Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PERTANIAN (BA2103)

PENGENALAN KARAKTERISTIK BIOMOLEKUL


KARBOHIDRAT DAN LEMAK
Tanggal Praktikum : 06 September 2018
Tanggal Pengumpulan : 13 September 2018

Disusun oleh:
Unun Nur Ainun
11417014
Kelompok 1

Asisten:
Sukainah
11415025

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2018
Pengenalan Katakteristik Biomolekul Karbohidrat dan Lemak

Unun Nur Ainun ǀ 11417014

ABSTRAK

Biomolekul adalah senyawa-senyawa kimia yang mengandung unsur karbon.


Biomolekul dikenal juga dalam bentuk karbohidrat, protein, asam nukleat dan juga
lipid. Biomolekul inilah yang menjadi senyawa penyusun makhluk hidup yang
terdapat pada sel makhluk hidup. Karbohidrat adalah salah satu makromolekul yang
sangat penting bagi makhluk hidup. Menurut definis karbohidrat merupakan
polihidroksialdehida, polihidrokdiketon, atau merupakan zat yang dapat
menghasilkan senyawa tersebut ketika di hirolisis. Karbohidrat tersusun dari unsur-
unsur karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang
jumlahnya sangat melimpah di alam. Perbedaan antara lemak dan minyak yaitu
perbedaan konsistensi atau sifat fisik pada suhu kamar. Lemak berbentuk padat dan
minyak berbentuk cair. Perbedaan titik cair dari lemak disebabkan oleh perbedaan
jumlah ikatan rangkap. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan keberadaan
gugus aldehid, menentukan keberadaan gula reduksi, menentukan keberadaan gugus
aldehid dan keton pada karbohidrat pada karbohidrat, menentukan keberadaan
polisakarida (amilum, dekstrin, glikogen), menentukan hasil hidrolisis amilum (pati),
menentukan kelaruta minyak pada berbagai pelarut, menentukan sifat keasaman dan
ketengikan minyak, menentukan kandungan peroksida di dalam minyak, menentukan
sifat ketidak jenuhan minyak atau lemak.

Kata kunci : biomolekul, karbohidrat, lemak, minyak


PENDAHULUAN

Biomolekul adalah senyawa-senyawa kimia yang mengandung unsur


karbon. Biomolekul dikenal juga dalam bentuk karbohidrat, protein, asam nukleat
dan juga lipid. Biomolekul inilah yang menjadi senyawa penyusun makhluk hidup
yang terdapat pada sel makhluk hidup ( Azhar, 2016). Karbohidrat adalah salah satu
makromolekul yang sangat penting bagi makhluk hidup. Menurut definis karbohidrat
merupakan polihidroksialdehida, polihidrokdiketon, atau merupakan zat yang dapat
menghasilkan senyawa tersebut ketika di hirolisis. Kerbohihidrat tersusun dari unsur-
unsur karbon, oksigen dan hidrogen. Fungsi dari karbohidrat adalah sebagai sumber
energi yang utama, sebagai cadangan makanan, dan sebagai zat pembangun struktur
tubuh. Beberapa jenis karbohidrat dapat dijadikan sebagai cadangan makanan, seperti
pati pada tumbuhan, dan glikogen pada hewan dan manuasia ( Purawisastra dan
Sahara, 2010).

Uji kandungan karbohidrat dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti


uji fehling, uji benedict, uji tollens, uji iodin dan hidrolisis pati. Uji fehling bertujuan
untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid pada karbohidrat. Uji fehling positif
ditandai dengan adanya endapan berwarna merah bata. Uji benedict dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan gula pereduksi. Uji benedict juga merupakan uji yang
biasa dilakukan pada karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Uji
benedict berdasarkan reduksiCu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas
dalam suasana alkalis biasanya ditambah zat pengompleks untuk mencegah terjadinya
pengendapan. Hasil uji benedict positif biasanya berwarna hijau, merah, orange, atau
merah bata serta adanya endapan. Uji tollens dilakukan untuk mengetahui adanay
gugus aldehid dan keton pada karbohidrat, biasanya jika positif ditandai dengan
terbentuknya cincin perak berupa endapan. Uji iodin bertujuan untuk memsisahkan
antara polisakarida, monosakarida, dan disakarida. iodin memberikan warna yang
kompleks dengan polisakarida, amilum memberikan biru pada iodin, sedangkan
glikogen yang sudah terhidrolisis memberikan warna merah merah sampai coklat
dengan iodin (Sumardjo, 2009).

