Lapkas Hernia
Lapkas Hernia
HERNIA INSISIONAL
Disusun oleh :
Diko Saragih 130100397 Sugama Ginting 130100222
Ruri Putri Utami 130100266 Zuriel Natan 130100000
Mevira Yanuar 130100278 Reno Juanda 130100313
Nandini 130100398 Abrian Nasution 130100036
Ulfa Chairani 130100048 Saqinah 130100000
Supervisor :
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Hernia
Insisional”. Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Liberti Sirait, Sp.B-KBD selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Dengan demikian diharapkan laporan ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan dalam penulisan laporan selanjutnya.
Penulis
1
2
DAFTAR ISI
1
2
2.1. Definisi
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melaui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek/ bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
dari cincin, kantong, dan isi hernia. Insidensi hernia yaitu 75-80% di region
inguinal, 8-10% insisional, dan 3-8% hernia umbilical.
3
4
Defek kongenital.
Hilangnya kekuatan otot dan elastisitas (karena usia dan trauma).
Trauma operasi.
Peningkatan tekanan intraabdominal (COPD, BPH, asites, kehamilan, dan
obesitas).
berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat
kembali ke abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta,
merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi
belum ada gangguan vaskularisasi.
6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan
vaskularisasi.
Hernia paraumbilikalis
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah
di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan
jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.
Hernia epigastrika
6
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan
prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal
dengan atau tanpa kantong peritoneum.
Hernia lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit)
berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior
oleh tepi bebas m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m.
Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior
oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m.
Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan
tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang
dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi
bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan
dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses dingin
atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan hernioplasti.
Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan defek.
Hernia Littre
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung
divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.
Hernia Speighe
Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui fasia
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70
tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi
dikanan dan jarang bilateral. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di
sebelah Mc burney bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus
Abdominis. Isi hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium. Sebagai
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi. Pengelolaan terdiri atas
herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada m.tranversus abdominis
dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat membutuhkan suatu protesis.
7
Hernia obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat
berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum masuk
ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Kantong
hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial,
sering secara Richter atau total. Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya
keluhan nyeri seperti ditusuk tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan
bagian medial paha akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship
Romberg) yang patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat
ditemukan tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg).
Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal.
Hernia perinealis
Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui defek
dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder
setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum secara
abdominoperineal. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Tanpak dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang
mengalami inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan
pemeriksaan rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau
kombinasi abdomino dan perineal.
Hernia pantalon
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan
hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh vasa
epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira
– kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah dilakukan operasi.
Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi dan hernioplasti.
8
dapat diminta untuk batuk atau melakukan perasat valsava untuk melihat dan
merasakan hernia dengan lebih mudah. Untuk mengkonfirmasi keberasaan hernia,
pemeriksaan ultrasonografi atau pemeriksaaan scan lainnya seperti CT scan dapat
dilakukan. Scaning akan memberikan visualisasi hernia dan untuk memmastikan
tonjolan bukan merupakan jenis masa abdominal lainnya seperti tumor atau
pembesaran kelenjar limfe. Selain itu, dapat ditentukan ukuran dari defek dan
apakan tindakan operatif diperlukan untuk mengatasinya.
3. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia
obturator).
4. Laparoskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk
nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.
5. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak
ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
10
2.5.4. Penatalakasanaan
Pengelolaan konservatif menggunakan alat penyanggah atau korset elastic
khusus dapat digunakan untuk sementara atau lebih lama bila ada kontraindikasi
pembedahan. Terapi operatif berupa herniotomy dan hernioplasty dengan tujuan
menutup defek dilapisan muskuloaponeurosis. Bila defek besar diperlukan bahan
sintetis seperti marleks. Operasi ini sering disertai penyulit pasca bedah sedangkan
residif sering terjadi, terutama apabila jaringan lunak disekitar defek tidak
direparasi pada waktu hernioplasty. Pada operasi hernia sikatrik diperlukan
perencanaan teliti dan pengalaman banyak.
Prinsip perbaikan hernia ventralis adalah mencegah efentrasi, inkorporasi sisa
dinding abdomen, provisi dinamika kekuatan otot dan restorasi kontinuitas dinding
abdomen dalam keadaan bebas tegangan.
Teknik-teknik operasi pada hernia ventral antaranya adalah perbaikan sutura
primer, perbaikan dengan mesh, bioprostetik, teknik pemisahan komponen.
