PENDAHULUAN
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk
darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.
Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel
darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ pembentuk
darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka
atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung,
gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah
kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli
biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem
yang sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil
apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.
Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah
pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan
sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah
harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi
keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas
yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka
keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat
memahami berkaitan dengan anatomi dan fisiologi sistem hematologi.
2.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi dalam sistem
hematologi sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
Komposisi :
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah,
angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan
yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
·
2. Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit
bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit
menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit
leukopenia. Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas :
a. Air: 91,0%
b. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
c. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor,
magnesium dan zat besi, dll)
a. Albumin
b. bahan pembeku darah
c. immunoglobin (antibodi)
d. hormone
e. berbagai jenis protein
f. berbagai jenis garam
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen).
c. Mineral : 0,9% ( Natrium klorida,natrium bikarbonat, garam posfat,
magnesium, kalsium dan zat besi).
d. Bahan organik : 0,1% ( Glukosa, lemak, asam urat, kreatinin kolesterol dan asam
amino). (Dr. Syaifuddin, 1992).
2.2 Fungsi Sel Darah dan Plasma Darah Pada Tubuh Manusia.
Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan
sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organic dan zat
anorganik.
Di dalam plasma darah terlarut berbagai macam zat. Di antara zat-zat tersebut ada yang
masih berguna dan adapula yang tidak berguna. Beberapa zat tersebut antara lain seperti berikut.
a. Zat makanan dan mineral, antara lain glukosa, gliserin, asam amino, asam lemak, kolesterol,
dan garam mineral.
b. Zat hasil produksi dari sel-sel, antara lain enzim, hormon, dan antibodi.
c. Protein,
Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsure pokok plasma
yang tidak dapat menembus membrane kapilar untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma:
1. Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55-60%. Albumin disintesiskan dalam
hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotic koloid darah. Koloid, adalah zat yang
berdiameter 1Nm – 100Nm, sedangkan kristaloid adalah zat yang berdiameter kurang dari 1 Nm.
Plasma mengandung koloid dan kristaloid. Tekanan osmotic koloid atau tekanan onkotik,
ditentukan berdasarkan jumlah partikel koloid dalam larutan. Tekanan ini merupakan ukuran
‘daya tarik’ plasma terhadap difusi air dan cairan ekstraseluler yang melewati membrane kapilar.
α dan β globulin disintesiskan dihati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid,
beberapa hormone berguna sebagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya. Gamma globulin
adalah antibody. Ada 5 jenis immunoglobulin yang diproduksi jaringan limpoid dan berfungsi
dalam imunitas.
3. Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan erupakan komponen esensial
dalam mekanisme pembekuan darah. Plasma juga mengandung nutrient, gas darah, elektrolit,
mineral, hormone, vitamin dan zat-zat sisa.
(1). Nutrien meliputi asam amino, gula dan lipid yang diabsorbsi dari saluran pencernaan.
(3). Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium,magnesium, klorida, kalsium, bikarbonat,
fosfat dan ion sulfat.
Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah (eritrosit),sel darah putih (leukosit) dan
trombosit.
Karakteristik
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan
berdiameter 7,65 µm. Terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini
elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapilar (pembuluh darah
terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen
pernafasan yang mengikat oksigen. Fungsi hemoglobin itu sendiri yaitu jika hemoglobin terpajan
oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan beta, untuk membentuk
oksihemoglobin. Dan hemoglobin berikatan dengan CO2 dibagian asam amino pada globin.
Karbaminohemoglobin yang terbentuk hanya memakai 20% CO2 yang terkandung dalam darah,
80% sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.
Fungsi Eritrosit
Leukosit dibagi dalam 2 kategori, granulosit dan sel mononuclear (agranulosit). Dalam
darah normal, jumlah total leukosit adalah 5.000 sampai 10.000 sel per mm3. Sekitar 60%
diantaranya adalah granulosit dan 40% sel mononuclear. Granulosit. Diameter granulosit biasanya
sampai tiga kali eritrosit. Granulosit dibagi dalam tiga sub pengikat warna. Eosinofil, memiliki
memiliki granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya; Basofil, berwarna biru; dan
Netrofil, memiliki granula berwarna ungu pucat.