Lemak dan minyak adalah senyawa lipida yang jumlahnya sangat melimpah
di alam. Perbedaan antara lemak dan minyak yaitu perbedaan konsistensi atau sifat
fisik pada suhu kamar. Lemak berbentuk padat dan minyak berbentuk cair. Perbedaan
titik cair dari lemak disebabkan oleh perbedaan jumlah ikatan rangkap. Lemak
merupakan salah satu komponen makanan yang multifungsi yang sangat penting bagi
kehidupan. Fungsi lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber energi, bagian dari
membran sel,mediator aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga
keseimbangan suhu tubuh, dan pelarut vitamin A, D, E, dan K (Sartika,2008).

Uji kelarutan minyak atau lemak bertujuan untuk menentukan kelarutan


lemak pada berbagai pelarut. Kelarutan minyak dapat dilihat dari larutan tersebut
tercampur homogen, tidak larut atau emulsi. Uji keasaman lemak bertujuan untuk
menentukan sifat asam dan ketengikan minyak, yaitu diketahui dengan jika minyak
yang asam akan merubah lakmus biru menjadi merah dengan ph kurang dari 6,5. Uji
peroksida bertujuan untuk menentukan kandungan peroksida di dalam minyak tengik
atau minyak jelantah, adanya peroksida tersebut ditandai dengan pembebasan iodin
yang berwarna biru. Dan uji ketidakjenuhan minyak bertujuan untuk menentukan
sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh akan menghilangkan
warna iodin.

TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan keberadaan gugus aldehid,


menentukan keberadaan gula reduksi, menentukan keberadaan gugus aldehid dan
keton pada karbohidrat pada karbohidrat, menentukan keberadaan polisakarida
(amilum, dekstrin, glikogen), menentukan hasil hidrolisis amilum (pati), menentukan
kelaruta minyak pada berbagai pelarut, menentukan sifat keasaman dan ketengikan
minyak, menentukan kandungan peroksida di dalam minyak, menentukan sifat
ketidak jenuhan minyak atau lemak.

ALAT DAN BAHAN

Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lampu spiritus, penangas,
penjepit tabung,pipet tetes, dan tabung reaksi. Kemudian bahan bahan yang
digunakan pada saat praktikum adalah alkohol 1%, aquades, asam asetat glasial,
benzena, eter, HCL 2N, indikator universal, kertas lakmus, kloroform, larutan amilum
1%, larutan dextrin 1%, c larutan glikogen 1%, larutan glikogen 1%, larutan glukosa
1%, larutan KI 10%,larutan sukrosa 1%, margarin, Minya kelapa, minyak kelapa
tengik, minyak olive, Na2CO3 1%, NaOH 2%, pereaksi benedict, pereaksi fehling A
(CuS04), pereaksi iodium, pereaksi tollens, pereaksi fehling B (campuran NaOH dan
Kalium nitrat).

METODE

Cara kerja untuk reaksi uji karbohidrat dibagi menjadi lima bagian. Bagian
pertama cara kerja untuk uji fehling, larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1
ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan amilum 1% 1 ml, dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang berbeda untuk setiap larutan yang berbeda. Kemudian ditambahkan 0,5
ml pereaksi fehling A 0,5 ml dan fehling B 0,5 ml ke dalam masing masing tabung
reaksi, lalu dicampurkan dengan baik. Terakhir dipanaskan di ataas penangas selama
beberapa menit.

Bagian kedua yaitu cara keja untuk uji benedict, reagen benedict sebnayk 2ml
dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi, kemudian setiap tabung diisi dengan satu
jenis larutan, yatu larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa
1% 1 ml, larutan amilum 1% 1 ml. Dicampurkan dengan baik, setelah itu dimasukkan
kedalam penangas air didih selama tiga menit, lalu dibiarkanmendingin, dan
diperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.

Bagian ketiga yaitu cara kerja untuk uji tollens, pertama ditambahkan larutan
glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan amilum
1% 1 ml pada setiap tabung yang berebda. Kemudain ditambahhkan 1 ml pereaksi
tollens pada setiap tabung. Lalu dicampurkan dengan baik dan dipanaskan di atas api
selama 1 menit, setelah itu diamati perubahan yang terjadi.

Bagian keempat yaitu cara kerja untuk uji iodin, pertama larutan glukosa 1% 1
ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan amilum 1% 1 ml,
larutan dekstrin 1% 1 ml, laruta glikogen 1% 1 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berbeda untuk setiap larutan. Kemudain ditambah 5 tetes pereaksi iodium
pada setiap tabung reaksi, dicampurkan dengan baik dan diamati perubahan warna
yang terjadi.

Bagian kelima yaitu cara kerja untuk hidrolisis pati, pertama dimasukkan 5 ml
amilum ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2,5 ml HCL 2N dicampurkan
hingga homogen dan dimasukkan ke dalam penangas air mendidih dengan sesekali
tabung reaksi digoyangkan. Setelah 5 menit larutan dipipet sebanyak 2 tetes ke dalam
plat tetes dan ditambahkan 2 tete pereaksi iodin kemudain dicatat perubahan warna
yang terjadi. Diulangi setiap 5 menit sampai diperoleh warna kuning pucat. Setelah
itu hidrolisis dilanjutkan lagi setelah 5 menit, kemudian larutan didinginkan. Larutan
dinetralkan dengan ditambah NaOH 2N lalu diuji dengan kertas lakmus. Dengan
bagaian selanjutnya disiapkan tabung reaksi yang diisi dengan 2 ml pereaksi benedict,
ditambah 10 tetes larutan yang telah dihidrolisis, lalu dicampurkan dengan baik.
Kemudian tabung reaksi dipanaskan di dalam penangas air selama 3 menit. Daicatat
perubahan yang terjadi, terakhir disimpulkan thasil dari hidrolisis pati.

Cara kerja untuk reaksi uji lemak dibagi menjadi empat bagian. Bagian
pertama cara kerja untuk uji kelarutan minyak atau lemak, yaitu pertama aquades 1
ml, HCl 1 ml, Na2CO3 1%, 1 ml, alkohol 96% 1 ml, eter, kloroform, dan benzene
dimasukkan ke dalam tabung raeaksi yang berebada untuk setiap larutan, kemudian
ditambahkan dalam masing masing tabung 2 tetes minyak kelapa. Setelah itu dikocok
sampai homogen dan biarkan beberapa saat, terakhir diamati sifat kelarutannya.

Bagian kedua yaitu cara kerja untuk uji easaman lemak atau minyak. Pertama
minyak kelapa dan minyak kelpa tengik dipipet, kemudian kedua jenis minyak
diteteskan pada kertas lakmusmerah, lakmus biru dan indikator universal yang
berbeda, terakir diamati perubahan warna pada kertas lakmus dan indikator.

Bagian ketiga yaitu cara kerja untuk uji peroksida. Pertama 1 ml minyak olive
dan 1 ml minyak jelantah dilarutkan dalam 1 ml kloroform, kemudian ditambahkan 2
ml asam asetat glasial dan satu tetes larutan KI 10%. Setelah itu, diaduk dengan baik
dan dibiarkan selama 5 menit. Terakhir dicatat perubahan yang terjadi.

Bagian keempat yaitu cara kerja untuk uji ketidakjenuhan minyak. Pertama 1
ml minyak kelapa dan margarin dilarutkan di dalam 2 ml kloroform. Kemudian
ditambahkan tetes demi tetes iodin sehingga warna kuning iodin tidak berubah.
Dihitung jumlah tetesan iodin yang dibutuhkan . terakhir dibandingkan jumlah
tetesan iodin untuk minyak kelapa dan margarin.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum yang dilaksanakan hari kamis tanggal 6 September 2018


adalah melakukan beberapa pengujian reaksi pada karbohidrat dan lemak. Pada uji
reaksi karbohidrat dilakukan uji fehling, uji benedict, uji tollens, uji iodin dan
hidrolisis pati.

Pertama yaitu uji fehling, terdapat tiga larutan karbohidrat yang diuji ada
larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan
amilum 1% 1 ml. Setelah ditetesi fehling A 0,5 ml dan fehling B 0,5 ml tiap larutan
mengalami perubahan warna, larutan glukosa berwarna merah bata dan positif
terdapat gugus aldehid, larutan fruktosa berwarna merah coklat dan postif terdapat
gugus aldehid, larutan sukrosa berwarna biru dan negatif mengandung gugus aldehid,
terakhir larutan amilum berwarna biru bening dan negatif terdapat gugus aldehid.
Hasil percobaan tersebut sesuai dengan literatur. Hal yang menyebabkan
dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal dari Fehling yang memiliki
ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
berwarna merah bata (Cu2O). (Lubis,2012).

Tabel 1. Uji fehling

Zat Uji Hasil Uji Aldehid (+/-)


Glukosa 1% Merah bata +
Fruktosa 1% Merah coklat +
Sukrosa 1% Biru -
Amilum 1% Biru keruh -

Kedua uji yaitu benedict menggunakan tiga larutan karbohidrat yang diuji,
yaitu larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml,
larutan amilum 1% 1 ml. Setelah ditambah 2 ml reagen benedict larutan berwarna
coklat tua keruh dan positif mengandung gula reduksi, larutan fruktosa berwarna
coklat tua jernih juga positif mengandung gula reduksi, larutan sukrosa berwarna biru
tua dan negatif mengandung gula reduksi, terakhir larutan amilum berwarna biru juga
negatif mengandung gula reduksi. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan
literatur. Karena uji benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida
dan gula pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan
monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata.
Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen benedict karena
keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas. Hasil yang positif ditunjukkan
dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning, orange, atau merah bata dan
juga akan membentuk endapan hijau, kuning, orange atau merah bata
(Kusbandari,2015).
Tabel 2. Uji benedict

Zat Uji Hasil Uji Gula reduksi (+/-)


Glukosa 1% Coklat tua keruh +
Fruktosa 1% Coklat tua jerni +
Sukrosa 1% Biru tua -
Amilum 1% Biru -

Ketiga yaitu uji tollens menggunakan tiga larutan karbohidrat yang diuji, yaitu
larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml, larutan
amilum 1% 1 ml. Setelah ditambah 1 ml pereaksi tollens larutan glukosa terbentuk
cincin perak dan positif terdapat gugus aldehid dan keton, larutan fruktosa juga
terdapat cincin perak dan positif terdapat gugus aldehid dan keton, sedangkan pada
larutan sukrosa dan larutan amilum tidak terbentuk cincin perak dan negatif terdapat
gugus aldehid dan keton. Hasil percobaan yang dilakukan ini sesuai dengan literatur.
Karena penyebab munculnya cincin perak adalah Ag2O yang merupakan gugus aktif
dari pereaksi tollens yang tereduksi dan reaksi tersebut mampu mengubah ikatan C-H
pada aldehid menjadi ikatan C-O (Pavia et al, 2005).

Tabel 3. Uji tollens

Zat Uji Hasil Uji Gugus aldehid dan keton (+/-


)
Glukosa 1% Ada cincin perak +
Fruktosa 1% Ada cincin perak +
Sukrosa 1% - -
Amilum 1% - -

Keempat yaitu uji iodin menggunakan tiga larutan karbohidrat yang diuji,
yaitu larutan glukosa 1% 1 ml, larutan fruktosa 1% 1 ml, larutan sukrosa 1% 1 ml,
larutan amilum 1% 1 ml. Setelah ditambah 5 tetes pereaksi iodin larutan amilum
berwarna biru dan positif sebagai polisakarida, sedangkan larutan glukosa, larutan
fruktosa, larutan sukrosa, larutan dekstrin dan larutan glikogen berwarna bening dan
negatif polisakarida. Hasil percobaan yang dilakukan sesuai dengan literatur. Ini
disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium
yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada
kompleks tersebut.(Fessenden,2010).

Tabel 4. Uji Iodin

Zat Uji Hasil Uji peroksida (+/-)


Glukosa 1% Bening -
Fruktosa 1% Bening -
Sukrosa 1% Bening -
Amilum 1% Biru +
Dextrin 1% Bening -
Glikogen 1% Bening -

Kelima yaitu hidrolisi pati menggunakan 5 ml larutan amilum yang


dihirolisis, dan hdalam 5 menit waktu dihidrolisis masih berwarna biru dan
menandakan belum terhidrolisis sempurna, lalu pada menit ke 10 larutan mailum
suda berwarna bening dan disimpulkan larutan sudah terhdrolisis sempurna. Hasil
percobaan ini tidak terlalu berbeda jauh dengan literatur, pada literatur hidrolisis
sempurna terjadi pada menit ke 16, faktoor hasil kelompok kami bisa lebih cepat
adalah dari berbagai faktor seperti tetesan iodin yanh ukuran tetesannya lebih besar
dan waktu mendidihkan larutan tidak pasti dalam 5 menit (Anugrah,2012).

