Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TAFSIR SURAT

AN-NABA

DOSEN PEMBIMBING : BAPAK ANWAR SOFWAN, S.Pd.I, MM

DI SUSUN

OLEH:

MUHAMMAD IQBAL

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN


GEOFISIKA

JAKARTA
2018 / 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….

KATA PENGANTAR…………..………………………………………

DAFTAR ISI…………....………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………….......

BAB II PEMBAHASAN

A. Tafsir surat An-Naba………………………………………….


B. Pengertian Mufradat ………………………………………….
C. Manfaat mempelajari surat An-Naba………………………….

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Kata pengantar

Segala puji bagi Allah Subhnahu Wa Ta’ala yang Maha Tinggi lagi Maha
Pemurah. Hanya dengan rahmat dan karunia Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda nabi agung


Muhammad Shallahu ‘alaihi wa salam. yang dengan segala usaha dan
pengorbananya kita dapat menapaki jalan islam yang lurus ini.

Makalah ini kami susun sebagai sarana kami dalam meluaskan nilai nilai
islam yang mulia dalam hal mepelajari serta meyakini ayat ayat yang
terkandung dalam surah an-naba yang mengandung uaraian tentang hari
kiamat dan bukti bukti kekuasaan Allah untuk mewujudkannya. Bukti-bukti
utama yang dipaparkan disini adalah penciptaan alam raya yang demikian
hebat serta sistem yang mengitarinya.

Oleh karenanya kami merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar
semakin banyak insan insan yang dapat memperbaiki diri setelah
mempelajarinya.

Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini ada kesalahan dan
kekurangan nya. Karena kebenaran sendiri datangnya dari Allah Subhanahu
Wa Ta’ala. Sementara kekurangan dartangnya dari kami.

Tangerang Selatan, 10 Januari 2018

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai sumber pedoman hidup umat manusia telah


menggelarkan wawasan terhadap masa depan hidup manusia dengan
rentangan akal pikirannya yang mendalam dan meluas sampai pada
penemuan dan teknologi yang secanggihcanggihnya.
Al-Qur’an ialah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Untuk menjadi pedoman hidup dan untuk melemahkan
bangsaarab yang terkenal petah lidahnya (fasih) dan tinggi susunan
bahasanya. Dalam pengertian lain, Al-qur’an juga diartikan kupulan ayat-
ayat Allah SWT. yang tertulis sebagai sumber utama ajaran Islam.
Memahami suatu makna Al-Qur’an tentunya tidak dapat lepas dari tafsir.
Dalam hal ini penulis memilih menganalisa surah An-naba 1-40 dalam Al-
Qur’an sesuai tafsir Al-Misbah. Pertimbangan penggunaan tafsir ini adalah
karena tafsir Al-Misbah adalah karya mufassir kontemporer Indonesia,
sehingga akan lebih relevan penafsirannya dengan konteks masyarakat
Indonesia saat ini. Selain hal itu Quraish Shihab selaku penulis tafsir Al-
Misbah juga menyampaikan uraian
terhadap akhlak. Beliau juga banyak menekankan dimensi moral dalam
berbagai tulisannya.
Pada surat An-Naba’, Allah SWT. Menjelaskan :
Pertama, tentang alam dan manusia, sampai pada firman Allah:
"Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya kami
tumbuhkan dari air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan dan kebun-kebun
yang lebat".
Kedua, penjelasan singkat tentang hari perhitungan: "Sesungguhnya
hari keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan yaitu hari (yang pada
waktu itu) ditiup sangkar kala lalu kamu datang berkelompok-
kelompok".Seringnya Al-Qur’an menyebut kiamat adalah untuk melawan
kecintaan kepada dunia yang mendominasi sifat manusia.
Ketiga, penjelasan tentang siksa yang dinantikan oleh orang-orang
yang berbuat dosa: Sesungguhnya meraka jahannamitu(padanya) ada tempat
pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orangyang melampaui
batas, mereka tiggal didalamnya beradab-adab lamanya.menjelaskan tentang
nikmat yang dinanti oleh kaum mukmin yang shaleh yakni bagi orang-orang
yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah
anggur, dan gadis-gadis yang sebaya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat lah makalah dengan judul “Tafsir
Surat An-Naba 1-40” Dibuat dikarenakan Surat ini selain umum didengar
juga jarang diteliti.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja makna yang terkandung dalam Surat An-Naba’ Ayat 1 -
40 yang terdpat dalam Al-Qur’an?
2. Apa itu Mufradat ?
3. Pelajaran apa yang dapat di ambil ketika mempelajari surat An-
Naba ?

BAB II PEMBAHASAN

A.Tafsir surat An-Naba

Ayat-ayat Surah An-Naba’ ini disepakati turun sebelum Nabi SAW.


berhijrah ke Madinah. Namanya adalah surah An-Naba’. Ada juga yang
menamainya surah ‘Amma. Nama-nama yang lain adalah surah At-Tasa’ul,
juga Al- Mu’shirat. Nama-nama tersebut diangkat adari ayat pertama dan
kedua surah ini. Surah ini mengandung uaraian tentang hari kiamat da bukti
bukti kekuasaan Allah untuk mewujudkannya. Bukti-bukti utama yang
dipaparkan disini adalah penciptaan alam raya yang demikian hebat serta
sistem yang mengaurnya yang yang kesemuanya menunjukkan adanya hari
pembalasan yang ditetapkan-Nya.
Tujuan uatama surah ini menurut al-Biqa’i adalah pembuktian tentang
adanya hari kiamat, yang merupakan suatu hal yang tiidak dapat digunakan
sedikit pun. Allah SWT. Sang Pencipta, di samping Maha bijaksana dan
Maha kuasa, Dia juga mengatur dan mengendalikan manusia sesempurna
mungkin. Dia menyediakan buatmereka tempat tinggal(bumi) yang sesuai
dengan kelangsugan hidup mereka dan keturunan mereka. Apa yang Allah
disediakan itu demikian sempurna sehingga manusia tidak lagi
membutuhkan sesuatu yang tidak tersedia. Itu pulalah yang menciptakan
hubungan yang harmonis antar sesama. Allah SWT yang Maha bijaksana
lagi Maha kuasa itu tidak mungkin membiarkan hamba-hamba-Nya hidup
saling menganiaya, menikmati rezkinya tetapi menyembah selain-Nya, tanpa
melakukan hisab (perhitungan) atas perbuatan-perbuatan mereka.121 Surah
ini menurut beberapa pakar, merupakan surah ke-80 dari segi perurutan
turunnya surah-surah Al-Qur’an. Ia turun sesudah surah Al-Ma’arij dan
sebelum bashrah sebanyak 40 ayat, sedang Menurut cara perhitungan ulama
mekkah dan kufah sebanyak 41 ayat.122

Berikut adalah terjemahan surat An-Naba :

1. (Tentang apakah) mengenai apakah (mereka saling bertanya-tanya?)


yakni orang-orang Quraisy sebagian di antara mereka bertanya-tanya
kepada sebagian yang lainnya.
2. (Tentang berita yang besar) ayat ini merupakan penjelasan bagi sesuatu
yang dipertanyakan mereka itu. Sedangkan Istifham atau kata tanya pada
ayat yang pertama tadi mengandung makna yang mengagungkannya. Hal
yang dimaksud adalah Alquran yang disampaikan oleh Nabi saw. yang di
dalamnya terkandung berita mengenai adanya hari berbangkit dan hal-hal
lainnya.
3. (Yang mereka perselisihkan tentang ini) orang-orang yang beriman
mempercayainya, sedangkan orang-orang kafir mengingkarinya.
4. (Sekali-kali tidak) kata ini merupakan sanggahan yang ditujukan kepada
orang-orang kafir tadi (kelak mereka mengetahui) apa yang bakal
menimpa mereka sebagai akibat daripada keingkaran mereka kepada
Alquran.
5. (Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui) ayat ini
merupakan pengukuh dari ayat sebelumnya; dan pada ayat ini dipakai
kata Tsumma untuk memberikan pengertian, bahwa ancaman yang kedua
lebih keras dan lebih berat daripada ancaman yang dikandung pada ayat
sebelumnya. Selanjutnya Allah swt. memberikan isyarat yang
menunjukkan tentang kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk
semuanya; untuk itu Dia berfirman:
6. (Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan) yakni
terhampar bagaikan permadani.
7. (Dan gunung-gunung sebagai pasak) yang menstabilkan bumi,
sebagaimana halnya kemah yang berdiri dengan mantapnya berkat patok-
patok yang menyangganya. Istifham atau kata tanya di sini mengandung
makna Taqrir atau menetapkan.
8. (Dan Kami jadikan kalian berpasang-pasangan) yaitu terdiri dari jenis
laki-laki dan perempuan.
9. (Dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat) untuk istirahat bagi tubuh
kalian.
10.(Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian) sebagai penutup karena
kegelapannya.
11.(Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan) yaitu waktu untuk
mencari penghidupan.
12.(Dan Kami bina di atas kalian tujuh lapis) maksudnya langit yang berlapis
tujuh (yang kokoh) lafal Syidaadan adalah bentuk jamak dari lafal
Syadidatun, artinya sangat kuat lagi sangat rapi yang tidak terpengaruh
oleh berlalunya zaman.
13.(Dan Kami jadikan pelita) yang menerangi (yang amat terang) yang
dimaksud adalah matahari.
14.(Dan Kami turunkan dari awan yang tebal) yaitu awan yang banyak
mengandung air dan sudah saatnya menurunkan air yang dikandungnya,
sebagaimana halnya seorang gadis yang sudah masanya untuk berhaid
(air yang tercurah) artinya bagaikan air yang dicurahkan.
15.(Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian) seperti biji gandum
(dan tumbuh-tumbuhan) seperti buah Tin.
16.(Dan kebun-kebun) atau taman-taman (yang lebat) tumbuh-
tumbuhannya; lafal Alfaafan bentuk jamak dari lafal Lafiifun, wazannya
sama dengan lafal Syariifun yang bentuk jamaknya adalah Asyraafun.

17.(Sesungguhnya hari keputusan) di antara semua makhluk (adalah suatu


waktu yang ditetapkan) waktu yang ditentukan untuk memberi pahala dan
menimpakan siksaan.
18.(Yaitu hari ditiup sangkakala) menjadi Badal dari lafal Yaumal Fashl;
atau merupakan Bayan daripadanya; yang meniupnya adalah malaikat
Israfil (lalu kalian datang) dari kuburan kalian menuju ke Mauqif atau
tempat penantian (berkelompok-kelompok) secara bergelombang yang
masing-masing gelombang berbeda dari gelombang yang lainnya.
19.(Dan dibukalah langit) dapat dibaca Futtihat dan Futihat, artinya langit
terbelah karena para malaikat turun (maka terdapatlah beberapa pintu)
yakni langit itu membentuk beberapa pintu.
20.(Dan dijalankanlah gunung-gunung) maksudnya, lenyap dari tempat-
tempatnya (maka menjadi fatamorganalah ia) menjadi debu yang
beterbangan, atau dengan kata lain gunung-gunung itu menjadi sangat
ringan jalannya bagaikan debu yang diterbangkan.
21.(Sesungguhnya neraka Jahanam itu padanya ada tempat pengintaian)
artinya, selalu mengintai atau ada tempat pengintaian.
22.(Bagi orang-orang yang melampaui batas) karena itu mereka tidak akan
dapat menyelamatkan diri daripadanya (sebagai tempat kembali) bagi
mereka, karena mereka akan dimasukkan ke dalamnya.
23.(Mereka tinggal) lafal Laabitsiina adalah Haal bagi lafal yang tidak
disebutkan, yakni telah dipastikan penempatan mereka (di dalamnya
berabad-abad) yakni untuk selama-lamanya tanpa ada batasnya; lafal
Ahqaaban bentuk jamak dari lafal Huqban.
24.(Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya) mereka tidak pernah
merasakan tidur di dalamnya (dan tidak pula mendapat minuman)
minuman yang lezat.
25.(Kecuali) atau selain (air yang mendidih) yaitu air yang panasnya tak
terperikan (dan nanah) dapat dibaca Ghasaaqan dan Ghassaaqan artinya
nanah yang keluar dari tubuh penghuni-penghuni neraka; mereka
diperbolehkan untuk meminumnya.
26.(Sebagai pembalasan yang setimpal) atau sesuai dengan amal perbuatan
mereka, karena tiada suatu dosa pun yang lebih besar daripada kekafiran,
dan tiada azab yang lebih besar daripada azab neraka.
27.(Sesungguhnya mereka tidak mengharapkan) artinya, mereka tidak takut
(kepada hisab) karena mereka ingkar kepada adanya hari berbangkit.
28.(Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami) mendustakan Alquran
(dengan sesungguh-sungguhnya) maksudnya, dengan kedustaan yang
sesungguhnya.
29.(Dan segala sesuatu) dari amal-amal perbuatan (telah Kami hitung) telah
Kami catat (dalam suatu kitab) yaitu dalam catatan-catatan di Lohmahfuz
supaya Kami memberikan balasan kepadanya, antara lain karena
kedustaan mereka terhadap Alquran.
30.(Karena itu rasakanlah) artinya, lalu dikatakan kepada mereka sewaktu
azab menimpa mereka, “Rasakanlah pembalasan kalian ini.” (Dan Kami
sekali-kali tidak akan menambah kepada kalian selain daripada azab) di
samping azab yang kalian rasakan sekarang.
31.(Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan)
maksudnya, mendapat tempat kemenangan di surga.
32.(Yaitu kebun-kebun) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Mafaazan,
atau sebagai penjelasan daripadanya (dan buah anggur) di’athafkan
kepada lafal Mafaazan.
33.(Dan gadis-gadis remaja) yaitu gadis-gadis yang buah dadanya sedang
ranum-ranumnya. Lafal Kawaa’ib bentuk jamak dari lafal Kaa’ib (yang
sebaya) umurnya, lafal Atraaban bentuk jamak dari lafal Tirbun.
34.(Dan gelas-gelas yang penuh) berisi khamar; dan di dalam surah
Muhammad disebutkan pada salah satu ayat-Nya, “…sungai-sungai dari
khamar (arak).” (Q.S. Muhammad, 15)
35.(Di dalamnya mereka tidak mendengar) yakni di dalam surga itu sewaktu
mereka sedang meminum khamar dan merasakan kelezatan-kelezatan
lainnya (perkataan yang sia-sia) perkataan yang batil (dan tidak pula
dusta) jika dibaca Kidzaaban artinya dusta, jika dibaca Kidzdzaaban
artinya kedustaan yang dilakukan oleh seseorang kepada yang lainnya,
keadaannya berbeda dengan apa yang terjadi di dunia sewaktu khamar
diminum.
36.(Sebagai balasan dari Rabbmu) dari Allah swt. memberikan hal tersebut
kepada penghuni-penghuni surga sebagai pembalasan dari-Nya (dan
pemberian) menjadi Badal daripada lafal Jazaa-an (yang cukup banyak)
sebagai pembalasan yang banyak; pengertian ini diambil dari perkataan
orang-orang Arab: A’thaanii Fa’ahsabanii, arti-Nya, “Dia memberiku
dengan pemberian yang cukup banyak.” Atau dengan kata lain bahwa
memberikan pemberian yang banyak kepadaku sehingga aku
mengatakan, “Cukuplah!”
37.(Rabb langit dan bumi) dapat dibaca Rabbis Samaawaati Wal Ardhi dan
Rabus Samaawaati Wal Ardhi (dan apa yang ada di antara keduanya;
Yang Maha Pemurah) demikian pula lafal Ar-Rahmaan dapat dibaca Ar-
Rahmaanu dan Ar-Rahmaani disesuaikan dengan lafal Rabbun tadi.
(Mereka tiada memiliki) yakni makhluk semuanya (di hadapan-Nya) di
hadapan Allah swt. (sepatah kata pun) yaitu tiada seseorang pun yang
dapat berbicara kepada-Nya karena takut kepada-Nya.
38.(Pada hari itu) lafal Yauma merupakan Zharaf bagi lafal Laa Yamlikuuna
(ketika ruh berdiri) yakni malaikat Jibril atau bala tentara Allah swt. (dan
para malaikat dengan bershaf-shaf) lafal Shaffan menjadi Haal artinya
dalam keadaan berbaris bershaf-shaf (mereka tidak berkata-kata) yakni
makhluk semuanya (kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh
Tuhan Yang Maha Pemurah) untuk berbicara (dan ia mengucapkan)
perkataan (yang benar) mereka terdiri dari orang-orang yang beriman dan
para Malaikat, seumpamanya mereka memberikan syafaat kepada orang-
orang yang diridai oleh-Nya untuk mendapatkan syafaat.
39.(Itulah hari yang pasti terjadi) hari yang pasti kejadiannya, yaitu hari
kiamat. (Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh
jalan kembali kepada Rabbnya) yakni, kembali kepada Allah dengan
mengerjakan ketaatan kepada-Nya, supaya ia selamat dari azab-Nya pada
hari kiamat itu.
40.(Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian) hai orang-
orang kafir Mekah (siksa yang dekat) yakni siksa pada hari kiamat yang
akan datang nanti; dan setiap sesuatu yang akan datang itu berarti masa
terjadinya sudah dekat (pada hari) menjadi Zharaf dari lafal ‘Adzaaban
berikut sifatnya yakni berikut lafal Qariiban (manusia melihat) setiap
manusia melihat (apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya) yakni
perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah dikerjakannya semasa di
dunia (dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya) huruf Ya di sini
bermakna Tanbih (sekiranya aku dahulu adalah tanah”) maka aku tidak
akan disiksa. Ia mengatakan demikian sewaktu Allah berfirman kepada
binatang-binatang semuanya sesudah Dia melakukan hukum kisas
sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain: “Jadilah kamu
sekalian tanah!”

B.Pengertian Mufradat
Sebelum kita membahas mufradat Al-Qur’an Surat An-Naba’ , ada
baiknya penulis menjelaskan dahulu apa itu mufradat, agar kita mengetahui
apa yang dimaksud mufradat. Mufradat dalam bahasa Indonesia kosa kata.
Sedangkan dalam bahasa Inggris vocabulary adalah himpunan kata atau
khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau merupakan bagian dari
suatu bahasa tertentu. Menurut horn kosa kata adalah sekumpulan kata yang
membentuk kosa kata. Jadi dappat disimpulkan bahwa mufradat( kosa kata)
merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui
seseorang dan kumpulan kata tersebut digunakan dalam menyusun
kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat. Berikut ini penulis
paparkan mufradat Al-Qur’an Surat An-Naba
paparkanKemenangan(surga) 
(yaitu) kebun-kebun 
Dan buah-buah anggur 
Dan gadis-gadis catik 
Yang sebaya 
Dan gelas-gelas 
Yang penuh (dengan khamr) 
Mereka mendengar 
(Perkataan) sia-sia 
Berdusta 
Sebagai balasan 
(dan) pemberian 
Yang banyak 
Semesta langit 
Dan bumi 
(para makhluk)mampu 
Berbaris 
Dan dia berkata (yang) benar 

C. Pelajaran apa yang dapat di ambil ketika mempelajari surat An-Naba

Makna dalam setiap ayat surah An-naba :

Surah An-Naba terdiri dari 40 ayat. Dinamakan surah an-Naba' yang berarti
berita besar, diambil dari ayat 2.

(Bagian 1)

Ayat-ayat surah ini disepakati turun sebelum Nabi saw hijrah ke Madinah.
Namanya adalah surah an-Naba'. Ada juga yang menambahkan kata al-
'Azhim. Ia dinamai juga surah 'Amma Yatasa'alun dan ada yang
mempersingkatnya dengan menamainya surah 'Amma. Nama-nama yang
lain adalah surah at-Tasa’ul juga al-Mu‘shirat. Nama-nama tersebut
diangkat dari ayat pertama dan kedua surah ini.

Surah ini mengandung uraian tentang hari kiamat dan bukti-bukti kuasa
Allah untuk mewujudkannya. Bukti-bukti utama yang dipaparkan di sini
adalah penciptaan alam raya yang demikian hebat serta sistem yang
mengaturnya yang kesemuanya menunjukkan adanya pembalasan pada hari
tertentu yang ditetapkan-Nya.

Tujuan utama surah ini menurut al-Biqa‘i adalah pembuktian tentang


keniscayaan hari kiamat, yang merupakan suatu hal yang tidak dapat
diragukan sedikit pun. Allah Sang Pencipta, di samping Maha Bijaksana
dan Maha Kuasa, Dia juga mengatur dan mengendalikan manusia
sesempurna mungkin.
Dia menyediakan buat mereka tempat tinggal (bumi) yang sesuai
bagi kelangsungan hidup mereka dan keturunan mereka. Apa yang Allah
sediakan itu demikian sempurna sehingga manusia tidak membutuhkan lagi
sesuatu yang tidak tersedia. Itu pulalah yang menciptakan hubungan
harmonis antar-sesama. Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Kuasa itu
tidak mungkin membiarkan hamba-hamba-Nya hidup saling menganiaya,
menikmati rezeki-Nya tetapi menyembah selain-Nya, tanpa melakukan
hisab (perhitungan) atas perbuatan-perbuatan mereka.

Apalagi Dia adalah Pemberi Putusan, bahkan sebaik-baik Pemberi putusan.


Pengabaian mereka sama sekali tidak dapat diterima akal, bahkan terbetik
dalam benak. Perhitungan atas manusia adalah sesuatu yang pasti. Nama
surah ini an-Naba’ (berita yang penting) dan 'Amma yatasa'alun
menunjukkan dengan sangat jelas tujuan tersebut. Ini terlihat dengan
memerhatikan ayat-ayatnya serta awal dan akhir uraiannya. Demikian lebih
kurang al-Biqa'i.

Surah ini, menurut beberapa pakar, merupakan surah ke-80 dari segi
perurutan turunnya surah-surah al-Qur’an. Ia turun sesudah surah al-Ma'arij
dan sebelum surah an-Nazi'at. Jumlah ayat-ayatnya menurut cara
perhitungan ulama Madinah, Syam, dan Bashrah sebanyak 40 ayat, sedang
menurut cara perhitungan ulama Mekkah dan Kufah sebanyak 41 ayat.

Surah an-Naba' dimulai dengan pertanyaan yang bertujuan menggugah


perhatian pembaca dan pendengarnya. Uraian surah ini memberi kesan
kehebatan dan kedahsyatan apa yang dibicarakannya. Ayat 1 dan 2
menyatakan: Tentang apakah yang mereka —yakni kaum musyrik atau
masyarakat Mekkah secara umum— saling pertanyakan (1) Tentang berita
penting yang agung, yang mereka itu berselisih pendapat menyangkut
terjadinya (2) Ada yang percaya, ada yang ragu, dan ada juga yang
menolaknya (3) Selanjutnya ayat 4 menghardik yang ragu atau menafikan
dugaan dengan menegaskan bahwa semua pihak akan mengetahui dengan
pasti. Makna serupa diulangi lagi oleh ayat ke-5.

Selanjutnya, ayat 6 sampai dengan ayat 16 mengemukakan sembilan aneka


ciptaan Allah yang terhampar di bumi, yang terbentang di langit, dan yang
terdapat dalam diri manusia, yang kesemuanya demikian hebat dan
mengagumkan sekaligus menunjukkan kuasa Allah atas segala sesuatu. Itu
bermula dengan menyebut bumi yang diciptakan-Nya nyaman bagaikan
ayunan (untuk menjadi hunian manusia) (6), gunung-gunung yang
ditancapkan-Nya (agar bumi tak oleng) (7), dilanjutkan dengan penciptaan
manusia berpasang-pasangan (agar potensi cinta yang terdapat dalam
dirinya dapat tersalurkan dan generasi dapat berlanjut (8).

Lalu, tidur yang memutus aktivitas (agar manusia dapat beristirahat) (9),
malam yang dijadikan-Nya gelap sehingga menutupi pandangan dan tidur
dapat nyenyak (10) dan siang yang dijadikannya terang benderang guna
memudahkan mencari sarana kehidupan (11). Darisana, ayat (12) beralih
untuk mengundang perhatian terhadap langit yang berlapis-lapis dengan
kokoh, di mana terdapat matahari yang memancarkan cahaya yang
demikian benderang (13).

Selanjutnya, diingatkan bahwa dari langit, yakni awan yang mengandung


butir-butir air, Allah menurunkan hujan yang deras (14) untuk tumbuhnya
aneka biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan (15) serta kebun-kebun yang lebat
(16). Selanjutnya, ayat 17 menegaskan bahwa ada hari di mana Allah akan
memisahkan yang baik dan yang buruk, memberi putusan terhadap masing-
masing, dan hari tersebut memunyai waktu yang telah ditentukan, yakni
oleh-Nya sendiri.

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 1-17

1. Tidak ada alasan untuk meragukan kuasa Allah! Perhatikanlah alam


sekeliling! Siapa yang menciptakannya? Tidak mungkin alam itu
menciptakan dirinya sendiri. Pelajarilah keharmonisan kerjanya. Pasti akan
disadari bahwa yang mengatur keharmonisan itu pastilah Dia Yang Maha
Esa lagi Maha Mengetahui.

2. Pelajarilah diri Anda, banyak hal yang belum terungkap, kendati Anda
sendiri yang mengalaminya setiap hari. Tidur misalnya, hingga kini belum
diketahui bagaimana proses terjadinya.

3. Selanjutnya, apa jadinya jika siang terus-menerus tanpa malam, atau


sebaliknya? Allah yang menggilirnya, melakukan hal tersebut demi
kepentingan manusia. Jika demikian, bukan hanya cahaya yang baik dan
bermanfaat, tetapi juga kegelapan malam. Jangan menggeneralisir seperti
halnya orang musyrik atau penyembah api.

4. Perhatikanlah langit betapa indah dan tegarnya. Lihat juga matahari!


Tanpa sinarnya yang sesuai kita akan kedinginan atau akan terbakar
kepanasan. Bandingkanlah berapa banyak tenaga dan biaya yang
diperlukan untuk penerangan jika sinar matahari tidak memancar? Lalu
amati air yang diturunkan-Nya dari langit! Bagaimana siklusnya?
Bagaimana proses turunnya? Kehidupan di planet tempat kita bermukim,
tidak akan berlanjut tanpa air.

5. Setelah sekian banyak ciptaan-Nya yang sengaja diciptakan-Nya untuk


kepentingan dan kenyamanan manusia, apakah manusia menduga bahwa ia
diciptakan sia-sia? Apakah manusia mengira bahwa tujuan penciptaan
hanya pergantian hari dan malam, makan, minum, dan hubungan seks?
Mengumpul materi dan meraih kedudukan sosial? Apakah manusia
menduga bahwa Allah akan mempersamakan yang baik dan yang buruk?
Tidak, karena itu Dia menentukan hari tertentu —di mana semua akan
kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan amal-amalnya,
sehingga terpisah yang baik dan yang buruk.

Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan siksa bagi para pendurhaka, ayat
31 hingga 36 menguraikan ganjaran orang-orang bertakwa, yakni "Bagi
mereka kemenangan yang besar atau masa dan tempat kebahagiaan di
surga (yaitu) kemenangan dengan memperoleh keselamatan dan
keterbebasan dari bencana serta perolehan kebajikan yang dilengkapi
dengan kebun-kebun dan buah-buah anggur, serta gadis-gadis remaja yang
baru tumbuh payudaranya, lagi sebaya dengan sesamanya dan/ atau sebaya
juga dengan pasangannya. Yang menjadi penghuni surga itu tersedia juga
gelas-gelas yang isinya penuh minuman yang sangat lezat. Di surga sana,
mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (juga) ucapan
dusta. Yang demikian itu adalah ganjaran yang bersumber dari Tuhanmu,
wahai Nabi Muhammad, yang merupakan pemberian yang banyak dan
memuaskan."

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 31-36

1. Nikmat surgawi bermacam-macam. Ada yang bersifat jasmani; makanan


dan seks, ada juga yang bersifat ruhani; keterbebasan dari perkataan sia-sia
dan kebohongan.
2. Ucapan yang tidak memunyai makna lebih-lebih kebohongan adalah
sesuatu yang buruk, yang tidak wajar muncul dari orang-orang yang
mendambakan surga.
3. Nikmat surgawi bukanlah imbalan amal kebaikan sehingga dapat
dituntut, tetapi ia adalah ganjaran yang diterima berkat pemberian Allah.
Itu sebabnya ketika berbicara tentang siksa, dinyatakan-Nya: "Balasan yang
setimpal" (ayat 26) berbeda dengan ganjaran surga yang dinyatakan-Nya
sebagai "Pemberian".
4. Penyebutan kata Tuhanmu dalam konteks pemberian ganjaran (ayat 36)
mengisyaratkan betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad saw di sisi
Allah swt.

Intisari Kandungan Ayat (ayat 37-40)

Setelah ayat yang lalu menjelaskan aneka ganjaran yang disiapkan Allah,
ayat 37 dan seterusnya menjelaskan siapa Allah, bagaimana sikap makhluk
kelak jika terjadi kiamat serta sifat kiamat. Ayat 37 menegaskan bahwa Dia
yang memberi ganjaran itu adalah Tuhan Pemelihara dan Pengendali langit
dan bumi, serta apa yang terdapat antara keduanya, semua makhluk yang
berada di alam raya ini tidak memiliki, yakni tidak diberi oleh Allah
kemampuan/ wewenang berbicara kepada-Nya.
Ketiadaan wewenang dan kemampuan itu menurut ayat 38 akan sangat
jelas terlihat pada hari kiamat, hari ketika ruh, yakni Malaikat Jibril dan
para malaikat semuanya, berdiri bershaf-shaf, menghadap-Nya. Mereka
tidak berkata-kata, lebih-lebih keberatan atau memohonkan ampunan atau
syafaat kepada yang durhaka, kecuali siapa yang telah diberi izin khusus
untuk berbicara oleh ar-Rahman, Tuhan Yang Maha Pemurah itu; dan yang
diberi izin itu mengucapkan kata yang benar.

Ayat 39 menyatakan bahwa: "Itulah hari yang pasti terjadi dan jika
demikian maka siapa yang menghendaki, untuk menelusuri jalan
keselamatan—sebelum Jahanam menjadi tempat tinggalnya—maka
hendaklah dia sekarang ini juga bersungguh-sungguh menempuh menuju
Tuhannya jalan kembali dengan beriman, bertaubat, dan beramal saleh."

Akhirnya, surah ini ditutup oleh ayat 40 dengan firman-Nya:


Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu—hai semua manusia,
khususnya yang kafir—tentang siksa yang dekat. Itu akan terjadi pada hari
setiap orang melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, yakni
amal-amal kebaikan dan keburukannya selama hidup di dunia atau melihat
balasan dan ganjarannya.

Orang Mukmin ketika itu akan berkata: "Alangkah baiknya jika aku
dibangkitkan sebelum ini." Dan orang kafir akan berkata: "Alangkah
baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah sehingga tidak dibangkitkan
dari kubur atau sama sekali tidak pernah wujud."

Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Ayat 37-40

1. Allah Penguasa di dunia dan di akhirat. Kekuasaan-Nya di akhirat sangat


menonjol sehingga tidak satu pun yang mengingkarinya. Semua takut
kepada-Nya, tidak seperti dalam hidup duniawi. Di sana, para malaikat
yang dekat kepada-Nya pun tidak dapat berbicara kecuali dengan izin-Nya,
maka tentu lebih lebih makhluk durhaka. Mereka pasti akan bungkam.
2. Allah adalah Pemilik, Pemelihara, dan Pengatur alam raya dari yang
sekecil-kecilnya hingga yang sebesar-besarnya. Dia bukan sekadar
Pencipta, lalu menyerahkan wewenang pengaturan aneka ciptaan-Nya
kepada malaikat/ dewa-dewa, baik dipersonifikasi dengan berhala-berhala,
maupun tanpa personifikasi (sekadar percaya).
3. Ganjaran, bahkan balasan yang diberikan Allah adalah bagian dari
rahmat-Nya, termasuk yang diterima oleh para pendurhaka. Bukankah
merupakan rahmat menghukum yang bersalah? Bukankah merupakan
rahmat membedakan antara yang baik dan yang buruk?
4. Di hari kemudian, setiap orang akan melihat apa yang dikerjakannya di
dunia. Itu dapat berarti melihat dengan mata kepala ganjaran dan balasan
amalnya, atau bahkan melihatnya kembali sebagaimana yang terjadi—
melebihi cara kita sekarang melihat rekaman peristiwa-peristiwa.
5. Penghuni neraka menyesal —penyesalan yang tidak berguna— mengapa
mereka harus diwujudkan di dunia untuk memikul tanggung jawab. Karena
itu yang berakal hendaknya menggunakan kesempatan hidupnya di dunia,
agar tidak menyesal di Hari Kemudian.
Demikian, Wa Allah A'lam.

Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan siksa bagi para pendurhaka, ayat
31 hingga 36 menguraikan ganjaran orang-orang bertakwa, yakni "Bagi
mereka kemenangan yang besar atau masa dan tempat kebahagiaan di
surga (yaitu) kemenangan dengan memperoleh keselamatan dan
keterbebasan dari bencana serta perolehan kebajikan yang dilengkapi
dengan kebun-kebun dan buah-buah anggur, serta gadis-gadis remaja yang
baru tumbuh payudaranya, lagi sebaya dengan sesamanya dan/ atau sebaya
juga dengan pasangannya. Yang menjadi penghuni surga itu tersedia juga
gelas-gelas yang isinya penuh minuman yang sangat lezat. Di surga sana,
mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (juga) ucapan
dusta. Yang demikian itu adalah ganjaran yang bersumber dari Tuhanmu,
wahai Nabi Muhammad, yang merupakan pemberian yang banyak dan
memuaskan."

Pelajaran yang Dapat Dipetik Dari Ayat 31-36

1. Nikmat surgawi bermacam-macam. Ada yang bersifat jasmani; makanan


dan seks, ada juga yang bersifat ruhani; keterbebasan dari perkataan sia-sia
dan kebohongan.
2. Ucapan yang tidak memunyai makna lebih-lebih kebohongan adalah
sesuatu yang buruk, yang tidak wajar muncul dari orang-orang yang
mendambakan surga.
3. Nikmat surgawi bukanlah imbalan amal kebaikan sehingga dapat
dituntut, tetapi ia adalah ganjaran yang diterima berkat pemberian Allah.
Itu sebabnya ketika berbicara tentang siksa, dinyatakan-Nya: "Balasan yang
setimpal" (ayat 26) berbeda dengan ganjaran surga yang dinyatakan-Nya
sebagai "Pemberian".
4. Penyebutan kata Tuhanmu dalam konteks pemberian ganjaran (ayat 36)
mengisyaratkan betapa tinggi kedudukan Nabi Muhammad saw di sisi
Allah swt.

Intisari Kandungan Ayat (ayat 37-40)

Setelah ayat yang lalu menjelaskan aneka ganjaran yang disiapkan Allah,
ayat 37 dan seterusnya menjelaskan siapa Allah, bagaimana sikap makhluk
kelak jika terjadi kiamat serta sifat kiamat. Ayat 37 menegaskan bahwa Dia
yang memberi ganjaran itu adalah Tuhan Pemelihara dan Pengendali langit
dan bumi, serta apa yang terdapat antara keduanya, semua makhluk yang
berada di alam raya ini tidak memiliki, yakni tidak diberi oleh Allah
kemampuan/ wewenang berbicara kepada-Nya.

Ketiadaan wewenang dan kemampuan itu menurut ayat 38 akan sangat


jelas terlihat pada hari kiamat, hari ketika ruh, yakni Malaikat Jibril dan
para malaikat semuanya, berdiri bershaf-shaf, menghadap-Nya. Mereka
tidak berkata-kata, lebih-lebih keberatan atau memohonkan ampunan atau
syafaat kepada yang durhaka, kecuali siapa yang telah diberi izin khusus
untuk berbicara oleh ar-Rahman, Tuhan Yang Maha Pemurah itu; dan yang
diberi izin itu mengucapkan kata yang benar.

Ayat 39 menyatakan bahwa: "Itulah hari yang pasti terjadi dan jika
demikian maka siapa yang menghendaki, untuk menelusuri jalan
keselamatan—sebelum Jahanam menjadi tempat tinggalnya—maka
hendaklah dia sekarang ini juga bersungguh-sungguh menempuh menuju
Tuhannya jalan kembali dengan beriman, bertaubat, dan beramal saleh."
Akhirnya, surah ini ditutup oleh ayat 40 dengan firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu—hai semua manusia,
khususnya yang kafir—tentang siksa yang dekat. Itu akan terjadi pada hari
setiap orang melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, yakni
amal-amal kebaikan dan keburukannya selama hidup di dunia atau melihat
balasan dan ganjarannya.

Orang Mukmin ketika itu akan berkata: "Alangkah baiknya jika aku
dibangkitkan sebelum ini." Dan orang kafir akan berkata: "Alangkah
baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah sehingga tidak dibangkitkan
dari kubur atau sama sekali tidak pernah wujud."

Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Ayat 37-40

1. Allah Penguasa di dunia dan di akhirat. Kekuasaan-Nya di akhirat sangat


menonjol sehingga tidak satu pun yang mengingkarinya. Semua takut
kepada-Nya, tidak seperti dalam hidup duniawi. Di sana, para malaikat
yang dekat kepada-Nya pun tidak dapat berbicara kecuali dengan izin-Nya,
maka tentu lebih lebih makhluk durhaka. Mereka pasti akan bungkam.
2. Allah adalah Pemilik, Pemelihara, dan Pengatur alam raya dari yang
sekecil-kecilnya hingga yang sebesar-besarnya. Dia bukan sekadar
Pencipta, lalu menyerahkan wewenang pengaturan aneka ciptaan-Nya
kepada malaikat/ dewa-dewa, baik dipersonifikasi dengan berhala-berhala,
maupun tanpa personifikasi (sekadar percaya).
3. Ganjaran, bahkan balasan yang diberikan Allah adalah bagian dari
rahmat-Nya, termasuk yang diterima oleh para pendurhaka. Bukankah
merupakan rahmat menghukum yang bersalah? Bukankah merupakan
rahmat membedakan antara yang baik dan yang buruk?
4. Di hari kemudian, setiap orang akan melihat apa yang dikerjakannya di
dunia. Itu dapat berarti melihat dengan mata kepala ganjaran dan balasan
amalnya, atau bahkan melihatnya kembali sebagaimana yang terjadi—
melebihi cara kita sekarang melihat rekaman peristiwa-peristiwa.
5. Penghuni neraka menyesal —penyesalan yang tidak berguna— mengapa
mereka harus diwujudkan di dunia untuk memikul tanggung jawab. Karena
itu yang berakal hendaknya menggunakan kesempatan hidupnya di dunia,
agar tidak menyesal di Hari Kemudian.
Pelajaran dari al Qur’an surat an naba’
Allah Ta’ala berfirman seraya mengingkari orang-orang muysrik
dalam hal pertanyaan yang mereka ajukan mengenai hari kiamat, yakni
pengingkaran terhadap kejadiannya “tentang apakah mereka saling
bertanya-tanya? Tentang berita besar”. Yakni mengenai hal itu manusia
terbagi menjadi 2 golongan: beriman kepadanya dan kufur kepadanya.
Selanjutnya Allah berfirman seraya mengancam orang-orang yang
mengingkari hari kiamat. Yang demikian merupakan ancaman keras
sekaligus kecaman yang tegas.
Selanjutnya Allah SWT menjelaskan kekuasaan-Nya yang agung untuk
menciptakan berbagai keanehan dan keajaiban yang menunjukkan
Kebesaran-Nya di alam semesta ini tak terkecuali menyangkut hari kiamat.
Dia menciptakan gunung-gunung sebagai pasak bumi sehingga menjadikan
bumi yang terhampar luas ini tenang, diam dan tidak mengguncangkan para
penghuninya.

Allah melanjutkan dengan suratnya yakni menciptakan manusia


berpasang-pasangan yakni laki-laki dan perempuan, yang masing-masing
bisa bersenang-senang satu dengan yang lain, sehingga dengan demikian
terjadi regenerasi manusia yakni melestarikan keturunan.

Dalam urusan pengaturan waktu di dunia inipun tak luput dari


petunjuk al Qur’an, bahwa Allah menjadikan malam sebagai pakaian yakni
gelap dan hitamnya membuat manusia tenang. Sedangkan waktu siang hari
untuk mencari penghidupan. Allah juga mencipkan 7 langit dengan
keluasan, ketinggian, dan keutuhan serta perhiasannya bintang-bintang
yang menetap pada tempatnya dan planet-planet yang berputar pada
porosnya. Oleh karena itu Allah menciptakan matahari yang mampu
menyinari seluruh alam khususnya planet bumi. Semuanya merupakan
bukti kekuasaan Allah SWT.

Seruan Allah SWT dalam memberi pelajaran kepada manusia sangat unik
dan mendalam. Dalam surat an naba’ ini pelajaran awal yang disampaikan
kepada manusia adalah berkaitan dengan hal-hal yang manusia butuhkan
untuk hidup, karena memang manusia itu makhluk hidup. Hamper sebagian
besar makhluk hidup membutuhkan air, sehingga Allah menciptakan
mendung yang mengandung air yang tercurah yang pada waktu dan tempat
tertentu mendung itu mengeluarkan air yang banyak lagi baik dan
bermanfaat serta penuh berkah. Air juga dibutuhkan oleh tumbuhan, yang
mampu menghasilkan buah-buahan beraneka ragam yang sangat di sukai
manusia.

Pelajaran selanjutnya Allah SWT memberitahukan tentang hari kiamat


dimana waktunya tidak ada berkurang dan berlebih, akan datang sesuai
dengan ketetapan Allah SWT. Pada saat itu manusia berkelompok
mengikuti nabi dan rasulnya masing-masing. Sehingga dalam kontek
kekinian bukti nyata kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW adalah
dengan menjalankan perintah Allah dan berdakwah mengikuti cara dan
metode yang telah beliau lakukan

Gambaran kondisi para penguhuni neraka


“Sesungguhnya neraka jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, yaitu
tempat pengintai yang sudah disiapkan, “bagi orang-orang yang
melampaui batas” yaitu mereka adalah para penentang, para pelaku
kemaksiatan, dan pembangkang kepada Allah dan Rasul-Nya. Neraka
menjadi tempat kembali dan tempat menetap.
Mereka tinggal di dalam neraka dalam waktu yang lama bahkan kekal.
Mereka tidak merasa kesejukan dan tidak pula mendapatkan minum di
dalam neraka, kecuali minuman yang mendidih dan dari nanah dan darah.
Penjelesan tentang al ghassaaq yang berarti nanah, keringat, air mata dan
luka penghuni neraka akan dibahas pada pembahasaan surat shad (insya
Allah).
Semua ini merupakan balasan dari terhadap manusia yang menentang dan
mendustakan ayat-ayat Allah SWT. Dimana seluruh perbuatan manusia
telah dicatat untuk nanti di akherat dibuka dan dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah SWT dan dibalas berdasarkan amal perbuatannya. Kepada
penghuni surga dikatakan ”karena itu rasakanlah. Dan kami sekali-kali
tidak akan menambah kepadamu selain daripada adzab”. Semoga kita
termasuk orang-orang yang ingat dan selamat dari siksa neraka. Aamiin..
Gambaran kondisi para penguhuni surga
Setelah menjelaskan kondisi keadaan neraka, selanjutnya Allah SWT
menjelaskan kondisi penghuni surga yang mendapat kemenangan yakni
mereka yang selamat dan beruntung dari neraka. Didalamya terdapat
kebun-kebun kurma dan yang lainnya, “yaitu kebun-kebun dan buah
anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, yakni bidadari yang masih
gadis dan montok”. “dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman)”. Ibnu
“Abbas mengatakan “yakni yang penuh lagi berturut-turut”. Di dalamnya
juga tidak terdapat perkataan yang tidak bermanfaat dan perkataan dosa
dan dusta dan semua penghuninya selamat dari segala kekurangan. Semua
kondisi diatas sebagai balasan Allah SWT kepada mereka sebagai karunia,
anugrah, kebaikan dan rahmat-Nya.
Singkatnya kehidupan para penguhi surga adalah kebahagiaan sangat
berbeda denga kehidupan penghuni neraka. Puncak kebahagiaan dalam
surga adalah bertemu dengan Allah SWT, berbicara dengan-Nya sebagai
nikmat dan rahmat yang Allah berikan kepada yang dikehendaki-Nya.
“Pada saat malaikat dan manusia berdiri bershaff-shaff, mereka tidak
berkata-kata, melainkan dengan izin-Nya”.
Penyesalan orang kafir bahkan mereka berandai-andai menjadi tanah
Itulah hari yang pasti terjadi, yakni hari yang pasti akan terjadi dan tidak
mungkin tidak. “maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia
menempuh jalan kembali kepada rabb-Nya. “yakni tempat kembali dan
jalan yang dijadikan petunjuk kepada-Nya. Sesungguhnya Allah telah
memperingatkan kepada orang-orang kafir siksa yang dekat. Yakni hari
kiamat, untuk mempertegas kepastian terjadinya, sehingga iapun menjadi
dekat, karena setiap yang akan datang itu pasti datang.

Pada saat manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh tangannya. Orang-
orang kafir berkata: “alangkah baiknya kiranya aku dahulu adalah
tanah”. Maksudnya pada hari itu orang kafir berangan-angan andai saja
dahulu mereka di dunia hanya sebagai tanah dan bukan sebgai makhluk
serta tidak juga keluar menjadi berwujud. Hal itu mereka katakan ketika
melihat adzab Allah SWT dan mereka melihat amat buruk perbuatan
mereka
Kesimpulan

Surat An-Naba’ merupakan surah ke-80 dari segi perurutan turunnya


surah-surah Al-Qur’an. Ia turun sesudah surah Al-Ma’arij dan sebelum
surah An-Nazi’at. Jumlah ayat-ayatnya menurut perhitungan ulama madina,
syam dan bashrah sebanyak 40 ayat.
Ayat-ayat ini disepakati turun sebelum Nabi SAW. berhijrah ke Madinah.
Surah ini mengandung uaraian tentang hari kiamat dan bukti bukti kekuasaan
Allah untuk mewujudkannya. Bukti-bukti utama yang dipaparkan disini
adalah
penciptaan alam raya yang demikian hebat serta sistem yang mengitarinya,
kesemuanya menunjukkan adanya hari pembalasan yang ditetapkan-Nya

Surah ini juga mengandung uaraian tentang hari kiamat dan bukti
bukti kekuasaan Allah untuk mewujudkannya. Bukti-bukti utama yang
dipaparkan disini adalah penciptaan alam raya yang demikian hebat serta
sistem yang mengitarinya, Sehingga merupakan surat special buat kita
semua , karena dalam surat ini Allah SWT menjelaskan bagaimana keadaan
manusia kelak di akhirat yang terbagi dalam 2 golongan yakni yang selamat
dan celaka. Semoga dengan penulisan artikel ini semakin meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT serta meninggalkan hal-
hal yang mubah dan tidak bernilai pahala. Sebab kita semua tidak tahu
dengan amalan mana dan kapan kita mendapat ridha Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Rosihon. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2014. Andre yuris,
“Kandungan surah An-Naba’ ” (on line) tersedia di:
http://waroengmukhtasor.blogspot.co.id/2012/10/tafsir-surat-naba-tafsir
mishbah.html ( 9 januari 2017).
Abie Bram. “Pengajaran Mufradat.” (Online), tersedia di: http//www:
abiebrambram.
blogspot.co.id (Tanggal 23 April 2017).
Daud Ali Mohammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers,
2011.

Anda mungkin juga menyukai