Pengenalan Biomolekuler PDF
Pengenalan Biomolekuler PDF
Disusun oleh:
Unun Nur Ainun
11417014
Kelompok 1
Asisten:
Sukainah
11415025
ABSTRAK
Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang jumlahnya sangat melimpah
di alam. Perbedaan antara lemak dan minyak yaitu perbedaan konsistensi atau sifat
fisik pada suhu kamar. Lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Perbedaan
titik cair dari lemak disebabkan oleh perbedaan jumlah ikatan rangkap. Lemak
merupakan salah satu komponen makanan yang multifungsi yang sangat penting bagi
kehidupan. Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber energi, bagian dari
membran sel,mediator aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga
keseimbangan suhu tubuh, dan pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika,2008).
TUJUAN
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lampu spiritus, penangas,
penjepit tabung,pipet tetes, dan tabung reaksi. Kemudian bahan bahan yang
digunakan pada saat praktikum adalah alkohol 1%, aquades, asam asetat glasial,
benzena, eter, HCL 2N, indikator universal, kertas lakmus, kloroform, larutan amilum
1%, larutan dextrin 1%, c larutan glikogen 1%, larutan glikogen 1%, larutan glukosa
1%, larutan KI 10%,larutan sukrosa 1%, margarin, Minya kelapa, minyak kelapa
tengik, minyak olive, Na2CO3 1%, NaOH 2%, pereaksi benedict, pereaksi fehling A
(CuS04), pereaksi iodium, pereaksi tollens, pereaksi fehling B (campuran NaOH dan
Kalium nitrat).
METODE
Cara kerja untuk reaksi uji karbohidrat dibagi menjadi lima bagian. Bagian
pertama cara kerja untuk uji fehling, larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1
ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan amilum 1% 1 ml, dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berbeda untuk setiap larutan yang berbeda. Kemudian ditambahkan 0,5
ml pereaksi fehling A 0,5 ml dan fehling B 0,5 ml ke dalam masing masing tabung
reaksi, lalu dicampurkan dengan baik. Terakhir dipanaskan di ataas penangas selama
beberapa menit.
Bagian kedua yaitu cara keja untuk uji benedict, reagen benedict sebnayk 2ml
dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi, kemudian setiap tabung diisi dengan satu
jenis larutan, yatu larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa
1% 1 ml, larutan amilum 1% 1 ml. Dicampurkan dengan baik, setelah itu dimasukkan
kedalam penangas air didih selama tiga menit, lalu dibiarkanmendingin, dan
diperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
Bagian ketiga yaitu cara kerja untuk uji tollens, pertama ditambahkan larutan
glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan amilum
1% 1 ml pada setiap tabung yang berebda. Kemudain ditambahhkan 1 ml pereaksi
tollens pada setiap tabung. Lalu dicampurkan dengan baik dan dipanaskan di atas api
selama 1 menit, setelah itu diamati perubahan yang terjadi.
Bagian keempat yaitu cara kerja untuk uji iodin, pertama larutan glukosa 1% 1
ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan amilum 1% 1 ml,
larutan dekstrin 1% 1 ml, laruta glikogen 1% 1 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berbeda untuk setiap larutan. Kemudain ditambah 5 tetes pereaksi iodium
pada setiap tabung reaksi, dicampurkan dengan baik dan diamati perubahan warna
yang terjadi.
Bagian kelima yaitu cara kerja untuk hidrolisis pati, pertama dimasukkan 5 ml
amilum ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2,5 ml HCL 2N dicampurkan
hingga homogen dan dimasukkan ke dalam penangas air mendidih dengan sesekali
tabung reaksi digoyangkan. Setelah 5 menit larutan dipipet sebanyak 2 tetes ke dalam
plat tetes dan ditambahkan 2 tete pereaksi iodin kemudain dicatat perubahan warna
yang terjadi. Diulangi setiap 5 menit sampai diperoleh warna kuning pucat. Setelah
itu hidrolisis dilanjutkan lagi setelah 5 menit, kemudian larutan didinginkan. Larutan
dinetralkan dengan ditambah NaOH 2N lalu diuji dengan kertas lakmus. Dengan
bagaian selanjutnya disiapkan tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml pereaksi benedict,
ditambah 10 tetes larutan yang telah dihidrolisis, lalu dicampurkan dengan baik.
Kemudian tabung reaksi dipanaskan di dalam penangas air selama 3 menit. Daicatat
perubahan yang terjadi, terakhir disimpulkan thasil dari hidrolisis pati.
Cara kerja untuk reaksi uji lemak dibagi menjadi empat bagian. Bagian
pertama cara kerja untuk uji kelarutan minyak atau lemak, yaitu pertama aquades 1
ml, HCl 1 ml, Na2CO3 1%, 1 ml, alkohol 96% 1 ml, eter, kloroform, dan benzene
dimasukkan ke dalam tabung raeaksi yang berebada untuk setiap larutan, kemudian
ditambahkan dalam masing masing tabung 2 tetes minyak kelapa. Setelah itu dikocok
sampai homogen dan biarkan beberapa saat, terakhir diamati sifat kelarutannya.
Bagian kedua yaitu cara kerja untuk uji easaman lemak atau minyak. Pertama
minyak kelapa dan minyak kelpa tengik dipipet, kemudian kedua jenis minyak
diteteskan pada kertas lakmusmerah, lakmus biru dan indikator universal yang
berbeda, terakir diamati perubahan warna pada kertas lakmus dan indikator.
Bagian ketiga yaitu cara kerja untuk uji peroksida. Pertama 1 ml minyak olive
dan 1 ml minyak jelantah dilarutkan dalam 1 ml kloroform, kemudian ditambahkan 2
ml asam asetat glasial dan satu tetes larutan KI 10%. Setelah itu, diaduk dengan baik
dan dibiarkan selama 5 menit. Terakhir dicatat perubahan yang terjadi.
Bagian keempat yaitu cara kerja untuk uji ketidakjenuhan minyak. Pertama 1
ml minyak kelapa dan margarin dilarutkan di dalam 2 ml kloroform. Kemudian
ditambahkan tetes demi tetes iodin sehingga warna kuning iodin tidak berubah.
Dihitung jumlah tetesan iodin yang dibutuhkan . terakhir dibandingkan jumlah
tetesan iodin untuk minyak kelapa dan margarin.
Pertama yaitu uji fehling, terdapat tiga larutan karbohidrat yang diuji ada
larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan
amilum 1% 1 ml. Setelah ditetesi fehling A 0,5 ml dan fehling B 0,5 ml tiap larutan
mengalami perubahan warna, larutan glukosa berwarna merah bata dan positif
terdapat gugus aldehid, larutan fruktosa berwarna merah coklat dan postif terdapat
gugus aldehid, larutan sukrosa berwarna biru dan negatif mengandung gugus aldehid,
terakhir larutan amilum berwarna biru bening dan negatif terdapat gugus aldehid.
Hasil percobaan tersebut sesuai dengan literatur. Hal yang menyebabkan
dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal dari Fehling yang memiliki
ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
berwarna merah bata (Cu2O). (Lubis,2012).
Kedua uji yaitu benedict menggunakan tiga larutan karbohidrat yang diuji,
yaitu larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml,
larutan amilum 1% 1 ml. Setelah ditambah 2 ml reagen benedict larutan berwarna
coklat tua keruh dan positif mengandung gula reduksi, larutan fruktosa berwarna
coklat tua jernih juga positif mengandung gula reduksi, larutan sukrosa berwarna biru
tua dan negatif mengandung gula reduksi, terakhir larutan amilum berwarna biru juga
negatif mengandung gula reduksi. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan
literatur. Karena uji benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida
dan gula pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan
monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata.
Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen benedict karena
keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas. Hasil yang positif ditunjukkan
dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning, orange, atau merah bata dan
juga akan membentuk endapan hijau, kuning, orange atau merah bata
(Kusbandari,2015).
Tabel 2. Uji benedict
Ketiga yaitu uji tollens menggunakan tiga larutan karbohidrat yang diuji, yaitu
larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan
amilum 1% 1 ml. Setelah ditambah 1 ml pereaksi tollens larutan glukosa terbentuk
cincin perak dan positif terdapat gugus aldehid dan keton, larutan fruktosa juga
terdapat cincin perak dan positif terdapat gugus aldehid dan keton, sedangkan pada
larutan sukrosa dan larutan amilum tidak terbentuk cincin perak dan negatif terdapat
gugus aldehid dan keton. Hasil percobaan yang dilakukan ini sesuai dengan literatur.
Karena penyebab munculnya cincin perak adalah Ag2O yang merupakan gugus aktif
dari pereaksi tollens yang tereduksi dan reaksi tersebut mampu mengubah ikatan C-H
pada aldehid menjadi ikatan C-O (Pavia et al, 2005).
Keempat yaitu uji iodin menggunakan tiga larutan karbohidrat yang diuji,
yaitu larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml,
larutan amilum 1% 1 ml. Setelah ditambah 5 tetes pereaksi iodin larutan amilum
berwarna biru dan positif sebagai polisakarida, sedangkan larutan glukosa, larutan
fruktosa, larutan sukrosa, larutan dekstrin dan larutan glikogen berwarna bening dan
negatif polisakarida. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan literatur. Ini
disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium
yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada
kompleks tersebut.(Fessenden,2010).
Pada reaksi uji lemak dilakukan uji kelarutan minyak atau lemak, uji
keasaman lemak atau minyak, uji peroksida, dan uji ketidakjenuhan minyak. Pertama
uji kelarutan minyak atau lemak yang menggunakan aquades 1 ml, HCl 1 ml, Na2CO3
1%, 1 ml, alkohol 96% 1 ml, eter, kloroform, dan benzene. Kemudian setelah ditetesi
minyak kelapa sebanyak dua tetes, minyak kelapa dalam aquades tidak larut, minyak
pada HCl 2N juga tidak larut, minyal kelapa dalam Na2CO3 dan dalam alkohol 96%
membentuk emulsi, sedangkan minyak dalam eter, kloroform, dan benzene larut.
Hasil percobaan ini sesuai dengan literasi. Karena lemak atau minyak merupakan
senyawa nonpolar yang dapat larut dengan senyawa nonpolar, maka pada beberapa
pelarut yang polar minyak tersebut tidak dapat larut dan membentuk emulsi
(Sumardjo, 2005).
Kedua yaitu uji keasaman lemak atau minyak, bahan yang digunakan adalah
minyak kelapa dan minyak kelapa engik. Setelah dipipet dan diuji pada kertas lakmus
minyak kelpa tidak merubah warna lakmus dan nilai pH nya adalah 7 berarti minyak
kelapa bersifat netral, sedangkan minyak kelapa tengik merubah warna kertas lakmus
biru menjadi merah dan nilai pH 10, berarti minyak kelapa tengik bersifat basa. Hasil
percobaan yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Minyak yang tengik
seharusnya bersifat asam karena telah teroksidasi setelah mengalami pemanasan yang
berulangkali dan dalam waktu yang lama( Kurnia ,2012). Ketidak sesuain hasil
percobaan dengan literatur disebabkan oleh bebrapa faktor, seperti lingkungan, bahan
yang salah atau ketidakcermatan praktikan.
Ketiga yaitu uji peroksida, bahan yang digunakan dalah minyak jelantah dan
minyak olive atau minyak zaitun. Setelah ditambah 2 ml asam asetat glasial dan 10
tetes KI 10% didiamkna sekitar 5 menit dan ditambah amilum hasil pengujian tidak
menghasilkan warna biru pada kedua minyak tersebut. Hasil uji peroksida ini tidak
sesuai dengan literatur. Seharusnya pada minyak jelantah ataupun minyak zaitun
positif mengandung peroksida. Karena minyak yag telah dipanasakan kelapa tengik
adalah minyak yang telah mengalami pemanasa sehingga seharusnya mengandung
peroksida ( Gunawan et al, 2003). Hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan
literatur karena faktor cara kerja yang tidak sesuai dengan prosedur, kami tidak
mendiamkan selama 5 menit namun setelah kurang lebih 2 menit langsung ditetesi
larutan amilum sehingga larutan tidak berubah warna menjadi biru yang dapat
disimpulkan mengandung peroksida.