Tabel 5. Hidrolisis pati

Waktu Hidrolisis (menit) Hasil uji Hasil Hidrolisis


5 Biru Belum terhidrolisis
10 Bening Terhidrolisis sempurna
15 - -
20 - -
25 - -

Pada reaksi uji lemak dilakukan uji kelarutan minyak atau lemak, uji
keasaman lemak atau minyak, uji peroksida, dan uji ketidakjenuhan minyak. Pertama
uji kelarutan minyak atau lemak yang menggunakan aquades 1 ml, HCl 1 ml, Na2CO3
1%, 1 ml, alkohol 96% 1 ml, eter, kloroform, dan benzene. Kemudian setelah ditetesi
minyak kelapa sebanyak dua tetes, minyak kelapa dalam aquades tidak larut, minyak
pada HCl 2N juga tidak larut, minyal kelapa dalam Na2CO3 dan dalam alkohol 96%
membentuk emulsi, sedangkan minyak dalam eter, kloroform, dan benzene larut.
Hasil percobaan ini sesuai dengan literasi. Karena lemak atau minyak merupakan
senyawa nonpolar yang dapat larut dengan senyawa nonpolar, maka pada beberapa
pelarut yang polar minyak tersebut tidak dapat larut dan membentuk emulsi
(Sumardjo, 2005).

Tabel 6. Uji kelarutan minyak atau lemak

Bahan Hasil Uji Larut/emulsi/tidak larut


Minyak+Aquades - Tidak larut
Minyak+HCl 2N - Tidak larut
Minyak+Na2CO3 + Emulsi
Minyak+Alkohol 96% + Emulsi
Minyak+Eter ++ Larut
Minyak+Kloroform ++ Larut
Minyak+Benzene ++ Larut

Kedua yaitu uji keasaman lemak atau minyak, bahan yang digunakan adalah
minyak kelapa dan minyak kelapa engik. Setelah dipipet dan diuji pada kertas lakmus
minyak kelpa tidak merubah warna lakmus dan nilai pH nya adalah 7 berarti minyak
kelapa bersifat netral, sedangkan minyak kelapa tengik merubah warna kertas lakmus
biru menjadi merah dan nilai pH 10, berarti minyak kelapa tengik bersifat basa. Hasil
percobaan yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur. Minyak yang tengik
seharusnya bersifat asam karena telah teroksidasi setelah mengalami pemanasan yang
berulangkali dan dalam waktu yang lama( Kurnia ,2012). Ketidak sesuain hasil
percobaan dengan literatur disebabkan oleh bebrapa faktor, seperti lingkungan, bahan
yang salah atau ketidakcermatan praktikan.

Tabel 7. Uji keasaman lemakatau minyak

Bahan Hasil Uji Lakmus Asam(+/-) Nilai pH


Minyak kelapa Tidak berubah warna Netral 7
Minyak kelapa tengik Lakmus merah Basa (-) 10
menjadi biru

Ketiga yaitu uji peroksida, bahan yang digunakan dalah minyak jelantah dan
minyak olive atau minyak zaitun. Setelah ditambah 2 ml asam asetat glasial dan 10
tetes KI 10% didiamkna sekitar 5 menit dan ditambah amilum hasil pengujian tidak
menghasilkan warna biru pada kedua minyak tersebut. Hasil uji peroksida ini tidak
sesuai dengan literatur. Seharusnya pada minyak jelantah ataupun minyak zaitun
positif mengandung peroksida. Karena minyak yag telah dipanasakan kelapa tengik
adalah minyak yang telah mengalami pemanasa sehingga seharusnya mengandung
peroksida ( Gunawan et al, 2003). Hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan
literatur karena faktor cara kerja yang tidak sesuai dengan prosedur, kami tidak
mendiamkan selama 5 menit namun setelah kurang lebih 2 menit langsung ditetesi
larutan amilum sehingga larutan tidak berubah warna menjadi biru yang dapat
disimpulkan mengandung peroksida.

