Anda di halaman 1dari 18

CHANGING PRICE

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah :

Analisis Laporan Keuangan


DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Novita Indrawati, SE, M.Si, Ak, CA

DI SUSUN OLEH :

1. Raja Reno Setiawan 1710246066


2. Gunawan Hutomo M.P 1710246057

MAGISTER AKUNTANSI ANGKATAN 22

FAKULTASEKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi bagi perubahan harga secara khusus berhubungan erat
dengan manajer-manajer perusahaan multinasional karena tingkat inflasi
bervariasi secara substansial antara suatu negara dengan negara lainnya,
sehingga meningkatkan kemungkinan dipengaruhinya pelaporan hasil-hasil
operasi oleh efek-efek distortif dari inflasi. Inflasi lokal mempengaruhi kurs
yang digunakan untuk menetranslasikan saldo-saldo valuta asing kedalam
vakuta domestiknya yang ekivalen. Jadi, dalam akuntansi operasi luar negeri
sulit untuk memisahkan isu translasi valuta asing dari isu inflasi.
Karena inflasi mengikis standar penghasilan tetap dan memperumit
pengambilan keputusan bisnis secara signifikan, terjadinya kegelisahan
politik dan sosial yang luas. implikasi langsung dari kenyataan diatas, paling
tidak bagi kalangan bisnis, adalah bahwa inflasi merupakan sebuah fenomena
yang sebagian besar berada diluar kendali manajemen dan para manajer harus
belajar menanggulanginya. Dalam hal ini, program-program penentuan harga
yang rasional, program produktivitas, dan manajemen aser merupakan
perangkat-perangkat manajemen yang berharga. Teknik-teknik manajemen
inflasi yang efektif, sebaliknya, sangat tergantung pada suatu sistem
informasi yang memungkinkan para manajer untuk mengukur efek-efek
distortif dari inflasi terhadap kinerja perusahaan dan elemen-elemen posisi
keuangan. Data-data akuntansi yang mencerminkan efek-efek perubahan
harga sangat diperlukan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perubahan Harga


Untuk memahami makna istilah perubahan harga (changing prices),
harus dibedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga
spesifik, yang keduanya masuk dalam istilah perubahan harga itu.

1. Perubahan harga umum


Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh
barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Unit-
unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya beli.
Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan
penurunan harga disebut deflasi (deflation).
2. Perubahan harga spesifik
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang
atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan
penawaran.

B. Mengapa Laporan Keuangan Memiliki Potensi Untuk Menyesatkan


Selama Periode Perubahan Harga?
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi
awalnya jaang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva
yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah
dan laba yang dinilai lebih tinggi. Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah
menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih
tinggi.

Dari sudut pandang manajemen, ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi:

1. Proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis


2. Anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja
3. Data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak
dapat dikendalikan.

2
Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan:
1. Kenaikan dalam proporsi pajak.
2. Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham.
3. Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja.
4. Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan
pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap
perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi
pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan
kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan.

Fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu :


1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan
keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki
informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
2. Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung
pada pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman
yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-
kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
3. Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh
perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha
menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut.

C. Jenis Penyesuaian Inflasi


Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu
perusahaan.

1. Penyesuaian Tingkat Harga Umum


Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat
harga umum (daya beli) disebut mata uang konsatan biaya historis atau
ekuivalen daya beli umum. Sebagai contoh, selama periode kenaikan
harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar

3
biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila
biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam
bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini,
ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih
tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh sebab itu,
jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan dalam daya beli umum
uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini.

Indeks Harga

 Perubahan tingkat harga umum biasanya diukur dengan tingkat harga.

 Suatu indeks harga adalah rasio biaya.

Penggunaan Indeks Harga

 Angka indeks harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah uang


yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli
pada akhir periode.

 Angka – angka tingkat harga yang telah disesuaikan tidak mewakili


biaya kini pos-pos yang dimaksud atau angka-angka tersebut masih
merupakan biaya historis, angka – angka biaya historis hanya disajikan
ulang dalam unit pengukuran yang baru – daya beli umum pada akhir
periode.

2. Penyesuaian Biaya Kini


Model biaya kini berbeda dengan akuntansi yang konvesional
dalam dua aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya
kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya
yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa
memperhitungkan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.

D. Sudut Pandang Internasional Terhadap Akuntansi Inflasi


Berbagai negara telah mencoba metode inflasi yang berbeda. Praktik
aktual juga mencerminkan pertimbangan paragmatis seperti parahnya laju
inflasi nasional dan pandangan pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh

4
angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang
berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling mutakhir saat ini.

1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FSAB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (statement of financial accounting standards-SFAS) No. 33.
Berjudul “pelaporan keuangan dan perubahan harga”, pernyataan ini
mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan
aktiva tetap bernilai lebih dari $125 juta atau aktiva lebih dari $1 miliyar,
untuk selama 5 tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli
konstan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar untuk
laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai
dengan SFAS No.33 mengemukakan bahwa :
 Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
 Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
 Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu
bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini.
Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu perusahaan yang
melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi
titik awal standar akuntansi inflasi masa depan. Perusahaan pelapor
didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing
dari 5 tahun terakhir :
 Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya.
 Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
 Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat di
pulihkan.
 Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing berdsarkan biaya
kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
 Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
 Laba per saham menurut dasat biaya kini.
 Deviden per saham biasa.
 Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa

5
 Tingkat indeks harga konsumen yang di gunakan untuk mengukur
laba dari operasi berjalan.
Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri
yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS
perusahaan yang , engadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk
mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari sudut
pandang mata uang induk perusahaan.
Akibatnya akun-akun operasi harus ditranslasi ke dalam dolar, kemudian
disesuaikan dengan inflasi AS. Perusahaan multinasional yang
mengadopsi mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk
kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata
uang local.
FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode
translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri
dan kemudian melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian,
penyesuai terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat
didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri.

2. Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard Commitee-ASC)
menerbitkan Pernyataan Standard Praktik Akuntansi 16 (Statement Of
Standard Accounting Practice-SSAP 16). Perbedaan SSAP 16 dengan
SFAS 33 yaitu :
 Apabila standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya
kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan
eksternal.
 Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pad laporan laba rugi,
laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan
neraca biaya kini, beserta pencatatan penjelasan.
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
 Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar
dengan akun-akun pelengkap biaya historis.

6
 Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar
dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
 Menyediakan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang
dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-pos
moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap
angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan
pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu Penyesuaian modal kerja
moneter ( Monetary Working Capital Adjustment) / MWCA mengakui
pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang
digunakan oleh perusahaan dalam operasinya. Dan Mekanisme
Penyesuaian Memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap
aktiva non moneter perusahaan.

3. Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inflasi yang direkomendasikan
di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan –Hukum
Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal Brasil.
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan
ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan
menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk
mengukur devaluasi matauanglokal.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang
saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara
terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi
moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan
jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh
agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang
lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli
yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva
moneter bersihnya.

7
4. Badan Standar Akuntansi Internasional
IASB telah menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja
operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu
lingkungan yang mengalami hiperinflasi. Secara khusus laporan keuangan
suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang
perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian
biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya
beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka
terkait dalam periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli
yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih
dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga
harus mengungkapkan :
 Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit
pengukuran telah dilakukan.
 Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan
keuangan utama yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini.
 Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan
perubahannya selama periode pelaporan.
 Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.

E. Keuntungan Dan Kerugian

1. Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,
piutang, dan utang) tergolong kontroversial. Penelitian kami terhadap
praktik di berbagai negara mengungkapkan perbedaan yang penting dalam
hal ini.

Di Amerika, keuntungan atau kerugian pos-pos moneter ditentukan


dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan saldo akhir.
Serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk
utang jangka panjang), angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai saldo

8
terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos
moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.

2. Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :

 Laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber
daya yang dikonsumsi).
 Keuntungan yang belum direalisasi yang imbul dari kepemilikan
aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan
dengan inflasi.

Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi yaitu proyeksi arus


keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan, bukanlah suatu
keuntungan baik itu direalisasikan atau tidak. Apabila laba berbasis biaya
kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan,
maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi
lainnya merupakan revaluasi equitas pemilik yang merupakan bagian dari
laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal
fisiknya.

F. Akuntansi Untuk Inflasi Diluar Negeri


Para investor memberi perhatian terhadap potensi perusahaan untuk
menghasilkan deviden, karena nilai investasi mereka sangat tergantung pada
deviden dimasa depan. Potensi suatu perusahaan untuk menghasilkan deviden
berkaitan langsung dengan kapasitasnya untuk memproduksi barang dan jasa.

Jika suatu perusahaan mempertahankan kapasitas produksinya, baru


ada suatu deviden masa depan yang dapat dipertimbangkan. Menyajikan
ulang akun-akun perusahan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen harga
kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi
ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh informasi
sebanyak mungkin yang menyangkut deviden dimasa depan. Jauh lebih
mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh
perusahaan daripada yang dilakukan dewasa ini.

9
G. NORMALISASI LAPORAN KEUANGAN

Terdapat beberapa tujuan dilakukannya normalisasi, tetapi jika ingin


disederhanakan dapat kita kutip pernyataan dari National Association of
Certified Valuators and Analysts (NACVA) yang menyebutkan tujuan
normalisasi adalah:

“To adjust the financial statements or income tax returns of a business to more
closely reflect its true economic financial position and results of operations on
a historical and current basis.”

Jadi intinya adalah agar laporan keuangan yang didapatkan benar-benar


mencerminkan posisi riil dari keuangan perusahaan (dilihat dari neraca) dan
hasil riil dari kegiatan operasional yang telah dilakukan (dilihat dari laporan
laba rugi). Yang ingin diketahui adalah kinerja perusahaan yang “normal” atau
“rill” bukan kinerja yang terjadi pada kondisi tidak normal (anomali/luar
biasa). Jika kinerja perusahaan pada kondisi “normal” sudah diketahui barulah
laporan keuangan ini dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan.
Dengan melakukan proses normalisasi analis juga akan lebih memberikan
perhatian terhadap data yang disajikan laporan keuangan dan mengidentifikasi
darimana saja angka-angka dalam laporan keuangan berasal. Hal ini akan
membantu analis untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan bisnis serta
melihat tren bisnis dari waktu ke waktu. Dua hal ini nantinya akan bermanfaat
ketika analis ingin menentukan berapa tingkat asumsi yang ingin dipakai dalam
proyeksi.

Tujuan Normalisasi

Tujuan normalisasi yang tidak kalah pentingnya adalah untuk


menyelaraskan laporan keuangan yang dimiliki mengikuti ketentuan yang
dipakai oleh perusahaan pesaing dalam industri sejenis. Misalnya dengan
menyamakan metode akuntansi untuk pencatatan persediaan (LIFO atau FIFO)
dan juga penyusutan. Dengan melakukan hal ini analis dapat melakukan
perbandingan yang lebih “apple to aple” terhadap perusahaan pesaing.Intinya
tujuan dari Normalisasi Laporan Keuangan:
10
1. Untuk menfasilitasi perbandingan terhadap nilai pasar sesuai dengan prinsip
substitusi

2. Untuk mengeliminasi Laporan Keuangan yang tidak berorientasi pasar seperti


kebijakan berorientasi pajak.

3. Untuk meminimalkan bias dari Laporan Keuangan dalam menggambarkan


nilai ekonomis dan earning power perusahaan.

Cara Melakukan Normalisasi

Sesuai dengan arti katanya, normalisasi adalah untuk membuat normal.


Jadi hal yang perlu dikerjakan adalah mengembalikan angka yang ada dalam
laporan keuangan menjadi nilai yang normal sesuai kegiatan operasional
perusahaan dan sesuai dengan ketentuan di market. Untuk penyesuaian neraca
tampilkanlah angka yang sesuai nilai pasar terkini, baik dari sisi aset maupun
liabilitasnya. Sedangkan untuk laporan laba rugi tunjukkanlah angka yang
normal sejalan dengan kegiatan operasional yang telah dijalankan. Ada banyak
contoh penyesuaian yang bisa dilakukan dalam normalisasi tetapi pada
dasarnya penyesuaian ini terkait dengan empat hal, yaitu:

a) Kebijakan akuntansi (Accounting policy).

Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan laporan keuangan


berdasarkan kebijakan akuntansi yang ingin dipakai untuk tujuan valuasi dan
dengan tujuan mempermudah perbandingan dengan industri/kompetitor
perusahaan. Contoh penyesuaian yang bisa dilakukan:

 Memeriksa apakah pencatatan dilakukan dengan metode cash basis atau


accrual basis.

 Melakukan penyesuaian pengakuan pendapatan, pengakuan pendapatan harus


konsisten. Contohnya untuk keperluan pajak terdapat beberapa perusahaan
yang menunda pengakuan pendapatan ke tahun berikutnya. Hal ini juga
berlaku untuk biaya, apakah ada biaya yang dibebankan terlalu cepat?

11
 Memeriksa bagaimana untuk pengakuan pendapatan pada kontrak jangka
panjang? Apakah dilakukan amortisasi terhadap pendapatan?

 Melakukan penyesuaian metode perhitungan persediaan antara FIFO atau


LIFO agar sesuai dengan yang umumnya berlaku di industri. Penyesuaian
metode penyusutan agar sesuai dengan yang umumnya berlaku di industri.

 Melakukan penyesuaian terhadap kebijakan terkait terkait kapitalisasi versus


pembebanan. Perlu diperiksa apakah kebijakan yang dipakai konsisten atau
tidak. Kebijakan ini biasanya terkait dengan aset tetap, persediaan, dan biaya
riset.

 Mengidentifikasi apakah ada aset dan liabitias yang belum dicatat (off-balance
sheet items)? Apakah ada asset yang perlu diappraisal ulang? Aset tak
berwujud (Intangible) perlu disesuaikan dengan harga market? Apakah ada
piutang yang perlu diwrite-off?

 Memeriksa pencatatan terhadap capital lease dan operating lease, perlu


diperhatikan kembali apakah penggolongan yang dilakukan sudah tepat.
Memeriksa pencatatan untuk pajak (actual vs deffered tax)

b) Kejadian luar biasa & tidak berulang (Extraordinary & Non-recurring


item).

Kejadian luar biasa lebih ditekankan kepada kejadian yang sifatnya


berbeda jika dibandingkan dengan kegiatan operasional utama perusahaan,
sedangkan tidak berulang berkaitan dengan kejadian yang hanya sesekali
terjadi dan diperkirakan tidak akan terulang kembali di masa mendatang.
Dikarenakan karateristik yang tidak normal maka kejadian seperti ini
dikeluarkan dari perhitungan. Contoh – contohnya kejadian luar biasa & tidak
berulang antara lain:

 Penjualan yang menurun karena dampak dari mogok kerja buruh atau
kekurangan bahan baku.

12
 Keuntungan/kerugian yang disebabkan penjualan aset tetap. Suatu ketika
sebuah perusahaan security mendapatkan satu kali project untuk mengamankan
event konser musik internasional.

 Pendapatan yang didapatkan dari kompensasi atas tuntutan hukum yang


sifatnya sekali

 Biaya terkait kerusakan pabrik yang disebabkan oleh bencana alam.

c) Kompensasi yang terkait dengan pemilik perusahaan, pemegang saham,


manajeman dan pihak terkait lainnya (Owners, shareholers, family
members or management compensation).

Ada kalanya pemilik perusahaan bisa menentukan aliran kas untuk


beberapa transaksi yang kecil. Untuk kepentingan valuasi transaksi-transaksi
seperti ini perlu disesuaikan karena beberapa alasan: (i) hal ini tidak berkaitan
langsung dengan kegiatan operasional perusahaan, (ii) suatu saat kebijakan ini
bisa dirubah oleh pemilik perusahaan/manajemen, dan (iii) bisa jadi kebijakan
ini akan dirubah oleh pemilik perusahaan yang baru. Contoh penyesuaian yang
dapat dilakukan:

 Semua pembayaran yang terkait dengan keperluan pribadi pemilik


perusahaan/pemegang saham perlu dikeluarkan dari perhitungan. Misalnya:
Pendapatan perusahaan yang dikompensasikan untuk kepentingan pemilik
perusahaan/pemegang saham, gaji untuk pemilik perusahaan /keluarga,
asuransipribadi, biaya konsultasi keuangan/pajak/hukum/ untuk keperluan
pribadi, kendaraan pribadi, dan sebagainya.

 Melakukan penyesuaian terhadap biaya sewa aset pemilik perusahaan yang


dipakai oleh perusahaan. Contoh: Perusahaan biasanya akan mendapatkan
potongan biaya sewa ketika menyewa gedung milik owner. Untuk keperluan
valuasi harga sewa gedung perlu disesuaikan mengikuti harga market.

 Melakukan penyesuaian untuk transaksi jual-beli dengan pihak afiliasi.

13
d) Aset/Liabilitas non-operasional (Non-operating assets/liabilities) dan
Pendapatan/biaya non-operasional (Non-operating income/expense).

Aset/Liabilitas non-operasional merupakan aset yang tidak bersifat


essential untuk keberlangsungan operasional bisnis, tapi masih dapat
menghasilkan pendapatan atau menghasilkan pengembalian investasi. Aset
non-operasional dimiliki oleh perusahaan karena beberapa alasan diantaranya:
(i) merupakan aset yang terkait dengan pemilik perusahaan, (ii) aset yang
mungkin dijual di masa depan dan (iii) Diversifikasi risiko operasional
(misalnya dengan memiliki beberapa real estate atau paten). Beberapa contoh
aset/liabilitas nonoperasional

 Tanah atau bangunan yang tidak memiliki manfaat bisnis atau milik pribadi
pemegang saham.

 Pinjaman untuk pemegang saham/manajemen.

Pendapatan/biaya non operasional merupakan pendapatan/biaya yang


berasal dari kegiatan yang tidak berhubungan dengan kegiatan operasional
utama perusahaan. Contoh:

 Pendapatan dari dividen.

 Keuntungan (atau kerugian) dari investasi di pasar saham.

 Keuntungan (atau kerugian) yang timbul akibat selisih kurs.

Dalam valuasi baik aset/liabilitas non-operasional dan pendapatan/biaya


non-operasional dinilai secara terpisah dari aset/liabilitas operasional dan
pendapatan/biaya operasional. Untuk itu ketika melakukan normalisasi semua
hal di atas dikeluarkan dari perhitungan.

14
STUDI KASUS : DISCOUNT MART

Discount Mart adalah perusahaan merchandising berusia dua tahun.


Selama periode ini, indeks tingkat harga berubah sebagai berikut

Bisnis perusahaan sedemikian rupa sehingga semua pendapatan dan


pengeluarannya diberikan atau dilakukan secara merata sepanjang tahun. Satu-
satunya pengecualian untuk generalisasi ini adalah depresiasi dan bagian dari
barang dagangan yang dijual diwakili oleh persediaan awal. Persediaan
dihargai dengan dasar First in, First Out. Dividen diumumkan dan dibayarkan
pada setiap akhir tahun.

Pabrik dan peralatan perusahaan diakuisisi pada hari pertama bisnis dan
pada akhir tahun pertama. Semua pabrik dan peralatan disusutkan secara garis
lurus selama 10 tahun kehidupan. Tanah di mana pabrik itu berada di bawah
perjanjian sewa jangka panjang.

Pada awal tahun kedua perusahaan, manajemen membayarkan tunai


$50.000 dari $350.000 kewajiban jangka panjang perusahaan. Sisa $ 300.000
dikonversi menjadi modal.

Exhibit 1 menyajikan laporan laba rugi perusahaan atas dasar historis


untuk masing-masing dua tahun pertama operasinya. Exhibit 2 menunjukkan
pernyataan laba ditahan yang belum disesuaikan untuk periode yang sama.
Saldo Diskon Mart menyela pada pembukaan bisnis dan pada akhir operasi
setiap tahun disajikan dalam Exhibit 3.

Pada akhir operasi tahun kedua, manajemen menginginkan pernyataan


perusahaan disajikan kembali dalam dolar saat ini untuk menentukan apakah
perusahaan itu mengalami keuntungan atau kerugian moneter hingga saat ini.
Manajemen juga ingin tahu Berapa banyak akumulasi keuntungan atau
kerugian yang terkait dengan tahun kedua operasi.
15
Pembahasan studi kasus : Discount Mart

Exibit 1 Discount Mart-Comprative Income Statement-Historical Basis (in thousands)

Adj
Year 1 Year 2
Year 1 Year 2
Sales 800 1000 923.81 1071.43
Operating
expenses
Cost of goods sold 470 600 542.85 642.00
Depreciation 30 40 35.10 45.60
Other expenses
(incluading 280 300 323.33 321.43
income tax)
Total operating
780 940 901.28 1009.03
expenses
Net profit from
20 60 22.53 62.40
operations

Exibit 2 Discount Mart- Corporative Statement Of Retained Earning-Historical Basis (in


thousands)
Year 1 Year 2 Adj
Retained earning, begining of year - 15 17.53
Net profit from operations 20 60 22.53 62.40
Total 20 75 22.53 79.93
Devidens to stockholder 5 10 5.00 10.00
Retained earning end of year 15 65 17.53 69.93

16
DAFTAR PUSTAKA

SOEMARSO, S.R.,Akuntasi Suatu Pengantar; Salemba Empat; Jakarta:2005.s

Gabehart Valuation Services. Normalization Process Summary/Extended Analysis. 2003.


Halaman 1-16. GBQ Consulting.

Normalization Adjustments and Their Effec on Business Valuation. 2011. Halaman 1-4.

National Association of Certified Valuators and Analysts (NACVA). Chapter Three:


Generating Economic/Normalized Financial Statements. 2012. Halaman 1-22

17

Anda mungkin juga menyukai