Data Dwi
Data Dwi
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar PRL darah,
kadangkala disebabkan stres; jika patogis, keadaan ini menyebabkan
galaktorea,haid tidak teratur, dan subfertilitas. Pada pria, dapat terjadi
disfungsi ereksi,ginekomastia ( pembesaran payudara ), dan penurunan
massa otot. Penyakit ini dapat terjadi akibat pemberian antagonis dopamin
(mis, metoklopramid),tumor hipofisis besar yang sering nonfungsional, dan
prolaktinoma.Prolaktinoma yakni tumor hipofisis penghasil prolaktin yang
dapat dibagi menurut ukurannya menjadi makroadenoma (>1 cm) atau
mikroadenoma(<1 cm). (Chris Brooker.,2008 ).
Hiperprolaktinemia adalah suatu fenomena yang dinamakan stalk
effect,akibatnya, kenaikan ringan PRL serum, bahkan pada pasien
adenomahipofisis, tidak selalu menunjukan adanya tumor pensekresi PRL.
(Mitchell,Kumar, Abbas & Fausto.2008).
Hiperprolaktinemia adalah adalah peningkatan kadar PRL yang terjadi
pada wanita yang tidak hamil dan dapat menyebabkan amenorrhoea
atau galactorroea atau keduanya. (Dr. M Fidel Ganis Siregar, SpOG,2010).
2.2 ETIOLOGI
Banyak penyebab hiperprolaktinemia yang perlu dipertimbangkan
sebelum mendiagnosa hiperprolaktinemia sebagai suatu gangguan hipofisis.
Penyebab tersering hiperprolaktinemia adalah kehamilan, hipotiroidisme,
pemakaian obat antagonis dopamin (termasuk fenotiazin dan
metoklopramid). Hiperprolaktinemia juga merupakan manifestasi utamadari
sindrom ovarium polikistik. Penyebab tersering hiperprolaktinemiayang
berasal dari hipofisis adalah mikroadenoma dan hiperprolaktinemia
idiopatik.
Penyebab terjadinya hiperprolaktinemia yaitu :
a. Gangguan pada hypothalamus, misalnya hipotiroid primer, dan
insufisiensiadrenal. Mekanisme terjadinya hiperprolaktinemia dalam hal
ini adalah oleh karena terjadinya peningkatan thyrotropin releasing
hormone (TRH) dihipotalamus dan penurunan metabolismenya.Tiroksin
mempunyai efek hambatan terhadap sekresiprolaktin.Kekurangan hormone
tiroid (hipotiroid), khususnya hipotiroid primer menyebabkan kadar TRH
endogen dan TSH meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya
kepekaan hipofisis pada keadaan hipotiroid.TRH merangsang laktotrof
untuk mensintesis prolaktin yang berlebihan,sedangkan biosintesis
Prolaktin Inhibiting Factor (PIF) menurun, sehingga wanita dengan
hipotiroidakan mengalami hiperprolaktinemia. Meningkatnya kadar
prolaktin plasma menyebabkan wanita denganhipotiroid akan mengalami
gangguan fertilitas yang berat. Hal ini akanmenyebabkan gangguan siklus
haid, dari oligomenore sampai amenore dananovulasi. Pada hipotiroidisme
pula, jaringan payudara akan menjadi lebih peka terhadap prolaktin, meski
pada kadar yang normal sekalipun. Sehingga hiperprolaktinemia pada
keadaan hipotiroidisme hampir selalu menampilkan galaktore. Pada
keadaan ini sering dijumpai hingga sellatursika melebar. Selain itu pada
keadaan-keadaan seperti nyeri prahaid,galaktore atau kadar PRL yang
tinggi harus dipikirkan adanya tiroid.Hubungan tingginya kadar prolaktin
dengan hipotiroid dapat dijelaskan sebagai berikut : akibat tidak adanya
reaksi umpan balik negative dari T3 dan T4 terhadap hipofisis anterior,
maka hipofisis tersebut akanmelepaskan hormone pelepas tiroid dalam
jumlah yang banyak, dan ini akan memicu T3 dan T4 dan juga sekresi
prolaktin. Dengan demikian hipotiroidhampir selalu menimbulkan
hiperprolaktinemia, yang akhirnya akan mengganggu fungsi ovarium.
Kadar prolaktin yang tinggi akan menekanFSH dan LH sehingga
menyebabkan gangguan pematangan folikel. Disamping itu prolaktin yang
tinggi juga menyebabkan peningkatan sekresiandrogen dari kelenjar
adrenal yaitu dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAs).Kadar androgen yang
tinggi ini selanjutnya akan menghambat pematanganfolikel.
b. Gangguan pada hipofisis, misalnya tumor pada hipofisis baik berupa
mikroataupun makro prolaktinoma, infiltrasi penyakit lain terhadap
hipofisissepertituberculosis, dan sarcoidosis,hypothalamic stalk
Interruption Hal ini dapat terjadi karena adanyagangguan atau hambatan
dari transport dopamine dihypothalamus dan atauterjadinya sekresi growth
hormone dan prolaktin. Suplai pendarahanabnormal pada tumor hipofisis
atau tangkainya, dapat mengganggu sirkulasihipotalamus ke tangkai
hipofisis dan ke sel laktotrof.
c. Obat-obatan.Misalnya Dopamine-receptor antagonists
(phenothiazines,butyrophenones,thioxanthenes, risperidone,
metoclopramide, sulpiride,pimozide), Dopamine-depleting agents
(methyldopa, reserpine),Anti histamin2(AH2) seperti cimetidine, anti
hypertensi (verapamil), dananti depresan golongantrisiklik, estrogen dan
opiate. Estrogen dapat menyebabkan hiperprolaktinemia oleh karena
estrogen memiliki sifat positif terhadap laktotrof. Dan obat-obatopiate
menyebabkan hiperprolaktinemia karena dapat menstimulasi reseptoropiod
pada hipotalamus.
d. Neurogenik, seperti adanya luka pada dinding dada misalnya luka
operasi,lukabakar, dan herpes zoster. hal ini adalah akibat refleks abnormal
dari stimulasi cedera tersebut sehingga terjadi peningkatan prolaktin.
Refleks tersebut berawal pada saraf intercostalis yang menjalar ke spinal
cord lalu menuju mesensefalon hingga sampai pada hipotalamus yang
pada akhirnya mengurangi pelepaskan dopamine.
e. Penurunan eliminasi prolaktin dalam tubuh. Misalnya pada gagal
ginjal,daninsufisiensi hepar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya bersihan
prolaktindalam sirkulasi sistemik tubuh dan stimulasi prolaktin langsung
pada pusat.
f. Molekul abnormal, misalnya makroprolaktinemia. Molekul abnormal ini
merupakan bentuk polimerik prolaktin yang berikatan dengan IgG
sehingga prolaktin tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan tidak
dapatdieliminasi
g. Idiopatik Sekresi dan pelepasan prolaktin dimediasi oleh dopamin, dan
semua proses yang mengganggu sekresi dopamin atau mengganggu
transpordopamin ke pembuluh darah portal dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia.Terdapat 10 kali lipat peningkatan prolaktin selama
kehamilan, setelah senam, makan, dan pada stimulasi dinding dada. Stress
fisik dan psikologik juga dapat meningkatkan kadar prolaktin
Metoklopramid, fenotiazin, danantagonis butirofenon dapat menyebabkan
peningkatan prolaktin sampai melebihi 100 µg/L. Begitu juga dengan
risperidon,inhibitor oksidasemonoamine dan anti depresan trisiklik dapat
meningkatkan kadar prolaktinmelalui efeknya terhadap transpor dopamin
ke pembuluh portal. Obat-obatan lainnya yang dapat meningkatkan kadar
prolaktin adalah verapamil, estrogen, serotonin-reuptake inhibitor, reserpin
dan metildopa, walaupun peningkatannya tidak signifikan (antara 25-100
µg/L).Akromegali merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia. Pada penderita akromegali, hormon prolaktin juga
disekresi bersama dengan hormon pertumbuhan. Tumor hipofisis
nonfungsional juga dapat menekan tangkai hipofisis sehingga terjadi
peningkatan prolaktin dalam kadar antara25-100 µg/L. Beberapa pasien
hipotiroidisme primer dapat menderita hiperprolaktinemia ringan
akibatmeningkatnya sintesa TRH ( thyrotropin-releasing hormone ).
Sedang pada penderita gagal ginjal kronik, prolaktin meningkat karena
terjadi penurunan klirens hormon tersebut. Bila tidak ditemukan penyebab
yang spesifik, mak aditegakkan diagnosis hiperprolaktinemia idiopatik.
2.4 PATOFISIOLOGI
Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara
untuk berproliferasi dan merangsang produksi air susu. Estrogen
menstimulasi proliferasisel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas
sel ini pada wanita usia premenopause, terutama saat kehamilan.
Namun,laktasi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi
saat kehamilan. Penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat pada
periode pasca persalinan akan menyebabkan terjadinya laktasi. Saat laktasi
dan menyusui, ovulasi dapat ditekan akibat supresi gonadotropin oleh
prolaktin.Seperti kebanyakan hormon hipofisis anterior lainnya, prolaktin
diregulasi oleh hormon hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-
hipofisis. Pada umumnya, sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik
tonik,yang menghalangi pelepasan prolaktin. Hal ini dimediasi oleh
neurotransmitter dopamin, yang bekerja pada reseptor tipe-D2 yang terdapat
pada sel laktotrof. Sedangkan sinyal stimulatorik dimediasi oleh
hormonhipotalamus, yaitu TRH ( thyrotropin-releasing hormone ) danVIP
(vasoactive intestinal peptide ). Keseimbangan antara kedua sinyal
tersebutmenentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari kelenjar
hipofisisanterior. Jumlah yang dikeluarkan melalui ginjal turut menentukan
konsentrasi prolaktin di dalam darah. Maka pada hipotiroidisme (keadaan
dimana kadar TRHnya tinggi) dapat terjadi hiperprolaktinemia. VIP
meningkatkan kadar prolaktin sebagai respons dari menyusui dengan
meningkatkan kadar adenosine cyclic phosphate. Menurunnya kadar dopamin
dapat menyebabkan sekresi prolaktin yang berlebihan. Proses yang dapat
mengganggu sintesis dopamin, transpordopamin ke kelenjar hipofisis, atau
efeknya terhadap sel laktotrof, dapat mengakibatkan
hiperprolaktinemia.Secara praktis, dapat diingat 3P yaitu Physiological,
Pharmacological dan Pathological.
Secara fisiologis, peningkatan prolaktin dapat merupakan akibat dari
kehamilan dan stress. Agen farmakologik yang dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia antara lain adalah neuroleptik, dopablockers,
antidepressan, danestrogen. Penyebab patologik antara lain adalah penyakit
hipotalamo-hipofisis, cedera tungkai hipofisis, hipotiroidisme, gagal ginjal
kronis dan sirosis hati. Manifestasiklinis pada hiperprolaktinemia adalah
akibat pengaruh hormon terhadap jaringan targetprolaktin, yaitu sistem
reproduksi dan jaringan payudara dari kedua jeniskelamin.
2.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk meredakan gejala hiperprolaktinemia atau
mengurangi ukuran tumor. Penatalaksanaan antara lain:
1. Memperhatikan penyebab terjadinya hiperprolaktinemia, seperti dengan
menghentikan obat-obatan yang mengakibatkan hiperprolaktinemia dan
pada penderita dengan hipotiroidisme dengan memberikan terapi
hormone replacement. Medikamentosa dopamine agonist ,
bromocriptine mesylate merupakan obat pilihan utama. Bromocriptine
dapat menurunkan kadar prolaktin sebanyak 70-100%, dan memulihkan
proses ovulasi pada wanita usia premenopause.
2. Pada pasien dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap
obat tersebut, dapat diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-
24 bulan dan dihentikan jika kadar prolaktin telah kembali ke nilai
normal. Bromocriptine juga dapat digunakan untuk mengecilkan ukuran
makroadenoma. Jika pengobatan medikamentosa gagal, maka indikasi
untuk dilakukan operasi. Operasi indikasi untuk suatu operasi hipofisis
antara lain adalah pasien dengan intoleransi obat, tumor yang resisten
terhadap terapimedikamentosa, atau pada pasien dengan gangguan
lapang pandang yang persisten meskipun telah diberikan terapi
medikamentosa (manifestasi akibat penekanan tumor).
3. Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil dapat diobati
dengan operasi Samada, atau dengan pendekatan transfenoidal.