Leukosit Mononuklear (Agranulosit), adalah sel darah putih dengan inti satu lobus dan
sitoplasmanya bebas granula. Dalam darah orang dewasa normal, limfosit berjumlah sekitar 30%
dan monosit sekitar 5% dalam total leukosit. Limfosit matang adalah sel kecil dengan sitoplasma
sedikit. Diproduksi terutama oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan kelenjar timus
dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem sumsum. Monosit adalah leukosit terbesar.
Diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit jaringan, termasuk sel kupfer
di hati, makrofag peritoneal, makrovag alveolar, dan komponen lain sistem retikuloendotileal.
FUNGSI LEUKOSIT
Melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing lainnya. Fungsi utama netrofilik
PMN adalah memakan benda asing (fagositosis). Fungsi limfosit terutama menghasilkan subtansi
yang membantu penyerangan benda asing. Sekelompok limfosit (limfosit T) membunuh sel secara
langsung atau menghsilkan berbagai limfokin, suatu subtansi yang memperkuat aktifitas sel
fagositik. Sekelompok limfosit lainnya (limfosit B) menghasilkan antibody, suatu molekul protein
yang akan menghancurkan benda asing dengan berbagai mekanisme.
Eosinofil dan basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai material biologis
kuat seperti histamine, serotim, dan heparin. Pelepasan senyawa tersebut mempengaruhi suplai
darah ke jaringan, seperti yang terjadi selama peradangan, dan membantu memobilisasi
mekanisme pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah eosinofil pada keadaan alergi menunjukan
bahwa sel ini terlibat dalam reaksi hipersensitifitas
Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat
badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung
kepada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. (Dr. Syaifuddin, 1992).
d. Hematokrit (% sel darah merah) : 45-52% untuk pria; 36-48% untuk wanita
e. Hemoglobin : 14,0-17,4 gram per 100ml untuk pria; 12,0-16,0 gram per 100ml untuk wanita.
(Elizabeth J Corwin, 2001).
2.4 Sel-Sel Darah Merah, Anemia, dan Polisitemia.
Sel darah merah atau yang disebut eritrosit berasal dari bahasa yunani, yaitu erythros
berarti merah dan krytos yang berarti selubung/sel. Sel ini tidak memiliki intisel, mitokondria,
atau ribosom. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan
protein. Sel darah merah mengandung protein hemoglobin yang mengangkut sebagian besar
oksigen yang diambil di paru ke sel-sel diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar
ruang intrasel eritrosit. Sel darah matang dikeluarkan dari sum-sum tulang dan hidup sekitar 120
hari untuk kemudian mengalami disintegrasi dan mati. Sel-sel darah merah yang mati diganti oleh
sel-sel baru yang dihasilkan oleh sumsul tulang. (Elizabeth J Corwin, 2001)
Anemia
Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini
mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah tetap normal.
Tetapi jumlah hemoglobinnya sub normal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen
berkurang. Maka individu akan terlihat pucat atau kurang tenaga.
Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena hilangnya darah yang terlalu
cepat atau produksi sel darah merah yang terlalu lambat atau dapat disebut dengan kekurangan
hemoglobin (Hb). Hb adalah protein dalam sel darah merah, yang mengantar oksigen dari paru ke
bagian tubuh yang lain.
Anemia didefinisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter sepakat bahwa tingkat Hb di
bawah 6,5 menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat Hb yang normal adalah sedikitnya 12 untuk
perempuan dan 14 untuk laki-laki.
Secara keseluruhan, perempuan mempunyai tingkat Hb yang lebih rendah dibandingkan
laki-laki.Begitu juga dengan orang yang sangat tua atau sangat muda.
· Perdarahan hebat
· Akut (mendadak)
· Kecelakaan
· Pembedahan
· Persalinan
· Kronik (menahun)
· Perdarahan hidung
· Wasir (hemoroid)
· Ulkus peptikum
· Kekurangan vitamin C
· Penyakit kronik
· Sferositosis herediter
· Elliptositosis herediter
· Kekurangan G6PD
· Penyakit hemoglobin C
· Penyakit hemoglobin E
· Thalasemia
b. Gejala
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini,
bervariasi.Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang.Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
c. Diagnosa
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah
dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa
ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit
(CBC/complete blood count).
d. Macam-macam anemia
1. Anemia Hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan plasma yg hilang
akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel darah merah yang tetap rendah.
