Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar PRL darah,
kadangkala disebabkan stres; jika patogis, keadaan ini menyebabkan
galaktorea,haid tidak teratur, dan subfertilitas. Pada pria, dapat terjadi
disfungsi ereksi,ginekomastia ( pembesaran payudara ), dan penurunan
massa otot. Penyakit ini dapat terjadi akibat pemberian antagonis dopamin
(mis, metoklopramid),tumor hipofisis besar yang sering nonfungsional, dan
prolaktinoma.Prolaktinoma yakni tumor hipofisis penghasil prolaktin yang
dapat dibagimenurut ukurannya menjadi makroadenoma (>1 cm) atau
mikroadenoma (<1 cm). Penyebab tersering terjadinya amenore sekunder
adalah hiperprolaktinemia yakni sekitar 18,8 %. Hiperprolaktinemia
merupakan keadaan dimana prolaktin meningkat secara abnormal (kadar
normalprolaktin adalah 10-28 µg/L). Sekitar 0,4-10 % hiperprolaktinemia
terjadi pada orang normal, 9-15 % menyebabkan oligominore dan
amenoresekunder, galaktore 25%, dan sekitar 43-70% mengalami amenore
dangalaktore. Berbagai keadaan dapat menyebabkan peningkatan ringan
konsentrasi prolakatin serum, seperti stress, dan stimulasi payudara.
(Amanda Sullivan,dkk.2008).
Hiperprolaktinemia adalah suatu keadaan peningkatan kadar
prolaktinserum melebihi 25 mg/ml pada kondisi basal. Nilai normal serum
prolaktinadalah 5-25 ng/ml; lebih rendah pada laki-laki dan anak-anak
sertamengalami variasi harian yaitu meningkat pada malam hari, maksimal
pada pukul 01.00-06.00 dini hari. Meningkatnya kadar prolaktin sering
menimbulkan berbagai gangguan sistem reproduksi. Terdapat 10-25 %
perempuan dengan galaktorea tanpa gangguan siklus haid, disertai
hiperprolaktinemi ; dan 75% mengalami galaktorea dan amenorea
disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Berbagai gangguan haid timbul karena
hiperprolaktinemia memblok poros hipotalamus - hipofiseovarium
dihipotalamus, sehingga terjadi penurunan sekresi FSH dan LH. Penurunan
sekresi FSH dan LH mengganggu proses folikuloge-nesis, sehingga
sekresiestrogen menurun. Estrogen yang rendah menyebabkan LH surge
tidak terjadi, sehingga ovulasi tidak terjadi. Sekitar 54 % kasus anovulasi
disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Sedangkan hampir 20 %
kegagalanovulasi disebabkan hiperprolaktinemia (WHO).
Samal S dkk (2002) dengan studi prospektif pada 200 sampel
penelitian wanita infertil bulan Juni 1997 sampai dengan Juli 1999 di
India,menggunakan kadar prolaktin serum >25 mg/ml sebagai batasan
hiperprolaktinemia, diperoleh 22 kasus (11%) hiperprolaktinemia (p <
0,05).Pada penelitian tersebut didapatkan nilai hiperprolaktinemia antara 26-
75 mg/ml dan hanya 1 kasus lebih dari 76 mg/ml; pada penelitian ini
didapatkan3 kasus kadar prolaktin serum > 50 mg/ml. Hiperprolaktinemia
merupakan salah satu faktor penyebab anovulasi pada wanita infertil. Pada
35 sampel penelitian wanita infertil di India didapatkan hasil dengan
hiperprolaktinemia 7 kasus (20%). (Mishra R dkk,2002).
Pada 100 wanita infertil Pakistan didapatkan 82 kasus
(82%)hiperprolaktinemia dan 18 kasus (18%) normoprolaktinemia sebagai
kontrol;analisis mendapatkan hasil bermakna (p<0,05) bahwa
hiperprolaktinemia berperan sebagai penyebab infertil. Selain memeriksa
kadar serum prolaktin juga diperiksa serum LH, serum FSH, estrogen dan
progesteron. (Kalsum A., Jalali S., 2002).
Hiperprolaktinemia pada penderita infertil dengan anovulasi di
Indonesia termasuk di RSUP Sanglah Denpasar belum pernah
diteliti,padahal kasus anovulasi banyak ditemukan pada penderita infertil.
Oleh karena itu akan diteliti risiko anovulasi pada penderita infertil dengan
hiperprolaktinemia di RS Sanglah Denpasar tahun 2002. fertil RS Sanglah
Denpasar dalam periode 1 Juli 2002 sd. 31 Juni 2003. Kriteria inklusi adalah
penderita infertil, anovulasi, bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria
eksklusia dalah tumor ovarium dan kelainan bawaan ovarium. Jumlah
sampelminimal berdasarkan penghitungan di atas dari hasil penelitian
adalah 57,sehingga total sampel penelitian menjadi = 114 kasus. Telah
dilakukan penelitian menggunakan rancangan kasus-kontrol untuk
mengetahui risiko anovulasi dengan hiperprolaktinemia pada penderita
infertil. Penelitian dilaksanakan di RS Sanglah Denpasar, mulai 1 Juli 2002
sampai jumlahsampel cukup. Dari 114 kasus yang memenuhi kriteria
sebagai subyek penelitian, 57 kasus infertil dengan anovulasi dan 57 kasus
infertil dengan ovulasi sebagai kontrol. Berikut akan diuraikan hasil
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Pada 57 kasus infertil dengan
