Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

HERNIA INSISIONAL

Disusun oleh :
Diko Saragih 130100397 Sugama Ginting 130100222
Ruri Putri Utami 130100266 Zuriel Natan 130100000
Mevira Yanuar 130100278 Reno Juanda 130100313
Nandini 130100398 Abrian Nasution 130100036
Ulfa Chairani 130100048 Saqinah 130100000

Supervisor :

dr. Liberti Sirait, Sp.B-KBD

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Hernia
Insisional”. Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Liberti Sirait, Sp.B-KBD selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Dengan demikian diharapkan laporan ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dalam penulisan laporan selanjutnya.

Medan, 07 Juni 2018

Penulis

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2. Tujuan Laporan Kasus ................................................................................................... 2

1.3. Manfaat Laporan Kasus ................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 3

2.1. Definisi ................................................................................................................... 3

2.2. Anatomi Abdomen ................................................................................................. 3

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko ..................................................................................... 3

2.4. Tipe-tipe Hernia ..................................................................................................... 4

2.5. Hernia Insisional ............................................................................................................. 8

2.5.1. Definisi ....................................................................................................................... 8

2.5.2. Gejala Klinis dan Diagnosis .................................................................................... 8

2.5.3. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................... 9

2.5.4. Penatalakasanaan .................................................................................................... 10

2.5.5. Prognosis ........................................................................................................ 10

BAB 3 LAPORAN KASUS....................................................................................... 12

BAB 4 FOLLOW UP PASIEN .................................................................................. 28

BAB 5 DISKUSI KASUS .......................................................................................... 31

BAB 6 KESIMPULAN .............................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 35


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dinding perut menyokong dan melindungi struktur intraperitoneal dan
retroperitoneal. Susunan otot yang kompleks pada dinding perut memungkinkan
batang tubuh melakukan gerakan berputar, menunduk, dan menegadah.
Dinding perut terdiri atas beberapa lapis yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit
terdiri dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan fasia superfisial (fasia scarpa),
kemudian ketiga otot dinding perut yaitu otot oblikus eksternus abdominis, oblikus
internus abdominis, dan transversus abdominis serta peritonium, fasia transversalis,
lemak praperitoneal, dan peritoneum. Otot dibagian depan tengah terdiri atas sepasang
otot rektus abdominis dengan fasianya dipisahkan oleh linea alba pada garis tengah.
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi ronga perut.
integritas lapisan musculoaponeurosis dinding perut sangat penting untuk mencegah
terjadinya hernia bawaan maupun didapat. Otot dinding perut juga berfungsi dalam
pernapasan, proses berkemih.
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas, hernia
bawaaan atau kongenital dan hernia yang didapat. Berdasarkan letaknya, dibagi
berdasarkan letak anatomisnya seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis dan
femoralis.
Sekitar 75 % hernia terjadi disekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta hernia femoralis, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%. Pada hernia di abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan amusculo-apponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.
Hernia insisional adalah defek yang terjadi melalui bekas luka operasi. Ini
adalah satu-satunya hernia yang benar-benar dianggap iatrogenik. Hal ini terjadi karena

1
2

kegagalan menutupnya garis pada dinding abdomen setelah laparotomi. Hernia


insisional terjadi ketika semua lapisan kecuali kulit gagal dalam proses penyembuhan,
ini adalah salah satu kondisi yang paling banyak membutuhkan operasi meskipun
sudah ada kemajuan di bidang teknik bedah dan bahan jahitan.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya usia, hal ini kemungkinan
dikarenakan meningkatnya penyakit yang membuat peningkatan tekanan
intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.

1.2. Tujuan Laporan Kasus


Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk menguraikan teori-teori tentang
hernia insisional. Penyusunan laporan kasus ini juga sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat Laporan Kasus


Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
tentang hernia insisional.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melaui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek/ bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
dari cincin, kantong, dan isi hernia. Insidensi hernia yaitu 75-80% di region
inguinal, 8-10% insisional, dan 3-8% hernia umbilical.

2.2. Anatomi Abdomen


Abdomen bisa dibagi kedalam 4 kuadran atau 9 regio. Rasa nyeri pada regio-
regio ini bisa dipertimbangkan sebagai petujuk. Abdomen adalah rongga terbesar
dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari atas dari diafragma sampai pelvis
di bawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua bagian yaitu upper abdomen
dan lower abdomen. Batas-batas rongga abdomen adalah dibagian atas diafragma,
di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua
sisi otot abdominal, tulang-tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian
belakang tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum.

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko


Secara umum, etiologi hernia adalah sebagai berikut.

3
4

 Defek kongenital.
 Hilangnya kekuatan otot dan elastisitas (karena usia dan trauma).
 Trauma operasi.
 Peningkatan tekanan intraabdominal (COPD, BPH, asites, kehamilan, dan
obesitas).

Faktor risiko seseorang untuk mengalami hernia ini adalah


 Usia. Pada pasien lanjut usia, proses penyembuhan luka operasi berlangsung
lambat dan kadang-kadang tidak sempurna.
 Keadaan umum yang jelek, yaitu pada pasien immunosuppressant.
 Obesitas.
 Adanya infeksi pada luka operasi.
 Tergantung kepada jenis insisi yang digunakan. Insisi vertikal cenderung
lebih prone untuk hernia dibandingkan insisi transversal.
 Penyakit penyerta paru-paru, terutama batuk yang terlalu sering.
 Pemilihan benang jahitan yang salah.
 Nutrisi pra dan paska bedah yang salah.
 Katabolisme karena sepsis berlarut sehingga penyembuhan luka terganggu.

2.4. Tipe-tipe Hernia


Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi
1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara
keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal
(direk dan indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.
2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen.
3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga
abdomen seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang
didapat.
4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
5

berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat
kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta,
merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi
belum ada gangguan vaskularisasi.
6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan
vaskularisasi.

Sedangkan berdasarkan lokasinya hernia dikalsifikasikan menjadi


 Hernia umbilikalis
Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis lebih
sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang
merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi
kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik kronik,
suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus
peritoneal secara darurat. Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara
spontan tanpa terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang.
Perbaikan diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih
besar dari 2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada
pada usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti
Mayo. Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis
superior dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka ditangani dengan
protesis.

 Hernia paraumbilikalis
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah
di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan
jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.
 Hernia epigastrika
6

Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan
prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal
dengan atau tanpa kantong peritoneum.
 Hernia lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit)
berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior
oleh tepi bebas m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m.
Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior
oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m.
Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan
tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang
dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi
bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan
dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin
atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti.
Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan defek.
 Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung
divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
 Hernia Speighe
Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70
tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi
dikanan dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di
sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus
Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas
herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus abdominis
dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan suatu protesis.
7

 Hernia obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat
berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum masuk
ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Kantong
hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial,
sering secara Richter atau total. Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya
keluhan nyeri seperti ditusuk tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan
bagian medial paha akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship
Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat
ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg).
Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal.
 Hernia perinealis
Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek
dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder
setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum secara
abdominoperineal. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tanpak dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang
mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan
pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau
kombinasi abdomino dan perineal.

 Hernia pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan
hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa
epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira
– kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah dilakukan operasi.
Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi dan hernioplasti.
8

2.5. Hernia Insisional


2.5.1. Definisi
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral, Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh
yang sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan
abnormal. Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya
direkomendasikan.

2.5.2. Gejala Klinis dan Diagnosis


Secara klinis, hernia insisional tampak sebagai tonjolan atau protrusi di dekat
area sayatan bedah. Hampir semua operasi abdomen memungkinkan terjadinya
hernia insisional di daerah bekas luka (akibat penyembuhan tidak memadai karena
infeksi), mulai dari prosedur operasi abdomen besar (pembedahan usus, bedah
vaskular), hingga prosedur insisi kecil (pengambilan appendiks atau operasi
eksplorasi abdomen). Sebenarnya hernia ini dapat terjadi pada setiap sayatan,
namun cenderung lebih sering terjadi pada sepanjang garis lurus dari prosesus
xiphoid lurus hingga ke pubis. Hernia di daerah ini memiliki tingkat rekurensi yang
tinggi jika diperbaiki dengan teknik jahit simple suture dalam keadaan ketegangan.
Untuk alasan ini, terutama dianjurkan bahwa agar kasus ini diperbaiki melalui
metode perbaikan bebas tegangan dengan menggunakan mesh (jenis bahan
sintetis). Tanda pertama yang biasanya muncul dan menjadi perhatian pasien adalah
munculnya benjolan asimtomatik di area sayatan operasi. Seiring berjalannya
waktu, hernia ini membesar dan menjadi nyeri dengan gerakan atau batuk. Gejala
yang tidak biasanya muncul adalah muntah, obstipasi, atau nyeri yang hebat, namun
jika gejala ini muncul hal ini berarti berkaitan dengan inkarserasi atau strangulasi
yang merupakan suatu kegawatan.
Meninjau ulang gejala dan riwayat medis pasien merupakan tahapan pertama
dalam mendiagnosis hernia insisional. Semua operasi yang pernah dialami pasien
perlu didiskusikan. Perlu ditanyakan seberapa sering pasien mengeluhkan nyeri,
kapan nyeri pertama kali dirasakan, dan bagaimana progresifitasnya. Perlu
dilakukan palpasi untuk mengetahui penonjolan abnormal atau massa, dan pasien
9

dapat diminta untuk batuk atau melakukan perasat valsava untuk melihat dan
merasakan hernia dengan lebih mudah. Untuk mengkonfirmasi keberasaan hernia,
pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaaan scan lainnya seperti CT scan dapat
dilakukan. Scaning akan memberikan visualisasi hernia dan untuk memmastikan
tonjolan bukan merupakan jenis masa abdominal lainnya seperti tumor atau
pembesaran kelenjar limfe. Selain itu, dapat ditentukan ukuran dari defek dan
apakan tindakan operatif diperlukan untuk mengatasinya.

2.5.3. Pemeriksaan Penunjang


Hernia didiagnosis berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan penunjang jarang
dilakukan dan jarang mempunyai nilai. Pencitraan yang dapat dilakukan berupa
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk
mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang
berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis
pada groin.
2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.

3. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia
obturator).
4. Laparoskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk
nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.
5. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak
ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
10

2.5.4. Penatalakasanaan
Pengelolaan konservatif menggunakan alat penyanggah atau korset elastic
khusus dapat digunakan untuk sementara atau lebih lama bila ada kontraindikasi
pembedahan. Terapi operatif berupa herniotomy dan hernioplasty dengan tujuan
menutup defek dilapisan muskuloaponeurosis. Bila defek besar diperlukan bahan
sintetis seperti marleks. Operasi ini sering disertai penyulit pasca bedah sedangkan
residif sering terjadi, terutama apabila jaringan lunak disekitar defek tidak
direparasi pada waktu hernioplasty. Pada operasi hernia sikatrik diperlukan
perencanaan teliti dan pengalaman banyak.
Prinsip perbaikan hernia ventralis adalah mencegah efentrasi, inkorporasi sisa
dinding abdomen, provisi dinamika kekuatan otot dan restorasi kontinuitas dinding
abdomen dalam keadaan bebas tegangan.
Teknik-teknik operasi pada hernia ventral antaranya adalah perbaikan sutura
primer, perbaikan dengan mesh, bioprostetik, teknik pemisahan komponen.

Teknik meletakkkan mesh (A) Teknik onlay (B) Teknik Inlay (C) Teknik
Retrorektus Inlay

2.5.5. Prognosis
11

Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang maka tindakan ini relatif jelas dan
memuaskan tetapi apabila hernia ventralsinya besar dan fasianya jelek, merupakan
prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya tindakan yang dilakukan
adalah operasi dengan memobilisasi jaringan dengan cermat dan untuk mencapai
penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-kadang penggunaan kasa
protesis seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan
The American College of Surgeons melaporkan bahwa angka rekurensi
setelah operasi perbaikan pertama hernia ventral bervariasi dari 25-52%. Rekurensi
meningkat apabila penutupan luka operasi konvensional dengan jahitan standar
dilakukan. Rekurensi setelah prosedur terbuka kurang terjadi apabila teknik
pemakaian mesh digunakan, walaupun komplikasi, terutama infeksi, telah
meunjukkan peningkatan karena insisi abdomen yang lebih besar. Perbaikan
laparoskopi (dengan mesh) menunjukkan angka rekurensi serendah 3.4% dengan
komplikasi demam. Kematian akibat langsung dari herniografi belum pernah
dilaporkan.
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1. Status Orang Sakit


Nama : Ny. M
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jangga Toruan
Tanggal Masuk : 03 Juni 2018
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada bekas jahitan section caseraea.
Telaah : Nyeri sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu dan
dirasakan semakin mengganggu sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri disertai dengan pembesaran
benjolan pada bekas jahitan sectio caseraea.
Benjolan tersebut pertama kali muncul 2 bulan yang lalu,
muncul hanya ketika pasien mengedan. Pasien mengakui
kesulitan BAB, sehingga pasien harus mengedan kuat.
Ketika mengedan, benjolan akan keluar sepanjang bekas
jahitan, disertai nyeri, dan benjolan akan hilang jika pasien
berhenti mengedan.
RPT :-
RPO : Paracetamol
Riwayat Operasi : Sectio caseraea (2005), appendectomy (2015),
Cholecystectomy (Februari 2018)

12
13

ANAMNESA ORGAN
Jantung
Sesak nafas :(+) Edema :(-)
Angina pectoris :(-) Palpitasi :(-)
Lain-lain :(-)

Saluran Pernafasan
Batuk-batuk :(+) Asma, bronkitis: ( - )
Dahak :(-) Lain-lain :(-)

Saluran Pencernaan
Nafsu makan : ↓↓ Penurunan BB : ( + ) 6 kg
Keluhan mengunyah : ( - ) Keluhan defekasi : (-)
Keluhan perut : Nyeri Lain-lain :(-)

Saluran Urogenital
Sakit buang air kecil : ( - ) BAK tersendat :(-)
Mengandung batu :(-) Keadaan urin :(-)
Haid :(-) Lain-lain :(-)

Sendi dan Tulang


Sakit pinggang :(-) Keterbatasan gerak :(-)
Keluhan persendian :(-) Lain-lain :(-)
Endokrin
Haus/Polidipsi :(-) Gugup : (- )
Poliuri :(-) Perubahan suara :(-)
Polifagi :(-) Lain-lain :(-)

Saraf Pusat
Sakit kepala :(-) Hoyong :(-)
Lain-lain :(-)
14

Darah dan Pembuluh Darah


Pucat :(-) Perdarahan :(-)
Petechie :(-) Purpura :(-)
Lain-lain :(-)

Sirkulasi Perifer
Claudicatio intermitten : ( - ) Lain-lain :(-)

ANAMNESA FAMILI : Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang


sama

PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


STATUS PRESENS
Keadaan Umum Keadaan Penyakit
Sensorium : Compos Mentis Pancaran wajah : Lemah
Tekanan darah : 110/80 mmHg Sikap paksa :(-)
Nadi : 80x/menit, reguler, t/v cukup Refleks fisiologis: ++ / ++
Pernafasan : 20x/menit Refleks patologis : - / -
Temperatur : 36⁰C

Anemia (-), Ikterus (-), Dispnoe (-), Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)
Turgor Kulit : Baik
Keadaan Gizi : Baik Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm

60
𝐵𝑀𝐼 =
2.56
15

BMI = 23.47 kg/m2


Kesan : Normoweight

KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), ikterus (-/-), pupil isokor,
ukuran Ø 3mm/3mm, refleks cahaya direk (+/+)/indirek (+/+),
kesan : dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal

LEHER
Struma tidak membesar, tingkat : (-)
Pembesaran kelenjar limfe : (-)
Posisi trakea : Medial, TVJ : R- 2 cmH2O
Kaku kuduk : ( - ), lain-lain : (-)

THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan bernafas ( - )
Lain-lain : (-)

Palpasi
Nyeri tekan :(-)
Fremitus suara : Stem Fremitus Kiri = Kanan, Kesan : Normal
Iktus : Teraba pada ICS V, 2cm LMCS
16

Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Paru Hati R/A : ICS IV-V
Peranjakan : ±1cm

Jantung
Batas atas jantung : ICS II LMCS
Batas kiri jantun : ICS IV LMCS
Batas kanan jantung : ICS IV LPSD

Auskultasi
Paru
Suara pernafasan :Vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan :-

Jantung
M1>M2,P1>P2,T1>T2, A1>A2,P2>A2, desah diastolik (-), S3 gallop (-), lain-lain
(-) HR:80x/menit, reguler, intensitas: cukup

THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus Kanan = Kiri. Kesan : Normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru. Kesan : Normal
Auskultasi : Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : -
17

ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Terlihat luka post-operasi yang sudah diperban
kira-kira panjang 10-15 cm
Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)

Palpasi
Dinding Abdomen : Soepel, Nyeri tekan pada hipogastric (+)

HATI
Pembesaran : (-)
Ludwig sign : (-)
Murphy sign : (-)
Permukaan : Tidak teraba
Pinggir : Tidak teraba
Nyeri tekan : (-)

LIMPA
Pembesaran :(-)

GINJAL
Ballotement :(-)

UTERUS / OVARIUM :(-)

TUMOR :(-)
Perkusi
Pekak hati :(+)
Pekak beralih :(-)
18

Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain : (-)

PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra : (-)

INGUINAL : Dalam batas normal

GENITALIA LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT)


Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sphincter Ani : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lumen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mukosa : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sarung tangan : Tidak dilakukan pemeriksaan

ANGGOTA GERAK ATAS ANGGOTA GERAK BAWAH


Kiri Kanan
Deformitas sendi : (-) Edema : - -
Lokasi : (-) A. femoralis : + +
Jari tabuh : (-) A. tibialis posterior : + +
Tremor ujung jari : (-) A. dorsalis pedis : + +
Telapak tangan sembab : (-) Refleks KPR : ++ ++
Sianosis : (-) Refleks APR : ++ ++
Eritema Palmaris : (-) Refleks fisiologis : ++ ++
Lain-lain : (-) Refleks patologis : - -
Lain-lain : - -
19

3.3. Diagnosis
Hernia Insisional

3.4. Tatalaksana
- Parasetamol 3 x 1000 mg
- Susul hasil lab
- Susul hasil foto thoraks
- Repair hernia dengan MSH 30 cm x 30 cm

3.5. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium (Poli)
Lab (12/5/2018) Hasil Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 10.2 g/dL 12 – 16 g/dL
Eritrosit 3,19 jt/ µL 4,10-5,10 jt/ µL
Leukosit (WBC) 7000 /µL 4,0 – 11,0 x 103/µL
Hematokrit 29 36 – 47
Trombosit (PLT) 447,000 150 – 450 x 103/µL
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Perdarahan
3’ <5’
Waktu Protombin
Pasien 13,9 detik
Kontrol 13,90 detik
INR 1,00 detik 0.8 – 1.30
APTT
Pasien 29,3 detik 27 – 39
Kontrol 33,0 detik
20

Waktu Trombin
Pasien 15,4 detik
Kontrol 20,0 detik
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 137 mEq/L 135 – 155 mEq/L
Kalium (K) 3,9 mEq/L 3,6 – 5,5 mEq/L
Klorida (Cl) 105 mEq/L 96 – 106 mEq/L
METABOLISME KARBOHIDRAT
Gula Darah (Sewaktu) 82 mg/dL <200mg/dL
GINJAL
BUN 8 mg/dL 7-19 mg/dL
Ureum 17 mg/dL 15-40 mg/dL

Kreatinin 0,76 mg/dL 0,6 – 1.1 mg/dL


21

FOTO THORAKS (03/06/2018)

KESIMPULAN :
Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo.
22

ABDOMEN AP SUPINE + ERECT (13/05/2018)

KESIMPULAN
Mulai terlihat gambaran ileus obstruktif terutama di sisi kiri.
23

CT Scan (27/04/2018)
24
25

KESIMPULAN :
Hernia umbilical sebagian usus dan lemak mesenterium.
Liver, limpa, pancreas, kedua ginjal, dan uterus tampak baik pada CT scan ini.
26

EKG (15/05/2018)

KESIMPULAN :
Sinus ritme, QRS rate 103 x/I, axis (+), p wave (+) N, PR int 0,12’, QRS duration
0,08’, ST-T changes (-), LVH (-), VES (-)

Kesan: Sinus ritme.


BAB 4
FOLLOW UP PASIEN

Tanggal S O A P
03/06/2018 Keadaan - Dilakukan assessment pra operasi oleh Hernia  Bed Rest
umum anestesi insisional  IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i
stabil TD = 110/70 mmHg, HR = 84 x/I, RR = 16 x/I,
T = 36,8oC
- Dilakukan assessment pra operasi oleh bedah
digestif; pemberian dulcolax 2 tab dan
dulcolax supp 2 buah.

Koreksi albumin
ՃAlb x BB x 0.8 = (2.5 – 2.1) x 60 kg x 0.8 = 19.2 gram (Albumin 20% 100cc)

28
29

Tanggal S O A P
04/06/2018 Keadaan TD = 120/80 mmHg, HR = 80 x/I, RR = 16 Hernia  Inj Cefazolin 1 gr (profilaksis)
umum x/I, T = 37oC insisional
stabil - Pasien operasi hari ini
Tanggal S O A P
05/06/2018 Nyeri luka Sens = CM Post repair  Bed rest
operasi TD = 110/80 mmHg, HR = 82 x/I, RR = 16 hernia  Diet MB II
x/I, T = 37,2oC insisional  IVFD aminofluid / 24 jam
- Abdomen  IVFD asering / 12 jam
Soepel, BU (+) Normoperistaltik, luka operasi  Inj Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
(+)  Inj Ranitidine 50 mg / 12 jam
BAB (+)  Inj Ketorolac 30 mg / 8 jam
30

Tanggal S O A P
06/06/2018 Nyeri luka Sens = CM Post repair  Bed rest
operasi TD = 110/80 mmHg, HR = 82 x/I, RR = 16 hernia  Diet MB II
o
x/I, T = 37,2 C insisional  IVFD aminofluid / 24 jam
- Abdomen  IVFD asering / 12 jam
Soepel, BU (+) Normoperistaltik, luka operasi  Inj Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
(+)  Inj Ranitidine 50 mg / 12 jam
BAB (+)
 Inj Ketorolac 30 mg / 8 jam
BAB 5
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS

Definisi
 Hernia adalah penonjolan isi suatu Pasien datang dengan keluhan utama
rongga melaui defek atau bagian lemah nyeri pada bekas jahitan section
dari dinding rongga bersangkutan. caseraea.
Nyeri sudah dirasakan pasien sejak
Faktor risiko seseorang untuk
2 bulan yang lalu dan dirasakan
mengalami hernia ini adalah
semakin mengganggu sejak 1 minggu
 Usia. Pada pasien lanjut usia,
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
proses penyembuhan luka operasi
disertai dengan pembesaran benjolan
berlangsung lambat dan kadang-
pada bekas jahitan sectio caseraea.
kadang tidak sempurna.
Benjolan tersebut pertama kali
 Keadaan umum yang jelek, yaitu
muncul 2 bulan yang lalu, muncul
pada pasien immunosuppressant.
hanya ketika pasien mengedan. Pasien
 Obesitas.
mengakui kesulitan BAB, sehingga
 Adanya infeksi pada luka operasi.
pasien harus mengedan kuat. Ketika
 Tergantung kepada jenis insisi
mengedan, benjolan akan keluar
yang digunakan. Insisi vertikal
sepanjang bekas jahitan, disertai
cenderung lebih prone untuk
nyeri, dan benjolan akan hilang jika
hernia dibandingkan insisi
pasien berhenti mengedan.
transversal.
RPT :-
 Penyakit penyerta paru-paru, RPO : Paracetamol
terutama batuk yang terlalu sering. Riwayat Operasi : Sectio
caseraea (2005), appendectomy
(2015), Cholecystectomy (Februari
2018)
Penegakan Diagnosis STATUS PRESENS

31
32

Secara klinis, hernia insisional tampak Sensorium : Compos Mentis


sebagai tonjolan atau protrusi di dekat Pancaran wajah : Lemah
area sayatan bedah. Tanda pertama yang Tekanan darah : 110/80 mmHg
biasanya muncul dan menjadi perhatian Nadi : 80x/menit, reguler,
pasien adalah munculnya benjolan t/v cukup
asimtomatik di area sayatan operasi. Pernafasan : 20x/menit
Seiring berjalannya waktu, hernia ini Temperatur : 36⁰C
membesar dan menjadi nyeri dengan
gerakan atau batuk. Untuk ABDOMEN
mengkonfirmasi keberasaan hernia, Inspeksi
pemeriksaan ultrasonografi atau Bentuk : Terlihat luka post-operasi
pemeriksaaan scan lainnya seperti CT yang sudah diperban kira-kira panjang
scan dapat dilakukan. Scaning akan 10-15 cm
memberikan visualisasi hernia dan Gerakan lambung/usus: Tidak terlihat
untuk memmastikan tonjolan bukan Vena kolateral: ( - )
merupakan jenis masa abdominal Caput medusa: ( - )
lainnya seperti tumor atau pembesaran Palpasi
kelenjar limfe. Selain itu, dapat Dinding Abdomen: Soepel, Nyeri
ditentukan ukuran dari defek dan apakan tekan pada hipogastric (+)
tindakan operatif diperlukan untuk
mengatasinya.
Penatalaksanaan
 Pengelolaan konservatif menggunakan Hasil EKG
alat penyanggah atau korset elastic ST, QRS rate 103 x/I, axis (+), p
khusus dapat digunakan untuk wave (+) N, PR int 0,12’, QRS
sementara atau lebih lama bila ada duration 0,08’, ST-T changes (-),
kontraindikasi pembedahan. Terapi LVH (-), VES (-)
operatif berupa herniotomy dan Kesan: Sinus ritme
hernioplasty dengan tujuan menutup Hasil Foto Thoraks
defek dilapisan muskuloaponeurosis.
33

 Prinsip perbaikan hernia ventralis Tidak ada kelainan pada cor dan
adalah mencegah efentrasi, inkorporasi pulmo
sisa dinding abdomen, provisi Hasil Foto Polos Abdomen
dinamika kekuatan otot dan restorasi Mulai terlihat gambaran ileus
kontinuitas dinding abdomen dalam obstruktif terutama di sisi kiri
keadaan bebas tegangan. Hasil CT-Scan Abdomen
 Teknik-teknik operasi pada hernia Hernia umbilical sebagian usus dan
ventral antaranya adalah perbaikan lemak mesenterium.
sutura primer, perbaikan dengan mesh, Liver, limpa, pancreas, kedua ginjal,
bioprostetik, teknik pemisahan dan uterus tampak baik pada CT scan
komponen. ini.
Jika cacat ini berukuran kecil atau Penatalaksanaan IGD
sedang maka tindakan ini relatif jelas  Bed rest
dan memuaskan tetapi apabila hernia  MB II
ventralsinya besar dan fasianya jelek,  Inj. Aminofluid / 24 jam
merupakan prognosa yang jelek pada  Inj. Asering / 12 jam
hernia ventralis.  Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
 Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
 Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
 Koreksi albumin 20% 100cc
BAB 6
KESIMPULAN

Ny. M, perempuan, 43 tahun, datang ke RS Haji Adam Malik


dengan keluhan nyeri perut bawah disertai perut membesar. Pasien didiagnosis
dengan hernia insisional dan dilakukan operasi. Perawatan selama di ruangan
adalah
 Bed rest
 MB II
 Inj. Aminofluid / 24 jam
 Inj. Asering / 12 jam
 Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
 Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
 Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
 Koreksi albumin 20% 100cc

34
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W., Prasetyo T.O.H., Rudiman R 2010. Buku
Ajar Ilmu bedah. Edisi 3. EGC. Jakarta.
2. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2, Jakarta : EGC. 1994.228-
245.
3. Hammed f. Dkk. Incisional Hernia Repair by Preperitoneal (Sublay) Mesh
Implantation Vol :3 No. 1 januari-june 2009.
4. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc
5. Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317.
6. Manthey, D. hernia. http//www.emedicine.com [diakses tanggal 12 april 2007]
3. Schwartz, Shires, Spencer. Abdominal Wall Hernias. Principles of Surgery .
5th
7. Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc, 1988. 1525- 1544
8. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC .
9. 1997.523-538.
10. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG,
Williams NS.Bailey & Love’s Short Practice Of Surgery. 22nd Edition. London:
11. ELBS With Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290
12. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi
ke
13. 3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.313-317
14. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. 1994.228-
245.
15. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah,
16. edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.
17. Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek, K
(2007). "Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia
Repair". Arch Surg 142 (6): 562–7.
18. Nguyen, SQ; Divino, CM; Buch, KE; Schnur, J; Weber, KJ; Katz, LB; Reiner,
MA; Aldoroty, RA et al. (2008). "Postoperative pain after laparoscopic ventral

35
36

hernia repair: a prospective comparison of sutures versus tacks". Journal of


Society of Laparoendoscopic Surgery 12 (2): 113–6.
19. LeBlanc, KA. (2005). "Incisional hernia repair: Laparoscopic
techniques". World Journal of Surgery 29 (8): 1073–9.

20. Bailey and Love, 2004, Short Practice of Surgery 25th edition, London: Euston

Road.
21. Bret A nicks, Hernias, Medscape reference, 6 Juni 2012.
22. Debas, Haile T, 2004, Gastrointestinal Surgery Phatophysiology and
Management, San Fransisco: University California.

23. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier

Saunders, page 431-445.


24. Sabiston,2000, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta.
25. Shell IV, 2008, Open Repair Of Ventral Incisional Hernia, Surgical Clinic Of
North America, New York.
26. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta,
EGC.
27. Springer, 2004, Learning Surgery, The Surgery Clerkship Manual, New Jersey:
Robert Wood Johnson Medical School.
28. Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W., Prasetyo T.O.H., Rudiman R 2010. Buku
Ajar Ilmu bedah. Edisi 3. EGC. Jakarta.
29. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2, Jakarta : EGC. 1994.228-
245.
30. Hammed f. Dkk. Incisional Hernia Repair by Preperitoneal (Sublay) Mesh
Implantation Vol :3 No. 1 januari-june 2009.

Anda mungkin juga menyukai