Anda di halaman 1dari 33

CASE REPORT

KATARAK SENILIS

Disusun oleh :
Nadhila Adani
110 2013 196

Pembimbing :
Kolonel (Purn) dr. Dasril Dahar, Sp.M

Kepaniteraan Klinik

Departemen Ilmu Penyakit Mata

Periode 10 September – 13 Oktober 2018

Rumah Sakit TK. II Moh. Ridwan Meuraksa

Jakarta Timur

2018

BAB I
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 62 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Cipayung

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SLTA

Tgl. Pemeriksaan : 21 September 2018

II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 21 September 2018

Keluhan Utama : Penglihatan buram

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang ke poliklinik mata RS TK.II Moh. Ridwan Meuraksa
dengan keluhan penglihatan buram pada mata kanan dan tak dapat melihat
pada mata kiri. Keluhan penglihatan buram pada mata kanan dan kiri
dirasakan sudah lama namun keluhan semakin memberat sejak 3 bulan
SMRS. Penglihatan buram seperti melihat ada bayangan kabut.
Penglihatan kabur disertai dengan rasa silau. Penglihatan semakin
kabur apabila berada di ruangan yang gelap atau pada malam hari. Pasien
mengatakan keluhan terkadang disertai dengan mata merah dan sering
berair tetapi tidak pernah ada rasa pasir saat pagi hari. Pasien mengatakan
mata kanan sempat terasa kaku. Keluhan tidak disertai dengan rasa nyeri
ataupun gatal, keluhan juga tidak disertai dengan penglihatan seperti

1
melihat pelangi saat melihat lampu. Pasien tidak memiliki riwayat trauma
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat TB Paru.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengatakan Bapak pasien memiliki penyakit mata yang sama.

Riwayat Obat-obatan :
Pasien tidak sedang menggunakan obat tetes mata dalam jangka waktu
lama.

Riwayat Operasi :
Pasien tidak pernah operasi mata sebelumnya.

Riwayat Kebiasaan :
Pasien mengaku sering mengusap matanya dengan keras hingga merah.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital:
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 88 x/ menit
 Pernapasan : 20 x/ menit
 Suhu : 36.5 OC
Status Generalis : dalam batas normal.

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

Okuli Dekstra Okuli Sinistra

2
Visus VOD: 1/60 VOS: 1/60
Koreksi TTK TTK
Muscle Balance Orthotropia
Gerakan Bola Mata Normal ke segala arah Normal ke segala arah

Palpebra Superior Entropion -, ektropion -, Entropion -, ektropion -,


lagoftalmus -, ptosis -, lagoftalmus -, ptosis -,
blefarospasme - blefarospasme -
Palpebra Inferior Entropion -, ektropion -, Entropion -, ektropion -,
lagoftalmus -, ptosis -, lagoftalmus -, ptosis -,
blefarospasme - blefarospasme -
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
App. Lakrimal Punctum terbuka, Punctum terbuka, sumbatan (-)
sumbatan (-)
Konjungtiva Tarsal Corpal -, folikel -, papil - Corpal -, folikel -, papil -
Superior
Konjungtiva Tarsal Corpal -, folikel -, papil - Corpal -, folikel -, papil -
Inferior
Konjungtiva Bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih, tidak terlihat Jernih, tidak terlihat adanya erosi
adanya erosi atau ulkus. atau ulkus.
COA Jernih, sedang Jernih, sedang
Pupil Bulat, isokor Bulat, isokor
Diameter ±2 mm ±2 mm
RC Direk/Indirek +/+ +/+
Iris Sinekia (-) Sinekia (-)
Lensa Keruh tidak rata, Shadow Keruh tidak rata, Shadow Test (+)
test (+)

Visus : VOD = 1/60

VOS = 1/60

Tonometri palpasi : TIO OD=OS dalam batas normal

Tonometri Schiotz : TIO OD=OS dalam batas normal

3
Pemeriksaan lain : tidak dilakukan

Gambar 1. OD Katarak Senilis Imatur Gambar2. OS Katarak Senilis Imatur

Gambar 3. Shadow test (+) pada pemeriksaan Slit Lamp

IV. Resume

Pasien laki-laki, berusia 67 tahun datang ke poliklinik mata RS


TKII Moh. Ridwan Meuraksa dengan keluhan penglihatan buram pada
kedua mata seperti melihat ada bayangan kabut yang semakin memberat
sejak 5 bulan SMRS. Keluhan disertai dengan rasa silau dan penglihatan
semkin kabur apabila berada di ruangan yang gelap atau pada malam hari.

4
Bapak pasien memiliki penyakit mata yang sama dengan pasien. Pasien
memiliki riwayat hipertensi yang terkontrol dan rutin meminum obat.

Pada pemeriksaan oftalmologi


OD: lensa keruh sebagian dengan shadow test (+).
OS: lensa keruh sebagian dengan shadow test (+).
Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD = 1/60
VOS= 1/60
Tonometer palpasi = TIO ODS dalam batas normal.

V. Diagnosis
Katarak Senilis Imatur ODS

VI. Diagnosis Banding


- Katarak komplikata ODS
- Katarak Diabetes ODS

VII. Usulan Pemeriksaan Penunjang


Rencana Pemeriksaan Pra-operasi Katarak :
1. Funduskopi
2. GDS/G2PP

VIII. Rencana Penatalaksanaan


Operasi katarak : Fakoemulsifikasi (Phaco) Oculi Dextra Sinistra.

IX. Prognosis

OD OS

Quo ad visam Dubia ad malam Dubia ad malam

Quo ad Functionam ad bonam ad bonam

Quo ad Sanactionam ad bonam ad bonam

Quo ad Cosmetica ad bonam ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5
I. Anatomi Lensa

Gambar 1.1. Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan


hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter sekitar 9
mm. Lensa tergantung pada zonula dibelakang iris, zonula tersebut
menghubungkan lensa dengan badan siliar. Zonula ini menyisip pada
ekuator kapsul lensa, kapsul lensa merupakan suatu membran basalis yang
mengelilingi substansi lensa. Disebelah anterior lensa terdapat aqueous
humor, disebelah posterior terdapat badan vitreus.1

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral
lensa sehingga membentuk nukleus lensa.Nukleus lensa lebih keras dari
pada korteksnya. Korteks disusun oleh serat-serat muda yang kurang padat
disekeliling nukleus. Di sebelah depan terdapat lapisan selapis epitel sub
kapsular, seiring bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus
diproduksi sehingga lensa perlahan akan menjadi lebih besar dan kurang
elastis.1,2

6
II. Histologi Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram
yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. 2,3

Gambar 1.2 Histologi Lensa3

Memiliki 3 komponen utama:2,3

1. Kapsul lensa
Lensa dibungkus suatu simpai tebal 10 – 20 µm dan homogen.
Mengandung proteoglikan dan kolagen tipe IV dan berasal dari
membran ektoderm permukaan embrionik.
2. Epitel lensa
Epitel lensa subkapsular terdiri atas sel selapis kuboid dan hanya
terdapat pada permukaan anterior. Pada ujung posterior epitel ini
dekat ekuator lensa, sel-sel membelah untuk membentuk sel baru
yang berdiferensiasi sebagai serat lensa.
3. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis
dengan inti gepeng. Lensa matur memiliki panjang 7-10 mm lebar
8-10 µm dan tebal 2 µm. Serat tersebut tersusun rapat yang
membentuk jaringan transparan yang khusus untuk pembiasan
cahaya dan lensa ditahan ditempatnya oleh sekelompok serat yang

7
tersusun radial yaitu zona siliaris elastis. Seiring bertambahnya
usia, serat-serat ini terus diproduksi sehingga lensa perlahan
menjadi lebih besar dan kurang elastis.
III. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, mengkontraksikan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Kapsul
yang elastis kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh peningkatan daya bias.2,3

Kerjasama fisiologi antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk


memfokuskan benda dekat ke retina dikenal dengan akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan berkurang.
Kristal lensa merupakan struktur yang transparan, mempunyai peranan
yang penting dalam mekanisme fokus pada penglihatan.2,3

Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air dna tiga puluh lima
persennya protein. Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang
biasa ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa dibandingkan jaringan lain. Asam askorbat dan glutatinon terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada reseptor nyeri,
pembuluh darah, atau saraf pada lensa.2

Fisiologi lensa meliputi aspek yaitu transparansi lensa, aktivitas


metabolisme lensa dan akomodasi.

a. Transparansi lensa
Dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium).3
b. Metabolisme Lensa Normal
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar
kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan

8
posterior. Kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari
luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior
untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap.3

c. Akomodasi
Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak
dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu
fenomena tersebut dikenal sebagai akomodasi. Fungsi utama lensa
adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Elastisitasnya yang
alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat
(sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada
kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas
muskulus siliaris, yang bila berkontraksi akan mengendurkan
tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih bulat dan
dihasilkan daya dioptrik yang lebih kuat untuk memfokuskan
objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi muskulus siliaris akan
menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa tersebut, membuat lensa
mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh terfokus. Dengan
bertambahnya usia, proses akomodasi akan menurun.2

IV. Katarak
IV.1 Definisi Katarak
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggeris Cataract, dan
Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti ditutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-duanya.1

IV.2 Etiologi dan Faktor Risiko Katarak

9
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa etiologi sehingga
klasifikasi katarak salah satunya dibedakan berdasarkan etiologi. Berikut
etiologi katarak antara lain:

1. Usia Lanjut
2. Metabolik
3. Toksik
4. Trauma
5. Komplikasi
6. Infeksi maternal
7. Maternal drug ingestion
8. Syndrom dengan katarak
9. Herediter
10. Katarak sekunder
Beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab terbentuknya katarak
lebih cepat, seperti:1

 Diabetes
 Radang mata
 Trauma mata
 Riwayat keluarga dengan katarak
 Pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya
 Merokok
 Pembedahan mata lainnya
 Terpajan banyak sinar ultra violet (Matahari)

IV.3 Manifestasi Klinis Katarak


Pasien dengan katarak mengeluh, gangguan penglihatan dapat berupa :1

 Merasa silau
 Berkabut, berasap
 Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup

10
 Melihat ganda
 Melihat warna terganggu
 Melihat halo sekitar sinar
 Penglihatan menurun

IV.4 Klasifikasi Katarak


A. Katarak Senilis
Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena
proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun.
Pada usia 70 tahun, lebih dari 90% individu mengalami katarak
senilis. Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata
terkena lebih dulu.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi
katarak senilis antara lain:2

1. Herediter
Memiliki peran yang perlu dipertimbangkan, usia mulai
timbulnya katarak berbeda pada keluarga yang berbeda.

2. Radiasi sinar UV
Paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan
timbulnya katarak pada usia yang lebih awal dan maturasi
yang lebih cepat pada katarak senilis.

3. Faktor makanan
Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino,
vitamin (ribloflavin, vit. E dan E) dan protein esensial
berperan dalam matangnya katarak pada usia lebih awal.

4. Krisis dehidrasional
5. Merokok
Rokok menyebabkan akumulasi dari pigmen molekul -3
hydroxykynurinine dan chompores yang menyebabkan

11
kekuningan. Sianat pada rokok menyebabkan carbamylation
dan denaturasi protein.

Katarak yang terjadi pada usia lanjut, umumnya terjadi pada usia 50
tahun, disebabkan karena proses penuaan. Perubahan lensa yang
terjadi karena usia lanjut:2

a. Kapsul:
- Menebal dan kurang elastis
- Mulai presbiopi
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat granular
b. Epitel:
- Semakin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan
berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria nyata
c. Serat lensa:
- Lebih granular
- Pada korteks jelas kerusakan serat sel
- Brown sklerotic nucleus, sinar UV kelamaan merubah
protein nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan
tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa mengandung
histidin dan triptofan dibanding normal.
- Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi
dan menghalangi foto oksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu
kristalin. Kristalin α dan β adalah chaperon, yang merupakan
heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk
menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul
protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa
orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk
menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.2,3

12
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

1. Katarak senilis kortikal


Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti
dengan penurunan asam amino dan kalium, yang mengakibatkan
kadar natrium meningkat. Hal ini menyebabkan lensa memasuki
keadaan hidrasi yang diikuti oleh koagulasi protein.2

Gambar 3.3 Patofisiologi katarak senilis kortikal

Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat maturasi sebagai


berikut:

a. Derajat separasi lamellar


Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini
hanya dapat diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih
bersifat reversibel.2
b. Katarak insipient
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi
dengan adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan
dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau
dapat dimulai dari sentral (kupuliform).2

13
Gambar 3.4 Katarak insipien

c. Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh
bagian lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.2

Gambar 3.5 Katarak imatur

d. Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh
bagian lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan
menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut,
dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.2

14
Gambar 3.6 Katarak Matur

e. Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa
sudah mencair. Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan
lensa menjadi mengerut.2

Gambar 3.7 Katarak hipermatur

f. Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana
nukleus lensa menggenang bebas di dalam kantung kapsul.
Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan
hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.2
Perbedaan stadium katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan

15
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma

2. Katarak senilis nuclear


Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan
lensa menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi
pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik,
dimana lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan akomodasi lensa, dan
terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata. Maturasi
dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi
akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus
berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra)
akibat deposit pigmen dan jarang berwarna merah (katarak
rubra).2,3

Gambar 3.8 (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita


katarak terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis.
Gangguan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak
yang diderita pasien.2,3,5

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

16
1. Penurunan visus

2. Silau

3. Perubahan miopik

4. Diplopia monocular

5. Halo bewarna

6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:3

1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi


cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp

Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai


berikut.

Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan

17
untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti
DM, hipertensi, dan kelainan jantung.5,6
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus
untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan
katarak subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil.
Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat
memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis
penglihatannya.5
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi
opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya
konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus
diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti
sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi
lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow
test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis.
Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.5, 6
B. Katarak /juvenile
Katarak yang lembek dan terjadi pada anak-anak. Mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Biasanya merupakan kelanjutan dari katarak kongenital.3
C. Katarak Kongenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Penyebab utama kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat yang penanganannya yang
kurang tepat. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak:3

a. Kapsulolentikuler dimana pada golongan ini termasuk


katarak kapsular dan katarak polaris

18
b. Katarak lentikuler termasuk dalam golongan ini katarak yang
mengenai korteks atau nukleus saja.
Dikenal bentuk – bentuk katarak kongenital:

- Katarak piramidalis/ polaris anterior


- Katarak piramidalis/ polaris posterior
- Katarak zonularis/ lamelaris
- Katarak pungtata dan lain – lain.

Etiologi katarak kongenital merupakan penyakit keturunan yang


diwariskan secara autosomal dominan. Selain itu dapat ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi seperti
rubella, rubeola, herpes simpleks, herpes zoster dan
toxoplasmosis.2,5

D. Katarak rubela
Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus.
Terdapat dua jenis kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan
perifer jernih seperti mutiara/ kekeruhan diluar nuklear yaitu
korteks anterior dan posterior atau total. Mekanisme terjadinya
tidak jelas, tetapi diketahui bahwa rubela dapat dengan mudah
melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit di
dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa hingga 3 tahun.2,5

E. Katarak Komplikata
Katarak komplikata adalah katarak akibat mata lain seperti radang
dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,
glaukoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior
segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.
Dapat juga disebabkan penyakit sistemik endokrin seperti diabetes
melitus, hipoparatiroid, galktosemia dan miotonia distrofi. Dikenal

19
dua bentuk kelainan pada polus posterior mata dan akibat kelainan
pada plus anterior bola mata.2,5

Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis,


retinitis pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina, dan miopia
tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca. Biasanya lensa
tetap jernih karena kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak
berjalan cepat dalam nukleus.2,5

Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat


kelainan kornea berat, iridoksilitis, kelainan neoplasma dan
glaukoma. Pada iridoksilitis dapat mengakibatkan katarak
subkapsular anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan terlihat
katarak disiminata pungtata subkapsular anterior ( katarak Vogt)2

F. Katarak Diabetes
Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya
penyakit diabetes melitus. Katarak ini dapat terjadi dalam 3
bentuk:2,3

a. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia


nyat, pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat
kapsul lensa berkerut.
b. Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol dimana terjadi
katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam bentuk dapat
snow flake/ piring subkapsular
c. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran
secara histologi dan biokimia dengan katarak pasien
nondiabetik.

IV.5 Patofisiologi Katarak

20
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.2,5

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori


hidrasi dan sklerosis:

1. Teori hidrasi
Kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan
osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.6
2. Teori sklerosis
Sklerosis terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah.
Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga
terjadilah sklerosis nukleus lensa.6
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:5

- Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
- Epitel-makin tipis

21
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
- Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah
protein nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa
nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang
memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan
dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.6

IV.6 Tatalaksana Katarak


Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Medikamentosa hanya
diberikan dengan tujuan untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh
penyulit yaitu, jika silau pasien dapat memakai kacamata dan untuk
mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan. Pembedahan
dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik. Pasien
dianjurkan untuk diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,
C, dan E, serta selenium dan antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat
dapat membantu memperlambat progresifitas katarak.2
Indikasi Pembedahan

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup


indikasi visus, medis, kosmetik dan optik.6

22
1. Indikasi visus
Indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,
tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap
aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis
Pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada
lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi
katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma),
endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya
retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik
Kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.
4. Indikasi optik
Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3
meter didapatkan hasil visus 3/60.

Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi
pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi, SICS.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada
keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.2,3,5
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit

23
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.2,3,5

Gambar 3.10 Teknik ICCE

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar
melalui robekan.2,3,5

Gambar 3.11 ECCE

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien


dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,

24
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata
dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.2,3

Gambar 3.12 ECCE dengan pemasangan IOL


3. Fakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih.

25
Gambar 3.13 Phacoemulsifikasi
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan
jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis.2,3

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Insisi dilakukan pada sklera dengan ukuran insisi bervariasi dari 5-
8 mm. Namun tetap dikatakan SICS sejak design arsiteknya tanpa
jahitan, Penutupan luka insisi terjadi dengan sendirinya (self-
sealing). Teknik operasi ini dapat dilakukan pada stadium katarak
immature, mature, dan hypermature. Teknik ini juga telah
dilakukan pada kasus glaukoma fakolitik dan dapat
dikombinasikan dengan operasi trabekulektomi.2

Jenis teknik bedah Keuntungan Kerugian


katarak
Extra capsular cataract  Incisi kecil  Kekeruhan pada
extraction (ECCE)  Tidak ada komplikasi kapsul posterior
vitreus  Dapat terjadi
 Kejadian perlengketan iris
endophtalmodonesis dengan kapsul
lebih sedikit
 Edema sistoid makula
lebih jarang
 Trauma terhadap
endotelium kornea
lebih sedikit
 Retinal detachment
lebih sedikit
 Lebih mudah dilakukan

26
Intra capsular cataract  Semua komponen  Incisi lebih besar
extraction (ICCE)  Edema cistoid pada
lensa diangkat
makula
 Komplikasi pada
vitreus
 Sulit pada usia < 40
tahun
 Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi  Incisi paling kecil  Memerlukan dilatasi
 Astigmatisma jarang pupil yang baik
terjadi  Pelebaran luka jika ada
 Pendarahan lebih IOL
sedikit
 Teknik paling cepat

IV.7 Komplikasi Katarak


A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas
Beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat
ketakutan akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg
dapat memperbaiki keadaan.6

b) Nausea dan gastritis


Akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida
oral untuk mengurangi gejala.6

c) Konjungtivitis iritatif atau alergi


Disebabkan oleh tetes antibiotik topical preoperatif, ditangani
dengan penundaan operasi selama 2 hari.6

d) Abrasi kornea
Akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa

27
pemberian salep antibiotik selama satu hari dan diperlukan
penundaan operasi selama 2 hari.6

e) Komplikasi terkait anestesi


Pada saat dilakukan anestesi, dapat terjadi kerusakan nervus
optikus apabila jarum mengenai lapisan dural dari nervus optikus,
anestesi yang masuk ke batang otak dapat menyebabkan
penurunan kesadran. Tetapi, kasus ini sangat jarang dan hanya
0,09% kasus. Dapat juga terjadi perdarahan retro bulbar pada saat
dilakukan anestesi.7

B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior
Dapat terjadi selama proses penjahitan.6

b) Perdarahan hebat
Dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan. 7

c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan


lensa
Dapat terjadi akibat instrumen operasi yang tajam seperti
keratom.6,7

d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)


e) Lepas/ hilangnya vitreous
Merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat ruptur
kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.

C. Komplikasi postoperatif awal


Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk
hifema, prolaps iris, keratopati striata, uveitis anterior postoperatif,
dan endoftalmitis bakterial.7

D. Komplikasi postoperatif lanjut

28
Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative
endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio
retina, dan katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat
terjadi setelah beberapa waktu post operasi.7

E. Komplikasi yang berkaitan dengan IOL


Implantasi IOL dapat menyebabkan komplikasi seperti uveitis-
glaucoma-hyphema syndrome (UGH syndrome), malposisi IOL, dan
sindrom lensa toksik (toxic lens syndrome).7

29
BAB III

PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah benar?


Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini diseluruh
dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45
juta orang menderita kebutaan. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat
katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita
usia produktif. Katarak memiliki arti yaitu kekeruhan lensa yang normalnya
transparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Laporan kasus ini mengenai
katarak yang diambil pada pasien yang datang ke poli mara RUmah Sakit
TK.II Moh. RIdwan Meuraksa. Tn.A, usia 68 tahun datang dengan keluhan
utama penglihatan buram seperti ada bayangan kabut pada kedua mata.
Setelah dilakukan anamnesis lebih lanjut dan pemeriksaan fisik maupun optik,
Tn. A terdiagnosis ODS Katarak Senilis Imatur. Menurut Ilyas, 2015, Pasien
katarak memiliki menifestasi klinik berupa gangguan penglihatan diantaranya:
melihat silau, berkabut, berasap, sukar melihat dimalam hari atau penerangan
redup, melihat ganda, melihat warna terganggu, melihat halo disekitar sinar
dan penglihatan menurun. Hal tersebut sesuai dengan beberapa keluhan yang
dialami Tn. A, pasien datang dengan keluhan utama penglihatan buram yang
memberat sejak 5 bulam SMRS. Penglihatan buram dirasakan seperti melihat
kabut. Penglihatan buram disertai rasa silau. Penglihatan semakin buram
apabila pada malam hari atau di ruangan yang redup. Selain itu, pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum Tn.A baik, kesadaran Compos
Mentis. Hasil tanda vital: Tekanan Darah: 130/90 mmHg, Nadi: 88x/menit,
Pernafasan: 20 x/menit, suhu: 36,5 OC, status generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil penurunan visus dengan nilai visus
okuli dextra 1/60 dan okuli sinistra 1/60. Pada pemeriksaan segmen anterior
mata didaptkan lensa yang keruh dan hasil shadow test positif pada kedua
mata. Hasil pada pemeriksaan fisik maupun optik pada kasus Tn.A sesuai

30
dengan literature yang ditulis oleh Liesegang 2009, dalam literaturnya
mengatakan bahwa terdapat tanda-tanda pasien katarak pada pemeriksaan fisik
maupun optik diantaranya: terdapat penurunan visus, kekeruhan pada lensa
dan shadow test positif pada katarak imatur dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada Tn.A pasien didiagnosa sebagai pasien katarak senilis
imatur, berdasarkan literature yang telah di telaah hal tersebut sesuai dan tepat.

2. Apakah tatalaksana pada pasien ini tepat menurut literature ataupun


guideline?
Terapi yang tepat dapat mencegah prognosis yang buruk pada suatu diagnose,
begitu pun pada kasus pasien Tn.A yang terdiagnosa katarak senilis imatur.
Menurut The Cataract Management Guideline Panel menganjurkan penilaian
berdasarkan gambaran klnis yang dikombinasi dengan uji ketajaman
penglihatan Snellen sebagai petunjuk terbaik untuk menentukan perlu
tidaknya tindakan bedah, dengan memperhatikan fleksibilitas yang berkaitan
dengan kebutuhan fungsional dan visual spesifik pasien, lingkungan, dan
faktor resiko lain, yang semuanya dapat berbeda-beda. Tatalaksana yang
dilakukan pada Tn.A di poli Mata RS TK. II Moh. Ridwan Meuraksa berupa
tindakan pembedahan ekstraksi katarak fakoemulsifikasi. Menurut Vaughan &
Asbury 2010, Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular
yang paling sering digunakan. Teknik ini menggunakan vibrator ultrasonic
genggam untuk menghancurkan nucleus yang keras hingga substansi nucleus
dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi berukuran sekitar 3 mm.
teknik ini bermanfaat untuk pasien dengan katarak congenital, traumatic dan
paling sering katarak senilis. Keuntungannya berupa kondisi intraoperasi lebih
terkendali, menghindari penjahitan, perbaikan luka yang lebih cepat dengan
derajat distorsi kornea yang lebih rendah, dan mengurangi peradangan
intraocular pascaoperasi. Oleh sebab itu, berdasarkan masalah Tn. A dendgan
diagnose katarak senilis imatur ODS yang diterapi dengan menggunaan teknik
pembedahan ekstraksi ekstrakapsular fakoemulsifikasi telah sesuai menurut
literature yang telah ditelaah.

31
DAFTAR PUSTAKAXIlyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi Kelima. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI. 2015.h. 212-220.


Ismail R, Sallam A. Complication associated with cataract surgery.Intech. 2016: 221-44.
Liesegang. TJ, Skuta GL, Contor LB. Anatomy and Embriology of the Eye in:

Fundamental and Principles of Ophthalmology. Section 2. American

Academy of Ophthalmology. San Franscisco. 2008-2009: 36.


Pascolini D, Mariotti SP. Global estimates of visual impairment:. BR J Ophthalmol. 2011.
Roderick B. Lensa. In: Vaughan & Asbury. Oftalmology umum. Edisi 17. Jakarta:

EGC.2012. h 169-77.

T. Schlote, J Rohrbach, M. Grueb, J.Mieke. Pocket Atlas of Ophtalmology.


Thieme. 2006. P165-97
World Health Organization. Cataract. http://www.who.int/topics/cataract/en/

[diakses: 20 Oktober 2017]


Taryan, B., 2014. Panduan Antibiotik Profi laksis Bedah dari IDSA 2013. , 41(2),

pp.2013–2014.
Gunawan, Sulista gan. 2012. Famakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI.
Espiritu, C.R.G. & Bolinao, J.G., 2017. Prophylactic intracameral levofloxacin in

cataract surgery – an evaluation of safety. , pp.2199–2204

32

Anda mungkin juga menyukai