Anda di halaman 1dari 9

Sebuah Pertemanan

“Jadi gimana? Loe serius mau nembak Alya?.” Tanya Sakti.

“Jadi lah. Pokoknya liat aja ntar. Gue bakal bisa dapatin Alya.”

“Semoga beruntung ya bro. Sebagai sahabat gue cuma bisa mendukung loe.”

Bel pertanda pulang berbunyi. Semua siswa kalang kabut untuk segera menuju rumah
masing-masing. Kecuali Dani, ia tengah menunggu seseorang di depan sekolah. Rencana
yang telah ia susun matang-matang membuatnya semakin percaya diri.

Selang beberapa menit, penantian yang ia harap-harapkan telah datang. Dari kejauhan,
ia melihat senyum seseorang yang begitu menawan. Dengan sigap, ia segera turun dari motor
gedenya untuk menyambut langkah anggun tersebut.

“Hai (melambaikan tangan) sudah lama disini?.” Tanya perempuan dihadapan Dani.

“Nggak juga. Kamu udah tau kenapa aku ngajak kamu janjian disini?” Tanya Dani
memastikan.

“Nggak tau (menggelengkan kepala) memangnya ada apa Dan? Kok tumben banget.”

“(melangkah mendekat) Al, apakah kamu tahu? Sebenarnya sejak pertama kali aku
melihatmu, aku... aku jatuh cinta sama ka... kamu. Al, maukah kamu menjadi pacarku?”
Tanya Dani dengan gugup.

“Kok kayak lirik lagu Akad (tersenyum manis). Ehm.. gimana ya Dan. Maaf
sebelumnya karena aku tidak bisa menolak.”

“Maksud kamu? Kamu mau jadi pacar aku?” Tanya Dani kegirangan.

“Iya, aku mau. Asalkan kamu juga harus mau....”



Deru suara motor memenuhi area parkir SMA 42 Bandung. Hari ini adalah hari
pertama Dani pindah sekolah. Iya, pindah sekolah. Sejak meninggalnya almarhumah ibunya
dua tahun lalu, Dani dan ayahnya memutuskan untuk pindah tempat tinggal, mencari suasana
baru. Hal itu membuat Dani pindah sekolah. Dani didaftarkan ayahnya ke SMA 42 Bandung
karena sekolah itu yang terdekat dari rumah.
Dani memarkirkan motor gedenya. Ia melangkah turun dari motor, melepas pelindung
kepala dan menyelempangkan tas hitam dipundaknya. Dani segera melangkah menyusuri
halaman sekolah yang masih terasa asing. Ia melihat berjejeran ruang kelas yang bersih. Dani
membelokkan langkahnya, menyusuri lorong sekolah dan melewati taman bunga mawar yang
cantik. Ada kupu-kupu yang hinggap di lengannya, Dani hanya tersenyum. Dani
menghentikan langkah dan menemukan apa yang ia cari. Iya, tepat sekali. Ruang kelas
barunya. Dani memasuki kelas 12 IPA 9. Letak kelasnya bersebelahan dengan 12 IPA 8.
Ketika ia akan masuk ke kelas barunya, tak sengaja mata jernihnya melihat seseorang yang
membuat hatinya tertarik. Seseorang berambut sebahu diikat acak-acakan, namun masih
terlihat cantik. Seseorang itu tengah tersenyum lembut bersama teman-temannya. Dani segera
mengalihkan pikirannya. Ia segera memasuki kelas barunya.

Banyak sorot mata yang mengintai Dani. Ia bingung harus meletakkan tas hitamnya
dimana. Tak lama, seseorang yang sering kita sebut guru memasuki ruangan. Kelas tampak
hening, memperhatikan langkah bapak guru yang usianya sudah tidak muda lagi. Beliau
adalah wali kelas 12 IPA 9. Wajar selain Dani siswa baru, ia memiliki tubuh ideal dan wajah
tampan. Seperti adat siswa baru, Dani memperkenalkan diri dihadapan teman-teman barunya.

“Selamat pagi teman-teman. Nama saya Dani. Saya siswa pindahan dari SMA 12
Jakarta.”

“Dani, silahkan kamu duduk. Kamu bisa duduk di sana(menunjuk bangku kosong).”
Perintah guru dengan aksennya yang tegas.

“Terimakasih Pak.”

Dani meletakkan tasnya di bangku yang telah ditunjuk wali kelasnya. Ia segera duduk
dan mengikuti pelajaran. Ketika ia sedang mengeluarkan buku dan alat tulisnya, ada
seseorang yang menyapanya.

“Hai bro, kenalin gue Sakti. Semoga loe betah di sini.” Sapa Sakti, teman baru Dani
yang duduk di sebelah Dani.

“Thanks. Gue Dani.” Jawab Dani.

“Udah tau, kan loe baru kenalan di depan. Hehehe.” Sahut Sakti dengan menunjukkan
gayanya yang ramah.
Tak perlu menunggu lama, Dani telah mendapat teman baru bernama Sakti. Sakti
sangat baik terhadap Dani. Sakti dengan ikhlas meminjamkan buku catatannya kepada Dani,
karena Dani masuk di sekolah ini pada tengah semester lima.

Setiap hari Dani merasa bersemangat sekolah. Entah hal apa yang membuatnya
demikian, namun ia merasa ada sesuatu yang mendorongnya untuk semangat sekolah. Ia rajin
mengikuti pelajaran dan selalu mengerjakan tugas sekolah tepat waktu.

Minggu ke 2 Dani berada di sekolah barunya. Seperti biasa Dani selalu mengikuti
pelajaran dengan tertib. Dani tergolong siswa yang rajin dan pintar. Dari dulu Dani sudah
dibiasakan orang tuanya untuk rajin belajar. Dani berasal dari keluarga yang berpendidikan.
Ayah Dani lulusan dari universitas terkenal di Indonesia sedangkan almarhumah ibunya juga
berasal dari lulusan universitas terkenal di Indonesia. Ayah dan ibu Dani memang satu
kampus, namun beda jurusan. Hal itu yang mungkin membuat orang tua Dani bertemu dan
menikah.

Suatu hari, sepulang sekolah Dani mampir di sebuah supermarket di perempatan jalan.
Ia ingin membeli snack kesukaanya. Dani terbiasa, setiap kali belajar ia harus ditemani snack.
Selain sebagai pengganjal perut juga ia gunakan untuk obat ngantuk. Selesai menyelesaikan
urusannya di kasir, Dani melangkah keluar supermarket. Ketika ia berjalan menuju motornya,
Dani tidak sengaja bertemu seseorang yang tidak asing lagi baginya.

“Hai Dan, udah lama banget kita nggak ketemu.” Sapa seseorang.

“Eh, loe Ndre. Wah, sekarang loe tambah keren. Masih sekolah kan?” Tanya Dani
basa basi kepada teman lamanya yang bernama Andre.

“Nggaklah. Buat apa sekolah? Orang tua gue kan udah kaya.” Jawab Andre.

“Wah, sombong banget loe. Kalau loe nggak sekolah, setiap hari loe ngapain?”

“Hahaha. Kayak nggak tau kegiatan kids jaman now aja. Yang pasti nongkrong sama
teman-teman, motoran, clubing hura-hura menikmati indahnya hidup ini. Loe sendiri masih
sekolah?” Tanya Andre dengan gayanya yang sombong.

“Iya lah. Oh ya, gue sekarang pindah rumah. Otomatis sekolah gue juga ikut pindah.
Ayah gue ingin suasana baru. Jenuh kalau di Jakarta. Kebetulan juga perusahaan ayah pindah
di Bandung. Mungkin akan selamanya gue tinggal di Bandung. Loe sendiri kok bisa ada
disini? Bukannya terakhir kali gue dengar kalau loe pindah rumah ke perumahan yang mahal
itu?”

“Biasa lah. Bisnis orang tua. Suka pindah-pindah. Aduh Dani(menepuk dahinya),
jaman sekarang loe masih rajin sekolah aja. Ayah loe kan udah kaya, ngapain loe harus repot-
repot sekolah. Tapi nggak apa-apa juga sih loe kan dari dulu emang paling rajin sekolahnya.
Tapi menurut gue, nggak gaul banget sih loe. Hidup itu cuma sekali. Manfaatin dong. Nikmati
masa remaja loe dengan besenang-senang. Kumpul sama teman-teman kek.” Jawab Andre
dengan cengengesan.

Dani hanya membalasnya dengan tawa yang renyah. Dani bertukar nomor telepon
dengan Andre. Andre yang memintanya duluan. Katanya hanya untuk mengenang masa SD
dan lebih dekat kembali seperti dulu. Benar seperti kata Andre, sejak pertemuan itu, Dani
semakin dekat dengan Andre. Hampir setiap pulang sekolah Dani diajak Andre pergi.

Andre adalah teman dekat Dani waktu SD. Saat itu hanya Andre yang mau berteman
dengan Dani. Andre berasal dari keluarga yang kaya, sedangkan keluarga Dani baru memulai
usaha. Ketika Dani melanjutkan sekolah ke SMP, Dani berpisah dengan Andre. Dani diterima
di sekolah negeri favorit, sedangkan Andre sekolah di SMP swasta yang tergolong mahal.
Andre sudah terbiasa hidup mewah. Semua kebutuhan pokoknya sudah terpenuhi, apalagi
buat game dan sebagainya pasti Andre yang selalu memilikin duluan. Waktu SD, Andre
sudah diantar jemput menggunakan mobil terbaru. Sedangkan Dani hanya diantar memakai
motor bebek ayah. Namun waktu itu Andre berteman dengan siapa saja. Andre tidak
mengharuskan untuk berteman dengan teman yang kaya seperti dirinya.

“(melalui telepon) Dan, nanti jangan lupa. Gue jemput loe jam tujuh malam.” Suara
Andre terdengar melalui telepon Dani.

“OK. Gue tunggu.” Jawab Dani singkat.

Keesokan harinya, Dani terlambat masuk sekolah. Ia dihukum keliling lapangan


sepuluh kali. Dengan raut wajah yang terlihat sangat lelah, ia berlari mengelilingi lapangan.
Saat ke tujuh putaran Dani terhempas lemas karena kelelahan. Ia beristirahat di pinggir
lapangan. Maklum lapangan yang begitu luas harus ia putari sebanyak sepuluh kali. Saat ia
menyeka keringatnya, seseorang menyapanya. Bukan Sakti sahabat barunya, melainkan
seseorang yang belum pernah bertatap muka secara langsung.
“Hai, ini minum buat kamu (menyodorkan satu botol air mineral).”

“Iya, terimakasih. Kamu anak 12 IPA 8 kan?” Tanya Dani yang kemudian meneguk
separuh botol mineral pemberian seseorang dihadapannya.

“Iya. Kamu anak baru ya? Perkenalkan nama aku Alya.”

“Iya. Namaku Dani. Aku baru pindah tiga minggu lalu.”

“Oh. Salam kenal. Oh ya, aku harus pergi sekarang. Guru olahraganya udah datang.
Bye” Setelah tersenyum, Alya pergi meninggalkan Dani.

Kepergian Alya membuat Dani semangat untuk menumpaskan hukumannya. Ia seperti


mendapat semangat baru lagi. Dani memutari lapangan dengan ringan hati.

Bel tanda istirahat berbunyi, Dani segera pergi ke kelas 12 IPA 9. Menaruh tas dan
mencari Sakti. Seseorang yang ia cari sedang makan snack di bangku belakang sambil
memainkan handphonenya. Dani menghampiri Sakti. Dani segera menanyakan tentang hal
yang membuat hatinya gelisah. Dengan melihat satu kali tatap, Sakti mengerti keadaan
sahabatnya. Melihat sorot mata Dani saja, Sakti dapat menebak bahwa Dani tengah kasmaran
dengan seseorang. Dengan senang hati, Sakti menceritakan semua yang ia ketahui kepada
Dani.