anovulasi, 19 (33,3%) kasus hiperprolaktinemia, sedangkan pada kasus
infertil dengan ovulasi sebagai kontrol, 10 (17,5 %) kasus
hiperprolaktinemia. Odd ratio =2,35 berarti pasien infertil dengan
hiperprolaktinemia akan berisiko anovulasi 2,35 kali lebih besar dari pada
tanpa hiperprolaktinemia, walaupun secara statistik tidak berbeda bermakna
(p=0,085). Hiperprolaktinemia dapat menyebabkan gangguan fungsi
reproduksi, karena hiperprolaktinemia dapat mengakibatkan keadaan
anovulasi. Dilaporkan 54% kasus anovulasi disebabkan karena
hiperprolaktinemia. Sedangkan anovulasi ini bertanggung jawab terhadap
33,5% kasus-kasus infertilitas(14). Salah satu penyebab gangguan ovulasi
adalah hiperprolaktinemia.
Selain kadar prolaktin perlu juga diperiksa kadar estrogen, LH
danFSH. Kadar prolaktin bersifat dinamis. Jika kadar prolaktin >50 ng/ml
maka20% terdapat pada tumor hipofise, bila kadar prolaktin 100 mg/ml
maka50% terdapat pada tumor hipofise dan kadar prolaktin > 100 ng/ml
maka100 % terdapat pada tumor hipofise.
Prolaktin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari 199
asamamino dengan berat molekul 23 kD. Rantai polipeptida prolaktin
dihubungkan oleh dua jembatan disulfida. Pembentukan prolaktin
dikodeoleh gen yang terletak padak romosom 6 p22.2, p21.3. Pit-1
merupakanfaktor transkripsi yang berikatan dengan gen prolaktin sehingga
memicu produksi prolaktin di hipofisis anterior. Strukturprolaktin
menyerupai hormon pertumbuhan dan hormon plasenta laktogen.(Davis
J.R.E..2004).
Prolaktin merupakan hasil produksi utama kelenjar hipofisis yang
disintesa dan disekresi oleh sel-sel laktotrof dari kelenjar hipofisis anterior.
Prolaktin juga dihasilkan di luar hipofisis, yaitu oleh kelenjar
mammae,plasenta, uterus dan limfosit T. Pada kehamilan, prolaktin juga
disekresi oleh sel stroma endometrium desidualis. Fungsi utama prolaktin
adalah untuk memicu perkembangan payudara saat hamil serta merangsang
dan mempertahankan proses laktasi.
Secara tidak langsung prolaktin turut mengatur sekresi hormone
hipofisis yang berperan pada fungsi gonad,termasuk luteinizing hormone
(LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini adalah karena
prolaktin dapat berikatan dengan reseptor spesifik di gonad selain dari
sellimfoid, dan hepar. Sekresi prolaktin bersifat pulsatil, dalam 24 jam
terjadi40 kali pengeluaran. (GoffinV..2005)
Prolaktin akan meningkat pada saat tidur, stress, kehamilan, dan saat
dilakukan stimulasi pada dinding dada. Nilai prolaktin puasa normal
umumnya adalah kurang dari 30 ng/mL. Hormon prolaktin dikatakan
berhubungan dengan hormon pertumbuhan karena susunan asam aminonya
mirip dengan hormon pertumbuhan dan laktogen plasenta. Hormon-
hormonini mempunyai persamaan genom, struktur dan ciri biologi protein.
Prolaktin merupakan hormon hipofisis yang unik, hal ini karena
regulasioleh hipotalamus adalah melalui kontrol inhibitorik oleh dopamine
hipotalamus. Tidak seperti hormon hipofisis anterior lainnya, pengaruh
hipotalamus dominan adalah berupa inhibitori tonik. Hipotalamus
mensekresi prolactin-release-inhibiting factor (PIF) dan prolactin-
releasingfactor (PRF) yang mengatur keseimbangan prolaktin dalam darah.
Jika keseimbangan ini terganggu, maka terjadilah hiperprolaktinemia
yangsering kali ditemukan sebagai bagian dari permasalahan
endokrinologi,obstetridan ginekologi. ( Rajasoorya C. 2001)
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 DEFINISI
Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar PRL darah,
kadangkala disebabkan stres; jika patogis, keadaan ini menyebabkan
galaktorea,haid tidak teratur, dan subfertilitas. Pada pria, dapat terjadi
disfungsi ereksi,ginekomastia ( pembesaran payudara ), dan penurunan
massa otot. Penyakit ini dapat terjadi akibat pemberian antagonis dopamin
(mis, metoklopramid),tumor hipofisis besar yang sering nonfungsional, dan
prolaktinoma.Prolaktinoma yakni tumor hipofisis penghasil prolaktin yang
dapat dibagi menurut ukurannya menjadi makroadenoma (>1 cm) atau
mikroadenoma(<1 cm). (Chris Brooker.,2008 ).
Hiperprolaktinemia adalah suatu fenomena yang dinamakan stalk
effect,akibatnya, kenaikan ringan PRL serum, bahkan pada pasien
adenomahipofisis, tidak selalu menunjukan adanya tumor pensekresi PRL.
(Mitchell,Kumar, Abbas & Fausto.2008).
Hiperprolaktinemia adalah adalah peningkatan kadar PRL yang terjadi
pada wanita yang tidak hamil dan dapat menyebabkan amenorrhoea
atau galactorroea atau keduanya. (Dr. M Fidel Ganis Siregar, SpOG,2010).

2.2 ETIOLOGI
Banyak penyebab hiperprolaktinemia yang perlu dipertimbangkan
sebelum mendiagnosa hiperprolaktinemia sebagai suatu gangguan hipofisis.
Penyebab tersering hiperprolaktinemia adalah kehamilan, hipotiroidisme,
pemakaian obat antagonis dopamin (termasuk fenotiazin dan
metoklopramid). Hiperprolaktinemia juga merupakan manifestasi utamadari
sindrom ovarium polikistik. Penyebab tersering hiperprolaktinemiayang
berasal dari hipofisis adalah mikroadenoma dan hiperprolaktinemia
idiopatik.
Penyebab terjadinya hiperprolaktinemia yaitu :
a. Gangguan pada hypothalamus, misalnya hipotiroid primer, dan
insufisiensiadrenal. Mekanisme terjadinya hiperprolaktinemia dalam hal
ini adalah oleh karena terjadinya peningkatan thyrotropin releasing
hormone (TRH) dihipotalamus dan penurunan metabolismenya.Tiroksin
mempunyai efek hambatan terhadap sekresiprolaktin.Kekurangan hormone
tiroid (hipotiroid), khususnya hipotiroid primer menyebabkan kadar TRH
endogen dan TSH meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya
kepekaan hipofisis pada keadaan hipotiroid.TRH merangsang laktotrof
untuk mensintesis prolaktin yang berlebihan,sedangkan biosintesis
Prolaktin Inhibiting Factor (PIF) menurun, sehingga wanita dengan
hipotiroidakan mengalami hiperprolaktinemia. Meningkatnya kadar
prolaktin plasma menyebabkan wanita denganhipotiroid akan mengalami
gangguan fertilitas yang berat. Hal ini akanmenyebabkan gangguan siklus
haid, dari oligomenore sampai amenore dananovulasi. Pada hipotiroidisme
pula, jaringan payudara akan menjadi lebih peka terhadap prolaktin, meski
pada kadar yang normal sekalipun. Sehingga hiperprolaktinemia pada
keadaan hipotiroidisme hampir selalu menampilkan galaktore. Pada
keadaan ini sering dijumpai hingga sellatursika melebar. Selain itu pada
keadaan-keadaan seperti nyeri prahaid,galaktore atau kadar PRL yang
tinggi harus dipikirkan adanya tiroid.Hubungan tingginya kadar prolaktin
dengan hipotiroid dapat dijelaskan sebagai berikut : akibat tidak adanya
reaksi umpan balik negative dari T3 dan T4 terhadap hipofisis anterior,
maka hipofisis tersebut akanmelepaskan hormone pelepas tiroid dalam
jumlah yang banyak, dan ini akan memicu T3 dan T4 dan juga sekresi
prolaktin. Dengan demikian hipotiroidhampir selalu menimbulkan
hiperprolaktinemia, yang akhirnya akan mengganggu fungsi ovarium.
Kadar prolaktin yang tinggi akan menekanFSH dan LH sehingga
menyebabkan gangguan pematangan folikel. Disamping itu prolaktin yang
tinggi juga menyebabkan peningkatan sekresiandrogen dari kelenjar
adrenal yaitu dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAs).Kadar androgen yang
tinggi ini selanjutnya akan menghambat pematanganfolikel.
b. Gangguan pada hipofisis, misalnya tumor pada hipofisis baik berupa
mikroataupun makro prolaktinoma, infiltrasi penyakit lain terhadap
hipofisissepertituberculosis, dan sarcoidosis,hypothalamic stalk
Interruption Hal ini dapat terjadi karena adanyagangguan atau hambatan
dari transport dopamine dihypothalamus dan atauterjadinya sekresi growth
hormone dan prolaktin. Suplai pendarahanabnormal pada tumor hipofisis
atau tangkainya, dapat mengganggu sirkulasihipotalamus ke tangkai
hipofisis dan ke sel laktotrof.
c. Obat-obatan.Misalnya Dopamine-receptor antagonists
(phenothiazines,butyrophenones,thioxanthenes, risperidone,
metoclopramide, sulpiride,pimozide), Dopamine-depleting agents
(methyldopa, reserpine),Anti histamin2(AH2) seperti cimetidine, anti
hypertensi (verapamil), dananti depresan golongantrisiklik, estrogen dan
opiate. Estrogen dapat menyebabkan hiperprolaktinemia oleh karena
estrogen memiliki sifat positif terhadap laktotrof. Dan obat-obatopiate
menyebabkan hiperprolaktinemia karena dapat menstimulasi reseptoropiod
pada hipotalamus.
d. Neurogenik, seperti adanya luka pada dinding dada misalnya luka
operasi,lukabakar, dan herpes zoster. hal ini adalah akibat refleks abnormal
dari stimulasi cedera tersebut sehingga terjadi peningkatan prolaktin.
Refleks tersebut berawal pada saraf intercostalis yang menjalar ke spinal
cord lalu menuju mesensefalon hingga sampai pada hipotalamus yang
pada akhirnya mengurangi pelepaskan dopamine.
e. Penurunan eliminasi prolaktin dalam tubuh. Misalnya pada gagal
ginjal,daninsufisiensi hepar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya bersihan
prolaktindalam sirkulasi sistemik tubuh dan stimulasi prolaktin langsung
pada pusat.
f. Molekul abnormal, misalnya makroprolaktinemia. Molekul abnormal ini
merupakan bentuk polimerik prolaktin yang berikatan dengan IgG
sehingga prolaktin tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan tidak
dapatdieliminasi
g. Idiopatik Sekresi dan pelepasan prolaktin dimediasi oleh dopamin, dan
semua proses yang mengganggu sekresi dopamin atau mengganggu
transpordopamin ke pembuluh darah portal dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia.Terdapat 10 kali lipat peningkatan prolaktin selama
kehamilan, setelah senam, makan, dan pada stimulasi dinding dada. Stress
fisik dan psikologik juga dapat meningkatkan kadar prolaktin
Metoklopramid, fenotiazin, danantagonis butirofenon dapat menyebabkan
peningkatan prolaktin sampai melebihi 100 µg/L. Begitu juga dengan
risperidon,inhibitor oksidasemonoamine dan anti depresan trisiklik dapat
meningkatkan kadar prolaktinmelalui efeknya terhadap transpor dopamin
ke pembuluh portal. Obat-obatan lainnya yang dapat meningkatkan kadar
prolaktin adalah verapamil, estrogen, serotonin-reuptake inhibitor, reserpin
dan metildopa, walaupun peningkatannya tidak signifikan (antara 25-100
µg/L).Akromegali merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia. Pada penderita akromegali, hormon prolaktin juga
disekresi bersama dengan hormon pertumbuhan. Tumor hipofisis
nonfungsional juga dapat menekan tangkai hipofisis sehingga terjadi
peningkatan prolaktin dalam kadar antara25-100 µg/L. Beberapa pasien
hipotiroidisme primer dapat menderita hiperprolaktinemia ringan
akibatmeningkatnya sintesa TRH ( thyrotropin-releasing hormone ).
Sedang pada penderita gagal ginjal kronik, prolaktin meningkat karena
terjadi penurunan klirens hormon tersebut. Bila tidak ditemukan penyebab
yang spesifik, mak aditegakkan diagnosis hiperprolaktinemia idiopatik.

2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI


Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang
terletak didalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Hipofisis
mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya,
sehingga disebut kelenjar pemimpin, atau master of gland. kelenjar hipofisis
terdiri dari dua lobus, yaitu lobus anterior dan lobus posterior.
Fungsi hipofisis anterior ( adenohipofise ) menghasilkan sejumlah
hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua organ
endokrin yang lain, yaitu :
 Hormon pertumbuhan (somatotropin ) : mengendalikan pertumbuhan
tubuh (tulang, otot, dan organ-organ lain).
 Hormon TSH : mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sekretorik
kelejar tiroid.
 Hormon ACTH : mengendalikan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari kortex suprarenal.
 Hormon FSH : pada ovarium berguna untuk merangsang perkembangan
folikel dan sekresi esterogen. Pada testis, homon ini berguna untuk
merangasang pertumbuhan tubulus seminiferus, dan spermatogenesis.
 Hormon LH : pada ovarium, untuk ovulasi, pembentukan
korpusluteum, menebalkan dinding rahim dan sekresi progesteron. Dan
pada testis, untuk sekresi testoteron
 Hormon Prolaktin : untuk sekresi mamae dan mempertahankankorpus
luteum selama hamil.2.

Fungsi hipofisis posterior yaitu:


 Anti-diuretik hormon (ADH): mengatur jumlah air yang melaluiginjal,
reabsorbsi air, dan mengendalikan tekanan darah padaarteriole.
 Hormon oksitosin : mengatur kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi
dan pengeluaran air susu sewaktu menyusui.Hormon prolaktin adalah
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis
bagian anterior (depan). Hormon ini ada pada laki-laki dan perempuan.
Prolaktin benyak terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena ia adalah
hormon penting yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu,
sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi.Hormone ini juga
diproduksi oleh plasenta. Fungsi hormon prolaktin yaitu berperan dalam
pembesaran alveoli dalam kehamilan,mempengaruhi inisiasi kelenjar
susu dan mempertahankan laktasi serta menstimulasi sel di dalam
alveoli untuk memproduksi ASI.
Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga
kebutuhan zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke
janin.Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-10
mg/mL.Sekresi hormon prolaktin meningkat pada masa hamil, stres
fisik dan mental, keadaan hipoglikemia. Keluarnya hormon prolaktin,
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI dan hormon
ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Ketika bayi menyusu, rangsangan
sensorik itu dikirim ke otak. Otak kemudian bereaksi mengeluarkan
hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju kembali ke
payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk
bekerja, memproduksi susu.
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika
bayi menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah
selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah
proses menyusu selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin
sampai dipayudara dan merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja.
Jadi, hormone Prolaktin bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu
yang disedot/dihisapbayi saat ini, sudah tersedia dalam payudara, di
Sinus Laktiferus.Hormon oksitosina adalah hormone yang dihasilkan
kelenjar hipofisis bagian posterior (belakang).

 Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan


hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin.
 Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin.
 Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara.
 Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot
untuk berkontraksi.Oksitosin berfungsi :Mengencangkan otot halus
dalam rahim pada saat melahirkan, merangsang terjadinya kontraksi
yang penting dalam proses pembukaan vagina sebelum melahirkan dan
ketika proses melahirkan, setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitaral veoli untuk memeras ASI
menuju saluran susu.Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-
down / milk ejectionreflex dan membantu mengembalikan uterus pada
ukuran sebelumnya dan membantu menghentikan pendarahan pasca
persalinan.

2.4 PATOFISIOLOGI
Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara
untuk berproliferasi dan merangsang produksi air susu. Estrogen
menstimulasi proliferasisel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas
sel ini pada wanita usia premenopause, terutama saat kehamilan.
Namun,laktasi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi
saat kehamilan. Penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat pada
periode pasca persalinan akan menyebabkan terjadinya laktasi. Saat laktasi
dan menyusui, ovulasi dapat ditekan akibat supresi gonadotropin oleh
prolaktin.Seperti kebanyakan hormon hipofisis anterior lainnya, prolaktin
diregulasi oleh hormon hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-
hipofisis. Pada umumnya, sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik
tonik,yang menghalangi pelepasan prolaktin. Hal ini dimediasi oleh
neurotransmitter dopamin, yang bekerja pada reseptor tipe-D2 yang terdapat
pada sel laktotrof. Sedangkan sinyal stimulatorik dimediasi oleh
hormonhipotalamus, yaitu TRH ( thyrotropin-releasing hormone ) danVIP
(vasoactive intestinal peptide ). Keseimbangan antara kedua sinyal
tersebutmenentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari kelenjar
hipofisisanterior. Jumlah yang dikeluarkan melalui ginjal turut menentukan
konsentrasi prolaktin di dalam darah. Maka pada hipotiroidisme (keadaan
dimana kadar TRHnya tinggi) dapat terjadi hiperprolaktinemia. VIP
meningkatkan kadar prolaktin sebagai respons dari menyusui dengan
meningkatkan kadar adenosine cyclic phosphate. Menurunnya kadar dopamin
dapat menyebabkan sekresi prolaktin yang berlebihan. Proses yang dapat
mengganggu sintesis dopamin, transpordopamin ke kelenjar hipofisis, atau
efeknya terhadap sel laktotrof, dapat mengakibatkan
hiperprolaktinemia.Secara praktis, dapat diingat 3P yaitu Physiological,
Pharmacological dan Pathological.
Secara fisiologis, peningkatan prolaktin dapat merupakan akibat dari
kehamilan dan stress. Agen farmakologik yang dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia antara lain adalah neuroleptik, dopablockers,
antidepressan, danestrogen. Penyebab patologik antara lain adalah penyakit
hipotalamo-hipofisis, cedera tungkai hipofisis, hipotiroidisme, gagal ginjal
kronis dan sirosis hati. Manifestasiklinis pada hiperprolaktinemia adalah
akibat pengaruh hormon terhadap jaringan targetprolaktin, yaitu sistem
reproduksi dan jaringan payudara dari kedua jeniskelamin.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Gejala yang terkait dengan hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh
beberapa faktor:
1. efek langsung dari prolaktin yang berlebihan, seperti induksi galaktorea
atau hipogonadisme.
2. efek dari lesi struktural (sepertitumor hipofisis), yang menyebabkan
gejala nyeri kepala, gangguan lapang pandang, atau yang terkait
disfungsi sekresi hormon hipofisis anterior. Pasien biasanya datang
dengan keluhan gangguan menstruasi amenorea atau oligomenorea atau
siklus regular tetapi dengan infertilitas. Kadang, pasien dapat mengeluh
menoragia atau galaktorea. Galaktorea jarang terjadi pada wanita
postmenopause akibat kurangnya estrogen. Pada fase lanjut dapat
timbul gejala akibat perluasan tumor (misalnya nyeri kepala, gangguan
visus,dan oftalmoplegi eksterna) atau gejala-gejala akibat kegagalan
kelenjar adrenal atau gangguan tiroid sekunder. Manifestasi klinis
hiperprolaktinemia umumnya berasal dari efek prolaktin pada payudara
dan fungsi gonad. Kurang lebih 90% penderita wanita dengan
hiperprolaktinemia mengalami galaktorea. Galaktorea dapat terjadi
unilateral ataubilateral, klinis atau sub-klinis, spontan atau dirangsang,
dan dapat bersifat encer atau kental. Namun galaktorea bukan ciri khas
dari hiperprolaktinemia karena ia dapat terjadi tanpa adanya
hiperprolaktinemia. Gejala tersering pada wanita premenopause adalah
amenorea daninfertilitas. Wanita amenore karena hiperprolaktinemia
tidak mengalami atrofi payudara seperti pada wanita postmenopause
lainnya. Pada pemeriksaan, didapatkan payudara dan areola terbentuk
sempurna dengan tuberkel Montgomery yang hiperplastik. Bila
dilakukan pemijatan dari arahperifer menuju areola untuk
mengosongkan duktus laktaris, diikuti dengan penekanan areola untuk
mengosongkan sinus laktaris, dapat ditemukan galaktorea. Efek
prolaktin terhadap gonad kemungkinan disebabkan oleh gangguan
pulsatilitas normal dari gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) dan
perubahan sekresi luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating
hormone (FSH). Hal ini akan berakibat pada anovulasi, dengan gejala
amenorea atau oligomenorea dan infertilitas. Biasanya penderita
mengalami oligomenorea, namun dapat juga mengalami menstruasi
teratur.
3. Hiperprolaktinemia juga akan mengakibatkan osteoporosis sekunder
yaitu penurunan densitas mineral tulang pada tulang punggung. Setelah
nilaiprolaktin kembali ke nilai normal, densitas tulang dapat meningkat
kembali tetapi tidak mencapai nilai normal. Manifestasi klinis akibat
peningkatan kadar prolaktin dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni
yang diakibatkan secara langsung oleh kadar prolaktin yang berlebihan
dan manifestasi klinis akibat hipogonadisme.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan hormone prolaktin
2. Pemeriksaan MRI
3. Pengukuran hormon TSH
4. Pengukuran kadar ureum kreatinin
5. CT scan

2.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk meredakan gejala hiperprolaktinemia atau
mengurangi ukuran tumor. Penatalaksanaan antara lain:
1. Memperhatikan penyebab terjadinya hiperprolaktinemia, seperti dengan
menghentikan obat-obatan yang mengakibatkan hiperprolaktinemia dan
pada penderita dengan hipotiroidisme dengan memberikan terapi
hormone replacement. Medikamentosa dopamine agonist ,
bromocriptine mesylate merupakan obat pilihan utama. Bromocriptine
dapat menurunkan kadar prolaktin sebanyak 70-100%, dan memulihkan
proses ovulasi pada wanita usia premenopause.
2. Pada pasien dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap
obat tersebut, dapat diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-
24 bulan dan dihentikan jika kadar prolaktin telah kembali ke nilai
normal. Bromocriptine juga dapat digunakan untuk mengecilkan ukuran
makroadenoma. Jika pengobatan medikamentosa gagal, maka indikasi
untuk dilakukan operasi. Operasi indikasi untuk suatu operasi hipofisis
antara lain adalah pasien dengan intoleransi obat, tumor yang resisten
terhadap terapimedikamentosa, atau pada pasien dengan gangguan
lapang pandang yang persisten meskipun telah diberikan terapi
medikamentosa (manifestasi akibat penekanan tumor).
3. Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil dapat diobati
dengan operasi Samada, atau dengan pendekatan transfenoidal.

2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi tergantung dari ukuran tumor dan efek fisiologik dari
kondisi tersebut komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah
1. Kebutaan
2. Pendarahan
3. Osteoporosis
4. infertilitas.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit; manifestasi klinis tumor hipofisis bervariasi
tergantung pada hormone mana yang disekresi berlebihan. Tanyakan
manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin , GH, dan ACTH mulai
dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga.
3. Keluhan utama mencakup:
- Perubahan tingkat energi, kelelahan dan latargi
- Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
- Dispane uria dan pada pria disertai dengan imptensia
- Nyeri kepala, kaji PQRST
- Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan,
penglihatan ganda
- Kesulitan dalam hubungan seksual
- Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita) mencakup
keteraturan, kesulitan hamil
- Libido seksual menurun
- Impotensia
4. Pemeriksaan Fisik mencakup:
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus,
akan dijumpai penurunan fisik
- Periksa adakah pembesaran yang abnormal pada payudara
- Inspeksi adakah tanda-tanda infeksi terutama di daerah genitalia
- Perkusi dada dengar adakah suara abnormal dari pembesaran
jantung
5. Pemeriksaan diagnostic mencakup:
- Kadar prolaktin serum; ACTH, GH
- Foto tengkorak
- CT Scan otak
- Tes supresi dengan Dexamethason

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kepala berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido; infertilasi
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status
kesehatan
4. Perubahan sensoris-perseptual (penglihatan) berhubungan dengan
gangguan transmisi impuls akibat tumor
5. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kepala Tujuan : - Mengkaji skala nyeri
berhubungan Agar nyeri di kepala - Mencatat karakteristik
dengan klien berkurang dan nyeri, lokasi, intensitas,
penekanan skala nyerinya dapat lama dan penyebarannya
jaringan oleh di ukur - Melakukan messase di
tumor daerah kepala yang nyeri

2. Disfungsi Tujuan : - Mengidentifikasi masalah


seksual Agar klien dapat spesifik mengenai
berhubungan melakukan hubungan pengalaman klien
dengan lagi dan mencapai terhadap fungsi
penurunan tingkat kepuasan seksualnya
libido; infertilasi pribadi dari fungsi - Mendorong agar klien
seksual ingin mendiskusikan
masalah tersebut dengan
pasangannya
- Kolaborasi pemberian
obat bromokgiptin
- Bila masalah ini timbul
setelah hipofisektomi,
kolaborasi pemberian
gonadotropin

3. Ansietas Tujuan : - Membantu klien


berhubungan Dalam waktu 1x24 mengekspresikan prasaan
dengan ancaman jam kecemasan klien marah, kehilangan dan
terhadap berkurang takut
perubahan status - Mengkaji tanda verbal dan
kesehatan non verbal kecemasan,
damping klien dan
lakukan tindakan bila
menunjukkan prilaku
merusak
- Mulai melakukan tindakan
untuk mengurangi
kecemasan
- Memberi lingkungan
tenang, aman dan nyaman
4. Perubahan Tujuan : - Mengkaji visus klien
sensoris- Agar dalam 24 jam - Inspeksi adakah kelainan
perseptual ketajaman penglihatan di mata klien
(penglihatan) klien dapat di - Kolaborasi pemberian
berhubungan minimalisir obat dengan tim dokter
dengan
gangguan
transmisi impuls
akibat tumor
5. Perubahan citra Tujuan : Non pembedahan :
tubuh Agar klien memiliki - Meyakinkan klien bahwa
berhubungan kembali citra tubuh sebagian gejala dapat
dengan yang positif berkurang dengan
perubahan pengobatan
penampilan fisik - Mendorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya

Farmakologi:
- Kolaborasi pemberian
obat dengan tim dokter
seperti pemberian
bromokriptin
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar PRL darah,
kadangkala disebabkan stres; jika patogis, keadaan ini menyebabkan
galaktorea,haid tidak teratur, dan subfertilitas. Pada pria, dapat terjadi
disfungsi ereksi,ginekomastia ( pembesaran payudara ), dan penurunan
massa otot. Penyakit ini dapat terjadi akibat pemberian antagonis dopamin
(mis, metoklopramid),tumor hipofisis besar yang sering nonfungsional, dan
prolaktinoma.Prolaktinoma yakni tumor hipofisis penghasil prolaktin yang
dapat dibagimenurut ukurannya menjadi makroadenoma (>1 cm) atau
mikroadenoma (<1 cm). Penyebab tersering terjadinya amenore sekunder
adalah hiperprolaktinemia yakni sekitar 18,8 %. Hiperprolaktinemia
merupakan keadaan dimana prolaktin meningkat secara abnormal (kadar
normalprolaktin adalah 10-28 µg/L). Sekitar 0,4-10 % hiperprolaktinemia
terjadi pada orang normal, 9-15 % menyebabkan oligominore dan
amenoresekunder, galaktore 25%, dan sekitar 43-70% mengalami amenore
dangalaktore. Berbagai keadaan dapat menyebabkan peningkatan ringan
konsentrasi prolakatin serum, seperti stress, dan stimulasi payudara.
(Amanda Sullivan,dkk.2008)
Hiperprolaktinemia adalah suatu keadaan peningkatan kadar
prolaktinserum melebihi 25 mg/ml pada kondisi basal. Nilai normal serum
prolaktinadalah 5-25 ng/ml; lebih rendah pada laki-laki dan anak-anak
sertamengalami variasi harian yaitu meningkat pada malam hari, maksimal
pada pukul 01.00-06.00 dini hari. Meningkatnya kadar prolaktin sering
menimbulkan berbagai gangguan sistem reproduksi. Terdapat 10-25 %
perempuan dengan galaktorea tanpa gangguan siklus haid, disertai
hiperprolaktinemi ; dan 75% mengalami galaktorea dan amenorea
disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Berbagai gangguan haid timbul karena
hiperprolaktinemia memblok poros hipotalamus - hipofiseovarium
dihipotalamus, sehingga terjadi penurunan sekresi FSH dan LH. Penurunan
sekresi FSH dan LH mengganggu proses folikuloge-nesis, sehingga
sekresiestrogen menurun. Estrogen yang rendah menyebabkan LH surge
tidak terjadi, sehingga ovulasi tidak terjadi. Sekitar 54 % kasus anovulasi
disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Sedangkan hampir 20 %
kegagalanovulasi disebabkan hiperprolaktinemia (WHO).
DAFTAR PUSTAKA

Brooke Chris, 2008, Ensiklopedia Keperawatan, EGC. Jakarta


Davis JRE, Prolactin and Reproductive Medicine in : Current Opinion in
Obstetrics and Gynekoloy; Lippincott, Manchester, Uk; 2004
Dr. M Fidel Ganis Siregar, SpOg; Hiperandro genemia, Hiperprolactinemia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2010
Mitchell dkk. 2008. Bs Dasar Patologis Penyakit ed 7. EGC. Jakarta
Rumahhorbo, hotman. 1999. Askep klien dengan gangguan system endokrin.
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai