Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH ASPEK HUKUM DAN K3

HAZARD COMMUNICATION DAN HAZARD SUBSTANCE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Aspek Hukum dan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang diampu oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd.

Oleh:
Ayuningtyas Kurniawati (180551855011)
Nimas Dian Fitria (180551800268)

S2 PKJ 2018 Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN
OKTOBER 2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENGERTIAN DAN TEORI

A. KOMUNIKASI BAHAYA
1. Definisi dan Tujuan Komunikasi Bahaya
Komunikasi bahaya (Hazard Communication) adalah cara untuk
menunjukkan bahwa suatu benda atau area mengandung bahaya atau jenis bahaya
tertentu.
Tujuan dari dari komunikasi bahaya adalah untuk memastikan bahwa
bahaya dari semua bahan kimia yang diproduksi atau digunakan terklasifikasi
dengan baik, serta informasi akan bahaya dari penggunaan maupun pengolahannya
diberikan dari perusahaan ke tenaga kerja yang menggunakan maupun mengolah
bahan kimia tersebut (OSHA, 1970). Selama proses klasifikasi, produsen atau
importer kimia harus menentukan apakah bahan kimia yang dievaluasi berbahaya
atau tidak.
Dasar hukum dari komunikasi bahaya terdapat pada UU No. 1/1970 pasal 9
ayat 1 yang menyatakan telah menjadi syarat dan kewajiban perusahaan untuk
mengkomunikasikan bahaya di tempat kerja kepada pekerja/karyawan. Komunikasi
ini mencakup: (a) kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul pada
tempat kerja; (b) semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam semua tempat kerjanya; (c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan; (d) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Lebih jauh disyaratkan dalam standar sistem manajemen K3 (OHSAS
18001) pasal 4.4.2 selain apa yang disyaratkan UU No. 1/1970, juga komunikasi
ini mencakup kesadaran dari pekerja terhadap kebijakan K3 perusahaan dan
konsekuensi jika tidak menjalankan prosedur kerja yang ada termasuk apa yang
harus dilakukan dalam kondisi darurat.
2. Metode Komunikasi Bahaya
Terdapat 4 cara yang dilakukan untuk mengkomunikasikan bahaya yaitu
sebagai berikut.
a. Safety Data Sheet (SDS)/Lembar Data Keselamatan
Lembar data keselamatan adalah bentuk informasi yang bersifat mendetail dari
tand aatau label peringatan. SDS memuat banya hal-hal yang memberikan
informasi tentang suatu bahan kimia. Informasi yang tercantum dalam SDS
meliputi identifikasi karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan kimia, bahaya
fisik dan kesehatan (potensi terbakar , meledak, keracunan), kewaspadaan
mengenai penananganan dan penggunaan yang selamat, dan rute paparan bahaya
yang bisa masuk ke tubuh.
b. Material Safety Data Sheet/Informasi Data Keamanan Bahan
MSDS merupakan informasi mengenai cara pengendalian bahan kimia
berbahaya (B3). Lembar ini berisikan tentang uraian umum bahan, sifat fisik dan
kimiawi, cara penggunaan, penyimpanan hingga pengelolaan bahan buangan.
Rincian isi yang terdapat pada MSDS adalah, informasi umum (tanggal,
alamat produsen, nomor seri CAS, nama kimia, nama perdagangan dan sinonim,
nama kimia lainnya, rumus struktur dan rumus kimia, tanda bahaya bahan kimia),
informasi komponen berbahaya (batas paparan tiap komponen, komposisi, persen
berat), informasi data sifat fisika (titik didih, tekanan uap, kerapatan uap, titik beku
dan titik leleh, kerapatan cairan, persen penguapan, kelarutan, penampakan fisik
dan bau), informasi data kemudahan terbakar dan ledakan (titik nyala, batas
kemampusan terbakar, batas temperatur terendah, batas temperatur tertinggi,
media bahan kimia yang digunakan untuk memadamkan, prosedur khusus
memadamkan), informasi data reaktivitas (stabilitas bahan, pengaturan lokasi
penempatan bahan, produk dekomposisi yang berbahaya, produk polimerasi yang
berbahaya), informasi tentang bahaya kesehatan, informasi prosedur pengumpulan
dan pegolahan limbah, informasi perlindungan kimia, dan informasi penanganan
khusus.
Berikut adalah contoh dari lembar data keamanan bahan.
c. Tanda dan Label Peringatan
Label tanda peringatan adalah bentuk informasi yang bisa langsung terlihat
pada bahan kimia dan dibaca oleh pekerja. Bentuk informasi ini bersifat jelas,
spesifik, berupa gambar atau tulisan untuk memberikan peringatan bahaya kepada
para pekerja yang pekerjaannya melibatkan bahan-baha kimia. Selain ditujukan
untuk para pekerja, label tanda peringatan ini dalam implementasinya juga harus
diperhatikan oleh house-keeping, operasional, dan tamu-tamu yang dating ke
lokasi kerja yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia.
d. Pelatihan pekerja mengenai bahaya bahan kimia di tempat kerja
Pelatihan mengenai penanganan bahaya bahan kimia kepada pekerja
merupakan satu hal yang perlu dilakukan sebagai bentuk pencegahan. Program
pelatihan yang secara teratur diberikan kepada bekerja bertujuan agar pekerja
mampu mengidentifikasi bahaya dan resiko bahan kimia, bekerja dengan selamat
dan sesuai denga koridor yang sudah ada tanpa menciderai dirinya, rekan kerjanya,
maupun tidak mempengaruhi perubahan lingkungan.

B. KLASIFIKASI BAHAYA
Klasifikasi bahaya adalah proses mengevaluasi berbagai bukti ilmiah yang
tersedia untuk menentukan apakah bahan kimia yang digunakan berbahaya, serta
untuk mengidentifikasi efek dari tingkat bahaya yang ditimbulkan. Hazard
Communication Standart (HSC) mendefinisikan kelas bahaya sebagai sifat dari
bahaya fisik atau kesehatan tang ditimbulkan, sebgaai contoh bahaya yang
ditimbulkan dari bahan kimia yang berua padatan dan muah terbakar, karsinogen,
dan toksisitas akut. Pengkalsifikasiannya dilakukan dengan cara memberikan
kategori pada setiap tingakatan bahaya dari kategori 1 hingga kategori 4, di mana
semakin besar pengkategorian angka yang dilabelkan, maka semakin tinggi efek
bahaya yang ditimbulkan. Hirarki tersebut dikhususkan hanya pada kelas bahaya,
karena bahan kimia yang dikategorikan pada level 2 pada kelas bahaya, belum tentu
kurang beracun dari bahan kimia yang diberikan pada level 1 dari kelas bahaya
lainnya.
Implementasi dalam proses klasifikasi bahaya, sebagaimana diatur dalam
Standar Komunikasi Bahaya, memiliki beberapa langkah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi bahan kimia
2. Mengidentifikasi data yang relevan mengenai bahaya bahan kimia
3. Meninjau data yang yang relevan untuk memastikan bahaya yang terkait denga
bahan kimia
4. Menentukan apakah bahan kimia akan diklasifikasikan sebagai berbahaya
menurut definisi bahan kimia berbahaya dalam standar
5. Mennetukan tingkat bahaya, jika perlu, dengan membadingkan data dengan
kriteria kesehatan dan bahaya fisik.