Teknik meletakkkan mesh (A) Teknik onlay (B) Teknik Inlay (C) Teknik
Retrorektus Inlay
2.5.5. Prognosis
11
Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang maka tindakan ini relatif jelas dan
memuaskan tetapi apabila hernia ventralsinya besar dan fasianya jelek, merupakan
prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya tindakan yang dilakukan
adalah operasi dengan memobilisasi jaringan dengan cermat dan untuk mencapai
penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-kadang penggunaan kasa
protesis seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan
The American College of Surgeons melaporkan bahwa angka rekurensi
setelah operasi perbaikan pertama hernia ventral bervariasi dari 25-52%. Rekurensi
meningkat apabila penutupan luka operasi konvensional dengan jahitan standar
dilakukan. Rekurensi setelah prosedur terbuka kurang terjadi apabila teknik
pemakaian mesh digunakan, walaupun komplikasi, terutama infeksi, telah
meunjukkan peningkatan karena insisi abdomen yang lebih besar. Perbaikan
laparoskopi (dengan mesh) menunjukkan angka rekurensi serendah 3.4% dengan
komplikasi demam. Kematian akibat langsung dari herniografi belum pernah
dilaporkan.
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada bekas jahitan section caseraea.
Telaah : Nyeri sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu dan
dirasakan semakin mengganggu sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri disertai dengan pembesaran
benjolan pada bekas jahitan sectio caseraea.
Benjolan tersebut pertama kali muncul 2 bulan yang lalu,
muncul hanya ketika pasien mengedan. Pasien mengakui
kesulitan BAB, sehingga pasien harus mengedan kuat.
Ketika mengedan, benjolan akan keluar sepanjang bekas
jahitan, disertai nyeri, dan benjolan akan hilang jika pasien
berhenti mengedan.
RPT :-
RPO : Paracetamol
Riwayat Operasi : Sectio caseraea (2005), appendectomy (2015),
Cholecystectomy (Februari 2018)
12
13
ANAMNESA ORGAN
Jantung
Sesak nafas :(+) Edema :(-)
Angina pectoris :(-) Palpitasi :(-)
Lain-lain :(-)
Saluran Pernafasan
Batuk-batuk :(+) Asma, bronkitis: ( - )
Dahak :(-) Lain-lain :(-)
Saluran Pencernaan
Nafsu makan : ↓↓ Penurunan BB : ( + ) 6 kg
Keluhan mengunyah : ( - ) Keluhan defekasi : (-)
Keluhan perut : Nyeri Lain-lain :(-)
Saluran Urogenital
Sakit buang air kecil : ( - ) BAK tersendat :(-)
Mengandung batu :(-) Keadaan urin :(-)
Haid :(-) Lain-lain :(-)
Saraf Pusat
Sakit kepala :(-) Hoyong :(-)
Lain-lain :(-)
14
Sirkulasi Perifer
Claudicatio intermitten : ( - ) Lain-lain :(-)
Anemia (-), Ikterus (-), Dispnoe (-), Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)
Turgor Kulit : Baik
Keadaan Gizi : Baik Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
60
𝐵𝑀𝐼 =
2.56
15
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), ikterus (-/-), pupil isokor,
ukuran Ø 3mm/3mm, refleks cahaya direk (+/+)/indirek (+/+),
kesan : dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat : (-)
Pembesaran kelenjar limfe : (-)
Posisi trakea : Medial, TVJ : R- 2 cmH2O
Kaku kuduk : ( - ), lain-lain : (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Ketinggalan bernafas ( - )
Lain-lain : (-)
Palpasi
Nyeri tekan :(-)
Fremitus suara : Stem Fremitus Kiri = Kanan, Kesan : Normal
Iktus : Teraba pada ICS V, 2cm LMCS
16
Perkusi
Paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas Paru Hati R/A : ICS IV-V
Peranjakan : ±1cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS II LMCS
Batas kiri jantun : ICS IV LMCS
Batas kanan jantung : ICS IV LPSD
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan :Vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan :-
Jantung
M1>M2,P1>P2,T1>T2, A1>A2,P2>A2, desah diastolik (-), S3 gallop (-), lain-lain
(-) HR:80x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus Kanan = Kiri. Kesan : Normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru. Kesan : Normal
Auskultasi : Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan : -
17
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Terlihat luka post-operasi yang sudah diperban
kira-kira panjang 10-15 cm
Gerakan lambung/usus : Tidak terlihat
Vena kolateral :(-)
Caput medusa :(-)
Palpasi
Dinding Abdomen : Soepel, Nyeri tekan pada hipogastric (+)
HATI
Pembesaran : (-)
Ludwig sign : (-)
Murphy sign : (-)
Permukaan : Tidak teraba
Pinggir : Tidak teraba
Nyeri tekan : (-)
LIMPA
Pembesaran :(-)
GINJAL
Ballotement :(-)
TUMOR :(-)
Perkusi
Pekak hati :(+)
Pekak beralih :(-)
18
Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain : (-)
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra : (-)
3.3. Diagnosis
Hernia Insisional
3.4. Tatalaksana
- Parasetamol 3 x 1000 mg
- Susul hasil lab
- Susul hasil foto thoraks
- Repair hernia dengan MSH 30 cm x 30 cm
Waktu Trombin
Pasien 15,4 detik
Kontrol 20,0 detik
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 137 mEq/L 135 – 155 mEq/L
Kalium (K) 3,9 mEq/L 3,6 – 5,5 mEq/L
Klorida (Cl) 105 mEq/L 96 – 106 mEq/L
METABOLISME KARBOHIDRAT
Gula Darah (Sewaktu) 82 mg/dL <200mg/dL
GINJAL
BUN 8 mg/dL 7-19 mg/dL
Ureum 17 mg/dL 15-40 mg/dL
KESIMPULAN :
Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo.
22
KESIMPULAN
Mulai terlihat gambaran ileus obstruktif terutama di sisi kiri.
23
CT Scan (27/04/2018)
24
25
KESIMPULAN :
Hernia umbilical sebagian usus dan lemak mesenterium.
Liver, limpa, pancreas, kedua ginjal, dan uterus tampak baik pada CT scan ini.
26
EKG (15/05/2018)
KESIMPULAN :
Sinus ritme, QRS rate 103 x/I, axis (+), p wave (+) N, PR int 0,12’, QRS duration
0,08’, ST-T changes (-), LVH (-), VES (-)
Tanggal S O A P
03/06/2018 Keadaan - Dilakukan assessment pra operasi oleh Hernia Bed Rest
umum anestesi insisional IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i
stabil TD = 110/70 mmHg, HR = 84 x/I, RR = 16 x/I,
T = 36,8oC
- Dilakukan assessment pra operasi oleh bedah
digestif; pemberian dulcolax 2 tab dan
dulcolax supp 2 buah.
Koreksi albumin
ՃAlb x BB x 0.8 = (2.5 – 2.1) x 60 kg x 0.8 = 19.2 gram (Albumin 20% 100cc)
28
29
Tanggal S O A P
04/06/2018 Keadaan TD = 120/80 mmHg, HR = 80 x/I, RR = 16 Hernia Inj Cefazolin 1 gr (profilaksis)
umum x/I, T = 37oC insisional
stabil - Pasien operasi hari ini
Tanggal S O A P
05/06/2018 Nyeri luka Sens = CM Post repair Bed rest
operasi TD = 110/80 mmHg, HR = 82 x/I, RR = 16 hernia Diet MB II
x/I, T = 37,2oC insisional IVFD aminofluid / 24 jam
- Abdomen IVFD asering / 12 jam
Soepel, BU (+) Normoperistaltik, luka operasi Inj Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
(+) Inj Ranitidine 50 mg / 12 jam
BAB (+) Inj Ketorolac 30 mg / 8 jam
30
Tanggal S O A P
06/06/2018 Nyeri luka Sens = CM Post repair Bed rest
operasi TD = 110/80 mmHg, HR = 82 x/I, RR = 16 hernia Diet MB II
o
x/I, T = 37,2 C insisional IVFD aminofluid / 24 jam
- Abdomen IVFD asering / 12 jam
Soepel, BU (+) Normoperistaltik, luka operasi Inj Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
(+) Inj Ranitidine 50 mg / 12 jam
BAB (+)
Inj Ketorolac 30 mg / 8 jam
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Definisi
Hernia adalah penonjolan isi suatu Pasien datang dengan keluhan utama
rongga melaui defek atau bagian lemah nyeri pada bekas jahitan section
dari dinding rongga bersangkutan. caseraea.
