Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


ALERGI SUSU SAPI
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/6
Ditetapkan oleh:
Tanggal terbit: Direktur Utama
PPK
…………….
Dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001

No.ICD 10 Z91.011 (Allergy to milk product)


Pengertian Alergi susu sapi adalah reaksi simpang imunologis terhadap
protein susu sapi, dapat diperantai oleh IgE atau tidak
diperantai IgE. Reaksi yang tidak diperantai IgE lebih sulit
untuk dikenali.
Anamnesis  Umumnya mengenai bayi sejak usia 2 minggu hingga 3
bulan
 Gejala dapat berupa:
 ruam merah, basah, rewel karena gatal, bayi
menggosok-gosokkan pipi
 sesak atau napas berbunyi
 diare atau konstipasi
 bayi tampak lemas
 Gejala didahului oleh riwayat minum susu sapi dengan
onset beberapa menit hingga beberapa jam setelah
minum susu sapi terakhir. Pada ibu yang memberi ASI,
mungkin terdapat riwayat ibu mengonsumsi susu sapi.
 Pasien atau ibu pasien sudah pernah minum susu sapi
atau produk susu sapi sebelumnya
 Perlu identifikasi:
 Riwayat atopi pada pasien atau keluarga
 Riwayat sakit sebelumnya, baik alergi maupun
bukan

Pemeriksaan  Pada kulit: kulit kering, urtikaria, dermatitis atopik


Fisik  Pada saluran napas: sesak, wheezing, kongesti hidung
 Manifestasi sistemik berupa keterlibatan kardiovaskular
atau keterlibatan dua sistem atau lebih pada tipe cepat
pasca pajanan susu sapi. Pada tipe lambat berupa tanda
dehidrasi,anemia dan gagal tumbuh
 Allergic shinners, nasal crease, geographic tongue
ditemukan pada anak yang lebih besar.

Kriteria  Gejala konsisten dengan reaksi imunologi


Diagnosis  Pasien mengkonsumsi susu sapi
 Pajanan susu sapi mendahului gejala
 Waktu antara pemberian susu sapi dan munculnya
gejala konsisten dengan reaksi terhadap susu sapi
 Penyebab lain gambaran klinis ini sudah disingkirkan
 Uji eliminasi dan provokasi positif (gejala menghilang
setelah susu sapi dihentikan dan gejala muncul kembali
bila susu sapi dikonsumsi)
 Untuk bayi dengan ASI ekslusif:(PPK Tindakan?)
Eliminasi protein susu sapi pada diet ibu selama 2-4
minggu. Bila gejala menghilang setelah eliminasi,
dilanjutkan dengan uji provokasi dengan mengenalkan
kembali protein susu sapi. Bila gejala muncul kembali,
maka dapat ditegakkan diagnosis alergi susu sapi. Bila
gejala tidak menghilang setelah eliminasi, maka perlu
dipertimbangkan diagnosis lain.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN ANAK
ALERGI SUSU SAPI
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 2/6

- Untuk bayi yang mengonsumsi susu formula standar:


Eliminasi protein susu sapi dengan mengganti susu
formula berbahan dasar susu sapi dengan susu formula
hidrolisat ekstensif atau soya (untuk kelompok dengan
gejala klinis ringan atau sedang) atau formula asam
amino (untuk kelompok dengan gejala klinis berat).
Eliminasi dilakukan 2-4 minggu.
Bila gejala menghilang setelah eliminasi, dilanjutkan
dengan uji provokasi susu sapi. Bila gejala muncul
kembali, maka dapat ditegakkan diagnosis alergi susu
sapi. bila gejala tidak menghilang setelah eliminasi, maka
perlu dipertimbangkan diagnosis lain.

Diagnosis  Alergi makanan lain


Banding  Alergi inhalan
 Scabies pada manifestasi kulit yang berat
 Benda asing pada saluran napas pada kasus gejala
obstruksi saluran napas
 Syok karena penyebab lain
 Bila manifestasi berupa syok, bedakan dengan syok
karena penyebab lain

Pemeriksaan  Skin Prick Test (untuk menguji adanya IgE spesifik


Penunjang terhadap inhalan yang mungkin menyertai dan
memperberat gejala)
 Prick-to-prick test untuk susu sapi
 Pemeriksaan serum IgE spesifik susu sapi pada kasus
dengan manifestasi sitemik atau kelainan kulit berat
 Uji Eliminasi Diagnostik selama 2 minggu
 Uji provokasi pada akhir minggu ke dua eliminasi
 Pemeriksaan Feces Lengkap pada dugaan tipe lambat
 Pemeriksaan darah lengkap pada dugaan anemia
 Kadar Albumin untuk mengetahui beratnya penyakit
pada kasus dermatitis atopik berat dan diare kronis.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN ANAK
ALERGI SUSU SAPI
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3/6
.
Konsultasi -
Perawatan Pada anafilaksis, malnutrisi berat, anemia atau
Rumah Sakit hipoalbuminemia berat
Terapi/tindakan  Eliminasi terapeutik minimal 6 bulan atau hingga 1
(ICD 9 CM) tahun:
 pada gejala klinis ringan atau sedang ganti susu
sapi dengan susu formula terhidrolisat ekstensif atau
soya
 pada gejala klinis berat: ganti susu sapi dengan
formula asam amino
 Pada bayi yang mendapat ASI: ASI diteruskan dan
ibu menghindari susu sapi dan produk turunannya
selama eliminasi terapeutik.
 Provokasi setelah eliminasi terapeutik untuk konfirmasi
toleransi terhadap susu sapi
 Pada bayi yang sudah mendapatkan makanan padat,
hindari protein susu sapi dalam makanan pendamping
ASI (MP-ASI)
 Pada manifestasi dermatitis atopic berikan perawatan
kulit:
 Emollient sehabis mandi pada semua derajat
penyakit
 Kortikosteroid topikal
 Hidrokortison 1% tipis pada derajat sedang
 Hidrokortison 2,5% pada derajat berat
 Calcineurin inhibitor topical dengan pertimbangan
ahli (perlu detail nama obat/dosis?)
 Steroid sitemik dengan pertimbangan ahli
 Medikamentosa sesuai gejala (dermatitis atopi,
hipereaktivitas bronkus, rhinitis alergi)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
ALERGI SUSU SAPI
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 4/6

Tempat Triage anak, ruang intensif anak, ruang perawatan anak
Pelayanan
Penyulit Anafilaksis
Anemia
Hipoalbuminemia
Informed Tertulis dan lisan bila memerlukan tindakan invasif
Consent
Tenaga Standar Dokter Spesialis Anak, Dokter Konsultan Sub Bagian Alergi
Imunologi, Residen atas pengawasan Konsultan Sub Bagian
Alergi Imunologi
Lama Perawatan -
Masa Pemulihan 7-14 hari
Hasil Membaik
Patologi -
Otopsi -
Prognosis Dubia ad bonam. Lima puluh persen anak akan menjadi
toleran pada usia 1 tahun, 70% pada usia 2 tahun dan 90 %
pada usia 5 tahun.

Tindak Lanjut Kontrol rawat jalan


Penilaian perbaikan klinis dan kebutuhan obat,
Uji provokasi pasca eliminasi
Penilaian risiko alergi untuk anggota keluarga lain
(pencegahan primer untuk anak yang akan dilahirkan
berikutnya)

Tingkat Eviden & Diagnostik:


Rekomendasi 1. Fiocchi A et al. World Allergy Organization (WAO)
Diagnosis and Rationale for Action against Cow’s
Milk Allergy (DRACMA) Guidelines. 2010. WAO
Journal
2. (Kpoletzko S, Niggemann B, Arato A, Dias JA,
Heuschkel R, Husby S, Mearin ML, Papadopoulou
A, Ruemmele FM, Staiano A, Schäppi MG and
Vandenplas.Y ESPGHAN GI Committee practical
Guidelines: Diagnostic Approach and Management
of Cow's Milk Protein Allergy in Infants and Children
2012. J. Pediatr. Gastroenterol Nutr (2012) 55: 2
221-229)
3. Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Alergi
Susu Sapi IDAI. 2013.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN ANAK
ALERGI SUSU SAPI
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 5/6

Terapi:
1. Fiocchi A et al. World Allergy Organization (WAO)
Diagnosis and Rationale for Action against Cow’s
Milk Allergy (DRACMA) Guidelines. 2010. WAO
Journal
2. (Kpoletzko S, Niggemann B, Arato A, Dias JA,
Heuschkel R, Husby S, Mearin ML, Papadopoulou
A, Ruemmele FM, Staiano A, Schäppi MG and
Vandenplas.Y ESPGHAN GI Committee practical
Guidelines: Diagnostic Approach and Management
of Cow's Milk Protein Allergy in Infants and Children
2012. J. Pediatr. Gastroenterol Nutr (2012) 55: 2
221-229)
3. Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Alergi
Susu Sapi IDAI. 2013.

Indikator Medis Keluhan hilang, kekambuhan berkurang, kebutuhan obat


tidak ada, status nutrisi baik, absensi kerja orang tua
berkurang, kunjungan ke rumah sakit berkurang.

Edukasi Ketaatan terutama pada fase eliminasi.


Orangtua harus mempelajari hidden allergen dan label
makanan
Kenali gejala alergi dan penanganan awal.
Pada bayi berusia kurang dari 6 bulan yang menggunakan
formula soya, orangtua harus diberi informasi bahwa
sebanyak 7-12% bayi yang alergi susu sapi juga alergi
terhadap soya

Kepustakaan 1 Host A, Halken S, Jacobsein HP. Clinical course of


cow’s milk protein allergy/intolerance and atopic
diseases in childhood. Pediatr Allergy Immunol
2002;13:23-8.
2 Iacono G, Cavataio F, Montalto G. Intolerance of
cow’s milk and chronic constipation in children. N Engl
J Med 1998;339:1100-4.
3 Leung AK. Food allergy; A clinical approach. Adv
Pediatr 1998;45:145-77.
4 Novembre E, Vierucci A: Milk allergy/intolerance and
atopic dermatitis in infancy and childhood. Allergy
2001;56:105-8.
5 Sondheimer JM. Cow’s milk protein intolerance.
Dalam: Hay WW, HaywardAR, Levin MJ, Sondheimer
JM, penyunting. Current pediatric diagnosis and
teratment. Edisi ke-15. New York: Mc-Graw hill; 2001.
h. 560-1.
6 Sampson HA, Leung DYM. Adverse reactions to food.
Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting/ nelson textbook of pediatrics.
Philadelphia: WB Saunders; 2004. h.789-792.
7 Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Alergi
Susu Sapi IDAI. 2013.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN ANAK
ALERGI SUSU SAPI
RSUP SANGLAH 2016
DENPASAR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


00 6/6
8 Kpoletzko S, Niggemann B, Arato A, Dias JA, Heuschkel
R, Husby S, Mearin ML, Papadopoulou A, Ruemmele
FM, Staiano A, Schäppi MG and Vandenplas.
Y ESPGHAN GI Committee practical Guidelines:
Diagnostic Approach and Management of Cow's
Milk Protein Allergy in Infants and Children 2012. J.
Pediatr. Gastroenterol Nutr (2012) 55: 2 221-229)
9 Fiocchi A et al. World Allergy Organization (WAO)
Diagnosis and Rationale for Action against Cow’s Milk
Allergy (DRACMA) Guidelines. 2010. WAO Journal.

Anda mungkin juga menyukai