Anda di halaman 1dari 17

ISA 800

PERTIMBANGAN KHUSUS-AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG


DISUSUN SESUAI DENGAN KERANGKA BERTUJUAN KHUSUS

A. Ruang lingkup
 Standar Perikatan Audit (”SPA”) 100 - 700 diterapkan dalam audit atas
laporan keuangan. SPA 800 mengatur pertimbangan khusus dalam penerapan
SPA 100 – 700 dalam audit atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
kerangka bertujuan khusus.
 SPA ini ditulis dalam konteks suatu set lengkap laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus. SPA 8051 mengatur
pertimbangan khusus yang relevan dengan suatu audit atas suatu laporan
keuangan tunggal atau atas suatu unsur, akun, atau pos laporan keuangan
tertentu.
 SPA ini tidak menghilangkan ketentuan yang tercantum dalam SPA lain, dan
juga tidak ditujukan untuk mengatur seluruh pertimbangan khusus yang
mungkin relevan dengan kondisi perikatan.
B. Tujuan
Tujuan auditor, ketika menerapkan SPA dalam audit atas laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan kerangka bertujuan khusus, adalah untuk menangani dengan
tepat pertimbangan khusus yang relevan dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerimaan perikatan
b. Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut, dan
c. Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan
C. Definisi
Untuk tujuan SPA, istilah di bawah ini memiliki makna yang dijelaskan sebagai
berikut:
a. Laporan keuangan bertujuan khusus—Laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan suatu kerangka bertujuan khusus.
b. Kerangka bertujuan khusus—Suatu kerangka pelaporan keuangan yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan bagi pengguna
tertentu. Kerangka pelaporan keuangan dapat berupa suatu kerangka penyajian

1
wajar atau kerangka kepatuhan. Contoh-contoh kerangka bertujuan khusus
antara lain:
a) Suatu basis akuntansi perpajakan untuk suatu set laporan keuangan
yang melampiri surat pemberitahuan tahunan (“SPT”) entitas
b) Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas untuk informasi arus
kas yang diharuskan oleh kreditur
c) Ketentuan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator untuk
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh regulator tersebut.
Pengacuan pada “laporan keuangan” dalam SPA ini berarti “suatu set lengkap laporan
keuangan bertujuan khusus, termasuk catatan atas laporan keuangan.” Catatan atas
laporan keuangan pada umumnya mencakup suatu ikhtisar kebijakan akuntansi
signifikan dan informasi penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku menentukan bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang membentuk
suatu set lengkap laporan keuangan.
D. Ketentuan
a. Pertimbangan dalam Penerimaan Perikatan
Keterterimaan Kerangka Pelaporan Keuangan
SPA 210 mengharuskan auditor untuk menentukan keterterimaan kerangka
pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan.
Dalam suatu audit atas laporan keuangan bertujuan khusus, auditor harus
memperoleh suatu pemahaman tentang:
1) Tujuan disusunnya laporan keuangan
2) Pengguna laporan keuangan yang dituju
3) Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen untuk menentukan
bahwa kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dapat diterima
sesuai dengan kondisinya
b. Pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
SPA 200 mengharuskan auditor untuk mematuhi seluruh SPA yang relevan
dengan audit. Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan
bertujuan khusus, auditor harus menentukan apakah penerapan SPA
mengharuskan pertimbangan khusus sesuai dengan kondisi perikatan.
SPA 315 mengharuskan auditor untuk memperoleh suatu pemahaman tentang
pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi entitas. Dalam hal laporan keuangan
disusun sesuai dengan klausul suatu kontrak, auditor harus memperoleh suatu

2
pemahaman tentang setiap interpretasi signifikan atas kontrak yang dibuat oleh
manajemen dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Suatu interpretasi
dianggap signifikan ketika penggunaan interpretasi lain yang wajar akan
menghasilkan suatu perbedaan material dalam informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.
c. Perumusan opini dan pertimbangan dalam pelaporan
Ketika merumuskan suatu opini dan melaporkan laporan keuangan bertujuan
khusus, auditor harus menerapkan ketentuan dalam SPA 700.
Penjelasan tentang Kerangka Pelaporan Keuangan yang Berlaku
SPA 700 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan
mengacu atau menjelaskan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku secara
memadai. Dalam hal laporan keuangan disusun sesuai dengan klausul suatu
kontrak, auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan menjelaskan secara
memadai setiap interpretasi signifikan atas kontrak yang mendasari penyusunan
laporan keuangan.
SPA 700 mengatur bentuk dan isi laporan auditor. Dalam hal laporan auditor
atas laporan keuangan bertujuan khusus, auditor harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Laporan auditor juga harus menjelaskan tujuan disusunnya laporan
keuangan, dan jika diperlukan, pengguna yang dituju, atau
pengacuan pada suatu catatan atas laporan keuangan yang berisi
informasi tentang hal tersebut
2) Jika manajemen memiliki suatu pilihan atas kerangka pelaporan
keuangan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut, penjelasan
tentang tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan juga
harus dibuat sebagai suatu acuan pada tanggung jawabnya untuk
menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
dapat diterima sesuai dengan kondisinya.

