi, memori,
individu dalam menanggulangi stres, pemecahan masalah, dan kendali impuls
selanjutnya dapat dirasakan sebagai suatu selama pengalaman stres. Stres bahkan
bentuk pelanggaran atas hak-hak pribadi dapat memunculkan pikiran negatif yang
sehingga seseorang berhak untuk merasa selanjutnya memungkinkannya bertahan
marah, benci, bahkan dendam, dan merasa lebih lama bahkan merugikan (Sarafino &
pantas untuk disebut korban. Smith, 2011).
Stres sebagai akibat peristiwa dalam Lebih jauh, dampak stres terhadap fungsi
kehidupan tersebut mencemari harapan dan kognitif tersebut disebut secara eksplisit
asumsi mengenai bagaimana mereka, sebagai aspek kognitif dari stres
orang lain, atau dunia seharusnya. (Sanderson, 2013; Sarafino & Smith, 2011;
Thompson dkk (dikutip oleh Snyder & Morrison & Bennett, 2009), yang meliputi
Lopez, 2007) menyebutkan bahwa objek beberapa indikator yaitu memori, atensi
dari pelanggaran nampaknya tidak secara dan kemampuan konsentrasi, sifat
eksklusif terbatas pada hubungan dengan pemikiran, pengambilan keputusan/
orang lain, melainkan juga pelanggaran pemecahan masalah, dan kendali impuls.
yang dilakukan oleh diri sendiri, bahkan
situasi (seperti penyakit atau bencana Salah satu trait yang mengurangi dampak
alam). Sebagaimana stres, maka kondisi situasi penuh tekanan (stressful) atau
tersebut memunculkan berbagai respon pelanggaran adalah dengan menjadi
negatif, seperti pikiran negatif (misal, pemaaf atau bersedia memaafkan.
―Semua ini telah mengacaukan hidupku‖), Pemaafan merupakan salah satu dari
perasaan negatif (misal, marah), atau berbagai kajian dalam psikologi positif,
perilaku (misal, pembalasan dendam) yaitu pendekatan ilmiah dan terapan untuk
(Thompson dkk, 2005). mengungkap berbagai kekuatan seseorang
dan mendorong fungsi positif mereka
Melihat dampak ketidaksesuaian antara (Snyder & Lopez, 2007). Memaafkan
tuntutan eksternal dan sumberdaya yang bahkan dianggap sebagai salah satu
dimiliki terhadap munculnya berbagai penanggulangan masalah yang berfokus
permasalahan dalam kehidupan, maka pada emosi yang dapat mengurangi risiko
penting mengidentifikasi bagaimana stres kesehatan dan meningkatkan resiliensi
dipertahankan. sehat (Worthington & Scherer, 2004).
keinginan untuk menyakiti atau membalas aspek kognitif dari stres pada mahasiswa
dendam terhadap individu itu, dan bahkan serta mengetahui besaran prediksinya.
meningkatkan perasaan belas kasih,
kemurahan hati, dan bahkan cinta, Hipotesis dari penelitian ini adalah
penilaian positif, keinginan untuk terdapat hubungan positif antara pemaafan
bertindak secara positif terhadap orang dengan aspek kognitif dari stres pada
yang telah melakukan pelanggaran mahasiswa. Semakin tinggi tingkat
(Enright, 2002; Thompson dkk., 2005; pemaafan yang dimiliki, maka semakin
McCullough dalam Snyder & Lopez, 2007; baik aktivitas kognitif saat menghadapi
Tangney, Fee, Reinsmith, Boone, & Lee stres. Begitu pula sebaliknya, semakin
dalam Snyder & Lopez, 2007). rendah tingkat pemaafan yang dimiliki,
maka semakin buruk aktivitas kognitif saat
Ketidaksediaan untuk memaafkan terbukti menghadapi stres.
menimbulkan berbagai masalah dalam
kehidupan. Enright (2002) menyebutkan METODE
bahwa korban mungkin melakukan
berbagai mekanisme pertahanan diri yang Penelitian ini merupakan studi populasi
tidak membantu dan semakin melemahkan yang melibatkan 77 mahasiswi tingkat dua
sumber daya dalam dirinya seperti Program D-III Akademi Kebidanan
munculnya berbagai emosi negatif, distorsi Politeknik Kesehatan Kemenkes
kognitif, kondisi kesehatan yang menurun, Semarang. Seluruh subjek adalah
maupun perilaku yang tidak adaptif. perempuan yang berusia 18 – 20 tahun.
Sebaliknya, kesediaan untuk memaafkan
membuka kesempatan bagi setiap orang Data dikumpulkan menggunakan Skala
untuk jujur mengakui perasaan-perasaan Pemaafan (43 aitem; rix antara 0,301
menyakitkan yang dialami, memiliki hingga 0,618; α = 0,924) dan Skala Aspek
pandangan yang lebih baik, dan merasa Kognitif dari Stres (22 aitem; rix antara
terbebas dari penjara emosional (Enright, 0,308 hingga 0,680; α = 0,886). Kedua
2002). skala menggunakan skala Likert, terdiri
dari empat kategori respon, yaitu sangat
Dengan mempertimbangkan pemaafan tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),
sebagai salah satu penanggulangan sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Skor
masalah terhadap pelanggaran dalam pada aitem favorable, secara berurutan
kehidupan, dan menjadikannya sifat/ STS, TS, S, dan SS adalah 1, 2, 3, dan, 4.
pembawaan dalam menanggulangi Sedangkan skor pada aitem unfavorable
menghadapi setiap stresor yang dialami, sesuai dengan urutan respon di atas adalah
maka pemaafan dapat menjadi sumber 4,3,2, dan 1. Kedua skala telah
daya bagi individu. Pemaafan diharapkan diujicobakan kepada 36 mahasiswi tingkat
mampu mengurangi risiko penurunan dua Program D-IV Akademi Kebidanan
aktivitas kognitif akibat tuntutan situasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes
bahkan mengotimalkan aktivitas kognitif Semarang.
saat menghadapi stimulus/ problem yang
membutuhkan penyelesaian. Skala pemaafan bertujuan untuk
mengungkap seberapa tinggi tingkat
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini pemaafan (kesediaan memaafkan) pada
bertujuan untuk menguji hubungan antara subjek. Aitem-aitem dalam skala ini
pemaafan (kesediaan memaafkan) dengan disusun berdasarkan aspek-aspek pemaaf-
an menurut Thompson dkk (dalam Snyder
dan Lopez, 2007) meliputi pemaafan aktivitas kognitif dapat dilakukan dengan
terhadap orang lain, diri sendiri, maupun baik dan terhindar dari gangguan pada sub-
situasi. Penyusunan aitem pada masing- sub aspek tersebut saat berada dalam
masing aspek akan mempertimbangkan situasi penuh tekanan. Contoh aitem
perubahan baik secara kognitif, afektif, favorable pada sub-aspek atensi adalah
maupun perilaku; serta berkurangnya hal- ―Saya dapat mendengarkan setiap instruksi
hal negatif dan meningkatnya hal-hal yang tugas baru secara seksama hingga selesai‖.
positif (Enright, 2002). Skor yang tinggi Contoh aitem unfavorable pada sub-aspek
pada skala ini menunjukkan kendali impuls adalah ―Saat merasa
kecenderungan lebih besar untuk tertekan dengan situasi, saya lupa
memaafkan diri sendiri, orang lain, memikirkan risiko akibat tindakan yang
maupun situasi, terlihat dari berkurangnya saya ambil‖.
pemikiran, perasaan, maupun perilaku
yang negatif dan meningkatnya pemikiran Penelitian ini dilakukan dengan rancangan
perasaan, mapun perilaku yang positif. studi korelasional dengan metode statistik
Contoh aitem favorable berkurangnya analisis regresi sederhana. Data yang
perilaku negatif pada aspek pemaafan diperoleh selanjutnya diolah menggunakan
terhadap diri sendiri adalah ―Setelah program komputer Statistic Packages for
menarik diri beberapa saat akibat masalah Social Science (SPSS) versi 16.0.
yang saya timbulkan, saya perlahan
kembali beraktivitas seperti biasa‖. Contoh HASIL DAN PEMBAHASAN
aitem favorable meningkatnya perasaan
positif pada aspek pemaafan terhadap Hasil penghitungan statistik setelah
orang lain adalah ―Saya merasa berterima memenuhi uji asumsi normalitas dan
kasih kepada orang yang pernah menyakiti linieritas distribusi penelitian menunjukkan
saya karena telah mengajarkan banyak bahwa koefisien korelasi antara pemaafan
tentang kehidupan‖. Contoh aitem dengan aspek kognitif dari stres (rxy)
unfavorable meningkatnya pemikiran adalah 0,504 dengan tingkat signifikansi
positif pada aspek pemaafan terhadap 0.000 (p < 0,05). Koefisien korelasi
situasi adalah ―Saya memandang dunia tersebut mengindikasi adanya hubungan
seolah berlaku tidak adil karena musibah antara variabel pemaafan dengan aspek
yang terjadi‖. kognitif dari stres. Koefisien korelasi
bernilai positif yang menunjukkan arah
Skala aspek kognitif dari stres bertujuan hubungan yang positif diantara kedua
untuk mengungkap seberapa baik fungsi variabel, artinya semakin tinggi tingkat
aspek kognitif saat menghadapi stres pada pemaafan yang dimiliki, maka semakin
subjek. Aitem-aitem dalam skala ini baik pula aktivitas kognitif saat
disusun berdasarkan sub-aspek yang telah menghadapi stres. Begitu pula sebaliknya,
dirumuskan dari teori stres yang berfokus semakin rendah tingkat pemaafan yang
pada aspek kognitif, meliputi (1) memori, dimiliki, maka semakin buruk pula
(2) atensi/ konsentrasi, (3) sifat pemikiran, aktivitas kognitif saat menghadapi stres.
(4) pengambilan keputusan (pemecahan Hasil analisis regresi sederhana
masalah), dan (5) kendali impuls menunjukkan bahwa hipotesis yang
(Sanderson, 2013; Sarafino & Smith, 2011; diajukan peneliti dapat diterima.
Suchy dalam Sarafino & Smith, 2011;
Cohen dkk., dalam Morrison & Bennett, Persamaan garis regresi untuk hubungan
2009). Skor yang tinggi pada skala ini antara pemaafan dengan aspek kognitif
menunjukkan kecenderungan bahwa dari stres adalah sebagai berikut :
berbeda (Suri, Sheppes, & Gross, 2013). menangani pikiran yang mendistraksi dan
Tentunya, manfaat dari pemaafan akan penting bagi keberfungsian yang sehat dan
menjadi optimal saat melakukannya daya lenting (Yiend, Barnicot, & Koster,
dengan benar-benar tulus. 2013).
Emosi memberikan pengaruh pada memori Selanjutnya, suasana hati dan proses emosi
dalam berbagai tahap (Murray, Holland, & lain mempengaruhi pengambilan
Kensinger, 2013), yaitu pertama, emosi keputusan dalam tiga cara yang berbeda
mempengaruhi cara informasi pertama kali (Raghunatan & Pham, dalam Västfjäll &
diproses dan ditransformasikan ke dalam Slovic, 2013). Pertama, suasana hati pada
ingatan (tahap encoding). Hal ini akan saat pengambilan keputusan dapat
berkaitan pula dengan atensi/ perhatian mempengaruhi sisi pemikiran seseorang,
yang akan dibahas pada paragraf contohnya orang yang sedang dalam
selanjutnya. Kedua, emosi mempengaruhi suasana hati yang positif akan lebih mudah
cara saat informasi dimantapkan (tahap berfikir positif dan mengingat kembali
konsolidasi), dan ketiga, emosi ingatan yang positif. Kedua, suasana hati
mempengaruhi cara bagaimana ingatan yang positif dan negatif dapat
dimunculkan kembali (tahap retrieval). mempengaruhi kapabilitas pemrosesan,
Seseorang dapat mengalami lupa yang contohnya seseorang yang sedang merasa
temporer saat dihadapkan pada situasi bahagia seringkali cenderung kurang
stresful atau memanggil ingatan yang mengelaborasi dan sistematis dalam
keliru. Memaafkan dapat memberikan pengolahan informasi dibandingkan orang
kesempatan bagi seseorang untuk dalam suasana hati yang buruk. Ketiga,
menurunkan tingkat distres, meningkatkan suasana hati pada saat itu dapat
relaksasi, sehingga membuat aktivitas mempengaruhi motif pengambilan
kognitif berfungsi secara lebih luwes, tindakan, contohnya seseorang yang
mengingat informasi yang tepat saat sedang merasa bahagia dapat menghindari
dibutuhkan. peristiwa yang negatif sebagai upaya untuk
mempertahankan keadaan suasana hati
Tahap satu di atas yaitu tahap dimana mereka yang positif.