Keempat yaitu uji ketidakjenuhan minyak menggunakan bahan minyak kelapa dan
margarin. Setelah dilarutkan dalam kloroform dan ditambah tetes demi tetes iodin, minyak
kelapa membutuhkan 10 tetes iodin untuk bersifat jenuh. Sedangkan margarin membutuhkan
32 tetes iodin untuk bersifat jenuh. Maka menurut hasil uji yang dilakukan minyak kelapa
lebih jenuh dibandingkan margarin. Hasil uji tersebut tidak sesuai dengan literatur. Menurut
literatur margarin bersifat lebih jenuh dibandingkan dengan minyak kelapa. Ketidakjenuhan
minyak ditentukan oleh banyaknya jumlah ikatan rangkap. Semakin banyak jumlah ikatan
rangkap maka semakin tidakjenuh (Pavia et al, 2005). Hasil percobaan tidak sesuai dengan
literatur karena faktor lingkungan yang mengakibatkan minyak dan margarin terkontaminasi
dan ketidatelitian praktikan.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukam adalah pada larutan
karbohidrat yang diuji fehling larutan glukosa dan fruktosa positif mengandung gugus
aldehid. Pada larutan karbohidrat yang dilakukan uji benedict larutan glukosa dan
larutan fruktosa dapat ditentukan keberadaan gula reduksiya. Pada larutan karbohidrat
yang dilakukan uji tollens larutan glukosa dan fruktosa positif terdapat gugus aldehid
dan keton. Pada larutan karbohidrat yang dilakukan uji iodin hanya larutan amilum
yang mengandung peroksida. Hidrolisis amilum terjadi secara sempurna pada menit
ke-10, karena sudah tidar berwarna biru maka disimpulkan sudah tidak adanya
peroksida. Lemak larut sempurna pada pelarut eter, kloroform, dan benzene.
Sedangkan pada pelarut Na2CO3 dan alkohol 96% terjadi emulsi, dan pada pelarut
aquades dan HCl 2N tidak larut. Keasaman dan ketengikan minyak ditandai dengan
sifat asam atau basanya minyak tersebut. Minyak kelapa memiliki pH 7 atau netral,
sedangkan minyak kelapa tengik membirukan warna lakmus merah dan memiliki pH
10. Pada minyak zaitun dan minyak kelapa yang diuji tidak mengandung peroksida.
Minyak kelap lebih jenuh dibandingkan dengan margarin.
DAFTAR PUSTAKA
Purawisastra S., Sahara E. 2010. Isolasi Galaktoman Ampas Kelapa Rumah Tangga
dan Bungkil Industri Minyak Kelapa. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makan.
33(1):23-29.
Larutan
fruktosaberuba
h warna
menjadi merah
bata
Larutan
berwarna biru
keruh
Larutan
berwarna
coklat tua
keruh
Gambar 9. Uji Benedict pada Gambar 10. Larutan glukosa yang
karbohidrat sebelum ditambah reagen telah ditambahkan reagen benedict
Benedict (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)
Larutan
berwarna
coklat tua
jernih
Gambar 11. Uji Benedict pada Gambar 12. Larutan fruktosa yang
karbohidrat sebelum ditambah reagen telah ditambahkan reagen benedict
Benedict (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)
Larutan
berwarna biru
tua
Gambar 13. Uji Benedict pada Gambar 14. Larutan sukrosa yang
karbohidrat sebelum ditambah reagen telah ditambahkan reagen benedict
Benedict (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)
LARUTAN AMILUM Larutan
DOKUMENTASI HILANG berwarna biru
Ada cincin
perak
Gambar 17. Uji Tollens pada Gambar 18. Larutan glukosa yang
karbohidrat sebelum ditambah telah ditambahkan reagen tollens
pereaksi Tollens (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)
Ada cincin
perak
Gambar 19. Uji Tollens pada Gambar 20. Larutan fruktosa yang
karbohidrat sebelum ditambah telah ditambahkan reagen tollens
pereaksi Tollens (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)
Gambar 25. Uji Iodin pada Gambar 26. Larutan glukosa yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)
Larutan
berwarna
bening
Gambar 27. Uji Iodin pada Gambar 28. Larutan fruktosa yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)
Larutan
berwarna
bening
Gambar 29. Uji Iodin pada Gambar 30. Larutan sukrosa yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)
Larutan
berwarna biru
Gambar 31. Uji Iodin pada Gambar 32. Larutan amilum yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)
Larutan
berwarna
bening
Gambar 33. Uji Iodin pada Gambar 34. Larutan dextrin yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)
Larutan
berwana
bening
Gambar 35. Uji Iodin pada Gambar 36. Larutan glikogen yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)
Tidak larut
emulsi
Emulsi
Larut
larut
Gambar 54. Uji Peroksida pada Gambar 55. Miyak kelapa jelantah
minyak kelapa dan minyak zaitun diuji peroksida. (Sumber:
sebelum ditambah asam asetat Dokumentasi kelompok 1, 2018)
glasial,KI, dan amilum
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)
Warna tidak
biru dan tidak
ada peroksida
Gambar 56. Uji Peroksida pada Gambar 57. Minyak zaitun di uji
minyak kelapa dan minyak zaitun peroksida. (Sumber: Dokumentasi
sebelum ditambah asam asetat kelompok 1, 2018)
glasial,KI, dan amilum
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)