Peringatan bagi Pengguna Laporan Auditor bahwa Laporan Keuangan Disusun


sesuai dengan Suatu Kerangka Pelaporan Khusus
Laporan auditor atas laporan keuangan bertujuan khusus harus mencantumkan
suatu paragraf Penekanan Suatu Hal yang memperingatkan pengguna laporan
auditor bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan

3
khusus dan bahwa, sebagai akibatnya laporan keuangan belum tentu sesuai untuk
tujuan lain. Auditor harus mencantumkan paragraf ini dengan menggunakan suatu
judul yang tepat.

ISA 805
PERTIMBANGAN KHUSUS-AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN TUNGGAL
DAN UNSUR, AKUN ATAU POS SPESIFIK DALAM SUATU LAPORAN
KEUANGAN

A. Ruang lingkup
SPA dalam seri 100-700 diterapkan untuk suatu audit atas laporan keuangan dan
disesuaikan seperlunya jika diterapkan pada audit atas informasi keuangan historis
lainnya. SPA ini berkaitan dengan pertimbangan khusus atas penerapan SPA tersebut
untuk suatu audit atas laporan keuangan tunggal atau unsur, akun atau pos spesifik
dari suatu laporan keuangan. Laporan keuangan tunggal, atau unsur, akun, atau pos
spesifik dalam suatu laporan keuangan mungkin disusun sesuai dengan kerangka
umum atau kerangka khusus. Jika disusun sesuai dengan suatu kerangka bertujuan
khusus, SPA 8001 juga berlaku untuk audit tersebut.
SPA ini tidak berlaku untuk laporan auditor komponen, yang diterbitkan sebagai
hasil pekerjaan yang dilaksanakan atas informasi keuangan suatu komponen atas
permintaan dari tim perikatan grup untuk tujuan suatu audit atas laporan keuangan
grup (lihat SPA 6002).
SPA ini tidak menghapus ketentuan SPA lain; dan juga tidak berarti berlaku
untuk semua pertimbangan khusus yang mungkin relevan dengan keadaan perikatan.

B. Tujuan
Tujuan auditor, pada saat menerapkan SPA-SPA dalam suatu audit atas suatu laporan
keuangan tunggal atau unsur, akun, atau pos spesifik dalam laporan keuangan adalah
untuk mengarahkan secara tepat pertimbangan khusus yang relevan dengan:
a) Penerimaan perikatan;
b) Perencanaan dan pelaksanaan perikatan tersebut; dan
c) Perumusan opini dan pelaporan atas laporan keuangan tunggal atau
unsur, akun, atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan.
C. Definisi
4
Untuk tujuan SPA, istilah di bawah ini memiliki makna yang dijelaskan sebagai
berikut:
a) Unsur suatu laporan keuangan” atau “unsur” berarti suatu unsur, akun,
atau pos dalam suatu laporan keuangan
b) Standar Pelaporan Keuangan” berarti Standar Pelaporan Keuangan
yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
c) Suatu laporan keuangan tunggal atau suatu unsur spesifik dalam suatu
laporan keuangan termasuk catatan yang terkait. Catatan yang terkait
umumya terdiri dari ringkasan kebijakan akuntansi signifikan dan
informasi penjelas lain yang relevan dengan laporan keuangan atau
unsurnya.
D. Ketentuan
a. Pertimbangan saat menerima perikatan
Penerapan SPA
SPA 200 mengharuskan auditor untuk mematuhi semua SPA yang terkait
dengan audit. Dalam kasus audit atas suatu laporan keuangan tunggal atau unsur
spesifik suatu laporan keuangan, ketentuan ini berlaku terlepas dari apakah
auditor juga melakukan perikatan audit atas laporan keuangan entitas yang
lengkap. Jika auditor tidak juga melakukan perikatan audit atas laporan keuangan
entitas yang lengkap, auditor harus menentukan apakah audit atas suatu laporan
keuangan tunggal atau suatu unsur spesifik laporan keuangan sesuai dengan SPA-
SPA yang praktis dilaksanakan.