C. BAHAN KIMIA BERBAHAYA (HAZARDOUS CHEMICAL)


Definisi bahan kimia pada Hazard Communication Standart diuraikan sebagai
berikut.
1. Substansi
Unsur kimia dan senyawanya dalam keadaan alami atau diperoleh dalam
setiap proses produksi, termasuk aaditif yang diperlukan untuk menjaga stabilitas
produk dan setiap sisa yang berasal dari proses yang digunakan, namun tidak
termasuk pelarut apapun yang dapat dipisahkan tanpa mempengaruhi stabilitas
sunstansi atau merubah komposisinya.
2. Unsur (Elemen)
Bentuk materi kimia yang paling sederhana meliputi 118 unsur yang
terdapat pada table periodic seperti contoh: H (Hidrogen), O (Oksigen), Mg
(Magnesium) dan lain-lain.
3. Senyawa Kimia
Suatu zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur yang digabungkan dan diikat
bersama-sama sehingga unsur-unsur tersebut hadir dalam proporsi yang sama.
Sebagai contoh Aspirin (C9H8O4), Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2), Natrium
Clorida (NaCl) dan lain sebagainya.
4. Campuran
Kombinasi yang terdiri dari dua atau lebih zat, yang dapat dipidahkan antar
zat-zatnya dengan reaksi fisika, dimana sifat-sifat dari setiap zatnya masih Nampak.
Sebagai contoh: larutan garam yang terdiri air dan garam (H2O+NaCl).
Selanjutnya untuk menentukan apakah suatu bahan kimia dianggap berbahaya
dapat dikategorikan dengan acuan bahaya terhadap fisik dapat diidentifikasi dengan
mengunakan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Zat kimia yang digolongkan sebagai yang bersifat eksplosif atau mudah
terbakar (gas, aerosol, cairan atau padat), oksidator (cair, padat atau gas),
pemanasan (self-reactive), piroforik (cair atau padat), organic peroksida, korosif
terhadap logam, gas dibawah tekanan, atau bersentuhan dengan air yang mudah
terbakar gas.
b. Bahaya kesehatan bahan kimia yang dsebabkan oleh toksisitas akut (setiap
paparannya), korosi atau iritasi kulit, kerusakan mata yang serius atau iritasi mati,
sensitasi pernapasan atau kulit, sel kuman mutagenisitas, karinogenitas, dan
toksisitas reproduksi.
Berikut adalah table yang berisikan daftar kelas dan kategori bahaya kesehatan yang
berbeda yang diidentifikasi oleh HSC.
D. SIMBOL UNTUK PELABELAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Merujuk pada tujuan pelabalelan adalah untuk memberikan peringatan tentang
akibat dari paparan bahan kimia untuk mahluk hidup ketika digunakan, diolah,
maupun ketika berada didekatnya dalam radius tertentu, maka pelabelan menjadi
sangat penting pengimplementasiannya. Symbol bahan kimia diberikan pada
wadah atau tempat bhan kimia dengan tujuan untuk memberi keterangan mengenai
sifat dan bahaya bahan kimia tersebut. Oleh karena itu sebelum memasuki
laboratorium kimia perlu dipahami tentang simbol-simbol bahan kimi tersebut
untuk menghindari kesalahan–kesalahan dan bahaya yang tidak diiginkan . berikut
diterangkan mengenai keterangan simol-simbol tersebut.
1. Irritant
Berlambangkan Xi, setiap wadah yang terdapat lambang tersebut didalamnya
memiliki arti bahwa bahan tersebut dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal dan dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit. Tindakan yang dapat dilakukan apabila bekerja
dengan bahan tersebut adalah hindari kontak langsung dengan kulit. Contoh:
NaOH, C6H5OH1Cl2.
2. Harmful
Berlambangkan Xn, setiap wadah yang terdapat lambang tersebut didalamnya
memiliki arti bahwa bahan tersebut dapat merusak kesehatan tubuh bila terjadi
kontak langsung dengan tubuh atau melalui inhalasi. Tindkan yang dapat dilakukan
apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah jangan dihirup, jangan ditelan dan
hindari kontak langsung dengan kulit. Contoh: Etilenglikol, Diklorometan.

3. Toxic
Berlambangkan T, setiap wadah yang terdapat simbol tersebut didalamnya
memiliki arti bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan sakit serius bahkan
kematian bila tertelan atau terhirup. Tindakan yang dapat dilakukan ketika bekerja
dengan bahan tersebut adalah jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari kontak
langsung dengan kulit. Contoh: Metanol, Benzena.

4. Very Toxic
Berlambangkan T+, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahan tersebut bersifat sangat beracun dan lebih sangat
berbahaya bagi kesehatan yang juga dapat menyebabkan sakit kronis bahkan
kematian. Contoh : Kaliun sianida, Hidrogensulfida, Nitrobenzena dan Atripin.
5. Corrosive
Berlambangkan C, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa bahan tersebut bersifat korosif, dapat merusak
jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal dan dapat
membuat kulit mengelupas. Tindakan yang dapat dilakukan ketika bekerja dengan
bahan tersebut adalah hindari kontak langsung dengan kulit dan hindari dari benda-
benda yang bersifat logam. Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%).

6. Flammable
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut merupakan bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah,
mudah terbakar dengan api Bunsen, permukaa metal panas atau loncatan bunga api.
Tindkan yang dpat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah jauhkan
dari benda-benda yang berpotensi mengeluarkan api. Contoh : Minyak.

7. Highly Flammable
Berlambangkan F, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa bahan tersebut mudah terbakar di bawah kondisi
atmosferik biasa atau mempunyai titik nyala rendah (di bawah 21˚C) da mudah
terbakar di bawah pengaruh kelembapan. Tindakan yang dapat dilakuka apabila
bekerja dengan bahan tersebut adalah dengan hindari sumber api, api terbuka dan
loncatan api, serta hindari pengaruh pada kelembapan tertentu. Contoh : Aseton dan
Logam natrium.

8. Extremely Flammable
Berlambangkan F+, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa baha tersebut merupakan bahan yang amat sangat
mudah terbakar. Berupa gas dan udara yang membentuk suatu campuran yang
bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Tindakan yang dapat dilakukan
apabila bekerja dengan baha tersebut adalah denganmenjauhkan bahan tersebut dari
campuran udara dan sumber api. Contoh : Dietileter (cairan) dan Propane (gas).

9. Explosive
Berlambangkan E, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
memiliki arti bahwa bahan tersebut merupakan bahan kimia yang mudah meledak
dengan adanya panas atau percikan bunga api, gesekan atau benturan. Tindakan
yang dapat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah hindari
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lainnya bahkan tanpa
oksigen atmosferik. Contoh : KClO3, NH4NO3, TrinitroTolune (TNT).

10. Oxidizing
Berlambangkan O, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa bahan tersebut bersifat sebagai pengoksidasi,
dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas saat kontak dengan
bahan organic dan bahan pereduksi. Tindakan yang dapat dilakukan apabila bekerja
dengan bahan tersebut adalah hindarkan dari panas dan reduktor. Contoh : Hidrogen
Peroksida, Kalium Perklorat.

11. Dangerous for Environtment


Berlambangkan N, setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut
didalamnya memiliki arti bahwa bahan tersebut merupakan bahan kimia yang
berbahaya bagi satu atau beberapa bagi satu atau beberapa komponen lingkungan.
Dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Tindakan yang dapat dilakukan apabila
bekerja dengan bahan tersebut adalah hindari kontak atau bercampur denga
lingkungan yang dapat membahayakan mahluk hidup. Contoh : Tributil timah
klorida, tetraklorometan, petroleum bensin.

12. Flammable Solid


Merupakan bahan kimia padatan yang memiliki sifat mudah terbakar. Tindakan
yang dapat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah hindari panas
atau bahan mudah terbakar dan reduktor, serta hindari kontak dengan air apabila
bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api. Contoh : Sulfur, Picric acid,
Magnesium.
13. Flammable Liquid
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut merupakan cairan yang memiliki sifat muda terbakar.
Tindakan yang terdapat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah
hindari kontak dengan benda yang berpotensi mengeluarkan panas api. Contoh :
Petrol, Acetone, Benzene.

14. Flammable Gas


Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut menandakan bahwa bahan
kimia didalamnya menyimpan material gas yang mudah terbakar. Tindakan yang
dapat dilakukan apabila bekerja dengan baha tersebut adalah hindari atau jauhkan
dari panas atau percikan api. Contoh : Acetelyne, LPG, dan Hidrogen.

15. Spontaneously Combustible Substances


Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan didalamnya merupakan material yang dapat secara spontan terbakar.
Tindakan yang dapat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tesebut adalah
dengan menyimpan di tempat yang jauh dari sumber panas atau sumber api. Contoh
: Carbon, Charcoal-non-activated, Carbon Black.
16. Dangerous When Wet
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut sangat mudah bereaksi dengan air. Tindakan yang dapat
dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut adalah dengan menjauhkan dari
air dan simpan di tempat yang kering/tidak lembab. Contoh : Calcium carbide,
Potassium, Phospide, Maneb.

17. Oxidizer
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut merupakan material yang mudah menimbulkan api ketika
kontak dengan material lain yang mudah terbakar dan dapat menimbulkan ledakan.
Contoh : Calcium hypochlorite, Sodium peroxide, Ammonium dichromate.

18. Organic Peroxide


Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa keamanan bahan kimia yang digunakan dalam transportasi dan penyimpanan
peroksida organic. Contoh : Benzol peroxide, Methyl ethyl ketone peroxide, Dicetyl
perdicarbonate.

19. Non Flammable Gas


Merupakan simbol yang digunakan sebagai simbol pengaman yang digunkana pada
transportasi dan penyimpanan material gas yang tidak mudah terbakar. Contoh :
Oksigen, Nitrogen, Helium.

20. Poison
Merupakan simbol yang digunakan pada transportasi dan penyimpanan bahan-
bahan yang beracun (belum tentu gas). Contoh : Cyanohydrin, Calcium cyanide,
Carbon tetrachloride.

21. Poison Gas


Merupakan simbol yang digunakan pada transportasi dan penyimpanan material gas
yang beracun. Contoh : Chlorine, Methil Bromide, Nitric Oxide.

22. Inhalation Hazard


Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut mengandung zat yang dapat merusak sistem inhalasi atau
pernapasan, tindakan yang dapat dilakukan apabila bekerja dengan bahan tersebut
adalah dengan tidak menghirup secara langsung.
23. Infectious Substances
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut mengandung organism penyebab penyakit. Contoh : Tissue
dari pasien, tempat pengembangbiakan virus, bakteri, tumbuhan dan hewan.

24. Radioactive
Setiap wadah bahan kimia yang terdapat simbol tersebut didalamnya memiliki arti
bahwa bahan tersebut merupakan bahan yang mengandung material atau kombinasi
dari material lain yang dapat memancarkan radiasi secara spontan. Contoh :
Uranium, 90Co, Tritium.

25. Marine Pollutant


Merupakan simbol yang menunjukkan bahwa bahan yang terkandung didalamnya
mengandung polutan laut. Tindakan yang dapat dilakukan apabila bekerja dengan
bahan tersebut adalah dengan tidak membuang limbah ke saluran air atau sungai
yang mengalir ke laut.
E. KLASIFIKASI POTENSI BAHAYA KESEHATAN
Bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh bahan kimia dapat membahayakan
kesehatan manusia melalui berbagai jalan. Pekerja dapat terpapar bahaya dari bahan
kimia dengan cara menghirup uap, kabut atau debu dari bahan kimia. Menelan
bahan kimia, atau dengan cara terkena paparan pada kulit pekerja. Bahaya yang
ditimbulkan bisa menyebabkan iritasi ringan hingga irtasi yang bersifat berat atau
kronis. Bahaya dari terkena paparan bahan kimia dapat mempegaruhi mata, kulit,
reproduksi, dan beberapa organ tertentu.
Klasifikasi bahaya kesehatan didasarkan pada data yang ditemukan dalam
literature yang tersedia, sebagai hasil dari perhitungan yang telah dilakukan, atau
melalui kriteria khusus lainnya. Panduan untuk setiap bahaya kesehatan yang
disebabkan oleh bahan kimia didentifikasi berdasarkan kelas dan kategori bahay
yang ditimbulkan. Berikut merupakan klasifikasi potensi bahaya kesehatan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
1. Mudah meledak (Eksplosive)
Merupakan bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25˚C, 760 mmHg)
dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat mengahasilkan
gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang denga cepat dapat merusak lingkungan
di sekitarnya.
2. Pengoksidasi (Oxidizing)
Merupakan bahan yang data melepaskan banyak panas atau menimbulkan
api ketika bereaksi denga bahan kimia lainnya, terutama bahan-bahan yang
sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara. Sebagai contoh
karporit.
3. Sangat mudah sekali menyala(Extremely flammable)
Merupakan bahan kimia yang memiliki karakteristik dapat menjadi panas
atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan udara pada
temperature ambien, padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan
sumber nyala api, gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal, dan
mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya
jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab.
4. Sangat mudah menyala (Highly flammable)
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya HIGHLY
FLAMMABLE adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah
kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah
+21˚C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat
sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat
menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi
dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai highly flammable.

5. Mudah menyala (Flammable)


Merupakan suatu zat yan apabila terjadi kntak dengan buangan (gas yang
panas) dari kendaraan, rokok atau sumber api lainnya, karena dapat
menimbulkan kebakaran yang tidak terkendalikan baik didalam kendaraan
pengangkut maupun di lokasi penanaman limbah (landfill). Limbah mudah
menyala/terbakar ini didefinisikan sebagai: Limbah yang apabila didekatkan
dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah
menyala/terbakar dan apabila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam
waktu yang lama. Contoh umum dari limbah ini adalah : Pelarut seperti benzena,
toluena atau aseton. Limbah-limbah ini berasal dari pabrik cat, pabrik tinta dan
kegiatan lain yang menggunakan pelarut tersebut; antara lain pembersihan metal
dari lemak/minyak, serta laboratorium kimia. Contoh lainyang bisa mudah kita
ketahui adalah bensin.
6. Sangat beracun(Highly toxic)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya VERY TOXIC
dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian
pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.Suatu bahan dikategorikan sangat
beracun jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) ≤ 25 mg/kg berat badan

LD50 dermal (tikus atau kelinci) ≤ 50 mg/kg berat badan

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu ≤ 0,25 mg/L


LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap ≤ 0,50 mg/L

Frase-R untuk bahan sangat beracun : R26, R27 dan R28

Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya kalium sianida, hydrogen


sulfida, nitrobenzene dan atripin.

7. Beracun (ModeratelyToxic )
Suatu bahan yang memiliki karakteristik seperti, sifat racun bagi manusia,
yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang cukup serius apabila masuk
ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Serta sifat bahaya toksisitas
akut. Contonya misalkan pestisida
8. Berbahaya (Harmful)
Suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai tingkat tertentu
9. Korosif (Corrosive)
Suatu bahan yang memiliki karakteristik menyebabkan iritasi (terbakar)
pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020
dengan laju korosi>6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55˚C,
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa. Limbah jenis ini berbahaya
karena dapat melukai, mebakar kulit dan mata terutama pekerja dilokasi
pengelolaan atau dapat terlepas dari limbah B3 lain kelingkungan melalui drum
berkarat yang berisi limbah jenis ini.
Limbah yang menimbulkan korosi/ karat didefinisikan sebagai: Sebagai
limbah yang dalam kondisi asam atau basa (ph 12.5) dapat menyebabkan
nekrosis (terbakar) pada kulit atau dapat megkaratkan (mengkorosikan) baja.
Contoh: 1)sisa-sisa asam/cuka, asam sulfat yang biasa digunakan dalam
pembuatan baja terutama untuk membersihkan kerak dan karat. Sisa-sisa asam
ini memerlukan pembuangan, 2) limbah pembersih yang bersifat basa (alkaline),
limbah ini dihasilkan dari kegiatan pembersihan seperti sodium hidroksida yang
digunakan untuk membersihkan produk metal yang akan dicat atau dilapisi
bahan lain (electroplated), 3) Limbah asam dari baterai. Limbah asam dihasilkan
dari kegiatan pendaur ulangan baterai mobil (accu) bekas.
10. Bersifat iritasi (Iritant)
Suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Padatan
maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus menerus
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan; 2)
Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat
menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing; 3) Sensitasi pada kulit
yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit; 4) Iritasi/kerusakan parah pada
mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada mata. Contohnya misalkan
asam format.
11. Berbahaya bagi lingkungan
Suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan
kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme
aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan
ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya
PCBs = Polychlorinated Biphenyls). Misalkan contohnya pelumas atau sering
disebut Oli motor
12. Karsinogenik
Karsinogen adalah zat, radionuklida atau radiasi, yang merupakan agen
langsung terlibat dalam menyebabkan kanker. Hal ini mungkin karena
kemampuan untuk merusak genom atau ke gangguan proses metabolisme
seluler. zat radioaktif Beberapa dianggap karsinogen, tetapi aktivitas
karsinogenik mereka disebabkan radiasi, misalnya untuk sinar gamma dan
partikel alpha, yang mereka memancarkan. Contoh umum karsinogen yang
terhirup asbes, dioxin tertentu, dan asap tembakau. Kanker adalah penyakit di
mana sel-sel yang rusak tidak mengalami kematian sel terprogram. Karsinogen
dapat meningkatkan risiko kanker dengan mengubah metabolisme seluler atau
merusak DNA langsung di dalam sel, yang mengganggu proses biologi, dan
mendorong pembagian, ganas yang tidak terkendali, pada akhirnya mengarah
pada pembentukan tumor. Biasanya kerusakan DNA, jika terlalu berat untuk
memperbaiki, menyebabkan kematian sel terprogram, tetapi jika jalur kematian
sel diprogram rusak, maka sel tidak dapat mencegah diri dari menjadi sel
kanker.

13. Teratogenik
Penyebab teratogenik ada 2 yaitu fisik yang meliputi radiasi sinar X, panas
dan tekanan, dan kimia yang meliputi bahan industry, polutan udara, air dan
obat-obatan. Target organ dari teratogen adalah system reproduksi, yang
meliputi zigot bersifat mutagen, sel (jaringan dan organ) yang bersifat
teratogenik serta pertumbuhan dan perkembangan organ yang bersifat
keracunan. Bentuk kelainan yang dapat disebabakan oleh teratogen adala
gangguan fungsi dan struktur sel, abnormalitas yang menyebabkan kejadian
congenital yang teratogenik serta pertumbuhan yang menyebabkan ukurannya
membesar dan bersifat toksik.
14. Mutagenic
Merupakan zat yang mampu menimbulkan kerusakan genetic pada mahluk
hidup.
BAB II
CONTOH DAN KASUS KEJADIAN

A. Pelaksanaan Hazard Communication Bahan Kimia pada Perusahaan


Pengecatan Mobil di Kota Makassar.
Hasil penelitian penerapan komunikasi bahaya bahan kimia pada perusahaan
pengecatan mobil di kota Makassar adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi bahaya yang terdapat pada perusahaan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa
didapatkan informasi terdapat konsentrasi asam hipurat urin pekerja pengecatan
pada akhir shift kerja mengalami peningkatan dari konsentrasi asam hipurat pada
pagi hari. Selain itu terdapat hubungan yang bermakna antara paparan toluene
dengan peningkatan kadar asam hipurat urin pekerja pengecatan mobil informal.
2. Hasil penelitian pemahaman terhadap bahaya
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa, dari 50 responden yang diteliti
terdapat 12 orang (24%) responden yang diketahui pernah mengikuti pelatuhan
K3 selama bekerja, dan sebanyak 38 orang responden (76%) tidak pernah
mengikuti pelatihan K3. Selanjutnya terdapat 27 orang (54%) responden yang
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap manejeman K3, dan sebanyak
23 orang (46%) yang memiliki pengetahuan yang rendah mengenai menejeman
K3. Kemudian, sebanyak 34 orang (68%) respinden yang memiliki sikap positif
terhadap komunikasi bahaya dan sebanyak 16 orang (32%) responden yang
bersikap negative dan cenderung tak acuh terhadap komunikasi bahaya.
Sementara itu sebanyak 47 orang (94%) responden memiliki tindakan positif atau
sesuai dengan prosedur kerja, dan sebnayak 3 orang (6%) responden memiliki
tindakan negative atau tidak sesuai dengan prosedur kerja.
3. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa yang mengadakan pelaksanaan hazard communication
melalui pelatihan K3 , ketersediaan MSDS, symbol/tanda bahaya dan pelabelan
bahan kimia sebanyak 20%, sedangkan yang tidak mengadakan pelaksanaan
hazard communication sebanyak 80%.
BAB III
ANALISIS JURNAL DAN HASIL PENELITIAN

Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam komunikasi bahaya pada


suatu kasus tertentu. Berikut ini jabaran sepuluh contoh penelitian mengenai
komunikasi bahaya atau hazard communication.
No Nama Jurnal Artikel Nama Kesimpulan
Jurnal Penyusun
(Tahun)
1. Journal of Hazard Richard J.  Penelitian ini adalah
Applied Communicatio Brenton, penelitian komunikasi
Volcanology n by Joachim bahaya oleh ahli
(2018) Volcanologist: Gottsman, vulkanologi mengenai
part –Quality and standar kualitas untuk
Standards for Ryerson penilaian bahaya
Volcanic Christie. vulkanik yang
Hazard berpendapat standar
Assesments. jaminan kualitas perlu
dirancang dan
diadopsi oleh ahli
vulkanologi yang
melakukan penilaian
bahaya vulkanik yang
kuat untuk dinyatakan
sebagai pengawasan
resmi, yang bertujuan
untuk
mengembangkan
sebuah prototipe
penilaian bahaya
sehingga dapat
digunakan sebagai
metodologi penilaian
bahaya.
Kesimpulannya: (1)
Tidak adanya standar
kualitas yang sesuai,
penilaian kontekstual
dari penilaian bahaya
mungkin secara
metodologi berbeda
dan ditentukan oleh
tekanan beberapa
pihak; (2) Empat
Pertimbangan standar
kualitas (standar
material, pendekatan,
pemahaman dan
kesatuan) dan
beberapa prinsip
umum, adalah: (a)
berdasarkan penelitian
sebelumnya; (b) fokus
pada karakteristik
adanya tantangan
dalam artikel dan hasil
pengamatan tingkah
laku berdasarkan
literatur; (3)
mencerminkan
pandangan praktisi
dan praktik nyata pada
data empirik baru.
 Mengenalkan konsep
keseimbangan
kontekstualisasi untuk
mengilustrasikan
pengaruh yang
mungkin dari tekanan
pemangku
kepentingan yang
tidak dibatasi dan
pengaruh risiko
terhadap peran ahli
vulkanologi
tradisional dan
keunggulan
metodologi ilmiah
yang telah lama
dipraktikkan.
 Standar kualitas
kontekstual
menawarkan
kemungkinan
penilaian bahaya
memiliki kevalidan
dan peralatan yang
lebih bagus, ketika
diukur mengacu pada
pandangan dan aksi
dari penggunanya.
Sehingga akan
mengurangi risiko
manajerial yang
dihadapai ahli
vulkanologi yang
melakukan peran
kompleks di masa
depan.
2. Journal of Clinical Aspect Jiri Patocka, Penelitian ini berbicara
Evidence of The Qinghua mengenai insektisida
Based Poisoning by Wu, Tanos organoklorin Endosulfan
Medicine and The Pesticide C. C. yang ditinjau potensi
Healthcare Endosulfan Franca, bahaya sebagai bahan
(2016) Teodorico kimia dan potensi risiko
C. toksikologi terhadap
Ramalho, kesehatan manusia.
Rene Pita, Kesimpulannya: data
Kamil kimia, lingkungan, dan
Kuca. toksikologi endosulfan
yang diulas menunjukkan
potensi risiko beracun
pada kesehatan mausia.
Komite Tinjauan Polutan
Organik Persisten
(POPRC) mencalonkan
endosulfan untuk
ditambahkan sebagai
larangan global karena
kandungan racun kimia
pada Endosulfan yang
tidak sengaja ditelan,
dapat menyebabkan
tekanan darah dan
perubahan kelainan
denyut jantung. Dan
menyebabkan berbagai
komplikasi penyakit.
3. Frontiers in Conseptual Mark Penelitian ini bertujuan
Earth Science Development Stirling, untuk mengembangkan
(2017) of a National Mark model probabilitas
Volcanic Bebbington, nasional hazard gunung
Hazard Model Marco api
for New Brenna,
Zealand Shane
Cronin,
Annemarie
Christopher
sen, Natalia
Deligne,
Toy Hurst,
Art Jolly,
Gill Jolly,
Ben
Kennedy,
Gabor
Kerezturi,
Jan
Lindsay,
Vince
Neall,
Jonathan
Procter,
David
Rhoardes,
Brad Scott,
Phil Shane,
Ian Smith,
Richard
Smith, Ting
Wang,
James D. L.
White,
Colin J. N.
Wilson,
Tom
Wilson
4. PRO- Tharcius
ELICARE: A Augusto
Hazard Pivetta,
Analysis Glauco de
Automation Silva,
Process Carlos
Applied to Henrique
Space System Netto
Lahoz, Joao
Batista
Camargo
Junior
5. Natural Using Video Lura Muni,
Hazard and Games for Paul D.
Earth System Volcanic Cole, and
Science Hazard Iain
(2016) Education and Steward.
Communicatio
n: An
Assesment of
The Methode
and
Preliminary
Results.
6. Natural Exploring S. Kjellgern
Hazards and Local Risk
Earth System Managers Use
Sciences of Flood
(2013) Hazard Maps
for Risk
Communicatio
n Purposes in
Baden-
Wurttemberg.
7. Identifying Shari
Topics and Burgus and
Dissemination Ellen
Methods for Duysen.
Agricultural
Safety and
Health
Messages
8. Pelaksanaan Gabriela
Hazard Gloria R.
Communicatio Mangiwa,
n Bahan Kimia M. Furqon
pada Naiem,
Perusahaan Syamsiar S.
Pengecatan Russeng.
Mobil Kota
Makassar.
9. Civil Proposed Site- Mahsyur
Engineriing Spesific Irsyam,
Response Donny T.
Dimension Spectra for Dangkum,
(2018) Surabaya- Hendriyawa
Madura n
Bridge
10. AIMS Urban and Alexander
Geoscience Rural Fekete
(2017) Landslide
Hazard and
Exposure
Mapping
Using Landsat
and Corona
Satellite
Imegery for
Tehran and
The Alborz
Mountains,
Iran
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasn pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut.
1. Hazard communication adalah cara untuk menunjukkan bahwa suatu benda
atau area mengandung bahaya atau jenis bahaya tertentu yang bertujuan untuk
memastikan bahwa bahaya dari semua bahan kimia yang diproduksi atau
digunakan terklasifikasi dengan baik, serta informasi akan bahaya dari
penggunaan maupun pengolahannya diberikan dari perusahaan ke tenaga kerja
yang menggunakan maupun mengolah bahan kimia tersebut (OSHA, 1970).
2. Dasar hukum dari komunikasi bahaya terdapat pada UU No. 1/1970 pasal 9 ayat
1 yang menyatakan telah menjadi syarat dan kewajiban perusahaan untuk
mengkomunikasikan bahaya di tempat kerja kepada pekerja/karyawan.
Komunikasi ini mencakup: (a) kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat
timbul pada tempat kerja; (b) semua pengamanan dan alat-alat perlindungan
yang diharuskan dalam semua tempat kerjanya; (c) Alat-alat perlindungan diri
bagi tenaga kerja yang bersangkutan; (d) Cara-cara dan sikap yang aman dalam
melaksanakan pekerjaannya.
3. Terdapat 3 metode yang digunakan dalam mengkomunikasikan bahaya yaitu
dengan membuat SDS (Safety Data Sheet), MSDS (Material Safety Data
Sheet), tanda label pada bahan-bahan kimia berbahaya, dan pelaksanaan
pelatihan pekerja tentang bahan kimia di tempat kerja.
4. Klasifikasi bahaya adalah proses mengevaluasi berbagai bukti ilmiah yang
tersedia untuk menentukan apakah bahan kimia yang digunakan berbahaya,
serta untuk mengidentifikasi efek dari tingkat bahaya yang ditimbulkan
5. Definisi bahan kimia pada Hazard Communication Standart diuraikan sebagai
berikut, yaitu substansi, unsur (elemen), senyawa, dan campuran.
6. Merujuk pada tujuan pelabalelan adalah untuk memberikan peringatan tentang
akibat dari paparan bahan kimia untuk mahluk hidup ketika digunakan, diolah,
maupun ketika berada didekatnya dalam radius tertentu, maka pelabelan
menjadi sangat penting pengimplementasiannya.
7. Bahaya kesehatan yang diakibatkan oleh bahan kimia dapat membahayakan
kesehatan manusia melalui berbagai jalan. Pekerja dapat terpapar bahaya dari
bahan kimia dengan cara menghirup uap, kabut atau debu dari bahan kimia.
Menelan bahan kimia, atau dengan cara terkena paparan pada kulit pekerja.

Anda mungkin juga menyukai