Tepat dua bulan Dani berada di sekolah ini. Namun ada perubahan drastis pada diri
Dani. Dani semakin enggan pergi ke sekolah. Satu bulan terakhir, Dani sering berbuat ulah di
sekolah. Dani sering bolos pelajaran bahkan bolos sekolah. Hari ini terpaksa wali kelas Dani
memanggil orang tua Dani. Ayah Dani heran dengan kelakuan anaknya belakangan ini.
Selama Dani sekolah, Dani tidak pernah berbuat ulah. Ayah Dani tidak pernah sekalipun
dipanggil wali kelas karena suatu hal salah yang diperbuat Dani. Perubahan sikap Dani yang
drastis membuat Dani berani membangkang perkataan ayahnya.

“Dani, sebenarnya kamu ini kenapa? Bisa-bisanya ayah dipanggil wali kelasmu gara-
gara kamu sering bolos. Kelakuanmu bikin malu ayah. Sekarang ayah mau kamu serius
sekolah seperti biasanya.”

“Aduh. Ayah cerewet banget. Dani itu udah gede. Nggak perlu ayah ikut campur
urusan Dani. Udah lah, Dani bosan dirumah. Dani mau pergi dulu. (sebelum pergi) Oh ya,
pintu rumah nggak perlu dikunci. Dani nanti pulangnya agak telat.”
Dani pergi meninggalkan ayahnya begitu saja. Dani keluar rumah. Dani mulai
menggerakkan motor gedenya dan melajukannya dengan kecepatan tinngi. Dani pergi
menemui Andre di tempat biasa Andre nongkrong. Setelah menyampaikan keluh kesah atas
sikap ayah Dani kepada Andre, Dani pun diajak Andre pergi ke clubing.

Dani menyetujui ajakan Andre. Dengan hura-hura, Dani semakin menikmati dunia
malamnya. Dua bulan terakhir, Dani sering diajak Andre pergi clubing hingga pulang larut
malam. Hal tersebut yang membuat Dani selalu bangun kesiangan yang akhirnya bolos
sekolah.

“Dani, kalau mau gaul loe sering-sering dateng ke tempat ini. Loe bisa minum alkohol
sepuasnya. Kita kan kids jaman now. Iya kan?” Kata Andre sambil joget-joget diantara
kerasnya alunan musik yang memenuhi ruangan.

“Benar kata loe Ndre. Gue sudah bosan dengan kehidupan yang biasa-biasa. Gue mau
hidup ini happy terus.” Kata Dani sambil minum alkohol.

“Oh iya. Gue hampir aja lupa. Dan, loe mau nggak nyobain ini?.” Andre menyodorkan
sesuatu ke Dani.

“Apaan ini Ndre?” Tanya Dani sambil menerima pemberian Andre.

“Udah cobain aja. Pasti loe akan ketagihan. Rasanya enak dan bisa bikin loe merasa
tenang.” Kata Andre.

Tanpa pikir panjang, Dani menerima barang itu dan mulai mencobanya. Dani
merasakan sesuatu melayang pada dirinya. Benar kata Andre, hal itu membuat Dani nyaman
dan tenang. Dani merasa semua beban masalahnya lepas. Dan ia mulai ketagihan. Dani telah
merasa bahwa Andre teman yang baik. Andre selalu ada buat Dani. Apalagi saat Dani punya
masalah. Dani sudah seperti sahabat dengan Andre.

