Anda di halaman 1dari 3

MASJID AL- ISHLAH

Masjid Al-Ishlah dengan arsitekturnya yang cukup unik menjadi masjid agung bagi kota Bandar
Lampung. Tepatnya berlokasi di Jln. Ratu Balau No. 14, Dusun Tiyuh Kedamaian, Desa
Kedamaian, Kecamatan Kedamaian, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Bangunan
masjidnya di rancang sedemikian rupa sesuai dengan sentuhan budaya Lmapung, sehingga jika
kita lihat dari fasad depan akan sangat kental dengan sentuhan etnis Lampung pada bagian-
bagian eksteriornya. Bahkan jika kita masuk pada masjid, kita akan disuguhi dengan eksterior
yang sangat unik dan pastinya tidak dapat kita temui di masjid-masjid lainnya.

Keunikan yang dimiliki masjid ini bisa kita lihat di hampir keseluruhan bangunannya. Mulai dari
dominasi warna ungu kemerah-merahan, ornamen-ornamen, dan berbagai simbol-simbol khas
budaya Lampung juga turut di implementasikan pada bangunan masjidnya.

Nama masjid ini memakai nama “Al-Ishlah”, yang berarti “Perbaikan” ataupun “Kedamaian”
seperti nama tempatnya berdiri. Bahkan filosofi yang dikandungnya adalah agar masyarakat
sekitar dapat selalu memperbaiki dirinya dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa.

Pembangunan Masjid Al-Ishlah Kedamaian, Bandar Lampung


Bangunan Masjid Al-Ishlah mulai didirikan pada tanggal 28 November 2014. Upacara peletakan
batu pertama dilakukan sendiri oleh H. Herman HM, Walilkota Bandar Lampung yang menjabat
kala itu.

Dana pembangunan masjid ini sebagian besar berasal dari Pemerintah Kota Bandar Lampung
sebesar Rp. 600 juta yang diberikan setelah peletakan batu pertama sebagai dana awal untuk
pembangunannya. Sedangkan sisa dana yang dibutuhkan untuk pembangunan berasal dari
sedekah, infak, dan beberapa swadaya masyarakat lainnya.

Pada awalnya, Masjid Al-Ishlah ini dibangun pertama kali pada tahun 1938 diatas tanah wakaf
H. Tohir Ismail Balau dan H. Abdul Roni seluas 700 meter persegi. Karena dibangun sekitar
tahun 1938, bangunan asli Masjid Al-Ishlah menjadi masjid tertua ke empat di provinsi lampung.
Namun, dari awal pembangunannya, masjid ini sudah mengalami renovasi ebanyak 6 kali, dan
renovasi total dilakukan pada tahun 2014 seperti yang dapat kita lihat sampai saat ini.

Arsitektural Bangunan Masjid Al-Ishlah Kedamaian Bandar Lampung

Jika dilihat dari bagian atas masjid dipasang seperti ornamen payung adat dengan beberapa
warna merah, kuning dan putih. Warna-warna tersebut ternyata memiliki filosofi menarik yaitu
“merah sebagai simbol penyimbang suku”, “kuning sebagai penyimbang Tiyuh”, dan “putih
sebagai penyimbang Marga”.

Sementara itu, kubah yang dipasang dibagian atas juga memiliki bentuk unik, hampir seperti
bentuk perahu. Hal ini juga dimaksudkan bahwa alat yang trasportasi yang digunakan oleh
masyarakat setempat dahulunya hanya perahu, karena memang mayoritas orang lampung tinggal
di samping sungai. Kubah masjidnya dibuat berbentuk limas ataupun segitiga dengan empat sisi
menyerucut (seperti piramida), namun puncaknya terbuka seperti bunga yang sedang mekar.

Semua lambang dan juga ornamen yang diimplementasikan di Masjid Al-Ishlah Lampung
tergambar di masjid ini sesuai dengan aturan adat istiadat di wilayah tersebut. Bahkan saking
uniknya, masjid ini juga dinobatkan sebagai Masjid Cagar Budaya di Kota Tapis Berseri.
Bangunan masjidnya memang tidak begitu luas, yaitu sekitar 20 x 25 meter, dan dibangun
dengan dua lantai. Total ketinggian banguannnya sekitar 13.5 meter, kemudian dibangun sebuah
menara yang menyatu dengan bangunan utamanya yang juga mengadopsi budaya lampung
dengan ketinggian sekitar 18 meter dari permukaan tanah.

Jika kita lihat sekilas dari keseluruhan bangunannya, masjid ini justru lebih mirip dengan
bangunan hunian khas Lampung, dengan corak warna merah, kuning, dan juga putih, yang
mendominasi didalam setiap bagiannya.

Bangunan ini menggabungkan dari berbagai macam unsuk gaya, disebut juga gaya ekletik.
Karena bentuk bangunan ini sangat simple dan terlihat modern dari bagian depan. Namun
terdapat kolom-kolom polos dibagian bawahnya juga ada beberapa ornament yang terlihat
mencolok jadi terlihat pula seperti unsur gaya Yunani kuno. Juga ada sebuah dome kecil
dibelakangnya yang mengandung unsur gaya Romanesque. Dari keseluruhan bangunan
semuanya mengandung unsur kearifan local dari kota lampung.

Anda mungkin juga menyukai