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi tergantung dari ukuran tumor dan efek fisiologik dari
kondisi tersebut komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah
1. Kebutaan
2. Pendarahan
3. Osteoporosis
4. infertilitas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit; manifestasi klinis tumor hipofisis bervariasi
tergantung pada hormone mana yang disekresi berlebihan. Tanyakan
manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin , GH, dan ACTH mulai
dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga.
3. Keluhan utama mencakup:
- Perubahan tingkat energi, kelelahan dan latargi
- Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
- Dispane uria dan pada pria disertai dengan imptensia
- Nyeri kepala, kaji PQRST
- Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan,
penglihatan ganda
- Kesulitan dalam hubungan seksual
- Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita) mencakup
keteraturan, kesulitan hamil
- Libido seksual menurun
- Impotensia
4. Pemeriksaan Fisik mencakup:
- Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus,
akan dijumpai penurunan fisik
- Periksa adakah pembesaran yang abnormal pada payudara
- Inspeksi adakah tanda-tanda infeksi terutama di daerah genitalia
- Perkusi dada dengar adakah suara abnormal dari pembesaran
jantung
5. Pemeriksaan diagnostic mencakup:
- Kadar prolaktin serum; ACTH, GH
- Foto tengkorak
- CT Scan otak
- Tes supresi dengan Dexamethason
Farmakologi:
- Kolaborasi pemberian
obat dengan tim dokter
seperti pemberian
bromokriptin
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar PRL darah,
kadangkala disebabkan stres; jika patogis, keadaan ini menyebabkan
galaktorea,haid tidak teratur, dan subfertilitas. Pada pria, dapat terjadi
disfungsi ereksi,ginekomastia ( pembesaran payudara ), dan penurunan
massa otot. Penyakit ini dapat terjadi akibat pemberian antagonis dopamin
(mis, metoklopramid),tumor hipofisis besar yang sering nonfungsional, dan
prolaktinoma.Prolaktinoma yakni tumor hipofisis penghasil prolaktin yang
dapat dibagimenurut ukurannya menjadi makroadenoma (>1 cm) atau
mikroadenoma (<1 cm). Penyebab tersering terjadinya amenore sekunder
adalah hiperprolaktinemia yakni sekitar 18,8 %. Hiperprolaktinemia
merupakan keadaan dimana prolaktin meningkat secara abnormal (kadar
normalprolaktin adalah 10-28 µg/L). Sekitar 0,4-10 % hiperprolaktinemia
terjadi pada orang normal, 9-15 % menyebabkan oligominore dan
amenoresekunder, galaktore 25%, dan sekitar 43-70% mengalami amenore
dangalaktore. Berbagai keadaan dapat menyebabkan peningkatan ringan
konsentrasi prolakatin serum, seperti stress, dan stimulasi payudara.
(Amanda Sullivan,dkk.2008)
Hiperprolaktinemia adalah suatu keadaan peningkatan kadar
prolaktinserum melebihi 25 mg/ml pada kondisi basal. Nilai normal serum
prolaktinadalah 5-25 ng/ml; lebih rendah pada laki-laki dan anak-anak
sertamengalami variasi harian yaitu meningkat pada malam hari, maksimal
pada pukul 01.00-06.00 dini hari. Meningkatnya kadar prolaktin sering
menimbulkan berbagai gangguan sistem reproduksi. Terdapat 10-25 %
perempuan dengan galaktorea tanpa gangguan siklus haid, disertai
hiperprolaktinemi ; dan 75% mengalami galaktorea dan amenorea
disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Berbagai gangguan haid timbul karena
hiperprolaktinemia memblok poros hipotalamus - hipofiseovarium
dihipotalamus, sehingga terjadi penurunan sekresi FSH dan LH. Penurunan
sekresi FSH dan LH mengganggu proses folikuloge-nesis, sehingga
sekresiestrogen menurun. Estrogen yang rendah menyebabkan LH surge
tidak terjadi, sehingga ovulasi tidak terjadi. Sekitar 54 % kasus anovulasi
disebabkan oleh hiperprolaktinemia. Sedangkan hampir 20 %
kegagalanovulasi disebabkan hiperprolaktinemia (WHO).
DAFTAR PUSTAKA