Nyeri sudah dirasakan pasien sejak
Faktor risiko seseorang untuk
2 bulan yang lalu dan dirasakan
mengalami hernia ini adalah
semakin mengganggu sejak 1 minggu
Usia. Pada pasien lanjut usia,
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
proses penyembuhan luka operasi
disertai dengan pembesaran benjolan
berlangsung lambat dan kadang-
pada bekas jahitan sectio caseraea.
kadang tidak sempurna.
Benjolan tersebut pertama kali
Keadaan umum yang jelek, yaitu
muncul 2 bulan yang lalu, muncul
pada pasien immunosuppressant.
hanya ketika pasien mengedan. Pasien
Obesitas.
mengakui kesulitan BAB, sehingga
Adanya infeksi pada luka operasi.
pasien harus mengedan kuat. Ketika
Tergantung kepada jenis insisi
mengedan, benjolan akan keluar
yang digunakan. Insisi vertikal
sepanjang bekas jahitan, disertai
cenderung lebih prone untuk
nyeri, dan benjolan akan hilang jika
hernia dibandingkan insisi
pasien berhenti mengedan.
transversal.
RPT :-
Penyakit penyerta paru-paru, RPO : Paracetamol
terutama batuk yang terlalu sering. Riwayat Operasi : Sectio
caseraea (2005), appendectomy
(2015), Cholecystectomy (Februari
2018)
Penegakan Diagnosis STATUS PRESENS
31
32
Prinsip perbaikan hernia ventralis Tidak ada kelainan pada cor dan
adalah mencegah efentrasi, inkorporasi pulmo
sisa dinding abdomen, provisi Hasil Foto Polos Abdomen
dinamika kekuatan otot dan restorasi Mulai terlihat gambaran ileus
kontinuitas dinding abdomen dalam obstruktif terutama di sisi kiri
keadaan bebas tegangan. Hasil CT-Scan Abdomen
Teknik-teknik operasi pada hernia Hernia umbilical sebagian usus dan
ventral antaranya adalah perbaikan lemak mesenterium.
sutura primer, perbaikan dengan mesh, Liver, limpa, pancreas, kedua ginjal,
bioprostetik, teknik pemisahan dan uterus tampak baik pada CT scan
komponen. ini.
Jika cacat ini berukuran kecil atau Penatalaksanaan IGD
sedang maka tindakan ini relatif jelas Bed rest
dan memuaskan tetapi apabila hernia MB II
ventralsinya besar dan fasianya jelek, Inj. Aminofluid / 24 jam
merupakan prognosa yang jelek pada Inj. Asering / 12 jam
hernia ventralis. Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
Koreksi albumin 20% 100cc
BAB 6
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W., Prasetyo T.O.H., Rudiman R 2010. Buku
Ajar Ilmu bedah. Edisi 3. EGC. Jakarta.
2. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2, Jakarta : EGC. 1994.228-
245.
3. Hammed f. Dkk. Incisional Hernia Repair by Preperitoneal (Sublay) Mesh
Implantation Vol :3 No. 1 januari-june 2009.
4. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc
5. Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317.
6. Manthey, D. hernia. http//www.emedicine.com [diakses tanggal 12 april 2007]
3. Schwartz, Shires, Spencer. Abdominal Wall Hernias. Principles of Surgery .
5th
7. Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc, 1988. 1525- 1544
8. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC .
9. 1997.523-538.
10. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG,
Williams NS.Bailey & Love’s Short Practice Of Surgery. 22nd Edition. London:
11. ELBS With Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290
12. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi
ke
13. 3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.313-317
14. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. 1994.228-
245.
15. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah,
16. edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.
17. Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek, K
(2007). "Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia
Repair". Arch Surg 142 (6): 562–7.
18. Nguyen, SQ; Divino, CM; Buch, KE; Schnur, J; Weber, KJ; Katz, LB; Reiner,
MA; Aldoroty, RA et al. (2008). "Postoperative pain after laparoscopic ventral
35
36
20. Bailey and Love, 2004, Short Practice of Surgery 25th edition, London: Euston
Road.
21. Bret A nicks, Hernias, Medscape reference, 6 Juni 2012.
22. Debas, Haile T, 2004, Gastrointestinal Surgery Phatophysiology and
Management, San Fransisco: University California.
23. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier