Anda di halaman 1dari 4

Nama : Vivin Anggraeni

NIM : 2014017055

Kelas : 4 A2

AUDIT OPERASIONAL
A. Pengertian audit operasional
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

B. Ruang Lingkup Audit Operasional


Lingkup audit operasi berkenaan dengan setiap pengendalian yang mempengaruhi efisiensi atau
efektivitas, sedangkan lingkup dari evaluasi pengendalian internal atas pelaporan keuangan terbatas
pada efektivitas pengendalian internal atas laporan keuangan dan dampaknya terhadap penyajian yang
wajar dari laporan keuangan.

C. Jenis – jenis Audit Operasional


Jenis-jenis Audit Operasional Menurut Agoes, S. (2004), “Audit operasional dibagi dalam 3 jenis,
yaitu:
1. Audit Fungsional (Functional Audit)
adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas perusahaan seperti fungsi penjualan atau
fungsi penagihan. Audit fungsional ini meliputi satu fungsi atau lebih dalam organisasi.
Keunggulan dari audit fungsional adalah memungkinkan auditor melakukan spesialis. Kekurangan
audit fungsional adalah tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.
2. Audit Organisasional (Organizational Audit)
Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit
organisasi seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan audit organisasional
adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi dalam organisasi berinteraksi, rencana organisasi
dalam metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas merupakan hal yang penting
dalam jenis pemeriksaan ini.
3. Penugasan Khusus (Special Assignment)
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Terdapat banyak
variasi dalam pemeriksaan tersebut, misalnya penyelidikan kemungkinan kecurangan dalam satu
divisi.
D. Tahap – tahap Audit Operasional
1. Memilih auditee
Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan terhadap calon-
calon auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi audit
tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi.
Pemahaman tentang calon auditee diperoleh dengan:
a. mereview data arsip latar belakang setiap auditee
b. meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai
tujuannya
c. mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku
petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan pengendalian
mutu, serta deskripsi tugas
d. mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang permasalahan
tertentu (sering kali disebut entry interview)
e. melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau
menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang potensial
f. Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui
kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif.
2. Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun
efisiensi audit operasional. Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan
program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap
studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan keuangan, program audit berisi
seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu
atau lebih tujuan. Perencanaan audit harus dipertimbangkan penggunaan teknik-teknik
sampling statistik. Disamping itu, auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik
berbantuan komputer (computer assisted techniques) akan efisien dari segi biaya.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan.
Tim audit ini harus terdiri dari auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan
untuk memenuhi tujuan audit.
3. Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang
berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan.
Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu dalam audit operasional.
Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi yang mendalam (in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan
pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan
kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil
auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan memperoleh pendapat,
komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah. Wawancara yang efektif sangat penting
dalam audit operasional. Melalui pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan
mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.
4. Melaporkan temuan kepada manajemen
Laporan itu harus memuat :
a. Suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit.
b. Uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit.
c. Ikhtisar temuan-temuan.
d. Rekomendasi perbaikan.
e. Komentar auditee
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut
kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi beberapa
tujuan yang penting: (1) memberi auditor peluang untuk menguji akurasi temuan serta
ketpatan rekomendasi, dan (2) memungkinkan auditor mendapatkan komentar auditee
untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya direvisi sesuai keperluan,
sehingga konsep final dapat disiapkan.
5. Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional
adalah tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit.
Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk
melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut
ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee dalam
mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA menyatakan bahwa auditor
internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil
berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan yang
tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.
E. MANFAAT AUDIT OPERASIONAL
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit kinerja ini menjadi wajib disediakan
oleh perusahaan.
1. Penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar perusahaan dapat
mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik.
2. Audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola perusahaan.
3. Kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim investasi dan
usaha akan makin kondusif.
F. KETERBATASAN AUDIT OPERASIONAL
Menurut Nugroho Widjayanto (1985:23-24) ada beberapa keterbatasan audit operasional :
1. Waktu
Waktu menjadi factor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan
informasi kepada manajemen secara cepat atau setidaknya tepat waktu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Sebaiknya audit operasional dilakukan secara teratur untuk menjamin
bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam perusahaan.
2. Keahlian auditor
Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan para auditor operasional karea tidak
mungkin bagi seorang auditor mengetahui dan menguasai berbagai disiplin bisnis. Auditor
operational hanya lebih ahli dalam bidang audit daripada dalam bidang bisnis.
3. Biaya
Biaya juga merupakan salah satu factor pembatas, karena itu tentu saja biaya audit
harus lebih kecil dari jumlah yang dapat dihemat. Oleh karena itu, auditor harus mengabaikan
masalah kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai