Analisis risiko mengenal dua istilah yaitu risk analysis dan risk assessment. Risk analysis meliputi 3 komponen yaitu penelitian, asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dan pengelolaan risiko (Risk Assessment and Management Handbook, 1996). Analisis resiko diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Paradigma atau proses ‘risk analysis’ (National Risk Council, 1986)
a. Penelitian dimaksudkan untuk membangun hipotesis, mengukur, mengamati
dan merumuskan efek dari suatu bahaya ataupun agen risiko di lingkungan terhadap tubuh manusia, baik yang dilakukan secara laboratorium, maupun penelitian lapangan dengan maksud untuk mengetahui efek, respon atau perubahan pada tubuh manusia terhadap dosis, dan nilai referensi yang aman bagi tubuh dari agen risiko tersebut. b. Asesmen risiko (risk assessment) atau ARKL dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang membahayakan, memahami hubungan antara dosis agen risiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai penelitian, mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut, dan menetapkan tingkat risiko dan efeknya pada populasi. c. Pengelolaan risiko dilakukan bilamana asesmen risiko menetapkan tingkat risiko suatu agen risiko tidak aman atau tidak bisa diterima pada suatu populasi tertentu melalui langkah - langkah pengembangan opsi regulasi, pemberian rekomendasi teknis serta sosial – ekonomi – politis, dan melakukan tindak lanjut. Bagan alir penerapan ARKL sebagai bagian dari analisis risiko dapat dilihat pada gambar 2.2 dan 2.3 :
Gambar 2.3 Bagan Alir Penerapan ARKL
ARKL merupakan pendekatan yang digunakan untuk melakukan penilaian
risiko kesehatan di lingkungan dengan output adalah karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat risiko) yang menjelaskan apakah agen risiko/parameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan masyarakat atau tidak. Selanjutnya hasil ARKL akan dikelola dan dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai tindak lanjutnya. Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ARKL
Pada dasarnya, ARKL hanya mengenal empat langkah, yaitu :
a. Identifikasi bahaya, b. Analisis dosis respon (dalam literatur lainnya disebut juga Karakterisasi bahaya), c. Analisis pemajanan d. Karakterisasi risiko. Namun untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif, petunjuk teknis ini juga memuat perumusan masalah yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan langkah –langkah ARKL, serta pengelolaan dan komunikasi risiko sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan langkah – langkah ARKL.