Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No.

2 Agustus 2011: 95 - 112

Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang


pasca Gempa Bumi 30 September 2009

Andiani, Alwin Darmawan, Indra Badri, dan Arief Kurniawan


Badan Geologi
Jln. Diponegoro 57 Bandung 40122

SARI

Gempa bumi Padang-Pariaman yang terjadi pada tanggal 30 September 2009 berkekuatan 7,6 SR telah
mengakibatkan korban jiwa dan harta benda di Kota Padang dan sekitarnya. Pasca kejadian gempa bumi,
Kota Padang memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi yang diawali dengan penyusunan kembali
rencana tata ruang wilayah tersebut. Penyusunan kembali rencana tata ruang wilayah kota Padang pasca
gempa bumi merupakan tahap yang sangat menentukan karena tata ruang akan menentukan apakah wi-
layah ini menjadi semakin rentan atau semakin kuat ketahanannya di masa datang dalam menghadapi
bencana yang sama. Meningkatnya ketahanan wilayah ini dapat tercapai bila unsur-unsur geologi ling-
kungan berupa kendala geologi dan sumber daya geologi diintegrasikan dalam rencana tata ruang wilayah.
Analisis geologi lingkungan ditujukan untuk dapat memberikan informasi lingkungan geologi yang sesuai
dengan penggunaan lahan untuk memperkecil dampak negatif yang diakibatkan oleh suatu pengembangan
wilayah. Metoda yang digunakan untuk menunjang pemetaan geologi lingkungan yaitu berdasarkan pada
analisis aspek geologi lingkungan seperti faktor kondisi fisik topografi, geologi, keairan, kebencanaan/
proses geodinamika dan unsur lainnya yang terkait, seperti penggunaan lahan dan rencana tata ruang wi-
layah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan tiga zona keleluasaan untuk pembangunan Kota Padang,
yakni leluasa, cukup leluasa, dan agak leluasa. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi terhadap tata ruang yang ada. Evaluasi terhadap tata ruang menunjukkan kawasan yang
saat ini merupakan kawasan budi daya berada pada zona agak leluasa - leluasa, adapun kawasan lindung
berada pada zona agak leluasa - cukup leluasa. Dengan demikian pengembangan kegiatan perdagangan,
jasa dan industri di dalam kawasan budi daya harus mempertimbangkan masalah tanah lunak, sedangkan
pengembangan kegiatan perdagangan, jasa, industri dan pemukiman di dalam kawasan lindung harus
mempertimbangkan faktor keselamatan, dalam hal ini harus disesuaikan dengan aspek bencana geologi
yang ada pada kawasan tersebut.

Kata kunci: gempa bumi, tata ruang, geologi lingkungan

Naskah diterima 3 Juni, selesai direvisi 28 Juli 2011


Korespondensi, email: andiani@lycos.com
95
96 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

ABSTRACT

Padang-Pariaman earthquake that occurred on September 30 th, 2009 measuring the magnitude of
7.6 in Richter Scale had resulted in loss of life and property in the city of Padang and the surrounding
areas. Post-earthquake events, Padang entered the stage of rehabilitation and reconstruction that began
with the rearrangement of spatial planning of the area. Rearrangement of the spatial planning of the
city of Padang after the earthquake is a crucial stage because the layout will determine whether the
vulnerability of the region is becoming less or even more resistant against the same disaster in the future.
The increase of resistance of this region can be achieved if the elements of environmental geology in the
form of geological constraints and geological resources are integrated in regional planning. Analysis of
the environmental geology is intended to provide information of geological environment in accordance
with the land use to minimize the negative impacts caused by regional development. Based on analysis
results there are three zones of discretion for the development of Padang city namely spacious, fairly
spacious, and rather spacious. This analysis result can be used as the basis to evaluate the existing spatial
planning. Based on the evaluation of the spatial planning shows that the current area is a cultivation zone
that lies in rather spacious to spacious zone, whereas the protected zone lies in rather spacious to fairly
spacious zone. There by, the development of trade, services and industry in the area of cultivation should
consider the problem of soft ground, while the development of trade, services, industry and residential
agricultural region should not be considered the factor of safety, in this case, they must adapt to aspects
of the geological hazards in the region.

Keywords: earthquake, planning of the area, environmental geology

PENDAHULUAN Pasca kejadian gemba bumi, Kota Padang


memasuki tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Gempa bumi Padang-Pariaman yang terjadi Tahap ini merupakan upaya untuk memulih-
pada tanggal 30 September 2009 berkekuatan kan kembali kota tersebut dengan melakukan
7,6 SR dan berpusat di lepas pantai Suma­tra pembangunan/perbaikan fisik bangunan atau
Barat dengan kedalaman 71 km telah meng­ gedung pada sarana/prasarana umum dan so-
akibatkan korban jiwa dan harta benda di sial milik kota yang rusak maupun bangun­an
Kota Padang dan sekitarnya. Dampak kejadi- perumahan milik masyarakat. Tahap reha-
an gempa bumi ini adalah goncangan yang bilitasi dan rekonstruksi biasanya diawali de­
telah mengakibatkan kerusakan bangunan ngan penyusunan kembali rencana tata ruang
pada gedung gedung bertingkat dan rumah- wilayah tersebut. Penyusunan kembali ren-
rumah penduduk. Dampak lainnya, guncang­ cana tata ruang wilayah Kota Padang pasca
an ini telah memicu kejadian gerakan tanah gempa bumi merupakan tahap yang sangat
dan likuifaksi pada beberapa tempat, namun menentukan untuk pembangunan kota terse-
kejadian gempa bumi ini tidak me­nimbulkan but, karena tata ruang merupakan acuan un-
tsunami. tuk seluruh pembangunan fisik kota tersebut
Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 97
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