Tabel 8. Uji Peroksida

Bahan Hasil Uji Peroksida


Minyak kelapa Tidak berwarna biru -
Minyak zaitun(olive) Tidak berwarna biru -

Keempat yaitu uji ketidakjenuhan minyak menggunakan bahan minyak kelapa dan
margarin. Setelah dilarutkan dalam kloroform dan ditambah tetes demi tetes iodin, minyak
kelapa membutuhkan 10 tetes iodin untuk bersifat jenuh. Sedangkan margarin membutuhkan
32 tetes iodin untuk bersifat jenuh. Maka menurut hasil uji yang dilakukan minyak kelapa
lebih jenuh dibandingkan margarin. Hasil uji tersebut tidak sesuai dengan literatur. Menurut
literatur margarin bersifat lebih jenuh dibandingkan dengan minyak kelapa. Ketidakjenuhan
minyak ditentukan oleh banyaknya jumlah ikatan rangkap. Semakin banyak jumlah ikatan
rangkap maka semakin tidakjenuh (Pavia et al, 2005). Hasil percobaan tidak sesuai dengan
literatur karena faktor lingkungan yang mengakibatkan minyak dan margarin terkontaminasi
dan ketidatelitian praktikan.

Tabel 9. Uji Ketidakjenuhan Minyak

Bahan Jumlah Tetesan Ion Kesimpulan


Minyak kelapa 10 Minyak kelapa lebih jenuh
Margarin 32 Margarin lebih tidak jenuh

KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukam adalah pada larutan
karbohidrat yang diuji fehling larutan glukosa dan fruktosa positif mengandung gugus
aldehid. Pada larutan karbohidrat yang dilakukan uji benedict larutan glukosa dan
larutan fruktosa dapat ditentukan keberadaan gula reduksiya. Pada larutan karbohidrat
yang dilakukan uji tollens larutan glukosa dan fruktosa positif terdapat gugus aldehid
dan keton. Pada larutan karbohidrat yang dilakukan uji iodin hanya larutan amilum
yang mengandung peroksida. Hidrolisis amilum terjadi secara sempurna pada menit
ke-10, karena sudah tidar berwarna biru maka disimpulkan sudah tidak adanya
peroksida. Lemak larut sempurna pada pelarut eter, kloroform, dan benzene.
Sedangkan pada pelarut Na2CO3 dan alkohol 96% terjadi emulsi, dan pada pelarut
aquades dan HCl 2N tidak larut. Keasaman dan ketengikan minyak ditandai dengan
sifat asam atau basanya minyak tersebut. Minyak kelapa memiliki pH 7 atau netral,
sedangkan minyak kelapa tengik membirukan warna lakmus merah dan memiliki pH
10. Pada minyak zaitun dan minyak kelapa yang diuji tidak mengandung peroksida.
Minyak kelap lebih jenuh dibandingkan dengan margarin.

DAFTAR PUSTAKA

Purawisastra S., Sahara E. 2010. Isolasi Galaktoman Ampas Kelapa Rumah Tangga
dan Bungkil Industri Minyak Kelapa. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makan.
33(1):23-29.

Sumardjo,Damin.2009.Pengantar Kimia:Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Srata 1 Fkultas Biosekta. Jakarta:Buku Kedokteran
EGC.

Sartika,R A Dewi.2008.”Pengaruh Asam Lemak Jenuh,, Tidak Jenuh dan Asam


Lemak Trand Terhadap Kesehatan”.Jurnal Kesehatan Masyarakan Nasional.
2(4):155-160.

Lubis, R Mirna.2012.”Hidrolisis Pati Sukun dengan Katalisator H2SO4 untuk


Pembuatan Perekat”.Jurnal Rekayasa dan Lingkungan. 9(2):62-67
Kusbandari,Aprilia.2015.”Analisis Kualitatif Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi
Ganyong (Canna edulis Ker)”.Jurnal Pharmaciana.5(1):35-42

Fessenden. 2010. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Anugrah, Deo.2012.Berbagai Uji Karbohidrat. [Online]


https://www.scribd.com/doc/95291146/berbagaiujikarbohidrat diakses pada
13 September 2018 pukul 09.00 WIB.

Gunawan, Mudji Triatmo MA, dan Arianti Rahayu.2003.”Analisis Pangan:Penentuan


Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Kedelai dengan
Variasi Menggoreng”. JSKA 6(3):5

Nigam,Arti dan Ayyagari, Archana.2007. Lab Manual in Biochemistry. Immunology


and Biotechnology. New Delhi: Tata McGraw Publishing Company Limited.

Pavia, Donald L.2005.Introduction to Organic Laboratory Techniques: A Small


Schale Approach California:Cengange LearningPurawisastra S., Sahara E.
2010. Isolasi Galaktoman Ampas Kelapa Rumah Tangga dan Bungkil Industri
Minyak Kelapa. Jurnal Puslitbang Gizi dan Makan. 33(1):23-29.

Sumardjo,Damin.2009.Pengantar Kimia:Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Srata 1 Fkultas Biosekta. Jakarta:Buku Kedokteran
EGC.

Sartika,R A Dewi.2008.”Pengaruh Asam Lemak Jenuh,, Tidak Jenuh dan Asam


Lemak Trand Terhadap Kesehatan”.Jurnal Kesehatan Masyarakan Nasional.
2(4):155-160.

Lubis, R Mirna.2012.”Hidrolisis Pati Sukun dengan Katalisator H2SO4 untuk


Pembuatan Perekat”.Jurnal Rekayasa dan Lingkungan. 9(2):62-67
Kusbandari,Aprilia.2015.”Analisis Kualitatif Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi
Ganyong (Canna edulis Ker)”.Jurnal Pharmaciana.5(1):35-42

Fessenden. 2010. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Anugrah, Deo.2012.Berbagai Uji Karbohidrat. [Online]


https://www.scribd.com/doc/95291146/berbagaiujikarbohidrat diakses pada
13 September 2018 pukul 09.00 WIB.

Gunawan, Mudji Triatmo MA, dan Arianti Rahayu.2003.”Analisis Pangan:Penentuan


Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak Kedelai dengan
Variasi Menggoreng”. JSKA 6(3):5

Nigam,Arti dan Ayyagari, Archana.2007. Lab Manual in Biochemistry. Immunology


and Biotechnology. New Delhi: Tata McGraw Publishing Company Limited.

Pavia, Donald L.2005.Introduction to Organic Laboratory Techniques: A Small


Schale Approach California:Cengange Learning
LAMPIRAN

Tabel 1. Dokumentasi Hasil Pengamatan

Sebelum Reaksi Sesudah Reaksi Keteranagan


Larutan
glukosa
berubah warna
menjadi merah
bata

Gambar 1. Uji fehling pada Gambar 2. Larutan glukosa yang telah


karbohidrat sebelum ditetesi fehling ditambahkan fehling A dan Fehling B
A dan Fehling B (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)

Larutan
fruktosaberuba
h warna
menjadi merah
bata

Gambar 3. Uji fehling pada Gambar 4. Larutan fruktosa yang


karbohidrat sebelum ditetesi fehling telah ditambahkan fehling A dan
A dan Fehling B Fehling B
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)
Larutan
berwarna biru

Gambar 5. Uji fehling pada Gambar 6. Larutan sukrosa yang telah


karbohidrat sebelum ditetesi fehling ditambahkan fehling A dan Fehling B
A dan Fehling B (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)

Larutan
berwarna biru
keruh

Gambar 7. Uji fehling pada Gambar 8. Larutan amilum yang telah


karbohidrat sebelum ditetesi fehling ditambahkan fehling A dan Fehling B
A dan Fehling B (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)

Larutan
berwarna
coklat tua
keruh
Gambar 9. Uji Benedict pada Gambar 10. Larutan glukosa yang
karbohidrat sebelum ditambah reagen telah ditambahkan reagen benedict
Benedict (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)

Larutan
berwarna
coklat tua
jernih

Gambar 11. Uji Benedict pada Gambar 12. Larutan fruktosa yang
karbohidrat sebelum ditambah reagen telah ditambahkan reagen benedict
Benedict (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)

Larutan
berwarna biru
tua

Gambar 13. Uji Benedict pada Gambar 14. Larutan sukrosa yang
karbohidrat sebelum ditambah reagen telah ditambahkan reagen benedict
Benedict (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)
LARUTAN AMILUM Larutan
DOKUMENTASI HILANG berwarna biru

