Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa dipakai
dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan bagian dari kehidupan
kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak
kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat
menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari
awal.
Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa
tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.Resiko
berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup
informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal
dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen
resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini
secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam proyek maupun bisnis pada
masa kini.
Pada perencanaan pembuatan proyek sebuah sistem, diperlukan berbagai macam
komponen yang terlibat didalamnya. satu hal yang harus diperhatikan / diutamakan oleh seorang
manajer proyek dalam melakukan perencanaan adalah menghitung, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, resiko yang akan terjadi dalam proses pengerjaan.
Resiko Proyek adalah peristiwa tidak pasti yang bila terjadi memiliki pengaruh positif
atau negatif terhadap minimal satu tujuan proyek (waktu, biaya, ruang lingkup, mutu). Resiko
mungkin memiliki satu atau lebih penyebab, yang bila terjadi memiliki satu atau lebih
dampaknya terhadap manajemen.

Dan apabila kita garis besarkan secara keseluruhan maka yang dimaksud dengan
Manajemen Proyek dan Resiko adalah proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi,
menganalisis, dan merespon resiko proyek. Tujuannya untuk meningkatkan peluang dan dampak
peristiwa positif, dan mengurangi peluang dan dampak peristiwa yang merugikan proyek atau
dapak negatifnya.
Manajemen resiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Jika
terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan akan mengalami kerugian
yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu bahkan menghancurkan kelangsungan
usaha atau kegiatan operasi. Manajemen resiko merupakan alat untuk melindungi perusahaan
dari setiap kemungkinan yang merugikan (Ramli, 2010).
A. Rumusan Masalah
 Apa yang di maksud dengan Pengertian Sistem Manajemen Resiko Proyek
 Apa yang di maksud dengan Manajemen Resiko
 Apa yang di maksud dengan Jenis-Jenis Resiko dan Pengendalian Resiko
 Apa yang di maksud dengan Proses Manajemen Resiko

B. Tujuan Penelitian
 Mengetahui Pengertian Sistem Manajemen Resiko Proyek
 Mengetahui Manajemen Resiko
 Mengetahui Jenis-Jenis Resiko dan Pengendalian Resiko
 Mengetahui Proses Manajemen Resiko

C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini adalah strategi penanganan resiko dalam proyek, strategi yang tepat akan
menambah probalitas tingkat keberhasilan penerapan/proses kegiatan proyek.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Manajemen Resiko Proyek


Sistem berasal dari bahasa Latin “systema” dan bahasa Yunani “sustema” adalah sekelompok
komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem
juga merupakan kesatuan untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energy untuk
mencapai suatu tujuan.
Manajemen berasal dari kata bahasa inggris yaitu “manage” yang berarti, mengurus,
mengelola, mengendalikan, memimpin. Sedangkan secara epistemology adalah seni
melaksanakan dan mengatur. Pengertian manajemen adalah suatu seni dalam ilmu dan proses
pengorganisasian seperti perencanaan, pergerakan, dan pengendalian atau pengawasan.
Dalam pengertian manajemen sebagai seni karena seni berfungsi dalam mewujudkan tujuan
yang nyata dengan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu yang berfungsi
menerangkan fenomena-fenomena, kejadian sehingga memberikan penjelasan yang sebenarnya.
Menurut James A.F Stoner, yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi yang lain
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Resiko adalah sebagai suatu konsep dengan beberapa arti, yang pemakaiannya tergantung
kepada hubungan-hubungan apa dan displin ilmu dari mana orang memandangnya. Menurut
Robert I. Mahr dan Emerson Cammak dalam bukunya (Principle of Insurance) dinyatakan bahwa
pengertian resiko “apabila dipergunakan secara longgar, akan berarti mengalami kemalangan
atau kebahagiaan”. Resiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi oleh
karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan.menurut Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (Opportunity), sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan
akibat yang merugikan dikenal dengan istilah resiko (Risk).
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang
dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil
sekali? Misalnya membeli loterei. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar
tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli loterei relatif kecil.Apakah ini juga
tergolong Resiko? jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian
walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.
Proyek adalah setiap usaha yang direncanakan sebelumnya yang memerlukan sejumlah
pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan
dalam waktu tertentu. (Sutrisno dalam Triton,2005:13). Proyek merupakan suatu rangkaian
aktivitas yang dapat direncanakan, yang didalamnya menggunkan sumber-sumber (input),
misalnya : uang dan tenaga kerja, untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau hasil (return) di
masa yang akan dating.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan sistem manajemen proyek merupakan sekumpulan
perencanaan untuk mendeteksi dampak positif dan dampak negative di dalam kegiatan
pembangunan oleh sebuah lembaga orgnisasi.

B. Sistem Manajemen Resiko


Secara umum, tujuan Sistem manajemen resiko yang utama adalah mencegah atau
meminimisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui penghindaran
resiko atau persiapan rencana kontingensi yang berkaitan dengan resiko tersebut. Dalam Sistem
manajemen proyek resiko proyek adalah suatu peristiwa atau kondisi yang tidak pasti, dan jika
terjadi mempunyai pengaruh positif atau bisa juga negatif pada tujuan proyek. Suatu resiko
mempunyai sebab dan bila terjadi akan membawa dampak, oleh karena itu resiko dapat
dinyatakan sebagai fungsi dari kemungkinan dan dampak.
Sistem manajemen resiko pada proyek meliputi langkah memahami dan mengidentifikasi
masalah potensial yang mungkin terjadi, mengevaluasi, memonitoring dan menangani resiko.
Manajemen resiko yang proaktif artinya menjawab bagaimana orang secara aktif berusaha
mengurangi resiko serta memperbaiki tingkat probabilitas keberhasilan proyek.

Resiko merupakan kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian dan akiat dari kejadian
tersebut dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu akibat yang mungkin
terjadi untuk satu kejadian tertentu. Pada umumnya resiko dipandang daru perspektif negatif,
seperti kehilangan, bahaya, kerugian, kegagalan dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut pada
prinsipnya merupakan bentuk ketidak pastian yang mestinya dipahami dan dikelola secara efektif
sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi organisasi. Per definisi resiko merupakan suatu
kesempatan atau peluang yang secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Riskexposure = risk likelihood x riskimpact

Risk likelihood adalah probabilitas terjadinya suatu peristiwa yang dikuantifisir menjadi
angka probabilitas, risk impact adalah dampak dari peristiwa tersebut yang biasanya diukur
dengan satuan moneter misalnya rupiah, sedangkan tingkat kepentingan resiko disebut risk
exposure, yang dalam analisis biaya-manfaat akan mencerminkan besarnya biaya. Risk exposure
inilah yang nantinya akan diperbandingkan dengan suatu pekerjaan lainnya dan menjadi acuan
bagi orang untuk memilih pekerjaan mana yang akan dilakukan.

Lebih jauh, dalam konteks sistem manajemen proyek, sistem manajemen resiko proyek
dipahami sebagai seni dan ilmu untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merespon resiko
selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek..
Sistem manajemen resiko proyek yang baik akan mampu memperbaiki tingkat keberhasilan
proyek secara signifikan. Bagaimanapun, sistem manajemen resiko proyek akan memberikan
suatu pengaruh positif dalam hal memilih proyek, menentukan lingkup proyek, membuat jadwal
yang realistis dan estimasi biaya yang baik.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sistem manajemen resiko proyek yakni:
1) Identifikasi, analisis dan penilaian resiko di awal proyek secara sistematis serta mengembangkan
rencana untuk mengantisipasi resiko.
2) Mengalokasikan tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola resiko.
3) Memastikan bahwa biaya penanganan resiko adalah cukup kecil dibanding nilai proyek. Artinya
bahwa biaya yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari suatu resiko realatif lebih
rendah atau sama dengan besaran manfaat dari terhindarnya/ berkurangnya resiko tersebut
Sistem manajemen resiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Sistem manajemen
resiko dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Sistem manajemen resiko juga
dapat diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan
ataupun untuk pengelolaan daerah dengan resiko yang spesifik.

C. Jenis-Jenis Resiko dan Pengendalian Resiko


Resiko proyek adalah peristiwa tidak pasti yang bila terjadi akan memiliki efek positif atau
negatif terhadap tujuan proyek (bisa berupa biaya, waktu, mutu, ruang lingkup). Resiko mungkin
memiliki satu atau lebih penyebab, yang bila terjadi memiliki satu atau lebih dampak. Resiko
memiliki 3 unsur utama didalamnya, dapat dilihat dari gambar dibawah ini.

Jenis-Jenis resiko
Menurut IRM (2002), ada setidaknya 4 jenis resiko yang selama ini sudah dikenal orang, yakni:
1. Resiko Operasional, yakni resiko yang berhubungan dengan operasional organisasi,
antra lain misalnya resiko yang mencakup sistem organisasi, proses kerja, teknologi dan
sumber daya manusia.
2. Resiko Finansial, yakni resiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi
seperti kejadian resiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkt suku bunga termasuk resiko
pemeberian kredit, likuiditas da kondisi pasar.
3. Hazard Risk, yaitu resiko yang terkait dengan kecelakaan fisik seperti kerusakan
karena kebakaran, gempa bumi, ancaman fisik dll
4. Resiko stratejik, yaitu resiko yang ada hubungannya dengan strategi perusahaan,
politik, ekonomi, hukum. Resiko ini juga terkait dengan reputasi kepemimpinan organisasi
dan perubahan selera pelanggan.
Resiko memiliki kategori yang terbagi kedalam dua kategori yang dilihat untuk membedakan
dampak yang akan terjadi pada masing-masing resiko, kategori tersebut terdiri dari :
 Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah resiko bisnis(business risk).
Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya
merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif. Resiko spekulatif adalah
suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan
kerugian.

 Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi
kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan
keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu.
Resiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-
apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah
dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu
sebabnya resikomurni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan ( insurable
risk ).
Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni adalah kemungkinan untung
ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan
untukresiko murni tidak dapat kemungkinan untung.

Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko melalui rencana kegiatan program dan tingkatan tim. Pada tahap ini
perlu dilakukan pengembangan sebuah program untuk pengendalian resiko di masing-masing
bagian maupun area organisasi
Pengendalian resiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian resiko,
analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan pengendalian.
Identifikasi Alternatif-Alternatif Pengendalian Resiko
a. Penghindaran resiko
Beberapa pertimbangan penghindaran resiko :
1. Keputusan untuk menghindari atau menolak resiko sebaiknya memperhatikan informasi yang
tersedia dan biaya pengendalian resiko.
2. Kemungkinan kegagalan pengendalian resiko.
3. Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian.
4. Penghindaran resiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian resiko yang
dilakukan sendiri.
5. Alokasi sumber daya tidak terganggu.

b. Meningkatkan probabilita
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.Kemungkinan dari kejadian
atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap
jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1,
dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau
hasil yang pasti.
c. Mengurangi konsekuensi
Alternatif ini melihat kepada dampak dari sebuah proses yang sudah di lakukan, apakah itu
dampak positif maupun negative, guna untuk meringankan para pekerja dari resiko yang ada.
d. Transfer resiko
Alternatif transfer resiko ini, dilakukan setelah dihitung keuntungan dan kerugiannya. Transfer
resiko ini bisa berupa pengalihan resiko kepada pihak kontraktor. Oleh karena itu didalam
perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor harus jelas tercantum ruang lingkup pekerjaan dan
juga resiko yang akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin terjadi dapat juga di
transfer resikonya dengan pihak asuransi.

D. Proses Manajemen Resiko


Proses manajemen resiko memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk mengelola resiko ada
beberapa tahapan yakni:

1. Perencanaan Manajemen Resiko.


Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan
kegiatan manajemen resiko untuk sebuah proyek. Dengan mempertimbangkan lingkup proyek,
rencana manajemen proyek, faktor lingkungan perusahaan, maka tim proyek dapat
mendiskusikan dan menganalisis aktivitas manajemen resiko untuk proyek-proyek tertentu.