Satu minggu berlalu. Kelakuan Dani semakin menjadi-jadi. Ia sering bolos sekolah.
Dani sering meminta uang secara paksa kepada ayahnya. Alasannya sederhana, untuk
membayar iuran kelompok atau untuk membeli buku. Padahal uang itu Dani gunakan untuk
membeli alkohol atau paling sering digunakannya untuk membeli kokain. Dani lupa bahwa
kokain itu salah satu dari narkoba. Kokain adalah zat yang berbahaya bagi tubuh. Dani lupa
bahwa barang haram itu tidak patut untuk dikonsumsi. Namun, barang haram itu telah
meracuni otak Dani.
Hampir setiap hari Dani pergi menemui Andre. Setiap kali hal yang membuatnya
ketagihan sudah habis, ia pergi bersama Andre untuk membeli kokain. Dani sudah
ketergantungan dengan kokain. Rasanya kalau sehari saja tidak mengonsumsi kokain,
badannya terasa lemas dan hatinya selalu gelisah. Namun satu bulan terakhir ini tidak ada
yang mengetahui bahwa Dani telah mengonsumsi kokain, termasuk ayah, sahabatnya Sakti,
maupun Alya. Iya, Alya. Ia teringat lagi pada gadis bernama Alya. Sudah lama ia tidak
berbincang-bincang dengannya. Ia rindu dengan senyum manis Alya, siswi paling pintar di
sekolahnya. Terakhir bertemu, saat Dani makan bersama dengan Sakti di kantin.

Saat itu keadaan kantin sangat ramai. Dani dan Sakti kebingungan, mereka dari pagi
sudah lapar tetapi tidak ada tempat duduk baginya dan sahabatnya. Ketika Dani celingukan
mencari bangku kosong, Sakti tiba-tiba menepuk bahu Dani. Sakti mengajak Dani menuju
dua buah bangku kosong yang tersisa di kantin. Sakti tidak ambil pusing. Sakti meminta
bergabung makan bersama Alya dan teman-temannya. Hal itu membuat Dani gugup juga
senang. Dani memanfaatkan kesempatan itu. Dani mengajak ngobrol Alya.pertama Dani
gugup. Namun senyum Alya yang membuatnya tenang membuat Dani bisa lebih santai dan
leluasa mengobrol dengan Alya.

Hari ini, Dani hanya berdiam diri di kamar. Tidak sedang belajar, tidak pula sedang
bermain gitar. Ia tengah melamun. Kemudian ia memikirkan suatu rencana. Ia menyadari
bahwa ia jatuh cinta kepada Alya. Setelah berpikir, Dani meyakinkan hatinya.

Keesokan harinya, Dani meminta Alya untuk menemuinya sepulang sekolah. Dani
telah menyusun rencana matang-matang. Ia ingin memiliki hati Alya. Sudah lama ia
menginginkannya, namun tidak ada keberanian dalam dirinya. Hingga tiba saatnya Dani harus
mengungkapkan semua isi hatinya kepada Alya.

“Jadi gimana? Loe serius mau nembak Alya?.” Tanya Sakti.

“Jadi lah. Pokoknya liat aja ntar. Gue bakal bisa dapetin Alya.”

“Semoga beruntung ya bro. Sebagai sahabat gue cuma bisa mendukung loe.”

Bel pertanda pulang berbunyi. Dani segera menuju depan sekolah. Ia menunggu
seseorang bernama Alya. Setelah menunggu, Alya datang dengan langkah anggun.

“Hai (melambaikan tangan) sudah lama disini?.” Tanya Alya.


“Nggak juga. Kamu udah tau kenapa aku ngajak kamu janjian disini?” Tanya Dani
memastikan.

“Nggak tau (menggelengkan kepala) memangnya ada apa Dan? Kok tumben banget.”

“(melangkah mendekat) Al, apakah kamu tahu? Sebenarnya sejak pertama kali aku
melihatmu, aku... aku jatuh cinta sama ka... kamu. Al, maukah kamu menjadi pacarku?”
Tanya Dani dengan gugup.

“Kok kayak lirik lagu Akad (tersenyum manis). Ehm.. gimana ya Dan. Maaf
sebelumnya karena aku. Gimana ya? Jadi susah ngomongnya. Ehm.. aku tidak bisa menolak.”

“Maksud kamu? Kamu mau jadi pacar aku?” Tanya Dani kegirangan.

“Iya, aku mau. Asalkan kamu juga harus mau berhenti berteman dengan yang
namanya Andre dan kamu harus menyelesaikan sekolahmu sampai menjadi sarjana. Baru aku
mau menerima cinta dari kamu” Terang Alya dengan suara lembut agar tidak meyakiti hati
Dani.

“Kok kamu tahu Andre? Semenjak aku pindah di sini, aku tidak pernah menceritakan
tentang Andre kepada siapapun” Tanya Dani dengan heran.

Dani melupakan bahwa Alya gadis cerdas. Alya melihat ada perubahan pada diri Dani.
Tidak seperti biasa-biasanya yang selalu makan di kantin, Akya melihat Dani sering tidak
masuk sekolah. Hal itu membuat Alya khawatir.

Suatu hari Alya menanyakan tentang perubahan yang ada pada diri Dani kepada Sakti.
Setelah mendengar semua cerita dari Sakti atas perubahan Dani yang condong ke hal-hal yang
negatif, Alya ingin segera membereskan masalah yang terjadi pada Dani.

Ditemani Sakti, Alya menyelidiki hal apa yang membuat Dani berubah. Alya dan
Sakti memutuskan untuk mengintai Dani dari pulang sekolah sampai kemanapun Dani pergi.
Hingga Alya melihat Dani pergi bersama teman-temannya yang Alya dan Sakti tidak
mengenalnya. Saat itu Dani pergi ke sebuah tempat, yang mungkin bisa disebut tempat
tongkrongannya anak-anak yang kurang kerjaan.

Dari tempat itu, Alya dan Sakti melihat Dani sedang memegang bungkusan kecil.
Dani mengonsumsinya dan selang beberapa menit Dani berubah seperti anak yang mabuk.
Alya menduga bahwa yang dikonsumsi Dani adalah narkoba, entah jenis apa, yang pasti
perilaku Dani satu bulan terakhir ini karena Dani salah pergaulan dan memakai barang haram.
Maka dari itu, Alya berpikir keras untuk menghentikan kebiasaan buruk Dani agar tidak
semakin terjerumus.

“Dan, aku yakin kamu itu anak yang baik dan rajin. Tapi kamu telah dihasut oleh
teman kamu Andre. Asal kamu tahu, kakakku meninggal satu tahun lalu gara-gara kecanduan
narkoba. Aku tidak ingin hal yang sama terjadi lagi kepada orang yang aku sayangi. Maka
dari itu, aku minta agar kamu menjauhi barang haram itu dan fokus sekolah. Kamu harus bisa
memilih teman mana yang membuat kamu baik dan mana yang membuat kamu terjerumus
pada hal negatif . Aku percaya hati kamu itu baik dan tulus. Dani aku akan setia menunggu
kamu hingga kamu sudah menjadi sarjana. Aku yakin cinta tulus kamu akan sabar menunggu
hingga tepat pada waktunya.” Jelas Alya.

Mendengar kata-kata itu, hati Dani seperti berguncang keras. Otak Dani kembali
bekerja maksimal. Dani berpikir keras maksud perkataan dari Alya. Ia butuh beberapa menit
untuk menerjemahkan kalimat-kalimat itu.

Dani mulai memikirkan kembali saat pertemuannya dengan Andre hingga ia sering
diajak pergi Andre keluyuran tidak jelas kemana arahnya, minum-minuman beralkohol,
bahkan berani mengonsumsi salah satu jenis narkoba.

Sekarang Dani sadar bahwa tiga bulan terkahir ini, ia telah salah pergaulan. Dani sadar
bahwa gaul itu tidak harus memakai barang haram. Barang haram itu telah membuatnya
katagihan dan merubah semua perilaku Dani. Dani menyesal atas perubahan sikapnya akhir-
akhir ini. Dani ingin segera meminta maaf kepada ayahnya karena ia telah berbohong dan
membangkang perkataan ayahnya. Dani sangat menyesal. Benar kata Alya, ia telah dihasut
Andre. Ia telah terpengaruh kepada hal-hal yang negatif. Hingga ia berani mencoba kokain,
barang haram yang membuatnya ketagihan. Dani berjanji dalam hati bahwa ia akan menjauhi
barang haram itu. Dani juga janji akan menemui Alya setelah ia menjadi sarjana kelak untuk
melamar Alya. Ia sangat yakin akan hal itu.

Tamat

Anda mungkin juga menyukai