informasi pertama kali diproses dan
ditransformasikan ke dalam ingatan sangat Selanjutnya adalah pengaruh emosi
berkaitan dengan atensi (perhatian). Atensi terhadap kendali impuls. Bukti
memiliki dua fungsi utama dalam menunjukkan bahwa keadaan emosional
kehidupan sehari-hari, yaitu (1) dalam dapat mengurangi atau meningkatkan
memilih dan memproses informasi yang kendali diri tergantung pada orang yang
relevan dengan tugas-tugas pada saat itu, mengalami dan situasinya (Schmeichel &
dan (2) memproses informasi yang relevan, Inzlicht, 2013). Mengetahui tentang
potensial, dan baru (Allport, dalam Yiend, bagaimana dan kapan perlu mengelola
Barnicot, & Koster, 2013). Kegagalan kecenderungan perilaku impulsif dan dapat
dalam kemampuan mengatur perhatian mengelolanya dengan sukses dapat
secara adaptif selama pemrosesan meningkatkan fleksibilitas perilaku yang
informasi yang bersifat emosional dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungan,
menjadikan kerentanan terhadap stres dan berkontribusi bagi kesehatan fisik,
perkembangan gangguan emosional, kesejahteraan psikologis, umur panjang,
sebaliknya kemampuan untuk mengubah pencapaian pekerjaan, kepuasan hubungan,
secara fleksibel antara stimulus yang beberapa dampak lain yang diharapkan
berbeda di lingkungan penting untuk
Thompson, L.Y., Snyder, C.R., Hoffman, Västfjäll, D., & Slovic, P. (2013).
L., Michael, S.T., Rasmussen, Cognition and emotion in
H.N., Billings, L.S., Heinze, L., judgement and decision making.
Neufeld, J.E., Shorey, H.S., Dalam M. D. Robinson, E. R.
Roberts, J.C., & Robert, D.E., Watkins, E. H. Jones (Eds.),
(2005). Dispositional forgiveness Handbook of cognition and
of self, other, and situation. Journal emotion. New York: The Guilford
of Personality, 73 (2), 313-359. Press.
Umberson, D., Williams, K., Powers, D. Worthington, E.L., & Scherer, M. (2004).
A., Liu, H., & Needham, B. (2005). Forgiveness is an emotion-focused
Stress in childhood and adulthood: coping strategy that can reduce
Effects on marital quality over health risks and promote health
time. Journal of Marriage and resilience: Theory, review, and
Family, 67, 1332–1347. hypotheses. Psychology and
Health, 19 (3), 385-405.
Vassi, I., Veltsista, A., & Bakoula, C.
(2009). Parenting practices and Yiend, J., Barnicot, K., & Koster, E. H. W.
child mental health outcomes. (2013). Attention and emotion.
Dalam P. H. Krause & T. M. Dalam M. D. Robinson, E. R.
Dailey (Eds.), Handbook of Watkins, E. H. Jones (Eds.),
parenting styles, stresses, and Handbook of cognition and
strategies. New York: Nova emotion. New York: The Guilford
Science Publishers, Inc. Press.