Untuk membuat perencanan manajemen resiko, ada bebrapa hal yang diperlukan, yakni :
a. Project Charter, yakni dokumen yang dikeluarkan oleh manajemen senior yang secara formal
menyatakan adanya suatu proyek. Dokumen ini memberi otorisasi kepada manajer proyek untuk
menggunakan sumberdaya organisasi untuk melaksanakan aktivitas proyek.
b. Kebijakan manajemen resiko,
c. Susunan peran dan tanggung jawab,
d. Toleransi stakeholder terhadap resiko, dan
e. Tamplate untuk rencana manajemen resiko organisasi.
Output dari perencanaan manajemen resiko adalah Risk Management Plan yang berisi:
 Metodologi yang menguraikan definisi alat, pendekatan, sumber data yang mungkin digunakan
dalam manajemen resiko proyek tertentu
 Peran dan Tanggung Jawab yang menguraikan tanggung jawab dan peran utama serta
pendukung berikut keanggotaan tim manajemen resiko untuk setiap tindakan
 Budget yang berisi rencana anggaran untuk manajemen resiko proyek
 Waktu yang berisi rencana waktu pelaksanaan proses manajemen resiko di sepanjang siklus
proyek
 Scoring dan Intepretasi yang menguraikan metode skoring dan intepretasi yang sesuai tipe dan
waktu analisis resiko kualitatif maupun kuantitatif.L

2. Identifikasi Resiko
Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi resiko dimulai dengan memahami apa
sebenarnya yang disebut sebagai resiko. Berikutnya adalah pendefinisian resiko yang mungkin
mempengaruhi tingkat keberhasilan proyek dan mendokumentasikan karakteristik dari tiap-tiap
resiko dengan melakukan Hasil utama dari langkah ini adalah risk register.
Identifikasi resiko dapat dilakukan dengan analisis sumber resiko dan analisis masalah Analisis
sumber resiko yaitu analisis resiko dengan melihat darimana resiko berasal.
Ada tiga sumber resiko yang sudah banyak dikenal yakni Resiko internal yakni resiko
yang bersumber dari internal organisasi yang dapat dikategorikan dalam non technical risk
(manusia, material, keuangan) dan technical risk (disain, konstruksi dan operasi). Analisis
masalah adalah analisis resiko yang terkait dengan kekawatiran/ rasa khawatir.

Untuk dapat mengidentifikasi resiko setidaknya ada empat metode yang digunakan,
yakni :
a. Identifikasi resiko berdasarkan tujuan Yaitu resiko diidentifikasi berdasarkan sejauh mana suatu
peristiwa dapat membahayakan pencapaian tujuan secara perbagian atau secara keseluruhan
pekerjaan proyek.
b. Identifikasi Resiko berdasarkan Skenario. Yakni resiko diidentifikasi berdasarkan skenario yang
dibuat berdasarkan perkiraan terjadinya sebuah peristiwa.
c. Identifikasi resiko berdasarkan Taksonomi. Yakni resiko dibreakdown berdasarkan sumber
resiko dengan menggunakan pengetahuan praktik yang ada melalui daftar pertanyaan yang telah
disusun yang jawabannya akan menunjukkan resiko yang ada.
d. Common risk check. Yakni resiko yang sudah biasa terjadi didaftar dan dilakukan pemilihan
mana resiko yang sesuai dengan proyek yang sedang dikerjakan.

3. Analisis Resiko Kualitatif


Analisis kualitatif salam manajemen resiko adalah proses menilai dampak dan kemungkinan
risko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun resiko berdasarkan
dampaknya terhadap tujuan proyek. Analisis ini merupakan cara prioritisasi resiko sehingga
membentuk gambaran resiko yang harus mendapat perhatian khusus dan cara merespon resiko
tersebut seandainya terjadi.

4. Analisis Resiko Kuantitatif


Analisis resiko secara kuantitatif merupakan metode untuk mengidentifikasi resiko
kemungkinan kegagalan sistem dan memprediksi besarnya kerugian. Analisis ini dilakukan
dengan mengaplikasikan formula matematis yang dikaitkan dengan nilai finansial. Secara
matematis penghitungan resiko dilajkukan dengan mengalikan tingkat kemungkinan kejadian
dengan dampak yang ditimbulkan.

Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengambil langkah strategis dalam mengatasi
resiko yang teridentifikasi.. Meskipun analisis kuantitatif ini menggunakan pendekatan
matematis, namun pada prinsipnya analsisi ini merupakan tindak lanjut yang mengikuti hasil
analisis kualitatif. Kesulitan utama dalam analisis resiko kuantitatif adalah pada saat menentukan
tingkat kemungkinan karena data-data statistik belum tentu tersedia untuk semua peristiwa.

5. Penanganan Resiko
Penangan resiko diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk meminimalisasi
tingkat resiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Sacra kuantitatif, upaya
meminimalisasi resiko dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada
turunnya angka hasil ukur yang diperoleh dari analisis resiko.
Meskipun dalam penanganan resiko dapat dilakukan dengan satu atau lebih cara yang
diaplikasikan secara bersamaan atau simultan misalnya mengurangi resiko sekaligus
mengalihkan resiko, namun secara umum, teknik yang digunakan untuk menangani resiko
dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu :
a. Menghindari resiko yakni dengan tidak melakukan aktivitas yang beresiko dan memilih
melakukan kegiatan yang tidak memiliki resiko.
b. Mitigasi/ Reduksi/ Mengurangi resiko yakni dengan melakukan tindakan untuk mengurangi
peluang terjadinya peristiwa yang tidak diharap. Misalnya dengan memilih orang-orang yang
kompeten untuk dipekerjakan di proyek.
c. Menerima resiko yakni tetap melakukan pekerjaan yang mengandung resiko dengan tidak
melakukan perubahan apapun namun menyiapkan rencana kontingensi jika resiko terjadi.
Tranfer Resiko yakni dengan mengalihkan resiko ke pihak lain misalnya dengan membeli
asuransi.

6. Evaluasi resiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen resiko dengan
membandingkan tingkat resiko terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat resiko dan
kriteria lainnya.
Melakukan Evaluasi Resiko, tentukan kriteria yang diduga akan menghambat evaluasi
resiko yang akan dilakukan. Hal tersebut ditentukan oleh kesesuaian dan perlakuan resiko yang
didasari kegiatan operasional, teknis, dana, hukum, sosial, kemanusiaan atau kriteria lainnya.
Biasanya hal tersebut tergantung dari kebijakan internal, tujuan, objektifitas, dan kebijakan
organisasi perusahaan.
Kriteria dipengaruhi oleh persepsi internal dan eksternal, serta ketentuan hukum. Sangat
penting untuk menyesuaikan kriteria tersebut dengan lingkungan yang ada. Kriteria resiko harus
dibuat sesuai dengan jenis resiko yang ada dan level resikonya.
BAB III
Kesimpulan

Sistem manajemen proyek merupakan sekumpulan perencanaan untuk mendeteksi dampak


positif dan dampak negative di dalam kegiatan pembangunan oleh sebuah lembaga orgnisasi.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sistem manajemen resiko proyek yakni:

1) Identifikasi, analisis dan penilaian resiko di awal proyek secara sistematis serta
mengembangkan rencana untuk mengantisipasi resiko.
2) Mengalokasikan tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola resiko
3) Memastikan bahwa biaya penanganan resiko adalah cukup kecil dibanding nilai proyek.
Artinya bahwa biaya yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari suatu resiko realatif
lebih rendah atau sama dengan besaran manfaat dari terhindarnya/ berkurangnya resiko tersebut

 Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
 Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Pengendalian resiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian resiko,
analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno dalam Triton,2005:13


James A.F Stoner
Robert I. Mahr & Emerson Cammak, Principle of Insurance
Darmawi, Herman. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, 2005.
Artikel “Risk Based Enterprise Asset Management”, Capgemini, Website 2007.
http://aguswibisono.com/2010/manajemen-proyek/

Anda mungkin juga menyukai