Gambar 15. Uji Benedict pada


karbohidrat sebelum ditambah reagen
Benedict
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Ada cincin
perak

Gambar 17. Uji Tollens pada Gambar 18. Larutan glukosa yang
karbohidrat sebelum ditambah telah ditambahkan reagen tollens
pereaksi Tollens (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)

Ada cincin
perak

Gambar 19. Uji Tollens pada Gambar 20. Larutan fruktosa yang
karbohidrat sebelum ditambah telah ditambahkan reagen tollens
pereaksi Tollens (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, 2018)
2018)

DOKUMENTASI TIDAK ADA Tidak ada


cincin perak

Gambar 22. Larutan sukrosa yang


telah ditambahkan reagen tollens
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

DOKUMENTASI TIDAK ADA Tidak ada


cincin perak

Gambar 24. Larutan amilum yang


telah ditambahkan reagen tollens
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)
Larutan
berwarna
bening

Gambar 25. Uji Iodin pada Gambar 26. Larutan glukosa yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)

Larutan
berwarna
bening

Gambar 27. Uji Iodin pada Gambar 28. Larutan fruktosa yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)

Larutan
berwarna
bening

Gambar 29. Uji Iodin pada Gambar 30. Larutan sukrosa yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)

Larutan
berwarna biru

Gambar 31. Uji Iodin pada Gambar 32. Larutan amilum yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)

Larutan
berwarna
bening

Gambar 33. Uji Iodin pada Gambar 34. Larutan dextrin yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)

Larutan
berwana
bening

Gambar 35. Uji Iodin pada Gambar 36. Larutan glikogen yang
karbohidrat sebelum ditetesi iodin telah ditambahkan iodin
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1, (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018) 2018)

Tidak ada dokumentasi Pada menit ke


10 sudah
terhidrolisis
sempurna

Gambar 37. Larutan amilum yang


telah dihidrolisis
Tidak larut

Gambar 38. Uji kelarutann minyak Gambar 39. Minyak+Aquades


pada berbagai pelarut sebelum (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
ditambah minyak kelapa 2018)
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Tidak larut

Gambar 40. Uji kelarutann minyak Gambar 41. Minyak+HCl 2N


pada berbagai pelarut sebelum (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
ditambah minyak kelapa 2018)
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

emulsi

Gambar 42. Uji kelarutann minyak Gambar 43. Minyak+Na2CO3


pada berbagai pelarut sebelum (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
ditambah minyak kelapa 2018)
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Emulsi

Gambar 44. Uji kelarutann minyak Gambar 45. Minyak+Alkohol 96%


pada berbagai pelarut sebelum (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
ditambah minyak kelapa 2018)
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)
Larut

Gambar 46. Uji kelarutann minyak Gambar 47. Minyak+eter


pada berbagai pelarut sebelum (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
ditambah minyak kelapa 2018)
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Larut

Gambar 48. Uji kelarutann minyak Gambar 49. Minyak+kloroform


pada berbagai pelarut sebelum (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
ditambah minyak kelapa 2018)
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

larut

Gambar 50. Uji kelarutann minyak Gambar 51. Minyak+AlBenzene


pada berbagai pelarut sebelum (Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
ditambah minyak kelapa 2018)
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Tidak ada dokumentasi Minyak kelpa


netral dengan
pH 7 dan
minyak kelapa
tengik basa
dengan pH 10

Gambar 53. Minyak kelapa dan


minyak kelapa tengik di uji pada
lakmus dan dihitung nilai pH
Warna tidak
biru dan tidak
ada peroksida

Gambar 54. Uji Peroksida pada Gambar 55. Miyak kelapa jelantah
minyak kelapa dan minyak zaitun diuji peroksida. (Sumber:
sebelum ditambah asam asetat Dokumentasi kelompok 1, 2018)
glasial,KI, dan amilum
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)
Warna tidak
biru dan tidak
ada peroksida

Gambar 56. Uji Peroksida pada Gambar 57. Minyak zaitun di uji
minyak kelapa dan minyak zaitun peroksida. (Sumber: Dokumentasi
sebelum ditambah asam asetat kelompok 1, 2018)
glasial,KI, dan amilum
(Sumber: Dokumentasi kelompok 1,
2018)

Anda mungkin juga menyukai