Keberterimaan Kerangka Pelaporan Keuangan


SPA 210 mengharuskan auditor untuk menentukan kerangka pelaporan
keuangan yang tepat dalam penyusunan suatu laporan keuangan.4 Dalam kasus
audit atas suatu laporan keuangan tunggal atau unsur spesifik suatu laporan
keuangan, hal ini harus mencakup apakah penerapan kerangka pelaporan
keuangan tersebut akan menghasilkan suatu penyajian laporan keuangan dengan
pengungkapan yang cukup untuk memungkinkan pemakai yang dituju memahami
informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan atau unsur, dan dampak
transaksi material serta peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam laporan
keuangan atau unsurnya. (Ref: Para. A7).
Bentuk Opini

5
SPA 210 mengharuskan bahwa syarat-syarat yang disepakati dalam perikatan
audit mencakup format laporan yang diharapkan dari setiap laporan yang akan
diterbitkan oleh auditor.5 Dalam kasus audit atas laporan keuangan tunggal atau
unsur spesifik dalam suatu laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan
apakah bentuk opini yang diharapkan sudah sesuai dengan keadaan yang
bersangkutan.
b. Pertimbangan pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit
SPA 200 menyatakan bahwa SPA-SPA ditulis dalam konteks suatu audit atas
laporan keuangan; standar-standar tersebut harus disesuaikan seperlunya dengan
keadaan bila diterapkan ke audit atas informasi keuangan historis yang lain.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas suatu laporan keuangan tunggal
atau unsur spesifik dalam laporan keuangan, auditor harus menyesuaikan semua
SPA relevan sebagaimana yang diperlukan dalam keadaan perikatan yang
bersangkutan.
c. Perumusan opini dan pertimbangan pelaporan
Pada waktu perumusan opini dan pelaporan atas suatu laporan keuangan tunggal
atau unsur spesifik dalam laporan keuangan, auditor harus menerapkan ketentuan
dalam SPA 700,8 disesuaikan seperlunya dengan keadaan dalam perikatan.
Pelaporan atas Satu Laporan Keuangan Entitas yang Lengkap dan Dalam Suatu
Laporan Keuangan Tunggal atau Unsur Spesifik dalam Laporan Keuangan
Jika auditor melaksanakan suatu perikatan untuk melaporkan suatu laporan
keuangan tunggal atau unsur spesifik dalam suatu laporan keuangan yang
bersamaan dengan suatu perikatan audit atas laporan keuangan entitas yang
lengkap, auditor harus menyatakan opini terpisah untuk setiap perikatan.
Suatu laporan keuangan tunggal auditan atau suatu unsur spesifik laporan
keuangan auditan dapat diterbitkan bersamaan dengan laporan keuangan auditan
suatu entitas yang lengkap. Jika auditor menyimpulkan bahwa penyajian laporan
keuangan tunggal atau unsur spesifik dalam suatu laporan keuangan tidak dapat
dibedakan secara jelas dari laporan keuangan yang lengkap, auditor harus
menanyakan kepada manajemen untuk mengoreksi situasi yang ada. Berdasarkan
paragraf 15 dan 16, auditor harus membedakan opini atas suatu laporan keuangan
tunggal atau unsur spesifik dalam laporan keuangan dengan opini atas laporan
keuangan yang lengkap. Auditor harus tidak menerbitkan laporan auditor yang

6
berisi opini atas suatu laporan keuangan tunggal atau atas unsur spesifik dalam
laporan keuangan sampai auditor yakin atas perbedaan tersebut.
Opini Modifikasian, Paragraf Penekanan Suatu Hal, atau Paragraf Hal Lain
dalam Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Entitas yang Lengkap
Jika opini dalam laporan auditor atas laporan keuangan suatu entitas yang
lengkap dimodifikasi, atau laporan tersebut mencakup paragraf Penekanan Suatu
Hal atau paragraf Hal Lain, auditor harus menentukan dampak paragraf tersebut
terhadap laporan auditor dalam laporan keuangan tunggal atau unsur spesifik
dalam laporan keuangan. Bila dipandang tepat, auditor harus memodifikasi opini
dalam laporan keuangan tunggal atau unsur spesifik dalam laporan keuangan,
atau menambahkan suatu paragraf Penekanan Suatu Hal atau paragraf Hal Lain
dalam laporan auditor. (Ref: Para. A17)
Jika auditor menyimpulkan bahwa perlu untuk menyatakan opini tidak wajar
atau tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan entitas yang lengkap, SPA
705 tidak mengizinkan auditor untuk mencantumkan dalam laporan audit yang
sama suatu opini tanpa modifikasian dalam laporan keuangan tunggal yang
membentuk bagian laporan keuangan tersebut atau suatu unsur spesifik yang
membentuk bagian laporan keuangan tersebut.9 Hal ini karena suatu opini tanpa
modifikasian akan bertentangan dengan opini tidak wajar atau tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang lengkap secara keseluruhan.
Jika auditor menyimpulkan bahwa diperlukan untuk menyatakan opini tidak
wajar atau tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang lengkap secara
keseluruhan namun, dalam konteks suatu audit terpisah atas suatu unsur spesifik
yang dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut, namun auditor
mempertimbangkan adalah tepat untuk menyatakan suatu opini tanpa
modifikasian atas unsur tersebut, auditor harus hanya akan melakukan hal
tersebut jika:
a) Auditor tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan untuk
melakukan hal tersebut
b) Opini tersebut dinyatakan dalam suatu laporan auditor yang tidak
diterbitkan bersamaan dengan laporan auditor yang berisi opini tidak
wajar atau tidak menyatakan pendapat
c) Unsur spesifik tersebut tidak merupakan bagian utama dari laporan
keuangan yang lengkap.

7
Auditor harus tidak menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dalam laporan
keuangan tunggal dari laporan keuangan yang lengkap jika auditor telah
menyatakan opini tidak wajar atau tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang lengkap. Hal ini berlaku meskipun laporan auditor dalam laporan
keuangan tunggal tidak diterbitkan bersamaan dengan laporan auditor yang berisi
opini tidak wajar atau tidak menyatakan pendapat. Hal ini karena suatu laporan
keuangan tunggal dipandang merupakan bagian utama dari laporan keuangan
tersebut.

810
PERIKATAN UNTUK MELAPOR IKHTISAR LAPORAN KEUANGAN
A. Ruang lingkup
Standar Perikatan Audit (SPA) ini mengatur tanggung jawab auditor yang berkaitan
dengan perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan yang berasal dari
laporan keuangan auditan sesuai dengan SPA oleh auditor yang sama.
B. Tujuan
Tujuan auditor adalah:
a) Untuk menentukan apakah tepat menerima perikatan untuk melaporkan
ikhtisar laporan keuangan
b) Jika melakukan perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan:
i. Untuk merumuskan opini atas ikhtisar laporan keuangan berdasarkan
suatu evaluasi atas kesimpulan yang diambil dari bukti yang diperoleh;
dan
ii. Untuk menyatakan secara jelas bahwa opini tersebut melalui laporan
tertulis yang juga menjelaskan basis untuk opini tersebut.
C. Definisi
Untuk tujuan SPA ini, istilah berikut mempunyai makna sebagaimana disajikan di
bawah ini:
a) Kriteria terapan—Kriteria yang diterapkan oleh manajemen dalam
penyusunan ikhtisar laporan keuangan.
b) Laporan keuangan auditan—Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
berdasarkan SPA dan daripadanya ikhtisar laporan keuangan bersumber.
c) Ikhtisar laporan keuangan — Informasi keuangan historis yang diperoleh dari
laporan keuangan namun berisi informasi yang kurang rinci dibandingkan

8
dengan laporan keuangan, namun tetap memberikan suatu penyajian
terstruktur yang konsisten dengan informasi yang diberikan oleh laporan
keuangan entitas mengenai sumberdaya ekonomi atau kewajiban entitas pada
tanggal tertentu atau perubahan yang terjadi selama periode waktu tertentu.
Yurisdiksi yang berbeda mungkin menggunakan terminologi yang berbeda
untuk menjelaskan informasi keuangan historis.
D. Ketentuan
a. Penerimaan perikatan
Auditor harus menerima suatu perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan
keuangan
berdasarkan SPA ini hanya bila auditor telah melakukan perikatan untuk
melaksanakan audit berdasarkan SPA yang dari laporan tersebut ikhtisar laporan
keuangan tersebut diperoleh. Sebelum menerima suatu perikatan untuk
melaporkan ikhtisar laporan keuangan, auditor harus:
a. Menentukan apakah kriteria terapan adalah dapat diterima
b. Memperoleh pernyataan dari manajemen bahwa manajemen mengakui
dan memahami tanggung jawabnya
i. Untuk penyusunan ikhtisar laporan keuangan yang sesuai dengan
kriteria terapan;
ii. Untuk membuat laporan keuangan auditan tersedia bagi pemakai
ikhtisar laporan keuangan yang dituju tanpa adanya kesulitan yang
berarti (atau, jika peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa
laporan keuangan auditan tidak perlu disediakan bagi pemakai ikhtisar
laporan keuangan dan menetapkan kriteria untuk penyusunan ikhtisar
laporan keuangan, menjelaskan peraturan perundang- undangan
tersebut dalam ikhtisar laporan keuangan); dan
iii. Untuk memasukkan laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan
dalam dokumen apapun yang berisi ikhtisar laporan keuangan dan
laporan tersebut dan hal tersebut mengindikasikan bahwa auditor telah
melaporkan ikhtisar laporan keuangan tersebut.
c. Menyetujui dengan manajemen atas bentuk opini yang akan dinyatakan
atas ikhtisar laporan keuangan.

9
Jika auditor menyimpulkan bahwa kriteria terapan tidak dapat diterima atau
auditor tidak dapat memperoleh persetujuan dari manajemen, auditor harus tidak
menerima perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan tersebut, kecuali
jika peraturan perundang-undangan mengharuskan auditor untuk melakukannya.
Suatu perikatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan tersebut tidak mematuhi SPA ini. Oleh karena itu, laporan auditor atas
ikhtisar laporan keuangan harus tidak menunjukkan bahwa perikatan telah
dilakukan sesuai dengan SPA ini. Auditor harus mencantumkan pengacuan yang
tepat tentang fakta ini dalam syarat-syarat perikatan. Auditor harus juga
menentukan dampak yang mungkin timbul terhadap perikatan terhadap audit atas
laporan keuangan yang dari laporan tersebut ikhtisar laporan keuangan diperoleh.

b. Sifat prosedur
Auditor harus melaksanakan prosedur berikut, dan prosedur lainnya yang
dipertimbangkan perlu oleh auditor, sebagai basis bagi opini auditor atas ikhtisar
laporan keuangan:
a) Mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan telah mengungkapkan
secara memadai sifat ikhtisar laporan keuangan tersebut dan
mengidentifikasi laporan keuangan auditan.
b) Bila ikhtisar laporan keuangan tidak disertai dengan laporan keuangan
auditan, mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan tersebut telah
menggambarkan secara jelas:
i. Dari pihak mana atau di mana laporan keuangan auditan tersebut
tersedia
ii. Peraturan perundang-undangan yang mengatur bahwa laporan
keuangan auditan tidak harus tersedia bagi pemakai ikhtisar laporan
keuangan yang dituju dan menetapkan kriteria untuk penyusunan
ikhtisar laporan keuangan.
c) Mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan telah mengungkapkan
kriteria terapan secara memadai.
d) Membandingkan ikhtisar laporan keuangan dengan informasi terkait
dalam laporan keuangan auditan untuk menentukan apakah ikhtisar
laporan keuangan telah sesuai dengan laporan keuangan auditan atau

10
dapat direkalkulasi dari informasi yang terkait dalam laporan keuangan
auditan tersebut.
e) Mengevaluasi apakah ikhtisar laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan kriteria terapan.
f) Dari sudut pandang tujuan ikhtisar laporan keuangan, mengevaluasi
apakah ikhtisar laporan keuangan telah mencantumkan semua informasi
yang dibutuhkan, dan pada tingkat agregasi yang tepat, sehingga tidak
menyesatkan dalam kondisi tersebut.
g) Mengevaluasi apakah laporan keuangan auditan tersedia bagi pemakai
ikhtisar laporan keuangan yang dituju tanpa kesulitan yang berarti,
kecuali jika peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa laporan
keuangan auditan tidak perlu disediakan dan menetapkan kriteria untuk
penyusunan bagi ikhtisar laporan keuangan.

c. Bentuk opini
Pada saat auditor menyimpulkan bahwa opini tanpa modifikasian atas ikhtisar
laporan keuangan adalah tepat, opini auditor harus, kecuali jika diharuskan lain
oleh peraturan perundang-undangan, menggunakan salah satu frasa berikut:
a) Ikhtisar laporan keuangan adalah konsisten, dalam semua hal yang
material, dengan laporan keuangan auditan, sesuai dengan [kriteria
terapan];
b) Ikhtisar laporan keuangan adalah ikhtisar wajar dari laporan keuangan
auditan, sesuai dengan [kriteria terapan].
Jika peraturan perundang-undangan menentukan penggunaan kata-kata
tertentu tentang opini atas ikhtisar laporan keuangan yang berbeda dari yang
dijelaskan di paragraf 9, auditor harus:
a) Menerapkan prosedur yang dijelaskan dalam paragraf 8 dan prosedur
lainnya yang dianggap perlu untuk memungkinkan auditor dapat
menyatakan opini
b) Mengevaluasi apakah pemakai ikhtisar laporan keuangan kemungkinan
salah dalam memahami opini auditor atas ikhtisar laporan keuangan dan,
jika demikian, mengevaluasi apakah diperlukan penjelasan tambahan
dalam laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan dapat mengurangi
kemungkinan salah paham.

11
Jika, dalam hal pada paragraf 10(b), auditor menyimpulkan bahwa penjelasan
tambahan dalam laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan tidak dapat
mengurangi risiko kemungkinan salah paham tersebut, auditor harus tidak
menerima perikatan, kecuali jika diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
untuk menerima perikatan tersebut. Suatu perikatan yang dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tersebut adalah tidak mematuhi SPA ini. Oleh
karena itu, laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan tidak boleh
menunjukkan bahwa perikatan tersebut telah dilakukan berdasarkan SPA ini.

d. Waktu pekerjaan dan peristiwa sesudah tanggal laporan auditor atas laporan
keuangan auditan
Laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan dapat diberi tanggal sesudah
tanggal laporan auditor atas laporan keuangan auditan. Dalam hal ini, laporan
auditor atas ikhtisar laporan keuangan harus menyatakan bahwa ikhtisar laporan
keuangan dan laporan keuangan auditan tidak mencerminkan dampak peristiwa
yang terjadi sesudah tanggal laporan auditor atas laporan keuangan auditan yang
mungkin memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan
auditan.
Auditor mungkin akan mengetahui adanya fakta yang ada pada tanggal
laporan auditor atas laporan keuangan auditan namun sebelumnya tidak diketahui
oleh auditor. Dalam hal ini, auditor harus tidak menerbitkan laporan auditor atas
ikhtisar laporan keuangan sampai auditor selesai mempertimbangkan dampak
fakta tersebut terhadap laporan keuangan auditan, berdasarkan SPA 5603.
e. Laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan
Unsur-unsur laporan auditor
Laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan harus mencantumkan unsur yang
disajikan berikut:
a) Suatu judul yang secara jelas menunjukkan laporan tersebut sebagai
laporan auditor independen.
b) Pihak yang dituju.
c) Suatu paragraf pengantar yang:

12
i. Mengidentifikasi ikhtisar laporan keuangan yang terhadapnya
auditor melaporkan, termasuk judul setiap laporan yang termasuk
dalam ikhtisar laporan keuangan tersebut; (Ref: Para. A13);
ii. Mengidentifikasi laporan keuangan auditan;
iii. Mengacu ke laporan auditor atas laporan keuangan auditan,
tanggal laporan auditor, dan, terkait ke paragraf 17-18, fakta
bahwa suatu opini tanpa modifikasian dinyatakan oleh auditor atas
laporan keuangan auditan;
iv. Menyatakan bahwa ikhtisar laporan keuangan dan laporan
keuangan auditan tidak mencerminkan dampak peristiwa yang
terjadi setelah tanggal laporan auditor atas laporan keuangan
auditan, jika tanggal laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan
setelah tanggal laporan auditor atas laporan keuangan auditan,; dan
v. Memuat suatu pernyataan bahwa ikhtisar laporan keuangan tidak
mengungkapkan semua informasi yang disyaratkan oleh kerangka
pelaporan keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan auditan, dan membaca ikhtisar laporan keuangan bukan
merupakan pengganti untuk membaca laporan keuangan auditan.
d) Suatu penjelasan tanggung jawab manajemen5 atas ikhtisar laporan
keuangan, yang menjelaskan bahwa manajemen6 bertanggung jawab
dalam penyusunan ikhtisar laporan keuangan sesuai dengan kriteria
terapan.
e) Suatu pernyataan bahwa auditor bertanggung jawab untuk
menyatakan suatu opini atas ikhtisar laporan keuangan berdasarkan
prosedur yang disyaratkan oleh SPA ini.
f) Suatu paragraf yang secara jelas menyatakan suatu opini (lihat
paragraf 9-11)
g) Tanda tangan auditor.
h) Tanggal laporan auditor. (Ref: Para. A14)
i) Alamat auditor
Jika pihak yang dituju oleh ikhtisar laporan keuangan tidak sama dengan pihak
yang dituju oleh laporan auditor atas laporan keuangan auditan, auditor harus
menilai ketepatan penggunaan perbedaan pihak yang dituju tersebut. Auditor

13
harus memberi tanggal laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan tidak lebih
awal dari:
a) Tanggal pada saat auditor memperoleh bukti cukup dan tepat yang
dipakai sebagai basis opininya, termasuk bukti bahwa ikhtisar laporan
keuangan telah disusun oleh pihak yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab atas penyusunan ikhtisar laporan keuangan tersebut;
dan
b) Tanggal laporan auditor atas laporan keuangan auditan.

Modifikasi atas opini, paragraf penekanan suatu hal atau paragraf lain dalam
laporan auditor atas laporan keuangan auditan
Di samping unsur dalam paragraf 14, ketika laporan auditor atas laporan
keuangan auditan berisi suatu opini wajar dengan pengecualian, suatu paragraf
Penekanan Suatu Hal, atau suatu paragraf Hal Lain, namun auditor yakin bahwa
ikhtisar laporan keuangan konsisten, dalam semua hal yang material, dengan atau
merupakan suatu ikhtisar yang wajar dari laporan keuangan auditan, sesuai
dengan kriteria terapan, laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan harus:
a) Menyatakan bahwa laporan auditor atas laporan keuangan auditan
memuat suatu opini wajar dengan pengecualian, suatu paragraf Penekanan
Suatu Hal atau suatu paragraf Hal Lain; dan
b) Menjelaskan:
i. Basis untuk opini wajar dengan pengecualian atas laporan keuangan
auditan, dan opini wajar dengan pengecualian tersebut; Paragraf
Penekanan Suatu Hal atau Paragraf Hal Lain dalam laporan auditor
atas laporan keuangan auditan; dan
ii. Dampaknya terhadap ikhtisar laporan keuangan, jika ada.
Di samping unsur dalam paragraf 14, ketika laporan auditor atas laporan
keuangan auditan berisi suatu opini tidak wajar atau suatu opini tidak menyatakan
pendapat, laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan harus:
a) Menyatakan bahwa laporan auditor atas laporan keuangan auditan
memuat suatu opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat
b) Menjelaskan basis untuk opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan
pendapat tersebut

14
c) Menyatakan bahwa, sebagai akibat dari opini tidak wajar tersebut atau
opini tidak menyatakan pendapat, maka tidak tepat untuk menyatakan
opini atas ikhtisar laporan keuangan

Opini modifikasian atas ikhtisar laporan keuangan


Jika ikhtisar laporan keuangan tidak konsisten, dalam semua hal yang
material, dengan atau bukan merupakan suatu ringkasan yang wajar atas laporan
keuangan auditan, sesuai dengan kriteria terapan, dan manajemen tidak setuju
untuk membuat penyesuaian yang diperlukan, maka auditor harus menyatakan
opini tidak wajar atas ikhtisar laporan keuangan

f. Pembatasan atas distribusi atau penggunaan atau pemberian peringatan bagi


pembaca laporan keuangan tentang basis akuntansi
Ketika distribusi atau penggunaan laporan auditor atas laporan keuangan
auditan dibatasi, atau laporan auditor atas laporan keuangan auditan
memperingatkan pembaca bahwa laporan keuangan auditan disusun sesuai
dengan suatu kerangka khusus, maka auditor harus mencantumkan pembatasan
serupa atau memperingatkan dalam laporan auditor atas ikhtisar laporan
keuangan.
g. Informasi komparatif
Jika laporan keuangan auditan berisi informasi komparatif, namun ikhtisar
laporan keuangan tidak memuatnya, auditor harus menentukan apakah tidak
dicantumkannya informasi tersebut merupakan hal yang wajar dalam kondisi
perikatan. Auditor harus menentukan dampak tidak dicantumkannya informasi
yang tidak wajar tersebut pada laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan.
Jika ikhtisar laporan keuangan berisi informasi komparatif yang telah diaudit oleh
auditor lain, laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan harus juga memuat
hal-hal yang disyaratkan oleh SPA 710 untuk dicantumkan oleh auditor dalam
laporan auditor atas laporan keuangan auditan.
h. Informasi tambahan yang tidak di audit yang disajikan dengan ikhtisar laporan
keuangan
Auditor harus mengevaluasi apakah informasi tambahan yang tidak diaudit
yang disajikan bersama dengan ikhtisar laporan keuangan secara jelas dapat
dibedakan dari ikhtisar laporan keuangan. Jika auditor menyimpulkan bahwa

15
penyajian tentang informasi tambahan yang tidak diaudit oleh entitas tidak secara
jelas dapat dibedakan dari ikhtisar laporan keuangan, maka auditor harus
meminta manajemen untuk mengubah penyajian informasi tambahan yang tidak
diaudit tersebut. Jika manajemen menolak untuk melakukannya, maka auditor
harus menjelaskan dalam laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan bahwa
informasi tambahan tersebut tidak dicakup oleh laporan auditor tersebut.

i. Informasi lain dalam dokumen yang berisi ikhtisar laporan keuangan


Auditor harus membaca informasi lain yang dicantumkan dalam suatu
dokumen yang berisi ikhtisar laporan keuangan dan laporan auditor yang terkait
untuk mengidentifikasi adanya ketidakkonsistenan yang material, jika ada,
dengan ikhtisar laporan keuangan. Jika, ketika membaca informasi lain tersebut
auditor mengidentifikasi adanya ketidakkonsistensian material, maka auditor
harus menentukan apakah ikhtisar laporan keuangan atau informasi lain tersebut
perlu direvisi. Jika, ketika membaca informasi lain tersebut auditor mengetahui
adanya suatu kesalahan penyajian material, maka auditor harus mendiskusikan
hal tersebut dengan manajemen.
j. Pengaitan nama auditor

Jika auditor mengetahui bahwa entitas berencana untuk menyatakan bahwa


auditor telah memberikan opini atas ikhtisar laporan keuangan dalam suatu
dokumen yang memuat ikhtisar laporan keuangan, namun tidak berencana untuk
mencantumkan laporan auditor terkait, auditor harus meminta manajemen untuk
memasukkan laporan auditor dalam dokumen tersebut. Jika manajemen tidak
melakukannya, maka auditor harus menentukan dan mengambil tindakan lain
yang tepat untuk mencegah manajemen untuk mengasosiasikan auditor secara
tidak semestinya dengan ikhtisar laporan keuangan dalam dokumen tersebut.

Auditor mungkin melakukan perikatan untuk memberikan laporan atas laporan


keuangan suatu entitas, namun tidak melakukan perikatan untuk memberikan
laporan atas ikhtisar laporan keuangan. Dalam hal ini, jika auditor mengetahui
bahwa entitas berencana untuk memberikan pernyataan dalam suatu dokumen
yang merujuk kepada auditor dan fakta bahwa ikhtisar laporan keuangan berasal
dari laporan keuangan auditan, auditor harus yakin bahwa:

16
a) Pengacuan ke auditor dibuat dalam konteks laporan auditor atas
laporan keuangan auditan;
b) Pernyataan manajemen tersebut tidak memberikan petunjuk bahwa
auditor telah melaporkan ikhtisar laporan keuangan.
Jika (a) atau (b) tidak dipenuhi, maka auditor harus meminta manajemen untuk
mengubah pernyataan tersebut untuk memenuhi salah satu syarat di atas, atau
meminta manajemen untuk tidak mengacu auditor dalam dokumen tersebut.
Alternatif lainnya, entitas dapat melakukan perikatan dengan auditor untuk
memberikan laporan atas ikhtisar laporan keuangan dan mencantumkan laporan
auditor terkait dalam dokumen tersebut. Jika manajemen tidak mengubah
pernyataannya, tidak menghapus pengacuan auditornya, atau tidak memasukkan
laporan auditor atas ikhtisar laporan keuangan dalam dokumen yang memuat
ikhtisar laporan keuangan, maka auditor harus memberitahukan kepada
manajemen bahwa auditor tidak setuju dengan pengacuan auditor, dan auditor
harus menentukan dan mengambil tindakan lain yang dianggap perlu untuk
mencegah manajemen dari pengacuan yang tidak semestinya ke auditor.

17

Anda mungkin juga menyukai