Anda di halaman 1dari 1

Zona Tidak Aman adalah suatu Tantangan

Pagi yang cerah dan senyuman yang indah terpancarkan oleh Uli si gadis kecil yang
siap menghadapi hari pertamanya sekolah di SMA 1 Super. Dengan gembira dan
bersemangat dikamarnya dia menyiapkan perlengkapan sekolahnya. Jam menunjukkan pukul
06.00 dan waktunya Uli untuk berangkat ke sekolah. Sepanjang jalan Uli merasa senang dan
berharap nanti mendapatkan teman baru yang sangat ramah dan mau berteman baik
dengannya. Sesampai disekolah Uli langsung menyapa teman barunya dan mengajak
berkenalan, namun setelah berkenalan dia masih belum bisa mendapatkan teman yang sesuai
dengan dia.
Satu minggu sudah terlewati masih belum juga Uli mendapatkan teman. Malah Uli
menjadi bahan tertawaan teman-temannya dan menjadi bulan-bulanan bullyan karena Uli jika
ditanya kadang-kadang agak kurang tepat, gayanya menjawab agak aneh, dan masih merasa
tidak nyaman dilingkungan dia berada sekarang. Pelajaran yang semakin hari membuatnya
semakin terpuruk. Apalagi mata pelajaran Matematika yang membuat sangat sedih karena
mata pelajaran itu telah membuat dia mendapat julukan “ Bagio “, karena Uli sangat kurang
bisa dalam hal pembagian. Setiap datang kesekolah Uli selalu dipanggil “Bagio - Bagio
datang”, ucap teman-teman perempuannya. Betapa sakit hati Uli dipanggil itu. Pernah
didepan teman-temannya dia diolok habis-habisan oleh Rara dan Via yang mengatakan “
sudah, Uli kamu keluar aja dari SMA ini, kamu masuk daftar SD aja, hahahahaha”. Kata-kata
itu semakin membuat Uli ingin sampai dia ingin menangis, berusaha dia tetap tersenyum dan
sabar. Sepanjang perjalanan pulang dia menangis dan berkata “ingin rasanya aku keluar dan
pindah dari sekolah ini”.
Sesampai dirumah dia bercerita dengan kedua orang tuanya apa yang telah dia alami
selama dua minggu bersekolah dan keinginannya untuk pindah dari SMA 1 Super. Dengan
tenang Bapak dan Ibu Uli tersenyum, Bapak berkata ”Bapak dan Ibu mendukung dan
membantu apapun yang dilakukan anaknya selagi masih dijalan yang benar dan membuat
anak bapak senang”, kemudian dirangkul Uli sedang menangis itu. Dengan tersendu-sendu
Uli terfikirkan apa yang telah Bapak Uli katakan dan ia teringat bahwa yang memilih untuk
masuk disekolah itu adalah Uli sendiri. Dari saat itu juga Uli bangkit dari keterpurukannya
dan mendekati pembagian diajari oleh bapaknya bagaimana cara membagi yang benar dan
betul. Dia belajar dengan rutin setiap hari dan waktu tidur yang terbatas membuat Uli tidak
patah semangat untuk bisa melakukan Pembagian. Semakin hari hasil belajar Uli semakin
nampak tidak hanya pembagian yang dia kuasai namun materi yang lain mampu ia pelajari
dengan baik nilai yang dia dapatkan bisa diatas teman-temannya betapa bahagia hati Uli.
Kemudian sapaan Bagio sudah tidak terdengar lagi membuat Uli bisa merasa lebih nyaman,
dengan hati yang memaafkan dan mencoba selalu tersenyum mendekatkan Uli terhadap
teman-teman yang sangat hangat dan mau menerima Uli apa adanya. Semenjak itu Uli
melihat Matematika sebagi kawan bukan lawan, dalam hati ia berterimakasih terhadap teman-
teman yang telah membullynya karena mereka Uli sekarang menjadi orang yang pantang
menyerah dan mau belajar lebih lagi. Menurut Uli keadaan yang tidak nyaman ini akan
membuat dirinya berusaha keluar dan mencapai kesuksesan dengan semangat yang luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai