CASE REPORT Katarak Nadhila
CASE REPORT Katarak Nadhila
KATARAK SENILIS
Disusun oleh :
Nadhila Adani
110 2013 196
Pembimbing :
Kolonel (Purn) dr. Dasril Dahar, Sp.M
Kepaniteraan Klinik
Jakarta Timur
2018
BAB I
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 62 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Cipayung
Pendidikan : SLTA
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 21 September 2018
1
melihat pelangi saat melihat lampu. Pasien tidak memiliki riwayat trauma
sebelumnya.
Riwayat Obat-obatan :
Pasien tidak sedang menggunakan obat tetes mata dalam jangka waktu
lama.
Riwayat Operasi :
Pasien tidak pernah operasi mata sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan :
Pasien mengaku sering mengusap matanya dengan keras hingga merah.
Tanda Vital:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernapasan : 20 x/ menit
Suhu : 36.5 OC
Status Generalis : dalam batas normal.
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
2
Visus VOD: 1/60 VOS: 1/60
Koreksi TTK TTK
Muscle Balance Orthotropia
Gerakan Bola Mata Normal ke segala arah Normal ke segala arah
VOS = 1/60
3
Pemeriksaan lain : tidak dilakukan
IV. Resume
4
Bapak pasien memiliki penyakit mata yang sama dengan pasien. Pasien
memiliki riwayat hipertensi yang terkontrol dan rutin meminum obat.
V. Diagnosis
Katarak Senilis Imatur ODS
IX. Prognosis
OD OS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
I. Anatomi Lensa
Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral
lensa sehingga membentuk nukleus lensa.Nukleus lensa lebih keras dari
pada korteksnya. Korteks disusun oleh serat-serat muda yang kurang padat
disekeliling nukleus. Di sebelah depan terdapat lapisan selapis epitel sub
kapsular, seiring bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub epitel terus
diproduksi sehingga lensa perlahan akan menjadi lebih besar dan kurang
elastis.1,2
6
II. Histologi Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram
yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. 2,3
1. Kapsul lensa
Lensa dibungkus suatu simpai tebal 10 – 20 µm dan homogen.
Mengandung proteoglikan dan kolagen tipe IV dan berasal dari
membran ektoderm permukaan embrionik.
2. Epitel lensa
Epitel lensa subkapsular terdiri atas sel selapis kuboid dan hanya
terdapat pada permukaan anterior. Pada ujung posterior epitel ini
dekat ekuator lensa, sel-sel membelah untuk membentuk sel baru
yang berdiferensiasi sebagai serat lensa.
3. Serat lensa
Serat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis
dengan inti gepeng. Lensa matur memiliki panjang 7-10 mm lebar
8-10 µm dan tebal 2 µm. Serat tersebut tersusun rapat yang
membentuk jaringan transparan yang khusus untuk pembiasan
cahaya dan lensa ditahan ditempatnya oleh sekelompok serat yang
7
tersusun radial yaitu zona siliaris elastis. Seiring bertambahnya
usia, serat-serat ini terus diproduksi sehingga lensa perlahan
menjadi lebih besar dan kurang elastis.
III. Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, mengkontraksikan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Kapsul
yang elastis kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
oleh peningkatan daya bias.2,3
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air dna tiga puluh lima
persennya protein. Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang
biasa ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa dibandingkan jaringan lain. Asam askorbat dan glutatinon terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada reseptor nyeri,
pembuluh darah, atau saraf pada lensa.2
a. Transparansi lensa
Dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium).3
b. Metabolisme Lensa Normal
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar
kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan
8
posterior. Kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K
bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari
luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior
untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap.3
c. Akomodasi
Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak
dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu
fenomena tersebut dikenal sebagai akomodasi. Fungsi utama lensa
adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Elastisitasnya yang
alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat
(sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada
kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas
muskulus siliaris, yang bila berkontraksi akan mengendurkan
tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih bulat dan
dihasilkan daya dioptrik yang lebih kuat untuk memfokuskan
objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi muskulus siliaris akan
menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa tersebut, membuat lensa
mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh terfokus. Dengan
bertambahnya usia, proses akomodasi akan menurun.2
IV. Katarak
IV.1 Definisi Katarak
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggeris Cataract, dan
Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti ditutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-duanya.1
9
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa etiologi sehingga
klasifikasi katarak salah satunya dibedakan berdasarkan etiologi. Berikut
etiologi katarak antara lain:
1. Usia Lanjut
2. Metabolik
3. Toksik
4. Trauma
5. Komplikasi
6. Infeksi maternal
7. Maternal drug ingestion
8. Syndrom dengan katarak
9. Herediter
10. Katarak sekunder
Beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab terbentuknya katarak
lebih cepat, seperti:1
Diabetes
Radang mata
Trauma mata
Riwayat keluarga dengan katarak
Pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya
Merokok
Pembedahan mata lainnya
Terpajan banyak sinar ultra violet (Matahari)
Merasa silau
Berkabut, berasap
Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup
10
Melihat ganda
Melihat warna terganggu
Melihat halo sekitar sinar
Penglihatan menurun
1. Herediter
Memiliki peran yang perlu dipertimbangkan, usia mulai
timbulnya katarak berbeda pada keluarga yang berbeda.
2. Radiasi sinar UV
Paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan
timbulnya katarak pada usia yang lebih awal dan maturasi
yang lebih cepat pada katarak senilis.
3. Faktor makanan
Defisiensi zat makanan berupa protein tertentu, asam amino,
vitamin (ribloflavin, vit. E dan E) dan protein esensial
berperan dalam matangnya katarak pada usia lebih awal.
4. Krisis dehidrasional
5. Merokok
Rokok menyebabkan akumulasi dari pigmen molekul -3
hydroxykynurinine dan chompores yang menyebabkan
11
kekuningan. Sianat pada rokok menyebabkan carbamylation
dan denaturasi protein.
Katarak yang terjadi pada usia lanjut, umumnya terjadi pada usia 50
tahun, disebabkan karena proses penuaan. Perubahan lensa yang
terjadi karena usia lanjut:2
a. Kapsul:
- Menebal dan kurang elastis
- Mulai presbiopi
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat granular
b. Epitel:
- Semakin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan
berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria nyata
c. Serat lensa:
- Lebih granular
- Pada korteks jelas kerusakan serat sel
- Brown sklerotic nucleus, sinar UV kelamaan merubah
protein nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan
tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa mengandung
histidin dan triptofan dibanding normal.
- Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi
dan menghalangi foto oksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu
kristalin. Kristalin α dan β adalah chaperon, yang merupakan
heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk
menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul
protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa
orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk
menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.2,3
12
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
13
Gambar 3.4 Katarak insipien
c. Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh
bagian lensa. Volume lensa dapat bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.2
d. Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh
bagian lensa. Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan
menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut,
dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.2
14
Gambar 3.6 Katarak Matur
e. Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa
sudah mencair. Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan
lensa menjadi mengerut.2
f. Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana
nukleus lensa menggenang bebas di dalam kantung kapsul.
Pengeretuan dapat berjalan terus dan menyebabkan
hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.2
Perbedaan stadium katarak
15
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test - + - Pseudops
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
Gambar 3.8 (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra
16
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
17
untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti
DM, hipertensi, dan kelainan jantung.5,6
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus
untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan
katarak subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil.
Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat
memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis
penglihatannya.5
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi
opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya
konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus
diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti
sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi
lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow
test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis.
Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam
evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.5, 6
B. Katarak /juvenile
Katarak yang lembek dan terjadi pada anak-anak. Mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Biasanya merupakan kelanjutan dari katarak kongenital.3
C. Katarak Kongenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Penyebab utama kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat yang penanganannya yang
kurang tepat. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak:3
18
b. Katarak lentikuler termasuk dalam golongan ini katarak yang
mengenai korteks atau nukleus saja.
Dikenal bentuk – bentuk katarak kongenital:
D. Katarak rubela
Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus.
Terdapat dua jenis kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan
perifer jernih seperti mutiara/ kekeruhan diluar nuklear yaitu
korteks anterior dan posterior atau total. Mekanisme terjadinya
tidak jelas, tetapi diketahui bahwa rubela dapat dengan mudah
melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit di
dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa hingga 3 tahun.2,5
E. Katarak Komplikata
Katarak komplikata adalah katarak akibat mata lain seperti radang
dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,
glaukoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior
segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.
Dapat juga disebabkan penyakit sistemik endokrin seperti diabetes
melitus, hipoparatiroid, galktosemia dan miotonia distrofi. Dikenal
19
dua bentuk kelainan pada polus posterior mata dan akibat kelainan
pada plus anterior bola mata.2,5
F. Katarak Diabetes
Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya
penyakit diabetes melitus. Katarak ini dapat terjadi dalam 3
bentuk:2,3
20
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.2,5
1. Teori hidrasi
Kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa.
Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan
osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.6
2. Teori sklerosis
Sklerosis terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah.
Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga
terjadilah sklerosis nukleus lensa.6
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:5
- Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
b. Mulai presbiopiac
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
- Epitel-makin tipis
21
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
- Serat lensa
a. Serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah
protein nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa
nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal
d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel yang
memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan
dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.6
22
1. Indikasi visus
Indikasi paling sering. Indikasi ini berbeda pada tiap individu,
tergantung dari gangguan yang ditimbulkan oleh katarak terhadap
aktivitas sehari-harinya.
2. Indikasi medis
Pasien bisa saja merasa tidak terganggu dengan kekeruhan pada
lensa matanya, namun beberapa indikasi medis dilakukan operasi
katarak seperti glaukoma imbas lensa (lens-induced glaucoma),
endoftalmitis fakoanafilaktik, dan kelainan pada retina misalnya
retiopati diabetik atau ablasio retina.
3. Indikasi kosmetik
Kadang-kadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi
katarak (meskipun kecil harapan untuk mengembalikan visus) untuk
memperoleh pupil yang hitam.
4. Indikasi optik
Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3
meter didapatkan hasil visus 3/60.
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi
pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi, SICS.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada
keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.2,3,5
Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40
tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
23
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.2,3,5
24
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan
akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata
dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.2,3
25
Gambar 3.13 Phacoemulsifikasi
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan
jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien
dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis.2,3
26
Intra capsular cataract Semua komponen Incisi lebih besar
extraction (ICCE) Edema cistoid pada
lensa diangkat
makula
Komplikasi pada
vitreus
Sulit pada usia < 40
tahun
Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi Incisi paling kecil Memerlukan dilatasi
Astigmatisma jarang pupil yang baik
terjadi Pelebaran luka jika ada
Pendarahan lebih IOL
sedikit
Teknik paling cepat
d) Abrasi kornea
Akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa
27
pemberian salep antibiotik selama satu hari dan diperlukan
penundaan operasi selama 2 hari.6
B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior
Dapat terjadi selama proses penjahitan.6
b) Perdarahan hebat
Dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan. 7
28
Cystoid Macular Edema (CME), delayed chronic postoperative
endophtalmitis, Pseudophakic Bullous Keratopathy (PBK), ablasio
retina, dan katarak sekunder merupakan komplikasi yang dapat
terjadi setelah beberapa waktu post operasi.7
29
BAB III
PEMBAHASAN
30
dengan literature yang ditulis oleh Liesegang 2009, dalam literaturnya
mengatakan bahwa terdapat tanda-tanda pasien katarak pada pemeriksaan fisik
maupun optik diantaranya: terdapat penurunan visus, kekeruhan pada lensa
dan shadow test positif pada katarak imatur dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada Tn.A pasien didiagnosa sebagai pasien katarak senilis
imatur, berdasarkan literature yang telah di telaah hal tersebut sesuai dan tepat.
31
DAFTAR PUSTAKAXIlyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi Kelima. Jakarta: Balai
EGC.2012. h 169-77.
pp.2013–2014.
Gunawan, Sulista gan. 2012. Famakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Espiritu, C.R.G. & Bolinao, J.G., 2017. Prophylactic intracameral levofloxacin in
32