Sel darah merah akan kembali normal dalam waktu 3-6 minggu
2. Anemia Aplastika
Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah terhambat.Dapat
dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan, bahan2 kimia tertentu,
obat2an atau pada orang2 dengan keganasan.
3.Anemia Megaloblasitik
Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik(terdapat pd mukosa lambung) merupakan
faktor2 yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila salah satu faktor di atas
tidak ada maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel darah
tumbuh terlampau besar dengan bentuk yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan mudah
pecah..ciri2 ini disebut sebagai Megaloblas.
4. Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg pendek
(biasanya ada faktor keturunan)
Contoh :
1. Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur bikonkaf yg elastis
(mudah sobek)
2. Anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat dan Amerika sel2nya mengandung
tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap
menjadi kristal2 panjang di dalam sel darah merah.. sehingga sel darah merah menjadi lebih
panjang dan berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O2
jaringan yg rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek.Penurunan tekanan O2 lebih
lanjut membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat.
3. Eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+).. pada saat kehamilah
pertama.. setelah ibu terpapar darah janin.. maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi
terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah
bayi, dan bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga meninggal.
5. Nutrional Anemia
6. Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan sel.
Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12 dari usus. Anemia
pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12 melainkan karena defisiensi faktor intrinsik yg
mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.
7. Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.
Polisitemia
Adalah peningkatan sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan peningkatan
viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darahterhalang dan
aliran kapilat dapat tertutup.
Dapat terjadi akibat hipoksia ( kekurangan oksigen ) karena hal berikut ini:
2. Polisitemia Vera
Jika terjadi kekurangan atau dibawah normal kita sebut Leukopenia , dan tentu jika terjadi
banyak infeksi di tubuh jumlahnya akan menigkat sesuai apa yang diperlukan agar tubuh optimal
GRANULOSIT : Leucocyt yang bergranulla berbutir butir /granule : Basofil , Eosinofil dan
Neutrofil.
2. Granulosit
Jumlahnya hampir 75% dariseluruh leukosit, plasmanya mengandung granula (butir-butir
halus), dibuat didalam sumsum merah oleh jaringan retikulo endotelium.Granulosit merupakan
sel fagosit, memakan benda asing, terutama bakteri.Oleh karena itu, granulosit dapat
menembus dinding kapiler, disebut diapedesis serta masuk ke jaringan-jaringan.Apabila
terjadiluka, granulosit akan berkumpul pada luka untuk memakan bakteri yang masuk ke dalam
tubuh.Granulosit yang mati akan berkumpul berupa nanah. Macam-macam sel yang terdapat
kedalam tipe granulosit antara lain :
1. Neutrofil
2. Eosinofil
Ciri-ciri : Bersifat asam, berbintik kemerahan, jumlah meningkat selama terjadi infeksi
Jumlah (sel/mm3) : 20 – 50
Fungsi : Melepaskan zat pencegah alergi, mengandung heparin (zat anti koagulan)
Agranulosit
Plasma agranulosit tidak mengandung granula (butiran), intinya relative besar, jumlahnya
±25%. Macam-macam sel darah putih yang termasuk kedalam tipe agranulosit antara lain:
1. Limfosit
Ciri-ciri : Berinti satu, tidak dapat bergerak bebas, berwarna biru pucat
2. Monosit
Ciri-ciri : Berinti satu berukuran besar, berbentuk bulat panjang, dapat bergerak cepat, bersifat
fagosit
Makrofag adalah sel darah putih besar yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan
tubuh kita. Kata makrofag secara harfiah berarti ‘pemakan besar. “Ini adalah organisme seperti
amoeba, dan tugasnya adalah untuk membersihkan tubuh kita dari puing-puing mikroskopis dan
penyerang. Makrofag memiliki kemampuan untuk mencari dan ‘makan’ partikel seperti bakteri,
virus, jamur, dan parasit.
Makrofag yang lahir dari sel-sel darah putih yang disebut monosit, yang diproduksi oleh sel-
sel induk dalam sumsum tulang kita. Monosit bergerak melalui aliran darah, dan ketika mereka
meninggalkan darah, mereka tumbuh menjadi makrofag. Mereka tinggal selama berbulan-bulan,
berpatroli sel dan organ tubuh kita dan menjaga mereka bersih.
Makrofag membersihkan berbagai benda asing yang tidak diinginkan. Seperti tukang pukul
di sebuah klub malam, ini pembela besar menyelesaikan pekerjaan. Bakteri, virus, jamur, dan
parasit adalah beberapa contoh dari penyerbu yang ditargetkan. Meskipun tubuh kita memiliki
hambatan di tempat seperti kulit kita dan selaput lendir yang terus keluar banyak mikroorganisme
ini, mereka masih bisa masuk ke dalam tubuh kita. Namun, setiap pelaku luar yang tidak bisa
masuk dengan cepat dihadapkan oleh sel-sel pembersihan yang super.
Aspek lain yang menarik dari makrofag adalah kemampuannya untuk mengetahui mana
sel-sel untuk menghancurkan dan mana yang harus meninggalkan sendirian. Sehat, sel-sel hidup
dalam tubuh kita memiliki satu set tertentu protein pada membran luar mereka. Mereka adalah
tanda dasarnya ID untuk sel-sel kita. Ini adalah bagaimana sistem kekebalan tubuh kita mengenali
sel kita sendiri dibandingkan benda asing.
Meskipun makrofag tidak membedakan antara berbagai jenis bakteri, virus, atau pihak luar
lainnya, mereka mengetahui bahwa partikel-partikel tersebut tidak termasuk dalam tubuh dengan
mendeteksi protein luar yang berbeda. Makrofag bahkan memiliki kemampuan untuk mendeteksi
sinyal yang dikirim oleh bakteri, yang memungkinkan mereka untuk melakukan perjalanan ke
tempat infeksi.
Tapi pekerjaan makrofag tidak berhenti di situ. Setelah virus telah ditelan dan dicerna,
misalnya, makrofag menampilkan protein mengidentifikasi itu virus tertentu. Sebuah pesan akan
dikirim ke seluruh sistem kekebalan tubuh untuk memanggil untuk produksi antibodi spesifik
untuk virus tertentu. Sepasukan sel tempur kemudian dikirim keluar untuk menghancurkan virus
sebelum mereka dapat melakukan lebih banyak kerusakan. Makrofag bahkan menyerang beberapa
sel kanker.
Selain itu, seperti yang disebutkan sebelumnya, makrofag juga membersihkan puing-puing
sel mati dan ‘sampah lainnya’ yang mungkin tergeletak di sekitar. Bayangkan penyapu jalan
perlahan-lahan bergulir di jalan Anda. Setiap kotoran atau sampah yang ada di trotoar tersapu dan
‘ditelan’ oleh truk. Hasilnya adalah jalan bebas dari daun, kotoran, sampah, atau gangguan lainnya.
Kita bisa membayangkan makrofag dengan cara yang sama ketika membersihkan puing-puing sel.
4. Inflamasi
Radang atau inflamasi adalah reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas yang berupa
reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis (Robbins & Kumar, 1994).
Tujuan inflamasi yaitu untuk memperbaiki jaringan yang rusak serta mempertahankan diri
terhadap infeksi (Soesatyo, 2002). Tanda-tanda inflamasi adalah berupa kemeraham (rubor), panas
(kalor), nyeri (dolor), pembengkakan (tumor) (Soesatyo, 2002), dan function laesa (Chandrasoma
dan Tailor, 1995).
a. Inflamasi akut
Inflamasi akut adalah inflamasi yang terjadi segera setelah adanya rangsang iritan. Pada tahap ini
terjadi pelepasan plasma dan komponen seluler darah ke dalam ruang-ruang jaringan ekstraseluler.
Termasuk didalamnya granulosit neutrofil yang melakukan pelahapan (fagositosis) untuk
membersihkan debris jaringan dan mikroba (Soesatyo, 2002).
b. Inflamasi kronis
Inflamasi kronis terjadi jika respon inflamasi tidak berhasil memperbaiki seluruh jaringan yang
rusak kembali ke keadaan aslinya atau jika perbaikan tidak dapat dilakukan sempurna (Ward,
1985).
Imunitas
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh
terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel
tumor.
Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-
zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap
dapat berfungsi seperti biasa.
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi
organisme.
Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralisir
patogen.
Bahkan organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi
terhadap infeksi virus.
Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariot kuno dan tetap pada keturunan modern,
seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial
yang disebut defensin, fagositosis, dan sistem komplemen.
Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya
evolusi vertebrata.
Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan
yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin.
Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata mengadaptasi untuk
mengakui patogen khusus secara lebih efektif.
Proses adaptasi membuat memori imunologikal dan membuat perlindungan yang lebih efektif
selama pertemuan di masa depan dengan patogen tersebut.
Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit.
Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya,
menyebabkan munculnya infeksi.
Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined
immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi
imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV.
Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif menyerang jaringan normal
seperti jaringan tersebut merupakan benda asing.
Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus
erythematosus.
Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari penelitian.
ALERGI
Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan kerap kali membahayakan
terhadap subtansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cidera
jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibody. Kalau tubuh diinvasi oleh
antigen yang biasanya berupa protein yang dikenal tubuh sebagai benda asing, maka akan terjadi
serangkaian peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya,
menghancurkannyaa kemudian membebaskan tubuh darinya. Kalau limfosit bereaksi terhadap
antigen, kerapkali antibody dihasilkan. Reaksi alergi umum akan terjadi ketika sistem imun pada
seseorang yang rentan bereaksi secara agresif terhadap suatu subtansi yang normalnya tidak
berbahaya (mis., debu, tepung sari gulma). Produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat
menimbulkan gejala yang berkisar dari gejala yang ringan hingga gejala yang dapat membawa
hingga kematian.
Sistem imun tersusun dari banyak sel serta organ dan subtansi yang disekresikan oleh sel-
sel organ ini. Pelbagai bagian dari sistem imun ini harus bekerjasama untuk memastikan
pertahanan yang memadai terhadap para penginvasi (yaitu virus, bakteri, subtansi asing lainnya)
tanpa menghancurkan jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.
Sebelum lahir, molekul protein yang di tentukan secara genetic disebut antigen muncul di
permukaan sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereksi dengan antibody pasanagnnya,
yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.
a. Karena reaksi antigen –antibodi menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah merah,
maka atigen disebut aglutinogen dan antibody pasangannya disebut aglutinin.
b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A maupun tipe B, atau hanya mewarisi salah
satunya atau bahkan keduanya sekaligus.
Klasifikasi Golongan Darah ABO ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen
(antigen tipe A dan B) yang ditemukan pada permukaan eritrosit dan agglutinin (antibody), anti A
dan anti B yang ditemukan dalam plasma darah.
a. Darah golongan A mengandung aglutinogen tipe A dan agglutinin tipe B.
c. Darah golongan AB mengandung aglutinogen tipe A dan tipe B, tetapi tidak mengandung
agglutinin tipe A dan tipe B.
d. Darah golongan O tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung agglutinin anti A dan
anti B.
Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfuse darah karena campura darah yang tidak
cocok menyebabkan aglutinasi dan destruksi sel darah merah.
a. Dalam teknik slide biasa untuk penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari
orang yang akan diperiksa golongan darahnya di letakkan pada sebuah slide mikroskop.
b. Setetes serum yang mengandung agglutinin anti A (dari darah golongan B) di teteskan pada
salah satu tetes darah, sedangkan setetes serum yang mengandung agglutinin anti B (dari darah
golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
(1.) Jika serum anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A)
(2.) Jika serum anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen
tipe B (golongan darah B).
(3.) Jika kedua serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB).
(4.) Jika kedua serum anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu
tersebut tidak memiliki aglutinogen (golongan darah O).
c. Transfuse darah
(1.) Saat transfuse darah diberikan, plasma donor akan diencerkan oleh plasma recipient,
sehingga agglutinin donor tidak dapat menyebabkan aglutinasi.
(2.) walaupun demikian, aglutinogen pada sel donor penting untuk transfuse jika golongan
darah donor berbeda dengan golongan darah resipien, maka agglutinin dalam plasma
resipien akan mengaglutinasi sel darah merah asing donor.
(3.) Reaksi transfuse disebabkan oleh aglutinasi sel darah merah donor.
a. Aliran darah dalam pembuluh kecil terhalang oleh gumpalan darah sel.
(4.) Pencocokan silang pada golongan darah resipien dan donor dilakukan sebelum
pemberian transfuse untuk memastikan kecocokan darah.
a.. Donor universal darah golongan O tidak memiliki aglutinogen untuk di aglutinasi
sehingga dapat diberikan pada resipien manapun, asalkan volume transfusinya sedikit.
b. Resipien universal individu dengan golongan darah AB tidak memiliki agglutinin dalam
plasmanya sehingga dapat menerima eritrosit donor apapun.
System Rh adalah kelompok antigen lain dalam tubuh manusia. System ini ditemukan dan
diberi nama berdasarkan rhesus monyet. Antigen RhD dalah antigen terpenting dalam
reaksi imunitas tubuh.
a. Jika factor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebuh Rh positif. Jika factor
tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negative. Individu dengan Rh
positif lebih banyak dibandingkan dengan yang ber Rh negative.
b. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO dimana individu ber Rh negative tidak
memiliki agglutinin anti Rh dalam plasmanya.
c. Jika seseorang dengan Rh negative diberikan darah ber Rh positif maka agglutinin anti
Rh akan di produksi walaupun transfuse awal biasanya tidak membahayakan, pemberian
darah Rh positif selanjutnya akan mengakibatkan aglutinasi sel darah merah donor.
d. Eritroblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir, dapat terjadi setelah
kehamilan pertama ibu ber Rh negative dengan janin ber Rh negative.
(1.) Pada saat lahir ibu akan terpapar beberapa antigen Rh positif janin sehingga ibu akan
membentuk antibody untuk menolak antigen tersebut.
(2.) Jika antibody lawan factor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan selanjutnya,
antibody tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin dan menyebabkan
hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan terlahir dengan anemia.
(3.) Pencegahan. Jika ibu ber Rh negative mendapat injeksi antibody berlawanan dengan
factor Rh positif dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, keguguran, atau setelah abortus
janin ber Rh positif maka antigen tidak akan terakfasi. Ibu tidak akan memproduksi
antibody lawannya.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga
aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3
fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan
mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk
dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan
trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya
fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun
trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat
hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin.
Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses yang tepat.
1. Vasokontriksi. Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepas serotonin
dan tromboksan A2 (prostaglandin) yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah
berkintriksi hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang.
2. Plug trombosit
a. Trombosit membengkak menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen dinding
pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.
b. Trombosit melepas ADP untuk mengaktivasi lain sehingga melibatkan agregasi trombosit untuk
memperkuat plug.
(1.) Jika kerusakan pembuluh darah sedikit, maka plug trombosit mampu menghentikan
pendarahan.
(2.) Jika kerusakannya besar, maka plug trombosit dapat mengurangi pendarahan, sampai
proses pembekuan terbentuk.
a. Mekanisme ekstrinsik. Pembekuan darah dimulai dari factor eksternal pembuluh darah itu
sendiri.
(1.) Tromboplastin (membrane lipopprotein) yang di lepas oleh sel-sel jaringan yang rusak
mengaktivasi protrombin dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk thrombin.
(2.) Thrombin mengubah pribrinogen yang dapat larut, menjadi pibrin yang tidak dapat
larut. Benang-benang pibrin membentuk bekuan, atau jarinagan-jaringan pibrin, yang
menangkap sel darah yang memlalui pembuluh yang rusak.
b. Mekanisme intrinsic untuk pembentukan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhana
daripada cara yang dijelaskan diatas. Mekanisme ini melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya
ditemukan dalam plasma darah. Setiap factor protein berada dalam kondisi tidak aktif : jika salah
satunya di aktivasi, maka aktifitas enzimatiknya akan mengaktivasi factor selanjutnya dalam
rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi untuk membuntuk bekuan.
Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi
fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah
afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk
aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari
pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor
menyebabkan hypoprothrombinemia.
Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam
tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan
prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga
faktor jaringan.
Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam
plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur.
Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini,
sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi
dianggap dalam skema hemostasis.
Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi
dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama
dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin
herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K),
hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi
dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand)
sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab
hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil
di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam
baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari
pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V,
yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga
Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik
dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI.
Disebut juga faktor antihemophilic C.
Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau
permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor
XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk
polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan
untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan
seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan
juga disebut transglutaminase.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk
darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan yang
berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.
Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah, organ
pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta organ pembentuk darah.
3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan maupun ilmu alam
lainnya penting sekali memahai anatomi sistem hematologi secara tepat agar terhindar dari
kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan
fungsi tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung
sebagai pusat kehidupan dan berhubungan pula dengan darah.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, J elizabeth. 2001. Buku saku PATOFISOLOGI. Penerbit Buku Kedokteran EGC
https://www.scribd.com/document/290473754/Anatomi-Fisiologi-Sistem-Hematologi