Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Aspek Hukum dan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang diampu oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd.
Oleh:
Ayuningtyas Kurniawati (180551855011)
Nimas Dian Fitria (180551800268)
A. KOMUNIKASI BAHAYA
1. Definisi dan Tujuan Komunikasi Bahaya
Komunikasi bahaya (Hazard Communication) adalah cara untuk
menunjukkan bahwa suatu benda atau area mengandung bahaya atau jenis bahaya
tertentu.
Tujuan dari dari komunikasi bahaya adalah untuk memastikan bahwa
bahaya dari semua bahan kimia yang diproduksi atau digunakan terklasifikasi
dengan baik, serta informasi akan bahaya dari penggunaan maupun pengolahannya
diberikan dari perusahaan ke tenaga kerja yang menggunakan maupun mengolah
bahan kimia tersebut (OSHA, 1970). Selama proses klasifikasi, produsen atau
importer kimia harus menentukan apakah bahan kimia yang dievaluasi berbahaya
atau tidak.
Dasar hukum dari komunikasi bahaya terdapat pada UU No. 1/1970 pasal 9
ayat 1 yang menyatakan telah menjadi syarat dan kewajiban perusahaan untuk
mengkomunikasikan bahaya di tempat kerja kepada pekerja/karyawan. Komunikasi
ini mencakup: (a) kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul pada
tempat kerja; (b) semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam semua tempat kerjanya; (c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan; (d) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Lebih jauh disyaratkan dalam standar sistem manajemen K3 (OHSAS
18001) pasal 4.4.2 selain apa yang disyaratkan UU No. 1/1970, juga komunikasi
ini mencakup kesadaran dari pekerja terhadap kebijakan K3 perusahaan dan
konsekuensi jika tidak menjalankan prosedur kerja yang ada termasuk apa yang
harus dilakukan dalam kondisi darurat.
2. Metode Komunikasi Bahaya
Terdapat 4 cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan bahaya yaitu
sebagai berikut.
a. Safety Data Sheet (SDS)/Lembar Data Keselamatan
Lembar data keselamatan adalah bentuk informasi yang bersifat mendetail dari
tand aatau label peringatan. SDS memuat banya hal-hal yang memberikan
informasi tentang suatu bahan kimia. Informasi yang tercantum dalam SDS
meliputi identifikasi karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan kimia, bahaya
fisik dan kesehatan (potensi terbakar , meledak, keracunan), kewaspadaan
mengenai penananganan dan penggunaan yang selamat, dan rute paparan bahaya
yang bisa masuk ke tubuh.
b. Material Safety Data Sheet/Informasi Data Keamanan Bahan
MSDS merupakan informasi mengenai cara pengendalian bahan kimia
berbahaya (B3). Lembar ini berisikan tentang uraian umum bahan, sifat fisik dan
kimiawi, cara penggunaan, penyimpanan hingga pengelolaan bahan buangan.
Rincian isi yang terdapat pada MSDS adalah, informasi umum (tanggal,
alamat produsen, nomor seri CAS, nama kimia, nama perdagangan dan sinonim,
nama kimia lainnya, rumus struktur dan rumus kimia, tanda bahaya bahan kimia),
informasi komponen berbahaya (batas paparan tiap komponen, komposisi, persen
berat), informasi data sifat fisika (titik didih, tekanan uap, kerapatan uap, titik beku
dan titik leleh, kerapatan cairan, persen penguapan, kelarutan, penampakan fisik
dan bau), informasi data kemudahan terbakar dan ledakan (titik nyala, batas
kemampusan terbakar, batas temperatur terendah, batas temperatur tertinggi,
media bahan kimia yang digunakan untuk memadamkan, prosedur khusus
memadamkan), informasi data reaktivitas (stabilitas bahan, pengaturan lokasi
penempatan bahan, produk dekomposisi yang berbahaya, produk polimerasi yang
berbahaya), informasi tentang bahaya kesehatan, informasi prosedur pengumpulan
dan pegolahan limbah, informasi perlindungan kimia, dan informasi penanganan
khusus.
Berikut adalah contoh dari lembar data keamanan bahan.
c. Tanda dan Label Peringatan
Label tanda peringatan adalah bentuk informasi yang bisa langsung terlihat
pada bahan kimia dan dibaca oleh pekerja. Bentuk informasi ini bersifat jelas,
spesifik, berupa gambar atau tulisan untuk memberikan peringatan bahaya kepada
para pekerja yang pekerjaannya melibatkan bahan-baha kimia. Selain ditujukan
untuk para pekerja, label tanda peringatan ini dalam implementasinya juga harus
diperhatikan oleh house-keeping, operasional, dan tamu-tamu yang dating ke
lokasi kerja yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia.
d. Pelatihan pekerja mengenai bahaya bahan kimia di tempat kerja
Pelatihan mengenai penanganan bahaya bahan kimia kepada pekerja
merupakan satu hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk pencegahan. Program
pelatihan yang secara teratur diberikan kepada bekerja bertujuan agar pekerja
mampu mengidentifikasi bahaya dan resiko bahan kimia, bekerja dengan selamat
dan sesuai denga koridor yang sudah ada tanpa menciderai dirinya, rekan kerjanya,
maupun tidak mempengaruhi perubahan lingkungan.
B. KLASIFIKASI BAHAYA
Klasifikasi bahaya adalah proses mengevaluasi berbagai bukti ilmiah yang
tersedia untuk menentukan apakah bahan kimia yang digunakan berbahaya, serta
untuk mengidentifikasi efek dari tingkat bahaya yang ditimbulkan. Hazard
Communication Standart (HSC) mendefinisikan kelas bahaya sebagai sifat dari
bahaya fisik atau kesehatan tang ditimbulkan, sebgaai contoh bahaya yang
ditimbulkan dari bahan kimia yang berua padatan dan muah terbakar, karsinogen,
dan toksisitas akut. Pengkalsifikasiannya dilakukan dengan cara memberikan
kategori pada setiap tingakatan bahaya dari kategori 1 hingga kategori 4, di mana
semakin besar pengkategorian angka yang dilabelkan, maka semakin tinggi efek
bahaya yang ditimbulkan. Hirarki tersebut dikhususkan hanya pada kelas bahaya,
karena bahan kimia yang dikategorikan pada level 2 pada kelas bahaya, belum tentu
kurang beracun dari bahan kimia yang diberikan pada level 1 dari kelas bahaya
lainnya.
Implementasi dalam proses klasifikasi bahaya, sebagaimana diatur dalam
Standar Komunikasi Bahaya, memiliki beberapa langkah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi bahan kimia
2. Mengidentifikasi data yang relevan mengenai bahaya bahan kimia
3. Meninjau data yang yang relevan untuk memastikan bahaya yang terkait denga
bahan kimia
4. Menentukan apakah bahan kimia akan diklasifikasikan sebagai berbahaya
menurut definisi bahan kimia berbahaya dalam standar
5. Mennetukan tingkat bahaya, jika perlu, dengan membadingkan data dengan
kriteria kesehatan dan bahaya fisik.
3. Toxic
Berlambangkan T, setiap wadah yang terdapat simbol tersebut didalamnya
memiliki arti bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan
kematian bila tertelan atau terhirup. Tindakan yang dapat dilakukan ketika bekerja
dengan bahan tersebut adalah jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari kontak
langsung dengan kulit. Contoh: Metanol, Benzena.
4. Very Toxic
Berlambangkan T+, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahan tersebut bersifat sangat beracun dan lebih sangat
berbahaya bagi kesehatan yang juga dapat menyebabkan sakit kronis bahkan
kematian. Contoh : Kaliun sianida, Hidrogensulfida, Nitrobenzena dan Atripin.
5. Corrosive
Berlambangkan C, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa bahan tersebut bersifat korosif, dapat merusak
jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan dapat
membuat kulit mengelupas. Tindakan yang dapat dilakukan ketika bekerja dengan
bahan tersebut adalah hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari benda-
benda yang bersifat logam. Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%).
6. Flammable
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut merupakan bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah,
mudah terbakar dengan api Bunsen, permukaa metal panas atau loncatan bunga api.
Tindkan yang dpat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah jauhkan
dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api. Contoh : Minyak.
7. Highly Flammable
Berlambangkan F, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa bahan tersebut mudah terbakar di bawah kondisi
atmosferik biasa atau mempunyai titik nyala rendah (di bawah 21˚C) da mudah
terbakar di bawah pengaruh kelembapan. Tindakan yang dapat dilakuka apabila
bekerja dengan bahan tersebut adalah dengan hindari sumber api, api terbuka dan
loncatan api, serta hindari pengaruh pada kelembapan tertentu. Contoh : Aseton dan
Logam natrium.
8. Extremely Flammable
Berlambangkan F+, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa baha tersebut merupakan bahan yang amat sangat
mudah terbakar. Berupa gas dan udara yang membentuk suatu campuran yang
bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Tindakan yang dapat dilakukan
apabila bekerja dengan baha tersebut adalah denganmenjauhkan bahan tersebut dari
campuran udara dan sumber api. Contoh : Dietileter (cairan) dan Propane (gas).
9. Explosive
Berlambangkan E, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
memiliki arti bahwa bahan tersebut merupakan bahan kimia yang mudah meledak
dengan adanya panas atau percikan bunga api, gesekan atau benturan. Tindakan
yang dapat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah hindari
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lainnya bahkan tanpa
oksigen atmosferik. Contoh : KClO3, NH4NO3, TrinitroTolune (TNT).
10. Oxidizing
Berlambangkan O, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa bahan tersebut bersifat sebagai pengoksidasi,
dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak dengan
bahan organic dan bahan pereduksi. Tindakan yang dapat dilakukan apabila bekerja
dengan bahan tersebut adalah hindarkan dari panas dan reduktor. Contoh : Hidrogen
Peroksida, Kalium Perklorat.
17. Oxidizer
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut merupakan material yang mudah menimbulkan api ketika
kontak dengan material lain yang mudah terbakar dan dapat menimbulkan ledakan.
Contoh : Calcium hypochlorite, Sodium peroxide, Ammonium dichromate.
20. Poison
Merupakan simbol yang digunakan pada transportasi dan penyimpanan bahan-
bahan yang beracun (belum tentu gas). Contoh : Cyanohydrin, Calcium cyanide,
Carbon tetrachloride.
24. Radioactive
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut merupakan bahan yang mengandung material atau kombinasi
dari material lain yang dapat memancarkan radiasi secara spontan. Contoh :
Uranium, 90Co, Tritium.
7. Beracun (ModeratelyToxic )
Suatu bahan yang memiliki karakteristik seperti, sifat racun bagi manusia,
yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang cukup serius apabila masuk
ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Serta sifat bahaya toksisitas
akut. Contonya misalkan pestisida
8. Berbahaya (Harmful)
Suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu
9. Korosif (Corrosive)
Suatu bahan yang memiliki karakteristik menyebabkan iritasi (terbakar)
pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi>6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55˚C,
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa. Limbah jenis ini berbahaya
karena dapat melukai, mebakar kulit dan mata terutama pekerja dilokasi
pengelolaan atau dapat terlepas dari limbah B3 lain kelingkungan melalui drum
berkarat yang berisi limbah jenis ini.
Limbah yang menimbulkan korosi/ karat didefinisikan sebagai: Sebagai
limbah yang dalam kondisi asam atau basa (ph 12.5) dapat menyebabkan
nekrosis (terbakar) pada kulit atau dapat megkaratkan (mengkorosikan) baja.
Contoh: 1)sisa-sisa asam/cuka, asam sulfat yang biasa digunakan dalam
pembuatan baja terutama untuk membersihkan kerak dan karat. Sisa-sisa asam
ini memerlukan pembuangan, 2) limbah pembersih yang bersifat basa (alkaline),
limbah ini dihasilkan dari kegiatan pembersihan seperti sodium hidroksida yang
digunakan untuk membersihkan produk metal yang akan dicat atau dilapisi
bahan lain (electroplated), 3) Limbah asam dari baterai. Limbah asam dihasilkan
dari kegiatan pendaur ulangan baterai mobil (accu) bekas.
10. Bersifat iritasi (Iritant)
Suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Padatan
maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus menerus
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan; 2)
Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat
menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing; 3) Sensitasi pada kulit
yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit; 4) Iritasi/kerusakan parah pada
mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada mata. Contohnya misalkan
asam format.
11. Berbahaya bagi lingkungan
Suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan
kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme
aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan
ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya
PCBs = Polychlorinated Biphenyls). Misalkan contohnya pelumas atau sering
disebut Oli motor
12. Karsinogenik
Karsinogen adalah zat, radionuklida atau radiasi, yang merupakan agen
langsung terlibat dalam menyebabkan kanker. Hal ini mungkin karena
kemampuan untuk merusak genom atau ke gangguan proses metabolisme
seluler. zat radioaktif Beberapa dianggap karsinogen, tetapi aktivitas
karsinogenik mereka disebabkan radiasi, misalnya untuk sinar gamma dan
partikel alpha, yang mereka memancarkan. Contoh umum karsinogen yang
terhirup asbes, dioxin tertentu, dan asap tembakau. Kanker adalah penyakit di
mana sel-sel yang rusak tidak mengalami kematian sel terprogram. Karsinogen
dapat meningkatkan risiko kanker dengan mengubah metabolisme seluler atau
merusak DNA langsung di dalam sel, yang mengganggu proses biologi, dan
mendorong pembagian, ganas yang tidak terkendali, pada akhirnya mengarah
pada pembentukan tumor. Biasanya kerusakan DNA, jika terlalu berat untuk
memperbaiki, menyebabkan kematian sel terprogram, tetapi jika jalur kematian
sel diprogram rusak, maka sel tidak dapat mencegah diri dari menjadi sel
kanker.
13. Teratogenik
Penyebab teratogenik ada 2 yaitu fisik yang meliputi radiasi sinar X, panas
dan tekanan, dan kimia yang meliputi bahan industry, polutan udara, air dan
obat-obatan. Target organ dari teratogen adalah system reproduksi, yang
meliputi zigot bersifat mutagen, sel (jaringan dan organ) yang bersifat
teratogenik serta pertumbuhan dan perkembangan organ yang bersifat
keracunan. Bentuk kelainan yang dapat disebabakan oleh teratogen adala
gangguan fungsi dan struktur sel, abnormalitas yang menyebabkan kejadian
congenital yang teratogenik serta pertumbuhan yang menyebabkan ukurannya
membesar dan bersifat toksik.
14. Mutagenic
Merupakan zat yang mampu menimbulkan kerusakan genetic pada mahluk
hidup.
BAB II
CONTOH DAN KASUS KEJADIAN