di masa datang. Dengan demikian diharapkan mempengaruhi pembangunan lingkungan


rencana tata ruang wilayah yang baru dapat geologi. Dengan demikian dalam menganali-
menginformasikan ketahanan wilayah pada sis parameter geologi tata lingkungan dalam
masa yang akan datang dalam menghadapi pengelolaan lingkungan dan penataan ruang
bencana yang sama. akan mencakup aspek geologi sebagai ken-
dala pembangunan dan aspek geologi sebagai
Meningkatnya ketahanan wilayah ini dapat
sumber daya pembangunan.
tercapai jika unsur-unsur geologi lingkungan
berupa kendala geologi dan sumber daya geo­ Aspek geologi sebagai kendala pembangunan
logi diintegrasikan dalam rencana tata ruang terkait dengan bahaya geologi seperti gempa
wilayah dan dijadikan acuan pada saat pro­ bumi, tsunami, likuifaksi, gerakan tanah, dan
ses penyusunan tata ruang serta djadikan alat gunung api; sedangkan geologi sebagai pen-
pengendali pembangunan fisik di wilayah ini. dukung pembangunan terkait dengan sumber
Alat pengendali ini tidak hanya digunakan daya geologi mencakup keberadaan air tanah,
untuk mengendalikan pembangunan saat ini bentuk morfologi, serta daya dukung tanah/
saja, namun juga digunakan juga sebagai alat batuan untuk pondasi bangunan. Kedua kom-
untuk mengendalikan pembangunan di masa ponen geologi tersebut perlu disajikan secara
datang. Oleh karena itu analisis geologi ling- menyeluruh agar para perencana wilayah
kungan ini ditujukan untuk dapat memberikan maupun pengambil kebijakan baik di tingkat
gambaran tingkat keleluasaan penggunaan la- pusat maupun di tingkat daerah dapat me-
han guna memperkecil dampak negatif yang mahami gambaran fisik wilayahnya secara
akan diakibatkan oleh suatu pengembangan keseluruhan, dengan demikian tujuan untuk
wilayah. Adapun lokasi penyelidikan secara mengurangi dan menyelesaikan masalah ling-
geografi terletak pada 01º 09’53” LU – 00º kungan dan penataan ruang dapat tercapai.
46’ 44” LS dan 100º 17’50” – 100o 35’ 00”
BT atau secara administrasi termasuk dalam Analisis Kuantitatif
wilayah Kota Padang.
Analisis geologi lingkungan sebagai informa-
si awal bagi para perencana penataan ruang,
METODOLOGI pengelolaan lingkungan, dan peng­ambil kebi-
Pengertian Geologi Tata Lingkungan jakan, maka dapat diwujudkan dalam tingkat
keleluasaan suatu wilayah untuk dikembang-
Menurut Noor (2003), geologi tata lingkung­ kan, baik sebagai kawasan pemukiman, indus-
an merupakan disiplin ilmu geologi yang tri, jasa, dan perdagangan (Oktariadi, 2006).
mempelajari peranan geologi dalam berbagai Tingkat keleluasaan yang merupakan zonasi
lingkungan baik lingkungan alam, lingkung­ pengembangan wilayah perkotaan menggam-
an binaan, maupun perencanaan lingkungan barkan tingkat kesulitan dalam pengorganisa-
binaan. Keadaan lingkungan dikontrol kuat sian ruang untuk alokasi kegiatan maupun pe-
oleh kondisi rona awal geologi yang sangat milihan jenis penggunaan lahan. Berdasarkan
98 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

tingkat keleluasaan tersebut dapat dilakukan Zonasi Pengembangan Wilayah Perkotaan


evaluasi penggunaan lahan. Hasil evaluasi
Zonasi Pengembangan wilayah perkotaan
ini berupa rekomendasi penggunaan lahan.
merupakan hasil analisis komponen geologi
Gambaran tingkat kele­luasaan dan rekomen-
lingkungan yang ditentukan berdasarkan to-
dasi penggunaan lahan dapat digunakan se­
tal nilai. Berdasarkan penjumlahan seluruh
bagai acuan dalam penyusunan maupun untuk
nilai parameter geologi lingkungan akan di-
meng­evaluasi rencana tata ruang wilayah.
peroleh nilai tertinggi dan nilai terendah.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara Berdasarkan kisaran nilai tertinggi dan nilai
memberi nilai (bobot) pada setiap para­ terendah ditentukan 5 zonasi pengembangan
meter bahaya geologi dan sumber daya geo­ wilayah perkotaan/tingkat keleluasaan un-
logi. Besarnya nilai ditentukan berdasarkan tuk pengembangan perkotaan, yakni leluasa,
tingkat kepentingan suatu parameter terha- cukup le­luasa, agak leluasa, kurang leluasa,
dap pembangunan perkotaaan, dalam hal ini dan tidak leluasa. Adapun klasifikasi Zona
kepenting­an untuk alokasi kegiatan dengan Pengembang­an Wilayah Kota Berdasarkan
jenis penggunaan lahan pemukiman, indus- Total Skor Komponen Geologi Lingkungan
tri, perdagangan, dan jasa. Semakin pen­ dapat dilihat pada Gambar 1.
ting suatu parameter untuk pembangunan
perkotaan maka bobotnya akan semakin be- Zonasi Tidak leluasa Kurang leluasa Agak leluasa Cukup leluasa Leluasa

sar, sebaliknya semakin kurang penting suatu Total Skor 24 38 52 67 81 96

para­meter dalam pembangunan maka bobot-


nya semakin kecil. Dalam mengintegrasikan Gambar 1. Rank klasifikasi zona pengembangan
informasi bahaya geologi dan sumber daya wilayah.

geologi dilakukan melalui analisis kuantita- • Zona Leluasa adalah daerah yang me-
tif dan tumpang susun dengan menggunakan miliki sumber daya geologi yang tinggi
Sistem Informasi Geografis (SIG). dan faktor kendala geologi yang rendah,
Nilai bobot setiap komponen satuan kelas mudah mengorganisasikan ruang ke­
geo­logi lingkungan perkotaan ditentukan giatan maupun pemilihan jenis penggu-
sesuai tingkat kepentingan pengembangan naan la­han, tidak memerlukan rekayasa
wilayah yang dimaksud. Dalam hal ini untuk teknologi tinggi sehingga biaya pemba­
kepentingan pengembangan wilayah perkota- ngunannya relatif rendah.
an. Penentuan nilai bobot dilakukan secara • Zona Cukup Leluasa adalah daerah yang
judgment yang melibatkan 10 ahli geologi memiliki sumber daya geologi yang agak
lingkungan yang bekerja di Pusat Lingkungan tinggi dan terdapat kendala geologi yang
Geologi, Badan Geologi pada tahun 2006. agak rendah, agak mudah dalam peng-
Adapun masing-masing besarnya nilai (bo- organisasian ruang kegiatan maupun pe-
bot) setiap parameter dapat dilihat pada Tabel milihan jenis penggunaan lahan, namun
1. perlu adanya rekayasa teknologi yang
Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 99
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

Tabel 1. Komponen Satuan Kelas yang Dinilai untuk Perkotaan

Komponen Sumber Daya Geologi

No. Komponen Kisaran Nilai Kelas Nilai Bobot Skor

Air tanah
1 Daerah aman 4
a. Zona Konservasi
(pengambilan Baik 4 3 12
Daerah rawan (termasuk daerah imbuhan) 2 P
air tanah)
Daerah kritis dan rusak 1 O
Tinggi (> 3 lt/dt) 4 T
Sedang (1 - 3 lt/dt) 3 E
b. Produktifitas N
Rendah (0,5 - 1 lt/dt) 2 Sedang 3 9
akuifer S
Sangat rendah (< 0,5 lt/dt) 1 I
Dangkal (0 – 50 m) 4
c. Kedalaman air Agak dalam (50 – 100 m) 3
Dalam (100 – 200 m) 2 Buruk 2 6
tanah
Sangat dalam ( > 200 m) 1
Air tanah dangkal sesuai untuk air sampai setempat
tercemar atau setempat tidak sesuai untuk
4
air minum. Air tanah dalam sesuai untuk air
minum.
Air tanah dangkal tidak sesuai untuk air baku. Air
d. Kesesuaian/kela- 3
tanah dalam sesuai untuk air minum.
yakan sebagai Sangat buruk 1 3
air minum Air tanah dangkal dan air tanah dalam setempat
2
tidak sesuai untuk air minum.
Air tanah dangkal tidak sesuai untuk air minum.
Air tanah dalam setempat tidak sesuai sampai 1
seluruhnya tidak sesuai untuk air minum.
1) Datar (0 – 5%) Baik 4 16
4
2) Landai (5 – 10%) Sedang 3 12
2 Kemiringan lereng
3) Terjal (10 – 15%) Buruk 2 8
4) Sangat Terjal (>15%) Sangat Buruk 1 4

NSPT kg/cm2 ton/m2 Jenis material


3 Tanah/batuan
(Pemboran) (Sondir) (Qall) permukaan

Keras > 50 > 150 > 21,6 - Batuan Baik 4 20


5
- Tanah residu
(>2m)
Kedalaman hingga 5 m

30 – 50 60 -150 7,2 - 21,6 Sedang 3 15


Sedang - Pasir &kerikil
(≥ 5m)

- Lanau, pasir,
dan kerikil
10 - 30 20 – 60 3,6 - 7,2 Buruk 2 10
Lunak (<5m).
Lempung

- Lumpur,
lempung Sangat
< 10 < 20 < 3,6 1 5
Sangat lunak organik dan Buruk
gambut
100 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

Sambungan Tabel 1.....

Komponen Bahaya Geologi

No Komponen Kisaran Kelas Nilai Bobot Skor

MMI ∝ Richter
4
I, II,III,IV,V < 0,05 g <5 Baik 4 16

1. Gempa bumi VI,VII 0,05 - 0,15g 5-6 Sedang 3 12

VIII 0,15 - 0,30g 6 - 6,5 Buruk 2 8

IX,X,XI,XII > 0,30g > 6,5 Sangat Buruk 1 4

Sangat rendah Baik 4 16


4
Potensi
2. Rendah Sedang 3 12
Gerakan tanah
Menengah Buruk 1 4

Aman Baik 4 8
2
3. Gunung api Kawasan Rawan Bencana I Sedang 3 6

Kawasan Rawan Bencana II Buruk 1 2

Ketinggian tempat Tinggi landaan


2
Tidak Berpotensi Tidak Berpotensi Baik 4 8
Tsunami
4. (Potensi 5 – 15 m 0-2m Sedang 3 6
Landaan)
2–5m 2-5m Buruk 2 4

0–2m 5 - 15 m Sangat Buruk 1 2

agak memadai dan biaya pemba­ngunan kurang leluasa dalam melakukan peng-
agak rendah. organisasian ruang untuk penggunaan la-
• Zona Agak Leluasa adalah daerah yang han/pengembangan wilayah dan pemilih­
memiliki sumber daya geologi dan ken- an jenis penggunaan lahan dengan biaya
dala geologi menengah, cukup mudah pembangunan yang agak mahal.
dalam pengorganisasian ruang kegiatan • Zona Tidak Leluasa adalah daerah de­
maupun pemilihan jenis penggunaan la­ ngan kondisi fisik lahan yang memiliki
han, perlu adanya rekayasa teknologi sumber daya geologi tidak memadai un-
yang agak memadai dan biaya pemba­ tuk dikembangkan serta adanya faktor
ngunan sedang. pembatas atau kendala geologi lingkung­
an tinggi. Dengan demikian tidak leluasa
• Zona Kurang Leluasa adalah daerah de­
dalam melakukan pengorganisasian ruang
ngan kondisi fisik lahan yang memadai
untuk penggunaan lahan/pengembangan
untuk dikembangkan serta adanya fak-
wilayah dan pemilihan jenis penggunaan
tor pembatas atau kendala geologi ling- lahan dengan biaya pembangunan agak
kungan cukup tinggi. Dengan demikian mahal.
Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 101
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

KONDISI GEOLOGI LINGKUNGAN matra Barat, Skala 1 : 100.000 (Ediwan drr.,


Morfologi dan Kemiringan Lereng 2009) Kota Padang terdiri atas 8 satuan tanah
dan batuan, yakni satuan lanau lempung­
Berdasarkan analisis kemiringan lereng da­ an - lempung lanauan (endapan rawa, sangat
erah penyelidikan terdiri dari satuan mor- lunak – lunak, ketebal­an berkisar 1,50 - 5,00
fologi dataran dengan kemiringan lereng < m); satuan pasir (endap­an pantai dan pema-
5%, satuan morfologi bergelombang dengan tang pantai, ketebalannya berkisar 1,50 - 6,80
kemiringan lereng 0 - 5%, satuan morfologi m lama); satuan pasir lempungan lanauan, pa-
perbukitan berelief halus dengan kemiringan sir kerikilan-bongkah (tebalnya berkisar 1,00
lereng 5 – 10%, satuan morfologi perbukitan - 4,50 m, nilai tekanan konus 4 - 20 kg/cm2);
berelief sedang dengan kemiringan lereng 10 satuan lempung pasiran - lanau pasiran (kete-
- 15%, satuan morfologi perbukitan berelief balannya berkisar 2,00 - 4,00 m, konsistensi
kasar dengan kemiringan lereng 10 - >15%. lunak - agak teguh); satuan lempung pasiran
- pasir lempungan (ketebalannya 1,50 - 6,00
Geologi m, konsistensi lunak – te­guh); satuan endapan
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Padang lahar (kompak dan di sebagian tempat mudah
(Kastowo drr., 1994), Lembar Solok (Sili- hancur); satuan breksi tuf (bersifat keras dan
tonga dan Kastowo, 1995), Lembar Painan kompak); satuan granit (bersifat sangat keras
(Rosidi drr., 2011) susunan batuan daerah dan kompak); satuan batu gamping (bersifat
penyelidikan secara berturut-turut dari tua – keras, pejal, dan sebagian berongga).
muda sebagai berikut: anggota batu gamping,
batuan gunung api Oligo Miosen, Batu gam­ Air Tanah
ping Perem, Ultrabasa, tuf kristal yang telah Berdasarkan Peta Hidrogeologi Lembar
mengeras, aliran yang tak teruraikan, kipas Padang (Arief dan Ruchijat, 1990) daerah
alluvium, dan aluvium. Secara regional, pada penyelidikan termasuk dalam akuifer produk-
daerah studi terdapat struktur geologi yang tivitas sedang - tinggi, dengan debit sekitar
penting berupa sesar besar yang melintasi 5 liter/detik serta daerah dengan air tanah
Pulau Sumatra dari Aceh (di utara) hingga langka. Air tanah bebas berada pada kedalam­
Lampung di bagian selatan Pulau Sumatra an 3 – 12 m, sedangkan kedalaman muka air
yang dikenal sebagai Sesar Semangko. Struk- tanah tertekan 75 – 125 m. Kualitas air tanah
tur tersebut diduga aktif dan terpengaruh oleh umumnya cukup baik - baik untuk bahan
aktivitas tumbukan Lempeng Australia dan baku air minum. Pada saat terjadinya gempa
Lempeng Eurasia. di Kota Padang ada indikasi perubahan kuali-
tas air tanah bebas dari jernih menjadi keruh
Sifat Keteknikan Tanah dan Batuan
dan beberapa sumur penduduk menunjukkan
Berdasarkan Peta Geologi Teknik Kota pengeringan.
Padang dan Kabupaten Padang Pariaman, Su-
102 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

Kendala Geologi tonik (Interface Plate Boundary Earthquake).


Menurut Kertapati drr. (2010) berdasarkan
Kendala geologi yang terdapat pada daerah
perhitungan percepat­an gempa untuk perioda
penyelidikan meliputi:
ulang 100 tahun, Kota Padang dan sekitarnya
Gempa Bumi berkisar 0,3 g - 0,6 g.

Daerah Sumatra Barat dan sekitarnya ter- Likuifaksi


masuk daerah rawan gempa bumi Indonesia
Berdasarkan Peta Zona Likuifaksi Kota
merusak. Berdasarkan asal usul kejadiannya
Padang dan Kabupaten Padang Pariaman
gempa bumi dapat dibagi menjadi dua bagian,
(Edi­wan drr., 2009) potensi terjadinya likui-
yakni gempa bumi yang berasal dari aktivitas
faksi terdapat pada lapisan pasir halus pada
tunjaman Lempeng Samudra Hindia-Austra-
Satuan Pasir yang terbentuk dari endap­ an
lia di sebelah barat Sumatra yang berinteraksi
pantai, pematang pantai, pematang su­ ngai
dengan Lempeng Benua-Eurasia dan gempa
dan gosong-gosong (sand dunes) sungai.
bumi yang berasal dari aktivitas gerak sesar
Berdasarkan peta tersebut lapisan pasir halus
aktif mendatar Sumatra. Jejak rekam gempa
(Satuan Pasir) yang berpotensi terjadi likui-
bumi merusak yang pernah terjadi akibat in-
faksi pada kedalaman >1,00 - 6,00 m. Da­
teraksi kedua lempeng tersebut di atas di an-
erah yang berpotensi terjadi likuifaksi tinggi,
taranya adalah Gempa bumi Sumatra Barat
karena lapisan tanah pasir pada zona tersebut
tahun 1822, Gempa bumi Siri Sori di­ ikuti
mempunyai percepatan kritis (a) 20 > 0,30 g,
dengan tsunami tahun 1904, Gempa bumi
dengan muka air tanah yang dangkal, maka
Padang tahun 1835, 1981, dan 1991. Gempa
apabila lapisan tanah tersebut menerima getar­
bumi tunjaman tersebut terjadi di dasar laut
an gempa dengan percepatan (z) minimum >
Samudra Hindia dengan kekuatan > 6,5 SR
0,10 g, pada zona tersebut berpotensi terjadi
dapat memicu terjadinya gelombang tsunami
likuifaksi. Pemunculan likuifaksi umum­nya
yang mengancam pantai barat Sumatra. Ada-
berasosiasi dengan retakan-retakan tanah. Je-
pun gempa bumi sesar aktif Sumatra pernah
jak pemunculan likuifaksi dan arah retakan
terjadi pada tahun 1926, 1943, 1977, 2004,
terlihat pada beberapa tempat di kota Padang.
dan 2007.

Menurut informasi BMKG, Gempa bumi Zona Kerentanan Gerakan Tanah


Padang-Pariaman yang terjadi pada tanggal Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan
30 September 2009 berkekuatan 7,6 SR dan Tanah Kota Padang Skala 1:100.000 (Djadja
kedalaman 71 Km merupakan gempa bumi dan Purnomo, 2009) daerah penyelidikan
tektonik yang bersumber dari aktivitas tun- dikelaskan menjadi 4 zona kerentanan ge­
jaman pada bidang sentuh Lempeng Samu- rakan tanah, yakni kerentanan gerakan tanah
dra Hindia-Australia dan Lempeng Benua sangat rendah, kerentanan gerakan tanah ren-
Eropa-Asia (Eurasia) dan disebut sebagai dah, kerentanan gerakan tanah menengah,
gempa bumi pada zona antara lempeng tek- dan kerentanan gerakan tanah tinggi. Daerah
Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 103
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

de­ngan potensi gerakan tanah tinggi pada telah diberi nilai dan bobot, wilayah Kota
umumnya terdapat pada perbukitan sebelah Padang dapat dibagi ke dalam beberapa zona
timur Kota Padang. pengembangan wilayah dengan penjelas­an
sebagai berikut (Gambar 3):
Tsunami
Zona Leluasa
Kawasan rawan tsunami menggambarkan
tingkat kemudahan suatu wilayah untuk ter- Wilayah Kota Padang yang termasuk zona
landa tsunami. Tingkat kemudahan ini di- leluasa tersebar sekitar Teluk Bungus, Ujung
dasarkan pada besarnya intensitas gempa Gununggunung, dan Teluk Kabung. Di seki-
dengan energi yang cukup untuk dapat me- tar Teluk Bungus sebarannya menjorok sam-
matahkan permukaan dasar laut, serta bentuk pai sekitar wilayah Kotoluar.
morfologi pantai. Berdasarkan Peta Kawasan
Zona leluasa ini termasuk wilayah pedataran
Rawan Bencana Tsunami (Yudhicara drr.,
dengan kemiringan lereng 0 - 5%, memiliki
2011), daerah penyelidikan termasuk dalam
potensi air tanah cukup melimpah dan potensi
kawasan rawan bencana tsunami tinggi – ren-
tinggi terhadap bahaya tsunami.
dah, yakni wilayah di sepanjang pesisir pantai
dengan ketinggian 5 – 9 m di atas permukaan Berdasarkan kondisi geologi tekniknya,
laut yang berpotensi terkena landaan gelom- zona leluasa ini tersusun oleh satuan la-
bang tsunami. nau lempung­ an-lempung lanauan, meiliki
kemiringan lereng 0 – 5% dengan litologi­
­

HASIL ANALISIS nya berupa endapan rawa yang dibentuk oleh


lanau lempungan hingga lempung lanauan,
Peringkat Keleluasaan Pemanfaatan nilai tekanan konusnya < 13 kg/cm2 dan se-
Ruang tempat pada sisipan pasir lanauan atau pada
Berdasarkan hasil tumpang susun peta tematik kedalaman > 3 m tekanan konus mencapai 15
(Gambar 2), masing-masing parameter yang - 25 kg/cm2.

Gambar 2. Proses analisis tumpang susun geologi lingkungan Kota Padang.


104 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

Gambar 3. Peta Geologi Lingkungan Kota Padang.


Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 105
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

Zona Cukup leluasa • Satuan perbukitan lahar, memiliki kemi­


ringan lereng agak landai (5%) sampai
Wilayah Kota Padang yang termasuk zona
dengan sangat terjal (>15%), merupakan
cukup leluasa ini tersebar terutama di bagian
daerah air tanah langka pada bagian timur
barat kota atau sebagian besar tersebar di
sedangkan di bagian barat masih memiliki
sepanjang pantai.
potensi air tanah setempat berarti namun
Zona cukup leluasa ini pada umumnya ter- kurang dimanfaatkan karena kedudukan
masuk wilayah pedataran kemiringan lereng akuifernya yang dalam, sebagian satuan
0-5%, air tanah cukup melimpah. ini termasuk dalam zona kerentanan ge­
rakan tanah tinggi.
Berdasarkan kondisi geologi tekniknya, zona
ini tersusun oleh beberapa satuan, di antara­ Zona Agak Leluasa
nya: Wilayah Kota Padang yang termasuk zona
• Satuan pedataran lanau lempungan-lem- agak leluasa ini tersebar di bagian utara,
pung lanauan, meiliki kemiringan lereng 0 timur, selatan. Secara topografi melingkari
– 5% dengan litologinya berupa endapan pusat Kota Padang.
rawa yang dibentuk oleh lanau lempung­
Zona agak leluasa ini pada umumnya terma-
an hingga lempung lanauan, nilai tekanan
suk wilayah pedataran bergelombang dengan
konusnya < 13 kg/cm2 dan setempat pada
kemiringan lereng 0 - 5%, namun pada bebe­
sisipan pasir lanauan atau pada kedalam­
rapa lokasi mencapai 15%, termasuk dalam
an > 3 m tekanan konus mencapai 15 -25
produktivitas akuifer air tanah sedang sampai
kg/cm2.
tinggi.
• Satuan pedataran lempung pasiran dan
pasir lempungan, memiliki kemiringan Berdasarkan kondisi geologi tekniknya, zona
lereng 0 – 5% dengan nilai tekanan ko- ini tersusun oleh beberapa satuan, diantara­
nus 8 - 35 kg/cm2 dan setempat pada nya:
kedalam­an > 3 m dapat mencapai > 125 • Satuan pedataran lempung pasiran dan
kg/cm2, relatif aman dari bahaya geologi pasir lempungan, memiliki kemiringan
baik tsunami, likuifaksi maupun gerakan lereng 0 – 5% dengan nilai tekanan ko-
tanah. Pengecualiannya di daerah yang nus 8 - 35 kg/cm2 dan setempat pada
berelevasi tinggi satuan ini rawan terha- kedalam­an > 3 m dapat mencapai > 125
dap terjadinya bencana ge­rakan tanah. kg/cm2, relatif aman dari bahaya geologi
• Satuan pedataran lempung pasiran - lanau baik tsunami, likuifaksi maupun gerakan
pasiran, memiliki kemiringan lereng 0 – tanah. Pengecualiannya di daerah yang
5% dengan nilai tekanan konus 3 - 11 kg/ berelevasi tinggi satuan ini rawan terha-
cm2 dan setempat-setempat pada sisipan dap terjadinya bencana ge­rakan tanah.
lapisan pasir tekanan konus mencapai 30 • Satuan pedataran lempung pasiran - lanau
kg/cm2, merupakan daerah potensi tinggi pasiran, memiliki kemiringan lereng 0 –
tsunami dan likuifaksi. 5% dengan nilai tekanan konus 3 - 11 kg/
106 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

cm2 dan setempat-setempat pada sisipan Evaluasi Penggunaan Lahan


lapisan pasir tekanan konus mencapai 30
Evaluasi penggunaan lahan dilakukan dengan
kg/cm2, merupakan da­erah potensi tinggi
cara membandingkan karakteristik geologi
tsunami dan likuifaksi.
lingkungan yang tercermin dari tingkat kele­
• Satuan Pedataran Pasir, memiliki kemi­ luasaannya dengan penggunaan lahan saat ini
ringan lereng 0 – 5% dengan nilai tekanan atau dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
konus 4 - 30 kg/cm2 dan pada kedalaman yang ada serta peraturan/perundangan yang
> 3,00 m nilai tekanan konus mencapai berlaku. Untuk keperluan evaluasi ini di-
50 - > 150 kg/cm2, merupakan daerah po- gunakan Rancangan Rencana Tata Ruang
tensi tinggi terhadap terjadinya likuifaksi. Wilayah Kota Padang 2008 – 2028, Peme­
• Satuan perbukitan batu gamping, kemi­ rintah Kota Padang serta Pasal 52 ayat 5 Per-
ringan lerengnya bervariasi mulai dari 5% aturan Pemerintah No 26 tahun 2008 tentang
sampai dengan >15%, sebagian satuan ini Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang
merupakan daerah dengan air tanah lang- menjelaskan Kawasan Lindung Geologi. Ha-
ka, tetapi setempat masih memiliki po- sil evaluasi berupa saran/rekomendasi peng-
tensi air tanah, sebagian besar dari satuan gunaan lahan yang berguna untuk mening-
ini berpotensi tinggi terhadap terjadinya katkan kualitas pemanfaatan ruang di masa
gerakan tanah. datang (Gambar 4).

• Satuan perbukitan breksi tufa, memiliki Kawasan Budi Daya


kemiringan lereng bervariasi dari landai
Di dalam Rancangan Rencana Tata Ruang
sampai sangat terjal (>15%), umumnya
Wilayah Kota Padang 2008-2028, penggu-
merupakan daerah air tanah langka tetapi
naan lahan wilayah ini secara umum terbagi
di beberapa tempat masih dapat dijum­
menjadi 5 kelompok, yaitu pemukiman, in-
pai akuifer dengan produktivitas sedang,
dustri, perdagangan dan jasa, sawah, dan hu-
merupakan daerah berpotensi tinggi ter-
tan. Kondisi fisik dasar pada jenis penggunaan
jadi gerakan tanah.
lahan tersebut dari hasil analisis geologi ling-
• Satuan perbukitan lahar, memiliki kemi­ kungan memiliki tingkat keleluasaan tertentu
ringan lereng agak landai (5%) sampai untuk perkembangan perkotaan. Berdasarkan
dengan sangat terjal (>15%), merupakan nilai tersebut ditentukan upaya/saran yang
daerah air tanah langka pada bagian timur perlu dilakukan apabila jenis penggunaan la-
sedangkan di bagian barat masih memiliki han yang telah ditentukan tetap akan diperta­
potensi air tanah setempat berarti, namun hankan.
kurang dimanfaatkan karena kedudukan
akifernya yang dalam, sebagian satuan ini Rekomendasi penggunaan lahan berdasarkan
termasuk dalam zona kerentanan gerakan aspek geologi lingkungan pada kawasan budi
tanah tinggi. daya untuk Kota Padang sebagai berikut:
Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 107
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

• Kawasan Pemukiman, berada pada area sesuai dengan kondisi lahannya, namun
dengan skor 53 - 81 yang berarti meru- demikian pembangunan pada kawasan ini
pakan daerah agak leluasa sampai cukup perlu memperhatikan permasalahan tanah
leluasa untuk dikembangkan se­bagai ke­ lunak (likuifaksi dan settlement) dan per-
giatan perkotaan. Kontribusi terbesar dari cepatan gempa.
skor tersebut karena wilayah ini berada • Kawasan Sawah, berada pada area de­
pada morfologi relatif datar serta keterse- ngan skor 58 - 81 yang berarti merupakan
diaan sumber daya air tanah yang cukup daerah agak leluasa sampai cukup leluasa
melimpah serta tidak ada kendala geologi untuk dikembangkan se­ bagai kegiatan
yang berarti. Dengan demikian arahan perkotaan. Dengan tingkat keleluasaan
untuk kegiatan pemukiman telah sesuai tersebut, area sawah ini dapat dicadang-
dengan kondisi lahannya. kan untuk kegiatan pemukiman, perda-
• Kawasan Industri, berada pada area de­ gangan dan jasa di masa datang. Untuk
ngan skor 53 - 73 yang berarti merupakan kepentingan jenis penggunaan lahan
daerah agak leluasa sampai cukup lelua- perdagangan, dan jasa perlu memperhati-
sa untuk dikembangkan untuk ke­giatan kan masalah tanah lunak.
perkotaan. Kontribusi terbesar dari skor • Kawasan Hutan, berada pada area de­
tersebut karena wilayah ini memiliki po- ngan skor 53 - 85 yang berarti meru-
tensi sumber daya air tanah cukup me- pakan daerah agak leluasa sampai leluasa
limpah. Arahan sebagai ke­giatan industri untuk dikembangkan sebagai kegiatan
telah sesuai dengan kondisi lahannya, perkotaan. Namun penggunaan lahan je-
namun demikian pembangunan infra- nis ini agar tetap dipertahankan di masa
struktur dan bangunan pada kawasan ini yang akan datang, karena dapat berfungsi
perlu memperhatikan percepatan gempa, se­bagai hutan kota serta sebagai buffer
dan pemotongan lereng untuk keperluan yakni mencegah agar pembangunan fisik
pembangunan perlu memperhatikan ke­ tidak dilakukan pada area dengan keren-
stabilan lereng. tanan gerakan tanah menengah - tinggi.
• Kawasan Perdagangan dan Jasa, berada
pada area dengan skor 61 - 85 yang berar- Kawasan Lindung
ti merupakan daerah agak le­luasa sampai Di dalam Rancangan Rencana Tata Ruang
leluasa untuk dikembangkan sebagai ke­ Wilayah Kota Padang 2008-2028, kawasan
giatan perkotaan. Kontribusi terbesar dari lindung pada wilayah ini meliputi kawasan
skor tersebut karena wilayah ini memi- hutan lindung dan kawasan hutan suaka
liki potensi sumber daya air tanah cu­kup alam dan wisata. Berdasarkan Pasal 52 ayat
melimpah serta berada pada morfologi 5 Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008
relatif datar. Dengan demikian arahan un- tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasi-
tuk kegiatan perdagangan dan jasa telah onal menjelaskan Kawasan Lindung Geologi
108 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

Gambar 4. Peta Evaluasi Rencana Tata Ruang berdasarkan aspek Geologi Lingkungan.
Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 109
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

Lanjutan Gambar 4

merupakan bagian dari kawasan lindung na- nya tetap dipertahankan sebagai kawasan
sional. Salah satu jenis kawasan lindung geo­ lindung.
logi yang terkait dengan kondisi
• Kawasan Lindung Geologi
Kota Padang adalah kawasan rawan bencana Salah satu tujuan dari ditetapkannya Ka-
geologi. Kawasan ini belum secara eksplisit wasan Lindung Geologi (dengan jenis
dibahas dalam Rancangan Rencana Tata Ru- kawasan rawan bencana geologi) dalam
ang Wilayah Kota Padang 2008-2028. Oleh rencana tata ruang wilayah adalah untuk
karena itu salah satu hasil dari penyelidikan mencegah hilangnya korban jiwa dan harta
ini adalah mengusulkan perlu adanya alokasi benda sebagai akibat dari kejadian bahaya
lahan untuk Kawasan Lindung Geologi. geologi. Bahaya geologi di sini meliputi
• Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan gempa bumi, tsunami, likuifaksi, dan ge­
Hutan Suaka Alam dan Wisata rakan tanah.

Jenis kawasan lindung yang sudah ter­ Model perlindungan di dalam kawasan ini ber-
akomodasi dengan jelas dalam Rancangan beda dengan model perlindungan umumnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah 2008-2028 Di dalam kawasan ini pembangunan masih
Kota Padang adalah Kawasan Hutan Lin­ dapat dilakukan tetapi harus tetap memper-
dung dan Kawasan Hutan Suaka Alam dan hatikan faktor keamanan yang sangat terkait
Wisata. Alokasi kawasan lindung ini me­ dengan jenis bahaya geologinya. Kawasan
nempati area yang cukup luas dan sebaik­ lindung geologi khususnya kawasan rawan
110 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

bencana geologi di wilayah Kota Padang me- kan untuk menampung orang ba­nyak.
liputi: • Wilayah sepanjang pantai dibuat
a. Kawasan Rawan Gempa Bumi tanggul urugan batu dan pemecah
gelombang.
Kejadian gempa bumi mengancam se-
luruh wilayah Kota Padang, baik yang • Kawasan yang terletak di sepanjang
merupakan area terbuka maupun terba­ pesisir pantai dan sungai utama perlu
ngun. Berdasarkan perhitungan per- mempertimbangkan sempadan sungai
cepatan gempa untuk perioda ulang 100 dan pantai. Hal ini di gunakan untuk
tahun menujukkan nilai sebesar 0,25 - meng­ antisipasi ketinggian landaan
0,35 g. Oleh karena itu perlu adanya per- tsunami < 5 m di atas permukaan laut.
aturan bangunan (Building Code), seperti Jalur evakuasi ke arah perbukitan dan tempat
pengembangan pemukiman (terutama ke evakuasi berupa bangunan tinggi dengan ke­
arah timur) perlu menggunakan bangunan tinggian > 5 m di atas permukaan air laut.
tahan gempa yang bersifat tradisional,
sedangkan untuk bangunan berat perlu c. Kawasan Berpotensi Likuifaksi Tinggi
mempertimbangkan percepatan gempa. Ancaman bahaya likuifaksi tinggi ter­
utama pada daerah dengan endapan pa-
b. Kawasan Rawan Bahaya Tsunami Tinggi
sir lanau yang saat ini telah diisi oleh
Ancaman bahaya tsunami meliputi selu- kegiatan perdagangan dan jasa. Saran
ruh wilayah pesisir yang merupakan area pembangun­an untuk jenis bangunan be-
terba­ngun dan tidak terbangun di pusat rat/ringan pada daerah bahaya seperti ini
kota. Pembangunan pada wilayah pesisir adalah:
perlu memperhatikan faktor ketinggian
landaan tsunami, yakni elevasi hingga < • Memilih konstruksi bangunan yang
5 m di atas permukaan laut, morfologi tahan likuifaksi.
pantai (bentuk teluk, muara sungai, serta • Injeksi semen ke dalam lapisan tanah
topografi dataran yang sejajar garis pan- (yang dianggap perlu) untuk menam-
tai). Rekomendasi terkait dengan kawasan bah kekuatan lapisan tanah di sekitar
ini adalah: pondasi.
• Daerah terbangun sepanjang pantai • Membangun sesuai standar teknik
barat dikendalikan dan diarahkan ke sipil dan sesuai dengan karakteristik
bagian timur. ancaman.
• Di wilayah pusat kota hingga sepan- d. Kawasan Rawan Bahaya Gerakan Tanah
jang pantai barat perlu dibangun Tinggi
panggung untuk evakuasi. Pada ba-
gian bawah ba­ngunan ini dikosong- Ancaman bahaya gerakan tanah tinggi
kan, tiang pancang dibuat kuat/ko- umum­nya di bagian timur kota pada da­
koh, sedangkan bagian atas diguna­ erah perbukit­an yang saat sebagian meru-
Peranan geologi tata lingkungan dalam penataan ruang Kota Padang 111
pasca Gempa Bumi 30 September 2009 - Andiani drr.

pakan daerah pemukiman, pertanian, dan leluasa - leluasa, adapun kawasan lindung
hutan. Pembangun­an pemukiman pada berada pada zona agak leluasa - cukup le-
daerah ini perlu mempertimbangkan da­ luasa. Dengan demikian pengembangan
erah dengan lereng terjal (< 15%) dan kegiatan perdagangan, jasa dan industri
sudut lereng kritis. di dalam kawasan budi daya harus mem-
pertimbangkan masalah tanah lunak, se-
dangkan pengembangan kegiatan perda-
KESIMPULAN
gangan, jasa, industri dan pemukiman di
1. Hasil analisis sebaran bahan permukaan, dalam kawasan lindung harus memper-
daerah studi terbagi dalam enam satuan, timbangkan faktor keselamatan, dalam
yakni: pedataran lanau lempungan, lem- hal ini harus disesuaikan dengan aspek
pung lanauan, pedataran lempung pasiran bencana geologi yang ada pada kawasan
- pasir lempungan, pedataran lempung tersebut.
pasiran - lanau asiran, pedataran pasir,
perbukitan batu gamping, perbukitan SARAN
breksi tufa, dan perbukitan lahar.
1. Penataan ruang Kota Padang perlu mem-
2. Tingkat keluasannya untuk pembangun­
perhatikan dan mempertimbangkan
an perkotaan (industri, pemukiman,
kondisi fisik (geologi) dan lingkungan
perdagangan, dan jasa) nilai daerah studi
yang ada, utamanya perlu mempertim-
berkisar 53 - 81, yakni agak leluasa - le-
bangkan kemungkinan kejadian gempa
luasa, dengan sebaran sebagai berikut:
bumi beserta bahaya ikutannya, seperti
pedataran lanau lempungan - lempung
tsunami, likuifaksi, dan gerakan tanah.
lanauan 64 - 76 (agak leluasa cukup le­
luasa); pedataran lempung pasiran - pasir 2. Pada daerah dengan ancaman bahaya
lempungan 53 -78 (agak leluasa - cukup geo­logi perlu ditetapkan sebagai kawasan
le­luasa); pedataran lempung pasiran - la- lindung geologi. Berdasarkan Rancang­
nau pasiran 54 -78 (agak leluasa - cukup an Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
leluasa); pedataran pasir 55 - 85 (agak le- Padang 2008-2028 kawasan ini diarah-
luasa - leluasa); perbukitan batu gam­ping kan peruntukannya sebagai kawasan
53 -73 (agak leluasa - cukup leluasa), per- pemukim­an, perdagangan dan jasa. Un-
bukitan breksi tufa 55 - 85 (agak le­luasa tuk dapat mengakomodasi peruntukan
- leluasa) dan perbukitan lahar 55 - 81 tersebut, maka perlu disusun pengaturan
(agak leluasa - cukup leluasa). pembangunan (building code), sehingga
semua jenis bentuk pembangunan fisik di
3. Hasil evaluasi terhadap tata ruang menun-
dalam kawasan ini harus didasarkan pada
jukkan kawasan yang saat ini merupakan
peraturan tersebut.
kawasan budi daya berada pada zona agak
112 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2011: 95 - 112

ACUAN 50 tahun. Badan Geologi, Kementerian Energi dan


Sumber Daya Mineral.
Arief, S., dan Ruchijat, S., 1990, Peta Hidrogeologi
Indonesia Skala 1:250.0000 Lembar Padang, Noor, J., 2003, Geologi lingkungan, Penerbit
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Yogyakarta.
Pertambangan, Bandung.
Oktariadi, O., 2006, Profil geologi lingkungan
Djadja dan Purnomo, H., 2009, Peta Kerentanan Jabodetabekpunjur Pusat Lingkungan Geologi -
Gerakan Tanah Wilayah Padang dan Sekitarnya, Badan Geologi. Departemen Energi dan Sumber
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Daya Mineral.
Bandung.
Rosidi, H.M.D., Tjokrosopoetro, S., Pendowo,
Ediwan, E.S., Wahyono, dan Hartanto, 2009, Peta B., Gafoer, S., dan Suharsono, 2011, Peta Geologi
Potensi Likuifaksi Kota Padang dan sekitarnya, Indonesia Lembar Painan dan Bagian Timur
pusat Lingkungan Geologi-Badan Geologi. Lembar Muara Siberut Skala 1:250.000, Pusat
Survei Geologi, Badan Geologi.
Kastowo, Gerhard, W., Leo, S., Gafoer, S., dan
Amin, T. C., 1994, Peta Geologi Lembar Padang, Silitonga, P.H., dan Kastowo, 1995, Peta Painan
Sumatra Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan dan sebagian Lembar Muara Geologi Indonesia
Pengembangan Geologi, Bandung. Lembar Solok Skala Siberut, Direktorat Geologi
Tata 1:250.000, Pusat Survei Geologi - Badan
Kertapati, E.K., Ungkap, L.B., Saputra, S.E.A., Geologi, Bandung.
Andiani, Wahyono, Oktariadi, O., Suantika, G.,
Supartoyo, Andreastuti, S.D., dan Yudhicara. 2010, Yudhicara, 2011, Kaitan antara karakteristik pan-
Peta percepatan puncak di batuan dasar wilayah tai Sumatra Barat dengan potensi kerawanan tsu-
gempa bumi Indonesia untuk perioda ulang gempa nami, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
500 tahun atau 10% kemungkinan terjadi dalam Geologi - Badan Geologi, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai