Anda di halaman 1dari 24

PROMOSI KESEHATAN

Adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran


dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta
mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat.
PERAN PROMOSI KESEHATAN
1. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu pilar bagi “Indonesia Sehat
2010”.
2. Promosi kesehatan adalah penopang utama bagi setiap pogram kesehatan.
3. Satu fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
A. GERAKAN PEMBERDAYAAN
B. BINA SUASANA
C. ADVOKASI Yang diperkuat oleh KEMITRAAN serta METODE DAN SARANA yang
tepat GERAKAN PEMBERDAYAAN
PEMBERDAYAAN :
adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti per-kembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi
mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).
SASARAN UTAMA PEMBERDAYAAN :
1. Individu
2. Keluarga
3. Kelompok masyarakat
BINA SUASANA
BINA SUASANA :
adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di
mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki
opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
TIGA PENDEKATAN :
• Pendekatan Individu,
• Pendekatan Kelompok, dan
• Pendekatan Masyarakat Umum.

Bina Suasana Individu


• Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.
• Dengan pendekatan ini diharapkan :
- dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
- dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan.
Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan
tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras,
Menutup dan Mengubur– demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).
- dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan
informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
Bina Suasana Kelompok
• Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat,
seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian,
Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa,
Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-
sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
• Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan me-nyetujui atau mendukungnya.
• Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau
melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
Bina Suasana Masyarakat Umum
• Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan
membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran,
majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif
tentang perilaku tersebut.
Dengan pendekatan ini diharapkan :
• media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang
diperkenalkan.
• Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-
luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat
umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut.
• Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung
atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga
akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
ADVOKASI
• Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
• Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya
dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis.
Stakeholders yang dimaksud bisa berupa :
• tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan
pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
• tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang
umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya.
• Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan
dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah.
• Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu singkat.
• Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1)
mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
(3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif
pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan
demikian, maka advo-kasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
• Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
• Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
• Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
• Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
• Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
• Dikemas secara menarik dan jelas
• Sesuai dengan waktu yang tersedia
KEMITRAAN
• Kemitraan harus digalang baik dalam rangka Pemberdayaan maupun Bina Suasana, dan
Advokasi.
• Kemitraan perlu digalang dengan individu-individu, keluarga, pejabat-pejabat atau
instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka
atau tokoh masya-rakat, media massa, dan lain-lain.

KESETARAAN
Kesetaraan berarti :
• Tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.
• Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam
kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah).
• Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan
kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama.
Adapun bila kemudian dibentuk struktur yang hirarkhis (dalam organisasi kelompok
kemitraan, misalnya), adalah karena kesepakatan.

KETERBUKAAN
• Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak.
• Setiap usul/ saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak
menutup-tutupi sesuatu.
• Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya
“pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan
mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
SALING MENGUNTUNGKAN
• Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang didapat oleh
semua pihak yang terlibat.
• Perilaku sehat dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat
dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak langsung) bagi
semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin.
METODE & SARANA
• Terdapat dua hal yang menentukan keberhasilan komunikasi, yaitu:
(1) metode komunikasi, dan
(2) sarana atau media pendukung
komunikasi.
Metode komunikasi
• Pemberdayaan dapat dilakukan dengan pilihan metode: ceramah & tanya jawab, dialog,
demonstrasi, konseling, bimbingan, kerja kelompok, dan lain-lain.
• Bina Suasana dapat dilakukan dengan metode-metode: penggunaan media massa, dialog,
debat, seminar, kampanye, petisi/ resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.
• Advokasi dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi, dialog, negosiasi, debat,
petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.
• Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan
gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil.
Sarana komunikasi
• Jika penerima informasinya berupa individu tertentu, dapat digunakan media seperti
lembar-balik (flashcards), gambar-gambar/foto-foto dan skema yang berupa lembaran-
lembaran.
• Jika penerima informasinya berupa kelompok tertentu, dapat digunakan lembar-balik
ukuran lebih besar, pertunjukan slides (melalui overhead projector, slide projector,
komputer & LCD projector, atau lainnya), dan pertunjukan filem (melalui film projector,
VCD player, komputer & LCD projector, atau lainnya).
• Jika penerima informasinya berupa masyarakat umum atau individu-individu dan
kelompok-kelompok di mana pun berada (tidak tertentu), dapat digunakan poster, leaflet,
flyer, majalah, koran, buku, siaran radio, dan tayangan televisi.

PROMOSI KESEHATAN OLEH PUSKESMAS


Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pemba-ngunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka
mencapai Visi „Indonesia Sehat“.
• Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu
sebagai : (1) pusat peng-gerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat
pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan Individu
• Pemberdayaan individu dilakukan oleh setiap petugas Puskesmas terhadap individu-
individu yang datang memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Selain itu juga terhadap
individu-individu yang menjadi sasaran kunjungan (misalnya dalam upaya keperawatan
kesehatan masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).
Pemberdayaan Keluarga
• Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh petugas Puskesmas yang melaksanakan
kunjungan rumah terhadap keluarga. Yaitu keluarga dari individu pengunjung Pus-
kesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Pemberdayaan Masyarakat Umum
• Pemberdayaan juga dapat dilakukan terhadap sekelompok individu anggota masyarakat,
melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat (community
organization/community development).
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Adalah :
• Upaya meningkatkan kemauan, kesadaran dan kemampuan sehingga perorangan,
keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya
• Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor penting yang dapat
memacu percepatan keberhasilan tujuan pembangunan.
TUJUAN PHBS
Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat.
Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup bersih
dan sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu
dan anak, gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan dan hal-hal yang berkaitan dengan
perilaku dan gaya hidup serta dana sehat/JPKM
2. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal khususnya KIA, gizi, imunisasi, kesling dan
hal-hal berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup
3. Meningkatkan peran media massa dalam pembangunan kesehatan dalam menyebar
luaskan informasi kesehatan
4. Meningkatkan peran organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat
dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam upaya penyuluhan kesehatan.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pennyelenggaraan dan pengembangan
JPKM
Sasaran PHBS
1. Rumah Tangga : ibu, semua anggota keluarga mulai dari bayi, anak balita, remaja,
orang dewasa dan lansia termasuk kepala keluarga.
2. Institusi pendidikan :
• Sekolah dasar (negeri/swata), madrasah Ibtidai’yah
• SLTP (negeri/swasta), Madrasah Tsanawiyah
• SLTA 9negeri/swasta), Madrasah Aliyah
• PT
• Lembaga pendidikan non formal lain
3. Institusi kesehatan
• Polindes, Pustu, Puskesmas
• BKIA, BP swasta
• Rumah bersalin
• RSU dan RS swasta
• Tampat-tempay praktek swasta
• Laboratorium medis dan kesehatan
4. Tempat-tempat kerja
• Kantor-kantor pemerintah
• kantor-kantor swasta
• pabrik
• tempat-tempat home industri
5. Tempat-tempat umum
• Tempat ibadah
• tempat hiburan
• tampat wisata
• pasar, terminal dll
6. Warung-warung makanan/minuman
• restoran, warung dll
7. Pondok pesantren
INDIKATOR RUMAH TANGGA SEHAT :
1. Ibu hamil periksa ANC
2. pertolongan persalinan oleh nakes
3. PUS ikut KB
4. bayi diberi ASI eksklusif
5. menjadi peserta dana sehat/JPKM
6. tidak merokok
7. makan sayur dan buah setiap hari
8. tersedia air bersih
9. tersedia jamban
10. melakukan aktifitas fisik setiap hari
11. kesesuaian luas rumah dengan jumlah penghuni
12. lantai rumah bukan dari tanah
13. tahu tentang AIDS
14. anggota keluarga kuku pendek
15. ganti baju sesuai aktifitas
16. membuang sampah di tempatnya
Pesan-pesan PHBS :
1. Periksakan kehamilan kepada petugas kesehatan minimal 4 x selama kehamilan dan
minumlah tablet tambah darah sebutir sehari.
2. Gunakan jamban/wc untuk keperluan buang air besar
3. Minumlah air bersih yang sudah dimasak sampai mendidih
4. Bersihkan bak mandi seminggu sekali
5. Setiap hari mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
6. Cucilah tangan sebelum menyentuh makanan
7. Hindari kebiasaan merokok
8. Hindari hubungan seksual diluar nikah
9. Ikutlah menjadi peserta nada sehat/JPKM
10. PROMOSI KESEHATAN UNTUK PENERAPAN PHBS (PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN SEHAT)
11.
12. Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh
perorangan, akan tetapi juga harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat.
Dalam UU Kesehatan RI No.36 Tahun 2009, “ Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis”. Hal ini berarti bahwa kesehatan pada diri
seseorang atau individu itu mencakup aspek fisik, mental, spiritual dan sosial demi
tercapainya keadaan yang sejahtera bagi seseorang baik dengan produkivitasnya dan juga
ekonominya.
13. Sejalan dengan itu menurut Bloom (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor
yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor keturunan dan faktor pelayanan
kesehatan. Dari ke-4 faktor tersebut, faktor ke-2 yaitu faktor perilaku sangat berpengaruh
dalam kesehatan seseorang, terutama dalam penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) baik dilingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.
14. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak
serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa kita upayakan dari yang tidak sehat menjadi
hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari
menanamkan pola pikir sehat yang menjadi tanggung jawab kita kepada masyarakat dan
harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri. Upaya ini adalah untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya sebagai satu investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif. Dalam mengupayakan perilaku ini dibutuhkan
komitmen bersama-sama saling mendukung dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya keluarga sehingga pembangunan kesehatan dapat tercapai
maksimal.
15.
16.
17.
18. 1. DEFINISI PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN
19. 1.1 PERILAKU
20. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan
sebagainya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
21. Seorang ahli psikologi, (Skinner, 1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Skinner
membedakan adanya 2 respons, yaitu :
22. 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
23. 2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut reinforcing stimulation atau reinforcer.
24.
25. 1.2 PERILAKU KESEHATAN
26. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan
dan minuman, serta lingkungan.
27. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
28. 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan, yaitu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
29. 2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehata, yaitu
perilaku yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari
pengobatan keluar negeri.
30. 3. Perilaku kesehatan lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespons lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan
tersebut tidak memengaruhi kesehatannya.
31.
32. 2. PROMOSI KESEHATAN
33. Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program
kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya
pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
34. Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian
dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu
bentuk definisi mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling
people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete
physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and
realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment“. (Ottawa
Charter,1986).
35. Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,
baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
36. Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi
kesehatan sebagai berikut : “Health promotion is programs are design to bring about
“change”within people, organization, communities, and their environment ”. Artinya
bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya.
37. Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998). Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut
dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan
tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua
komponen masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga
dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk
kebijakan dan peraturan perundangan.
38. Visi dari Promosi Kesehatan yaitu meningkatnya kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
39. Misi dari Promosi Kesehatan yaitu :
40. 1. Advokat
41. Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan di berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
42. 2. Menjembatani
43. Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang
terkait dengan kesehatan.
44. 3. Meningkatkan
45. Memberikan kemampuan atau keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri.
46.
47. Promosi Kesehatan dalam praktik kebidanan
48. Upaya promosi kesehatan merupakan tanggungjawab kita bersama, bahkan bukan
sektor kesehatan semata, melainkan juga lintas sektor, masyarakat dan dunia usaha.
Promosi kesehatan perlu didukung oleh semua pihak yang berkepentingan.
49. Rancangan program promosi kesehatan oleh bidan adalah memfokuskan bagaimana
program kemitraan pelayanan persalinan terpadu dapat membantu peningkatan upaya
keselamatan ibu dengan menjalin kemitraan dengan lintas sektoral yang terkait.
Kemitraan mengandung arti saling bertukar pengetahuan, sumberdaya dan komitmen
untuk mencapai tujuan bersama. Untuk itu diperlukan sikap saling menghargai dan
keterbukaan tentang semua hal kemitraan dengan wanita. Pendekatan partisipasif ini
melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan menentukan prioritas masalah kesehatan ibu,
menyusun rencana pemecahan masalah bersama pemerintah setempat dan
melaksanakannya. Beberapa kegiatannya adalah pelatihan dukun bayi, pendidikan dan
pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalinan yang aman dirumah serta tentang
keluarga berencana, mengembangkan persiapan rujukan ke rumah sakit dan
mengembangkan materi informasi tentang kesehatan reproduksi.
50. Kemitraan dengan masyarakat dan dukun bayi. Pelatihan petugas dalamn upaya
keselamatan ibu tidaklah lengkap tanpa penyuluhan dan motivasi terhadap keluarga,
masyarakat dan dukun bayi.
51. Kemitraan dengan bidan. Perlu dilakukan dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam
mendukung pelayanan kesehatan reproduksi. Melalui asosiasi ini diharapkan para bidan
mengikuti program pelatihan kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan
kegawatan obstetri, pencegahan infeksi dan keluarga berencana. Perhatian utama
organisasi ini adalah memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam
menjaga kualitas pelayanan kesehatan ibu.
52. Kemitraan dengan penentu kebijakan. Kemitraan antara lembaga pembangunan,
donor dan pemerintah diperlukan dalam keberhasilan kegiatan keselamatan ibu.
Kemitraan ini telah dilaksanakan didaerah Tanjungsari, menunjukkan kemitraan antara
penyandang dana, pelayanan kesehatan pemerintah, tokoh masyarakat. Komitmen
nasional terhadap kesehatan ibu oleh Bapenas dan Depkes memberikan lingkungan yang
mendukung pelayanan kesehatan ibu. Pemerintah telah menempatkan satu bidan disetiap
desa dengan mendidik 55.000 bidan didesa dalam kurun waktu delapan tahun. Pondok
bersalin desa dilayani oleh bidan, dukun bayi, dan kader disediakan untuk memberikan
pelayanan antenatal dan persalinan ditingkat desa.
53. Disamping itu, kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi dilaksanakan untuk
mendukung kegiatan ini serta disediakan sarana komunikasi radio dengan fasilitas
merespon obstetri gawat.
54. Agar upaya keselamatan ibu tidak hanya sekedar retorika tetapi menjadi kenyataan
diperlukan komitmen kuat dari penentu kebijakan, pengelola program dan masyarakat.
Implikasi program keselamatan ibu mencakup hal berikut:
55. pada setiap persalinanMenjamin kehadiran tenaga kesehatan
56. kebidanan ditingkat masyarakatMemperluas akses terhadap pelayanan
57. obstetri esensial, termasuk pelayanan gawat daruratMeningkatkan akses terhadap
pelayanan
58. reproduksi termasuk keluarga berencana dan pelayanan pasca aborsiMenyediakan
pelayanan terpadu kesehatan
59. Menjamin kesinambungan pelayanan yang berhubungan dengan sarana rujukan dan
didukung oleh bahan habis pakai, alat, obat dan transportasi yang memadai.
60. Beberapa Kegiatan dalam menurunkan AKI yaitu :
61. 1. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :
62. a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga
bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan
persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi, serta
berbagai pelatihan bagi petugas.
63. b. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar,
antara lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Kualitas) 24 jam
64. c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu, pelayanan
KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca
keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria
65. d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan
menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI),
Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
66. e. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam
bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1 dan 2,
serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi
persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah), jaga selama hamil,
cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga
mutu pelayanan
67. 2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan
kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan
mengevaluasi kegiatan (P1 – P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
68. 3. Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan
data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk sosialisasi
dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan
ibu dan anak.
69. Melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan
kemampuan petugas serta melalui dukungan dan kemitraan berbagai pihak akan sangat
menentukan upaya penurunan AKI terutama dengan memperhatikan 3 pesan kunci MPS.
70. Strategi berbasis masyarakat yang akan mendukung tercapainya tujuan upaya
keselamatan ibu meliputi:
71. khususnya wanita dan pelaksana pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki
kesehatan ibu.Melibatkan anggota masyarakat,
72. wanita, keluarga dan dukun/pengobatBekerjasama dengan masyarakat, untuk
mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
73. untuk meningkatkan kesadaranMenyediakan pendidikan masyarakat tentang
komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.
74. Konsep pengembangan sistem informasi dan pola rujukan dalam peningkatan Upaya
kesehatan ibu dapat dimulai dari dukun bayi yang masih menjadi ujung tombak dalam
pelayanan persalinan diharapkan telah menjadi bagian tenaga pendampingan yang
menjadi bagian integral kemitraan pelayanan persalinan. Penemuan kasus persalinan
akan dirujuk oleh dukun bayi ke bidan desa yang kemudian akan dirujuk kepada tingkat
yang lebih tinggi (dokter/bidan ditingkat Puskesmas, dokter/bidan rumah sakit tingkat
kabupaten/kota dan dokter/bidan rumah sakit tingkat propinsi). Namun demikan alur
informasi dapat dirujuk ke jenjang lebih tinggi mengingat kasus kematian persalinan
masih banyak terjadi karena keterlambatan dalam memberikan pertolongan persalinan.
75. Promosi kesehatan dalam sistem informasi diarahkan bagaimana informasi tentang
persalinan secepat mungkin sampai kepada masyarakat, tenaga kesehatan yang menolong
persalinan sehingga tindakan dini dapat dilakukan dalam menolong persalinan.
76. Media komunikasi seperti keberadaan handpone dapat dijadikan sebagai sarana dalam
menyampaikan informasi persalinan kepada bidan yang akan menolong persalinan.
Demikian juga untuk daerah yang sudah maju Dinas Kesehatan perlu merancang media
informasi yang dapat diakses secara online melalui pembuatan website tentang kesehatan
ibu dan anak. Sehingga melalui website ini masyarakat dapat dengan mudah memperoleh
informasi tentang kesehatan termasuk informasi tentang peningkatan upaya keselamatan
ibu dalam proses persalinan.
77. Diposted oleh Rahma Windy Hapsari ( S.08.370)
78. Mahasiswi Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin

STRATEGI PROMKES DALAM PENINGKATAN KESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
besar peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
rangka mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih
dinamis dan produktif dengan melibatkan semua sektor terkait termasuk swasta dan
masyarakat.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan
pendekatan pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah,
tokoh masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat. Maka kami tertarik mengambil
judul strategi promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana strategi promosi
kesehatan yang di tujukan kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Menjelaskan definisi strategi promosi kesehatan ?
b. Menjelaskan strategi promosi kesehatan menurut WHO ?
c. Bagaimana strategi promosi kesehatan menurut piagam ottawa ?
d. Menjelaskan peningkatan kesmas ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi strategi promosi kesehatan.
b. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan menurut WHO.
c. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan menurut piagam ottawa.
d. Untuk mengetahui peningkatan kesmas.
e.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Strategi promosi kesehatan adalah untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi
promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang
strategis. Cara ini sering disebut strategi, yakni cara bagaimana mencapai atau teknik
atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatantersebut secara berhasil guna dan
berdaya guna.

2.2 Strategi Promosi Kesehatan Menurut WHO


Berdasarkan keputusan WHO pada tahun 1994, strategi promosi kesehatan dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Advokasi
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut
mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam
bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan
sebagainya.
Kegiatan advokasi ini bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun
informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu
atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait.
Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan
dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik dalam
bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari uraian dapat
di advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan
sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).
b. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun
informal.
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat
(penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui
toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar
masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi dalam program kesehatan tersebut.
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial
ini antara lain: pelatihan pelatihan para toma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada
toma dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau
bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi
promosi kesehatan).
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan
pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan
ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan
kesehatan mereka, misaln ya terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa,
berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacam ini di masyrakat
sering disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Dari uraian tersebut sasaran
pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.
2.3 Strategi Promosi Kesehatan Menurut Piagam Ottawa
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada pada tahun 1986
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:

a. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)


Suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung atau menguntungkan kesehatan.
Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan,
perundangan, surat-surat keputusab dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang
yang mengatur adanya analisis dampak lingkingan untuk mendirikan pabrik,
perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
(kesehatan masyarakat).

b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)


Strategi ini ditujukan kepada para pengelolatempat umum,termasuk pemerintah
kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung
terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung
tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-
tempat umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air
besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi para perokok dan non-
perokok dan sebagainya.

c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)


Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan
kesehatan itu ada “provider” dan “consumer”. Penyelenggara (penyedia) pelayanan
kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai
atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan
harus diorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima
pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas
tertentu. Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara
pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan diri, bahkan
memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai
penerima pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatanini peran promosi
kesehatan sangat penting.

d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)


Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu,
keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan
terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok
tersebut terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu
(personnels kill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat
penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman
kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman
ini lebih bersifat individual daripada massa.

e. Gerakan masyarakat (Community Action)


Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini,
maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk
kesehatan. Oleh karenaitu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu
kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka akan terwujud perilaku yang kondusif
untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka.
Dalam piagam Ottawa tersebut juga mencantumkan ada 9 (sembilan) faktor sebagai
prasyarat untuk kesehatan, yaitu:
1. Perdamaian/keamanan.
2. Tempat tinggal.
3. Pendidikan.
4. Makanan.
5. Pendapatan.
6. Ekosistem yang stabil dan seimbang.
7. Sumber daya yang berkesinambungan.
8. Keadilan sosial.
9. Pemerataan.

2.4 Peningkatan Kesmas


Beberapa upaya promosi kesehatan yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan
kesmas antara lain:
1. Dukungan promosi kesehatan dalam mengembangkan kebijakan sehat melalui
upaya sosialisasi dan advokasi kepada lintas program dan sektor.
Pusat Promosi Kesehatan turut mendorong beberapa kebijakan berwawasan
kesehatan khususnya terkait sosialisasi dan advokasi pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) dan Ruang Menyusui. Kebijakan yang telah dikembangkan antara lain:
Perjanjian Bersama antara Kementerian Kesehatan dengan Kementerian dalam Negeri
tentang KTR tahun 2010; Kepmenkes RI Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang
Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu; Kepmenkes Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004
tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia;
Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan, Nakertrans dan Kesehatan
tentang Peningkatan pemberian ASI Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.

2. Penguatan kemitraan melalui organisasi masyarakat dan dunia usaha.


Pusat Promosi Kesehatan telah mengembangkan kemitraan dengan 17
Organisasi Masyarakat dan kemitraan dengan 23 Dunia Usaha melalui Corporate
Social Responsibility (CSR) untuk mendukung pelaksananaan pembangunan
kesehatan.

3. Kampanye Kesehatan dalam rangka menciptakan lingkungan yang kondusif


melalui berbagai saluran media dan berbagai kesempatan.
Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan kampanye berkaitan dengan program
prioritas dan MDG's, mendukung Hari-Hari Besar Kesehatan, dan mendukung event
nasional lintas sektoral seperti Hari Anak Nasional (HAN), dll.

4. Mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) melalui


Gerakan Masyarakat dan Mobilisasi Sosial.
Pusat Promosi Kesehatan telah mengembangan Desa Siaga Aktif, peningkatan
kualitas posyandu dan UKBM lainnya (poskedes, poskestren) melalui upaya
pembinaan, pengembangan PHBS di 5 tatanan, dan melakukan gerakan masyarakat
dalam pembudayaan PHBS.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, ada beberapa simpulan dalam peningkatan
kesmas, sbb:
a. Masalah kesehatan sangat komplek sehingga penyelesaiannya memerlukan peran aktif
tidak hanya sektor kesehatan saja. Tingkat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
faktor biologis ditingkat mikro tetapi lebih ditentukan oleh berbagai faktor sosial,
ekonomi, politik ditingkat makro secara menyeluruh.
b. Implementasi pencapaian tujuan kesehatan masyarakat memerlukan langkah-langkah
kebijakan intersektoral dan pendekatan multidisiplin yg dapat mengubah sosial
determinan tersebut.

Pemerintah baik pusat, provinsi, kabupaten/kota; swasta dan masyarakat perlu


mengupayakan pendorongan kebijakan investasi sosial dan ekonomis yg lebih besar di
masyarakat guna mewujudkan kondisi sosial dan lingkungan fisik yg menguntungkan
bagi tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi dan berkeadilan.

MENGATASI
MASALAH
KESEHATAN
MASYARAKAT
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Strategi promosi kesehatan adalah untuk mewujudkan atau mencapai visi dan
misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan
yang strategis. Cara ini sering disebut strategi, yakni cara bagaimana mencapai atau
teknik atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatantersebut secara berhasil guna
dan berdaya guna.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, ada beberapa simpulan dalam
peningkatan kesmas, sbb:
a. Masalah kesehatan sangat komplek sehingga penyelesaiannya memerlukan peran aktif
tidak hanya sektor kesehatan saja. Tingkat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh
faktor biologis ditingkat mikro tetapi lebih ditentukan oleh berbagai faktor sosial,
ekonomi, politik ditingkat makro secara menyeluruh.
b. Implementasi pencapaian tujuan kesehatan masyarakat memerlukan langkah-langkah
kebijakan intersektoral dan pendekatan multidisiplin yg dapat mengubah sosial
determinan tersebut.

Pemerintah baik pusat, provinsi, kabupaten/kota; swasta dan masyarakat perlu


mengupayakan pendorongan kebijakan investasi sosial dan ekonomis yg lebih besar di
masyarakat guna mewujudkan kondisi sosial dan lingkungan fisik yg menguntungkan
bagi tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi dan berkeadilan.

3.2 Saran
Dalam pembuatannya, masih banyak terdapat kekeliruan pada makalah ini. Oleh
karena itu, perlu diadakan koreksi agar dalam pembuatan makalah yang akan datang
lebih baik lagi. Selain itu, makalah ini disarankan pula untuk dijadikan tolak ukur dalam
pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Selasa, 11 Desember 2012

Contoh Format Laporan Diskusi

Tema / judul diskusi : ............................

Tujuan : ……………………

Hari / Tanggal : ……………………

Waktu : Pukul…..s.d ….....

Tempat : …………………...

Pembicara : ……………………

Ketua / Moderator : ……………………

Sekretaris / Notulis : ……………………

Peserta : ……………………

Jumlah peserta : ……………………

Permasalahan : ……………………

Kesimpulan : ……………………
Ketua Notulis

…… ………

Notula Diskusi

……………

…………...

Tanggal : ……………………

Tempat : …………………...

Tema : ............................

Tujuan : ……………………

Peserta Diskusi

Hadir : ……………………

Berhalangan : ……………………

Acara Diskusi :

1. Diskusi dibuka oleh pembawa acara


2. Memperkenalkan pembicara / narasumber (riwayat
pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain)

3. Membahas / presentasi masalah oleh narasumber

4. Sesi Tanya jawab

Pertanyaan Peserta :

a…………………………………………………………

b…………………………………………………………

c…………………………………………………………

Jawaban Narasumber :

a…………………………………………………………

b…………………………………………………………

c…………………………………………………………

Kesimpulan Hasil Diskusi : ……………………

Penutup (diskusi ditutup oleh moderator)


Pemimpin diskusi, Notulis

………… ………

Anda mungkin juga menyukai